Anda di halaman 1dari 30

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ........./PRT/M/ 2015
TENTANG
STANDARD OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PRASARANA SUNGAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang Undang Nomor 11 Tahun
1974 Tentang Pengairan, menteri yang diserahi tugas urusan pengairan
diberi wewenang dan tanggungjawab untuk mengkordinasikan segala
pengaturan usaha-usaha perencanaan, perencanaan teknis, pengawasan,
pengusahaan, pemeliharaan, serta perlindungan dan penggunaan air dan
atau sumber-sumber air dengan memperhatikan kepentingan Departemen
dan atau lembaga yang bersangkutan

b. Bahwa pasal 5 Undang-undang 11 tahun 1974 tentang Pengairan,


mengamanatkan guna menjamin kelestarian fungsi dari bangunan
pengairan untuk menjaga tata pengairan dan tata air yang baik, perlu
dilakukan kegiatan eksploitasi (operasi) dan pemeliharaan serta perbaikan
bangunan pengairan.

c. Bahwa untuk melaksanakan tertib operasi dan pemeliharaan prasarana


sungai, diperlukan ketentuan tentang standar pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan sungai.

d. Bahwa berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 9 Peraturan Presiden Republik


Indonesia No.15 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

1
perlu menetapkan peraturan tentang standard operasi dan pemeliharaan
prasarana sungai.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3046);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 3445);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas


Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4161);

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang


Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8);

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16);

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan
Bangunan Pengairan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 531)

2
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan Sumber Daya Air (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 534)

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


13/PRT/M/2015 tentang Penanggulangan Darurat Bencana Akibat Daya
Rusak Air (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 538)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN


RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR OPERASI
DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUNGAI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan :

1. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di
atas, ataupun di bawah permukaan tanah.

2. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang
dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan
manusia serta lingkungannya.

3. Pengairan adalah suatu bidang pembinaan atas air, sumber-sumber air, termasuk
kekayaan alam bukan hewani yang terkandung di dalamnya baik yang alamiah
maupun yang telah diusahakan oleh manusia.

4. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air
beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri
oleh garis sempadan.

5. Prasarana sungai adalah prasarana yang dibangun untuk keperluan pengelolaan


sungai.

3
6. Bangunan sungai adalah prasarana sungai yang berfungsi sebagai pengendali dan
pengarah aliran air sungai dan sedimen, dan bangunan pelindung atau penguat tebing
sungai.

7. Bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kakitanggul sebelah
dalam yang terletak di kiri dan/ atau kanan palung sungai.

8. Dataran banjir adalah dataran di sepanjang kiri dan/ atau kanansungai yang tergenang
air pada saat banjir.

9. Aliran pemeliharaan sungai adalah aliran air minimum yang harustersedia di sungai
yang berfungsi untuk memelihara ekosistemsungai/ atau lingkungan.

10. Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palungsungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.

11. Operasi prasarana sungai adalah kegiatan yang meliputi pengaturandan pengalokasian
air sungai guna menjamin kelestarian fungsi danmanfaat bangunan untuk keperluan
pengelolaan sungai.

12. Pemeliharaan prasarana sungai adalah upaya untuk mencegahkerusakan dan/atau


penurunan fungsi prasarana sungai sertaperbaikan terhadap kerusaka prasarana
sungai.

13. Pemeliharaan sungai adalah kegiatan untuk merawat sungai yangditujukan untuk
menjamin kelestarian, keberadaan dan fungsi sungai,prasarana serta fasilitas
pendukungnya.

14. Restorasi sungai adalah upaya pemulihan kondisi sungai dari kondisi kritis ke kondisi
alami.

15. Pemeliharaan rutin adalah keseluruhan pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang


setiap tahun diatur berdasarkan jadwal.

16. Pemeliharaan berkala adalah kegiatan yang dijadwalkan berlangsungdari waktu ke


waktu dan berjalan menurut interval waktu terputus-putus dengan tujuan
melestarikan/ memelihara fungsi dari sarana-sarana yang tersedia

17. Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan yang lebihmendasar yang harus
dikerjakan untuk mendapatkan prasarana seperti kondisi waktu dibangun dan

4
membetulkan pekerjaan yang telah berulang dan selalu gagal atau tidak berfungsi
sesuai dengan harapan.

