Anda di halaman 1dari 17

KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

PEKERJAAN :

REHABILITASI D.I. TACCIPI KAB. PINRANG

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG

PROVINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN ANGGARAN
2020 i
DAFTAR ISI

SAMPUL KERANGKA ACUAN KERJA


DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

I. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................2

A. Dasar Hukum.......................................................................................................2

B. Gambaran Umum................................................................................................6

II. MAKSUD DAN TUJUAN........... ................................................................................... .6

A. Maksud Kegiatan ................................................................................................. 6

B. Tujuan Kegiatan ................................................................................................... 6

C. Sasaran ..................................................................................................... 6

III. SUMBER PENDANAAN ................................................................................................ 6

IV. METODOLOGI PELAKSANAAN .................................................................................. 7

V. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN ............................................................................ 8

VI. PERSONIL MANAJERIAL ........................................................................................... 9

VII. PERALATAN ................................................................................................................ 9

VIII. . LINGKUP PELAYANAN…………………………………………………….........9

IX. RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI ...............................................................10

LAMPIRAN RENCANA DAN ANGGARAN BIAYA


LAMPIRAN JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

ii
KEMENTERIAN NEGARA / LEMBAGA : PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

UNIT ESELON II : DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG


PROVINSI SULAWESI SELATAN

HASIL (OUTCOME) : JARINGAN IRIGASI D.I. TACCIPI YANG


DIREHABILITASI (1.568 HA)

KEGIATAN : REHABILITASI DAN PENINGKATAN JARINGAN


IRIGASI DAN AIR BERSIH

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN : REHABILITASI JARINGAN IRIGASI D.I. TACCIPI

KELUARAN (OUTPUT) : LUAS AREAL JARINGAN IRIGASI D.I. TACCIPI


YANG DIREHABILITASI

VOLUME : JARINGAN IRIGASI D.I. TACCIPI KAB. PINRANG


SELUAS 1.568 HA

SATUAN UKUR : HA

1
I. LATAR BELAKANG
A. Dasar Hukum
Kegiatan Peningkatan D.I. Taccipi Kab. Pinrang adalah bagian dari pengelolaan
sumber daya air yang merupakan salah satu implementasi atas peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu:
a. Undang-Undang Repubik Indonesia No. 017 Tahun 2019 tentang Sumber Daya
Air
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
dalamnya.
2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah,
air hujan, dan air laut yang berada didarat.
3. Air Permukaan adalah semua Air yang terdapat pada permukaan tanah.
4. Air Tanah adalah Air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah.
5. Air Minum adalah air yang melalui pengolahan atau tanpa pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
6. Sumber Air adalah tempat atau wadah Air alami dan/ atau buatan yang
terdapat pada, di atas, atau di bawah permukaan tanah.
7. Daya Air adalah potensi yang terkandung dalam Air dan/atau pada Sumber
Air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan
penghidupan manusia serta lingkungannya.
8. Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Air,
Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air.
9. PoIa Pengelolaan Sumber Daya Air adalah kerangka dasar dalam
merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan
Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan
Pengendalian Daya Rusak Air.
10. Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air adalah hasil Perencanaan secara
menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan
Pengelolaan Sumber Daya Air.
11. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah Pengelolaan Sumber Daya Air
dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang
luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua ribu) kilometer persegi.
12. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan Air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alamiah, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang

2
masih terpengaruh aktivitas daratan.
13. Cekungan Air Tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis, seperti pengimbuhan,
pengaliran, dan pelepasan Air Tanah berlangsung.
14. Konservasi Sumber Daya Air adalah upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi Sumber Daya Air agar senantiasa
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya, baik pada waktu sekarang
maupun yang akan datang.
15. Pendayagunaan Sumber Daya Air adalah upaya penatagunaan, penyediaan,
penggunaan, dan pengembangan Sumber Daya Air secara optimal agar
berhasil guna dan berdaya guna.
16. Daya Rusak Air adalah Daya Air yang merugikan kehidupan.
17. Pengendalian Daya Rusak Air adalah upaya untuk mencegah,
menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang
disebabkan oleh Daya Rusak Air.
18. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang
akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai
tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air.
19. Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pelaksanaan, perawatan, pemantauan, dan evaluasi untuk
menjamin keberadaan dan kelestarian fungsi serta manfaat Sumber Daya Air
dan prasarananya.
20. Prasarana Sumber Daya Air adalah bangunan Air beserta bangunanlain yang
menunjang kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air, baik langsung maupun
tidak langsung.
21. Pengelola Sumber Daya Air adalah institusi yang diberi tugas dan tanggung
jawab oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan
Sumber Daya Air berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
22. Masyarakat Adat adalah masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat
tradisional yang hidup secara turun-temurun di wilayah geogralis tertentu
dan diikat oleh identitas budaya, hubungan yang kuat dengan tanah, serta
wilayah dan sumber daya alam di wilayah adatnya.
23. Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang dimiliki oleh Masyarakat Adat
tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para
warganya, yang meliputi hak untuk memanfaatkan tanah, hutan, dan Air
beserta isinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
24. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik berbadan
hukum maupun tidak berbadan hukum.
25. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun1945.
26. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

3
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
27. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang Sumber Daya Air.
28. Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air yang selanjutnya disingkat BJPSDA
adalah biaya yang dikenakan, baik sebagian maupun secara keseluruhan,
kepada pengguna Sumber Daya Air yang dipergunakan .untuk Pengelolaan
Sumber Daya Air secara berkelanjutan.
29. Sistem Penyediaan Air Minum adalah satu kesatuan sarana dan prasarana
penyediaan air minum.

Pasal 3
Pengaturan Sumber Daya Air bertujuan:
a. memberikan pelindungan dan menjamin pemenuhan hak rakyat atas Air;
b. menjamin keberlanjutan ketersediaan Air dan Sumber Air agar memberikan
manfaat secara adil bagi masyarakat;
c. menjamin pelestarian fungsi Air dan Sumber Air untuk menunjang
keberlanjutan pembangunan;
d. menjamin terciptanya kepastian hukum bagi terlaksananya partisipasi
masyarakat dalam pengawasan terhadap pemanfaatan Sumber Daya Air
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pemanfaatan;
e. menjamin pelindungan dan pemberdayaan masyarakat, termasuk
Masyarakat Adat dalam upaya konservasi Air dan Sumber Air dan;
f. mengendalikan Daya Rusak Air secara menyeluruh yang mencakup upaya
pencegahan, penanggulangan, danpemulihan.

Pasal 23
(1) Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan
berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan untuk mewujudkan
kemanfaatan Air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
(2) Kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi Konservasi Sumber Daya
Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air.

Bagian Keempat Pengendalian Daya Rusak


Air Pasal35
(1) Pengendalian Daya Rusak Air dilakukan secara menyeluruh yang
mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan.
(2) Pengendalian Daya Rusak Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diutamalan pada upaya pencegahan melalui Perencanaan Pengendalian
Daya Rusak Air yang disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam Pola
Pengelolaan Sumber DayaAir.
(3) Pencegahan Daya Rusak Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk mencegah terjadinya bencana yang diakibatkan oleh Daya RusakAir.
(4) Penanggulangan Daya Rusak Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

4
ditujukan untuk meringankan penderitaan akibat bencana melalui mitigasi
bencana.
(5) Upaya penanggulangan Daya Rusak Air yang dinyatakan sebagai bencana
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
(6) Dalam keadaan yang membahayakan, gubernur dan/atau bupati/wali kota
berwenang mengambil tindakan darurat guna keperluan penanggulangan
Daya Rusak Air.
(7) Upaya pemulihan Daya Rusak Air dilakukan melalui kegiatan rekonstruksi
dan rehabilitasi.

Pasal 36
Setiap Orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
terjadinya Daya Rusak Air.

Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengendalian Daya Rusak Air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 70
Setiap Orang yang dengan sengaja:
a. melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi Prasarana Sumber Daya Air
dan nonkonstruksi pada Sumber Air tanpa memperoleh izin dari
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (3);
b. menyewakan atau memindahtangankan, baik sebagian maupun
keseluruhan izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan bukan
usaha atau izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4); atau
c. melakukan penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha tanpa
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat(2)
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp5.0O0.000.00O,O0 (lima miliar rupiah).

Pasal 71
Setiap Orang yang karena kelalaiannya:
a. melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya kondisi tata Air
Daerah Aliran Sungai, kerusakan Sumber Air dan prasarananya, dan/atau
pencemaran Air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a, huruf b,
dan huruf d; atau
b. melakukan kegiatan yang mengakibatkan terjadinya Daya Rusak Air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling
lama 18 (delapan belas) bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000. 000.000,00 (tiga miliar

5
rupiah).

B. Gambaran Umum

Sejak tahun 1960 sampai dengan akhir tahun 1980 prioritas pengelolaan adalah
pembangunan sumber daya dan prasarananya, dimana kebijakan pengelolaan
sumber daya air dilaksanakan berdasarkan administrasi pemerintahan. Akhir tahun
1980 sampai dengan tahun 1992 pengelolaan sumber daya air dilaksanakan
dengan pendekatan suplay (supply driven approach) yang mengakibatkan
terabaikannya pemeliharaan prasarana sumber daya air serta pemanfaatan sumber
daya yang tidak berwawasan lingkungan.

Seiring dengan perkembangan zaman, umur beberapa jaringan irigasi baik yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat maupun daerah telah mengalami
penurunan fungsi, sehingga perlu upaya untuk melaksanakan kegiatan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi secara berkesinambungan. Salah satu kegiatan berkala
yang setiap tahunnya memerlukan penanganan secara intensif adalah pemeliharaan
dan rintisan saluran beserta penanggulangan tanggap darurat bencana alam
padajaringan irigasi yang dikerjakan secara kontraktual.

Daerah Irigasi Taccipi merupakan daerah irigasi kewenangan provinsi yang


bertempat di Kec. Patampanua Kab. Pinrang seluas 1.568 Ha. Kondisi saluran yang
kurang berfungsi dengan baik sehingga diperlukan kegiatan rehabilitasi ini untuk
menjaga kondisi jaringan irigasi yang telah ada.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


A. Maksud Kegiatan
Melakukan rehabilitasi jaringan irigasi dengan kegiatan utama pasangan batu pada
Saluran D.I. Taccipi.
B. Tujuan Kegiatan
Ditingkatkannya fungsi sarana dan prasarana Rehabilitasi D.I. Taccipi Kab. Pinrang
sebagai Saluran Irigasi.
C. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah pemeliharaan jaringan irigasi dengan luas areal
layanan 1.586 Ha.

III. SUMBER PENDANAAN


Untuk pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi D.I. Taccipi Kab. Pinrang, diperlukan biaya
sebesar Rp. 2.467.288.905,71,- (Dua Milyar Empat Ratus Enam Puluh Tujuh Juta Dua
Ratus Delapan Puluh Delapan Ribu Sembilan Ratus Lima Koma Tujuh Puluh Satu
Rupiah) termasuk PPN yang dibiayai dari dana APBD Tahun Anggaran 2020 (DAK).

6
IV. METODOLOGI PELAKSANAAN
Kegiatan Peningkatan D.I. Taccipi Kab. Pinrang terdiri atas beberapa jenis kegiatan
dengan metode pelaksanaan pekerjaan yaitu sebagai berikut:

1. Galian Tanah Manual Sedalam s.d 1 m

a. Untuk pekerjaan galian Tanah saluran dikerjakan dengan cara manual


(tenaga pekerja) dengan menggunakan alat bantu seperti Skop, Pacul,
Linggis dan alat bantu lainnya, yaitu untuk menggali tanah untuk
kedudukan penempatan Pasangan batu saluran.
b. Setiap jenis alat yang digunakan dikondisikan dengan struktur tanah yang
digali
c. Pekerjaan galian tanah mengikuti Pasangan benang Bouwplank yang telah
dipasang sebelummnya
d. Harus sesuai penampang memotong dan memanjang pada gambar rencana
e. Kedudukan galian dalam menggali tersebut harus disesuaikan dengan
dimensi dan elevasi yang telah dipasang pada bouwplank
f. Material tanah galian yang cocok untuk urugan kembali harus ditumpuk
secara terpisah dari material yang akan dibuang
g. Material yang baik harus dipisahkan pada saat penggalian dan ditempatkan
pada lokasi yang direncanakan, seperti yang ditentukan oleh Direksi.
h. Terakhir dilakukan pembenahan dan perapihan pada semua sisi tanah
galian
i. Bila galian telah rampung maka dilakukan pengecekan hasil galian secara
keseluruhan

2. Pasangan Batu 1 : 4

a. Material batu baru didatangkan atau dileveransir dari luar.


b. Pencampuran adukan dilakukan dengan mesin pengaduk (molen),
campuran dengan tangan hanya boleh dilakukan atas ijin
penanggungjawab kegiatan.
c. Sebelum memulai pekerjaan pasangan batu, dasar dan tebing galian harus
dibasahisecukupnya.
d. Apabila tanah dasar asli terganggu atau berubah karena sesuatu sebab,
maka tanah tersebut harus dikembalikan sampai keadaanya sama seperti
tingkat pengupasansemula.
e. Kemiringan pasangan batu sesuai dengan gambar rencana.

7
3. Plesteran 1 : 3

a. Plesteran dilakukan pada puncak pasangan batu dan permukaan pion-pion


pembatas jalan yang telah rapuh, pecah atauretak.
b. Sebelum diplester semua bidang sambungan dibetel dan disiram agar
adukan dapat menyatu pada bidang pelekatannya.
c. Adukan harus diaplikasikan secepatnya pada bidang sebelum mengeras.

4. Timbunan Tanah atau Urugan Kembali

a. Timbunan tanah yang digunakan adalah bahan timbunan dari hasil galian
dengan jenis dan kualitas tanah yang telah disetujui oleh Direksi
b. Dilakukan pengahamparan dan pemadatan menggunakan tenaga manusia
dengan peralatan skop dan alat bantu lainnya.
c. Tanah timbunan harus bebas dari potongan -potongan kayu, akar – akar
tanaman serta segala macam kotoran yang mudah lapuk.
d. Penimbunan tanah dilaksanakan lapis demi lapis sambil dipadatkan dengan
menggunakan stamper atau alat pemadat lainnya dan juga disiram air
secara kontinyu sampai padat.
5. Timbunan Tanah Di Datangkan

a. Timbunan tanah yang digunakan adalah bahan timbunan didatangkan dari


galian pada suatu lokasi borrow dengan jenis dan kualitas tanah yang telah
disetujui oleh Direksi
b. Setelah tanah timbunan tiba dilokasi pekerjaan maka dilakukan
pengahamparan dan pemadatan menggunakan tenaga manusia dengan
peralatan skop dan alat bantu lainnya.
c. Tanah timbunan harus bebas dari potongan -potongan kayu, akar – akar
tanaman serta segala macam kotoran yang mudah lapuk.
d. Penimbunan tanah dilaksanakan lapis demi lapis sambil dipadatkan dengan
menggunakan stamper atau alat pemadat lainnya dan juga disiram air
secara kontinyu sampai padat.

V. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan Kegiatan Peningkatan D.I. Taccipi Kab. Pinrang yaitu 150
(seratus delapan puluh) hari kalender.