18. Kegiatan pencegahan kerusakan dan/atau penurunan fungsiprasarana sungai


(Pemeliharaan preventif) adalah kegiatan pencegahan yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi prasarana secara optimal dan terdiri dari kegiatan pengamanan,
pengendalian sampah, pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala yang bersifat
perawatan.

19. Pemeliharaan darurat adalah pekerjaan yang diperlukan untukmelindungi keutuhan


dan kekuatan bangunan (dalam skala besar) akibat kerusakan yang terjadi atau
kerusakan yang hampir terjadi,dapat berupa kegiatan penanggulan banjir.

20. Rehabilitasi adalah pekerjaan perbaikan kerusakan prasarana untukmengembalikan


fungsi prasarana sesuai kondisi semula tanpamengubah sistem dan tingkat layanan
prasarana.

21. Rektifikasi adalah pembetulan untuk peningkatan fungsi prasarana,seperti perbaikan


krib yang tidak berfungsi dengan baik untukmelindungi talud dari erosi.

22. Fungsi sungai adalah fungsi yang ditetapkan pada setiap sungaiuntuk memenuhi
berbagai keperluan meliputi pengaliran air,penyediaan air untuk berbagai keperluan
serta penyangga ekosistemsungai dan lingkungan.

23. Pengelola Sumber Daya Air di wilayah sungai adalah Institusi yangdiberi wewenang
untuk melaksanakan pengelolaan Sumber Daya Air diwilayah sungai yang
bersangkutan

24. Kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana sungai serta pemeliharaan sungai
diselenggarakan berdasarkan jenis dan kondisi prasarana sungai serta kegiatan dari
karakteristik sungai di wilayah sungai yangbersangkutan

25. Eksploitasi dan pemeliharaan sumber air dan bangunan pengairan atau EP Pengairan
adalah kegiatan yang bertujuan menjaga keutuhan dan kelestarian fungsi bangunan
bangunan pengairan serta menjaga tata pengairan dan tata air yang baik.

26. Operasi dan pemeliharaan sungai dan prasarana sungai yang selanjutnya disebut
sebagai OP sungai dan prasarana sungai adalah tindakan pengaturan, pengalokasian,
dan penyediaan air dan ruang sungai, serta pemeliharaan sungai dan prasarana sungai
yang bertujuan untuk menjaga kelestarian fungsi sungai dan prasarana sungai.

5
27. Ruang sungai adalah hamparan ruang yang terdiri atas palung sungai dan sempadan
sungai.

28. Palung sungai adalah bagian dari ruang sungai yang berfungsi sebagai tempat air
mengalir dan tempat berlangsungnya kehidupan ekosistem sungai.

29. Dataran banjir adalah dataran di sepanjang kiri dan/atau kanan sungai yang tergenang
air pada saat banjir.

30. Pengalokasian air adalah proses pejatahan air untuk berbagai jenis penggunaan
menurut kuantitas, tempat dan waktu penggunaan yang besarnya disesuaikan dengan
ketersediaan total volume air yang terdapat pada suatu sumber air.

31. Penyediaan air adalah tindakan menentukan dan/atau memenuhi kebutuhan air untuk
berbagai jenis penggunaan yang terukur menurut kuantitas, waktu, dan kualitas air
sesuai dengan jatah yang ditetapkan dalam rencana alokasi air.

32. Kebutuhan air adalah volume air yang dibutuhkan oleh para pengguna air sesuai
dengan jumlah kebutuhan yang diinginkan.

33. Penggunaan air adalah semua aktivitas pemanfaatan air sungai yang dilakukan
melalui berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan tertentu baik yang bersifat
konsumtif maupun non-konsumtif.

34. Pengguna air adalah seseorang atau kelompok, lembaga, instansi atau badan hukum
tertentu yang menggunakan air dari suatu sumber air.

35. Pencemaran air adalah memasukkan atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya

36. Banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai.

Pasal 2

(1) Peraturan Menteri ini ditetapkan dengan maksud untuk menjadi pedoman bagi para
pelaksana dan pembina baik di tingkat pemerintahan Pusat maupun daerah dalam
penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan prasarana sungai.

6
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan operasi dan
pemeliharaan prasarana sungai dapat terlaksana secara tertib, teratur, efektif, dan efisien
dengan kinerja yang dapat dipertanggung jawabkan.

BAB II
KEGUNAAN DAN PENGGUNAAN PEDOMAN
Pasal 3

(1) Kegunaan pedoman standard operasi dan pemeliharaan prasarana sungai adalah untuk
memberikan arahan dan panduan :
a. Dalam menjalankan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana sungai
b. Dalam penanganan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan OP
prasarana sungai.
c. Dalam mengambil langkah-langkah antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya
potensi resiko dan permasalahan yang lebih besar.
d. Prinsip prinsip yang perlu diperhatikan dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan
prasarana sungai.
e. Hal hal yang perlu diperhatikan pada setiap tahap kegatan sejak persiapan,
pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan monitoring dan evaluasi.
f. Pilihan tindakan atau teknologi yang dipergunakan kegiatan OP prasarana sungai.
g. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan operasi prasarana
sungai dalam menghadapi eskalasi kondisi muka air sungai.

(2) Pedoman ini diperuntukkan bagi:


a. unit pelaksana teknis operasi dan pemeliharaan prasarana sungai.
b. instansi yang melaksanakan pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan operasi dan
pemeliharaan prasarana sungai, baik di tingkat pusat, di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota;

(3) Pedoman ini bertujuan :

a. Air dan sumber daya ai yang ada disungai dapat berdaya guna secara optimum

7
b. Terjaminnya kelestarian fungsi dan kinerja prasarana sungai.beserta fasilitas
pendukungnya
c. Terpeliharanya prasarana sungai agar dapat memberikan manfaat
berkelanjutan
d. Terjaminnya pengaturan pelayanan alokasi penggunaan dan pemanfaatan air
yang ada di wilayah sungai yang bersangkutan
e. Resiko dampak dan kerugian yang diakibatkan oleh daya rusak air dan banjir
dapat dikurangi.
(4) Penggunaan pedoman ini dilakukan dengan tetap memperhatikan standar pelaksanaan
pekerjaan persungaian yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI)
ataupun norma dan pedoman tata laksana yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan sungai.

BAB III
STANDARD OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PRASARANA SUNGAI
Pasal 4

(1) Pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana sungai berpedoman pada
standar operasi prasarana sungai serta standar pemeliharaan prasarana sungai

(2) Standard operasi prasarana sungai dan standard pemeliharaan prasarana sungai secara
lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini dan merupakan bagian
tidak terpisahkan dalam peraturan menteri ini.

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 5

(1) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

(2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

8
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal .........................

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

M. BASUKI HADIMULJONO

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
NO : /PRT/M/2015
TANGGAL : 2015

BAB 1
UMUM

1.1. PENDAHULUAN

Sungai dan sumber airnya, merupakan bagian tidak terpisahkan dari alam dan
lingkungan hidupnya serta mempunyai fungsi sangat penting dalam mendukung
keberlanjutan kehidupan ekosistem flora dan fauna, yang juga merupakan sumber
kehidupan bagi manusia. Sungai, selain memberikan manfaat yang sangat besar
bagi keberlangsungan kehidupan manusia, sungai juga mengandung potensi besar
yang dapat menimbulkan bencana bagi manusia

.Oleh karenanya, upaya-upaya pengelolaan sungai dan sumberdaya air sangat


penting untuk dilakukan, baik untuk kepentingan manusia melalui upaya
pemanfaatan dan pendayagunaan sungai serta pengendalian daya rusak, maupun
untuk tujuan melindungi sungai itu sendiri serta kelestarian ketersediaan air melalui
upaya konservasi.

Pengaturan dalam rangka pengelolaan sungai tersebut, dilakukan melalui


pembangunan dan pengelolaan prasarana dan bangunan sungai. Agar upaya
pengelolaan bangunan prasarana sungai mampu manjamin keberlanjutan fungsi dan
manfaatnya, maka kegiatan operasi dan pemeliharaan bangunan prasarana sungai
menjadi prasyarat pokok yang harus menjadi perhatian.
9
Agar dapat bekerja secara efektif, efisien, dan tertib, maka penyelenggaraan OP
sungai dan prasarananya memerlukan pedoman serta standar operasi dan
pemeliharaan prasarana sungai, sebagai rujukan bagi para penyelenggara dan
pelaksana OP Sungai di lapangan.