VI. PERSONIL MANAJERIAL


Organisasi penyedia jasa atau kualifikasi personil yang dibutuhkan pada pelaksanaan

8
peningkatan jaringan, yaitu:

Tingkat Jabatan Yang Pengalaman Personil KET


No. Profesi Keterampilan
Pendidikan diusulkan Kerja (Thn) (Orang)

1. STM/ Pelaksana Lapangan 5 SKT Pelaksana Saluran 1


Irigasi (TS031)
Sederajat

SLTA/ Ahli K3 Konstruksi Sertifikat K3 Konstruksi


2. Sederajat 3 1

VII. PERALATAN
Daftar peralatan yang diminta yaitu:

Kepemilikan
No. Jenis Kapasitas Jumlah (Milik/Sewa
Beli/Sewa)
1. Dump truck 5 m3 4 unit Milik/ Sewa Beli/Sewa

2. Concrete Mixer 300 ltr 5 unit Milik/ Sewa Beli/Sewa


3. Bak Air 500 ltr 4 buah Milik/ Sewa Beli/Sewa
4. Pompa Air 6 Inci 2 unit Milik/ Sewa Beli/Sewa
5. Waterpass 50 m 1 unit Milik/ Sewa Beli/Sewa
6. Kamera Digital 12 MP 1 buah Milik/ Sewa Beli/Sewa

VIII. Lingkup Pelayanan


Lingkup pelayanan (scope of service) untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah :

1) Kualifikasi Jasa Konstruksi dengan SBU dan IUJK Sub Bidang : Jasa Pelaksana Untuk
Konstruksi Saluran Air, Pelabuhan, DAM, dan Prasarana Sumber Daya Air Lainnya.
2) Selain itu memiliki SITU, SIUP, dan TDP yang masih berlaku.
3) Memiliki SKN dan SKP.
4) Memiliki NPWP perusahaan dan SPT Pajak Tahun Terakhir yang telah dilunasi.
5) Surat Pernyataan tidak menuntut
6) Surat referensi kerja disertai Curriculum Vitae
7) Neraca Perusahaan
IX. Rencana KeselamatanKonstruksi
A. Kebijakan Keselamatan Kerja
Keselamatan Konstruksi adalah segala hal yang meliputi kegiatan keteknikan dalam
mewujudkan Pekerjaan Konstruksi yang aman dan andal serta meajaga keselamatan
dan kesehatan pekerja serta lingkungan. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
yang selanjutnya disebut SMKK adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi dalam rangka penerapan keamanan, keselamatan, kesehatan,
dan keberlanjutan pada setiap Pekerjaan Konstruksi. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi yang selanjutnya disebut K3 Konstruksi adalah segala kegiatan

9
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan keceiakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis yang mpmpunyai kompetensi khusus di
bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan dan
kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa dan / atau
organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikutl bimbingan teknis SMKK Bidang PUPR,
dibuktikan dengan surat keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan teknis yang
diterbitkan oleh unit Eselon II yang menangani Keselamatan Konstruksi di
Kementerian PUPR dan/atau sertifikat pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan
oleh lembaga atau instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Biaya SMKK adalah biaya keamanan dan kesehatan kerja
serta Keselamatan Konstruksi yang harus diperhitungkan dan dialokasikan oleh
penyedia jasa dan pengguna jasa.

Kegiatan penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, mencakup:


a. Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi(RKK);
b. Sosialisasi, promosi danpelatihan;
c. Alat pelindung kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri(APD);
d. Asuransi dan perizinan;
e. Personel K3 Konstruksi;
f. Fasilitas, sarana, prasarana, dan alatkesehatan;
g. Rambu- rambu yang diperlukan;
h. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi; dan
i. Lain-lain terkait pengendalian risiko Keselamatan Konstruksi.
Satuan pekerjaan yang terdapat pada perincian kegiatan penyelenggaraan Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi adalah satuan habis pakai. Dalam hal terdapat
perbaikan pekerjaan pada masa pemeiiharaan, tanggung jawab Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi tetap menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Bukti
penerapan kegiatan penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
harus didokumentasikan dan menjadi bagian dari laporan hasil pelaksanaaa
pekerjaan.