1.2. KEGUNAAN STANDARD OP PRASARANA SUNGAI

Standard operasi dan pemeliharaan prasarana sungai merupakan referensi bagi para
pelaksana dalam menjalankan kegiatan operasi dan pemeliharaan di lapangan.
Standar dalam metode penanganan memudahkan pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan, serta memberikan panduan bagaimana melakukan penanganan
terhadap suatu permasalahan yang terjadi dan dihadapi dalam kegiatan operasi dan
pemeliharaan sungai dan dan prasarana sungai, serta untuk mengambil langkah-
langkah antisipasi terhadap kemungkinan permasalahan dan resiko yang lebih
besar.

Standard OP prasarana sungai dimaksudkan sebagai acuan bagi instansi pengelola


sungai, pengelola sumber daya air, instansi pengguna sungai, badan usaha dan/atau
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana
sungai serta pemeliharaan sungai, secara terkoordinasi, efektif dan efisien

Dengan adanya standar dalam operasi dan pemeliharaan, diharapkan prasarana


sungai dapat berfungsi secara optimal sepanjang umur bangunan sesuai yang
direncanakan. Standar operasi dan pemeliharaan dalam kegiatan operasi dan
pemeliharaan sungai dan prasarana sungai ditujukan untuk mencegah kerusakan
lanjutan terhadap suatu kerusakan yang terjadi pada sarana dan prasarana sungai.

BAB 2
LINGKUP OP PRASARANA SUNGAI

2.1 . OPERASI PRASARANA SUNGAI

10
Sesuai dengan SE Dirjen SDA no 01/DE/D/2013 tentang “Operasi dan pemeliharaan
prasarana sungai dan pemeliharaan sungai”, OP prasarana sungai dilakukan dalam
rangka :

1. pengaturan dan pengalokasian air sungai dalam rangka penggunaan air sungai
2. pengelolaan banjir.

1. Operasi prasarana sungai dalam rangka penggunaan air sungai meliputi :


a) penyusunan rencana alokasi air global/tahunan (RAAG);
b) penetapan alokasi air;
c) penyusunan rencana alokasi air detail (RAAD);
d) pelaksanaan alokasi air;
e) pengawasan; dan
f) monitoring dan evaluasi.

2. Operasi prasarana sungai dalam rangka pengelolaan banjir meliputi:


a) penyusunan SOP banjir;
b) penyiapan bahan banjiran;
c) penyiapan peralatan;
d) monitoring banjir;
e) pemantauan lokasi kritis dan daerah rawan banjir; dan
f) melaksanakan tindakan darurat bersama instansi terkait dan masyarakat.

Operasi prasarana sungai adalah kegiatan pengoperasian prasarana sungai untuk


mendukung efektifitas pendayagunaan fungsi sungai yang antara lain mencakup
tindakan/kegiatan operasional prasarana sungai, yaitu

JENIS LINGKUP KEGIATAN


KEGIATAN PRASARANA SUNGAI

OPERASI
1) Pengoperasian bangunan pengatur atau
pengendali debit dan arah aliran air sungai;
2) Pengoperasian bangunan atau pos pemantau
kondisi hidrologi, hidroklimatologi, dan kualitas
air sungai;

11
3) Pengoperasian prasarana penunjang atau
pendukung kegiatan OP (peralatan dan
kendaraan).

2.2. PEMELIHARAAN PRASARANA SUNGAI

Pemeliharaan prasarana sungai ditujukan untuk tujuan :


 pencegahan kerusakan dan/atau penurunan fungsi prasarana sungai serta
penurunan fungsi sungai;
 perbaikan terhadap kerusakan prasarana sungai serta kerusakan sungai; dan
 konservasi sungai.

Kegiatan perbaikan kerusakan prasarana sungai dilaksanakan melalui kegiatan :


 pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan;
 pemeliharaan berkala yang bersifat penggantian;
 perbaikan ringan atau reparasi;
 perbaikan korektif yang terdiri dari: pemeliharaan khusus, rehabilitasi dan
rektifikasi;
 perbaikan khusus apabila terdapat kerusakan akibat banjir bukan akibat bencana
alam.