B. PerencanaanK3
Ada beberapa hal utama dalam penyelenggaraan RK3K yakni;
a) KebijakanK3
Berupa pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk menerapkan K3

10
berdasarkan skala risiko dan peraturan perundang-undangan K3 yang
dilaksanakan secara konsisten dan harus ditandatangani oleh Manajer
Proyek/Kepala Proyek)
✓ Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan
konstruksi yang telah direncanakan
✓ Kepala Proyek/Project Manager harus mengesahkan KebijakanK3
✓ Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3;
2. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lain yang terkait dengan K3;
3. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.

b) OrganisasiK3
Organisasi K3 terdiri dari personil yang memiliki kompetensi bidang K3
berasal dari pihak terkait dalam pelaksanaan proyek yang bertanggung
jawab untuk menjamin terlaksananya SMK3, terdiri dari : Penanggungjawab
K3, engineering, pelaksana konstruksi dan unit pendukung seperti SDM,
keuangan, dan tim pengelola K3 (kedaruratan, P3K, kebakaran). Organisasi
ini dibentuk sesuai kebutuhan dan tingkat kemampuan proyek.
Contohnya:

Penanggung jawab K3

Emergency/Kedaruratan P3K Kebakaran

c) Perencanaan K3 terdiridari:
➢ Identifikasi bahaya, penilaian risiko, skala prioritas, pengendalian risiko
K3 dan tanggung jawab pelaksanaan K3
Ketentuan Pengisian Tabel:
Kolom (1) Nomor urut uraian pekerjaan.
Kolom (2) Diisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3 yang
tertuang didalam dokumen pelelangan.
Kolom (3) Diisi dengan identifikasi bahaya yang akan timbul dari

11
seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3.
Kolom (4) Diisi dengan nilai (angka) kekerapan terjadinya kecelakaan.
Kolom (5) Diisi dengan nilai (angka) keparahan.
Kolom (6) Perhitungan tingkat risiko K3 adalah nilai kekerapan x
keparahan.
Kolom (7) Penetapan skala prioritas ditetapkan berdasarkan item
pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko K3 tinggi, sedang dan kecil,
dengan penjelasan: prioritas 1 (risiko tinggi), prioritas 2 (risiko sedang),
dan prioritas 3 (risiko kecil). Apabila tingkat risiko dinyatakan tinggi,
maka item pekerjaan tersebut menjadi prioritas utama (peringkat 1)
dalam upaya pengendalian.
Kolom (8) Diisi bentuk pengendalian risiko K3. Bentuk pengendalian
risiko menggunakan hirarki pengendalian risiko (Eliminasi, Substitusi,
Rekayasa, Administrasi, APD), diisi oleh Penyedia Jasa pada saat
penawaran (belum memperhitungkan penilaian risiko dan skala
prioritas.
Kolom (9) Diisi penanggungjawab (nama petugas) pengendali risiko K3.
Keterangan:
1. Eliminasi adalah mendesain ulang pekerjaan atau mengganti
material/bahan sehingga bahaya dapat dihilangkan atau di-
eliminasi. Contoh: seorang pekerja harus menghindari bekerja
diketinggian namun pekerjaan tetap dilakukan dengan
menggunakan alatbantu.
2. Substitusi adalah mengganti dengan metode yang lebih aman
dan/atau material yang tingkat bahayanya lebih rendah. Contoh:
penggunaan tangga diganti dengan alat angkat mekanik kecil untuk
bekerjadiketinggian.
3. Rekayasa teknik adalah melakukan modifikasi teknologi atau
peralatan guna menghindari terjadinya kecelakaan. Contoh:
menggunakan perlengkapan kerja atau peralatan lainnya untuk
menghindari terjatuh pada saat bekerjadiketinggian.
4. Administrasi adalah pengendalian melalui pelaksanaan prosedur
untuk bekerja secara aman. Contoh: pengaturan waktu kerja (rotasi
tempat kerja) untuk mengurangi terpaparnya/tereksposnya pekerja
terhadap sumber bahaya, larangan menggunakan telepon seluler
ditempat tertentu, pemasangan rambu-rambukeselamatan.
5. APD adalah alat pelindung diri yang memenuhi standard dan harus

12
dipakai oleh pekerja pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis
pekerjaannya. Contoh: Pemakaian kacamata las dan sarung tangan
kulit pada pekerjaanpengelasan.
➢ Pemenuhan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
yakni:
1. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan
SMK3
3. Surat Edaran nomor 11 Tahun 2019 Tentang Petunjuk Teknis dan
Biaya Penyelenggaraan SMKK
➢ Sasaran dan programK3
1. Sasaran Umum: Nihil Kecelakaan Kerja yang fatal (Zero Fatal
Accidents) pada pekerjaan konstruksi.

2. Sasaran Khusus: Sasaran khusus adalah sasaran rinci dari setiap


pengendalian risiko yang disusun guna tercapainya Sasaran Umum,
contoh sebagaimana Tabel Penyusunan Sasaran dan Program K3.
Program K3 meliputi sumber daya, jangka waktu, indikator pencapaian,
monitoring, dan penanggung jawab. Pembuatan program ini untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana Penyusunan
Sasaran dan Program K3.
d) Pengendalian organisasiK3
Pengendalian organisasi terkait dengan pengendalian operasional berupa
prosedur kerja/yang harus mencakup pengendalian seluruh kegiatan
konstruksi di tempat kerja, diantaranya:
1. Menunjuk penanggung jawab kegiatan SMK3 yang dituangkan dalam
struktur organisasi K3 beserta uraiantugas.
2. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan yang ada.
3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempatkerja
4. Program-program detail pelatihan sesuai pengendalian risiko yang
sudah disusun.
5. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan.
6. Disesuaikan kebutuhantingkat pengendalianrisiko K3 seperti yang telah
disusun.
e) Pemeriksaan dan evaluasi kinerja danK3
Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada
kegiatan yang dilaksanakan pada pengendalian operasional berdasarkan
upaya pengendaliaan pada perencanaan K3 sesuai uraian sasaran dan

13
program K3.
f) Tinjauan ulangkinerjaK3
Hasil pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 kemudian diklasifikasikan
dengan kategori sesuai dan tidak sesuai tolok ukur sebagaimana pada
sasaran dan program K3, hal-hal yang tidak sesuai termasuk bilamana
terjadi kecelakaan kerja dilakukan peninjauan ulang untuk diambil tindakan
perbaikan.

Berikut perencanaan K3 yang disajikan dalam bentuk tabel (penilaian risiko menggunakan
skala angka 1 sampai 3 dan skala prioritas angka 1 untuk risiko tinggi. Angka 2 untuk
risiko sedang dan angka 3 untuk risiko kecil)
Tabel 1. Tabel identifikasi bahaya dan pengendalian risiko K3

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

1. Mobilisasi & Demobilisasi • Alat berat terjatuh/terguling


• Kecelakaan lalu lintas
• Gangguan pernafasan dan mata
• Terkena peralatan kerja

No. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KETERANGAN

2. Galian Tanah Manual • Terkena peralatan kerja


Sedalam s.d 1 m • Mata Terkena tanah
• Terjatuh kedalam saluran
• Tangan Lecet/Luka

3. Pasangan Batu 1 : 4
• Tertimpa batu
• Terhirup debu semen
• Terkena peralatan kerja
• Tangan lecet/luka
• Tertimpa Concrete mixer
• Mata Terkena debu semen

14
4. Plesteran 1 : 3 • Terjatuh kedalam saluran
• Terhirup debu semen
• Tangan lecet/luka
• Terkena peralatan kerja
• Tertimpa Concrete mixer
• Mata Terkena debu semen

5. Timbunan Tanah atau


Urugan Kembali • Tertimbun Tanah
• Mata Terkena tanah
• Terjatuh kedalam saluran
• Terkena peralatan kerja

6. Timbunan Tanah
Didatangkan • Tertimbun Tanah
• Mata Terkena tanah
• Terjatuh kedalam saluran
• Terkena peralatan kerja

Makassar, April 2020

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Bidang Sumber Daya Air

Ir. Abdullah Abid, MT.


NIP : 19630606 199803 1 004

15

Anda mungkin juga menyukai