JENIS LINGKUP KEGIATAN


KEGIATAN PRASARANA SUNGAI

PEMELIHARAAN
1. Penatausahaan bangunan sungai
2. Pemeliharaan bangunan sungai
3. Pemeliharaan bangunan/pos pemantau kondisi
hidrologi, hidroklimatologi, dan kualitas air
sungai

12
4. Pemeliharaan prasarana penunjang dan
pendukung kegiatan OP baik berupa gedung,
peralatan dan kendaraan

2.3 JENIS PRASARANA SUNGAI

Jenis prasarana sungai yang perlu dioperasikan dapat dikelompokkan kedalam 3 katagori,
yaitu:

a) Bangunan sungai yang berfungsi sebagai pengatur, pengendali, pengarah atau


pembagi aliran air sungai (antara lain berupa: pintu air, pompa air, ataupun
bendung karet), yang ditujukan untuk tertib penyelenggaraan penyediaan dan
pengalokasian air, dan pengendalian banjir.

b) Bangunan atau pos pemantau kondisi hidrologi dan hidroklimatologis, dan


kualitas air misalnya berupa: pos pencatat curah hujan berikut peralatannya, atau
pos pemantau ketinggian muka air sungai, pos pemantau keadaan cuaca, serta pos
pemantau kualitas air,

c) Pendukung pelaksanaan tugas operasi ataupun pemeliharaan sungai, misalnya:


peralatan berat, kendaraan, serta peralatan komunikasi.

BAB 3
STANDARD OPERASI
PRASARANA SUNGAI

Jenis prasarana sungai yang perlu dioperasikan dapat dikelompokkan kedalam 3 bagian
yaitu:

1. Bangunan sungai yang berfungsi sebagai pengatur, pengendali, pengarah atau


pembagi aliran air sungai. Bangunan pengatur berupa: pintu air, pompa air, ataupun
bendung karet. Pengoperasian bangunan ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan
tugas penyediaan dan pengalokasian air, dan pengendalian banjir.

13
2. Bangunan atau pos pemantau kondisi hidrologi dan hidroklimatologis, dan kualitas
air misalnya berupa: pos pencatat curah hujan berikut peralatannya, atau pos
pemantau ketinggian muka air sungai, pos pemantau keadaan cuaca, serta pos
pemantau kualitas air,

3. Prasarana pendukung pelaksanaan tugas operasi ataupun pemeliharaan sungai,


misalnya: peralatan berat, kendaraan, serta peralatan komunikasi.

Pengoperasian bangunan prasarana sungai ini didasarkan pada pedoman yang dibuat
secara khusus untuk prasarana yang bersangkutan. Penyiapan pedoman pengoperasian
bangunan tersebut dibuat oleh perencana bangunan yang bersangkutan dan ditetapkan
oleh pejabat yang berwenang melakukan pembinaan pengoperasian bangunan yang
bersangkutan.

Untuk menjamin keakuratan dan keandalan sistem operasi bangunan sungai tersebut
diatas, perlu dilakukan pengecekan berkala paling sedikit setiap tahun sekali.

3.1. OPERASI PRASARANA SUNGAI


DALAM RANGKA PENGGUNAAN AIR

3.1.1. Pengaturan operasional prasarana sungai untuk pengambilan air sungai.

1) Penyediaan air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air bagi berbagai jenis
penggunaan air seoptimal mungkin, dengan tetap memperhatikan
ketersediaan air yang ada di sungai dan dengan prinsip keseimbangan dan
prioritas penyediaannya. Prinsip ini diwujudkan melalui perencanaan alokasi
air. Perencanaan alokasi air menyangkut jenis/tujuan penggunaan, lokasi
dan waktu atau masa penggunaan air.

2) Rencana penyediaan air dan pengalokasian air harus memenuhi kriteria


berikut :

a. air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi pertanian


rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada merupakan prioritas utama
diatas kebutuhan lainnya. Besaran kebutuhan pokok sehari-hari
14
ditetapkan sebesar 60 liter/orang/hari. Sedangkan untuk pertanian
rakyat ditetapkan sebesar 2 liter/dt/KK.

b. pemakai air yang sudah ada, perlu dijaga kelangsungannya; dan

c. air untuk kebutuhan pokok sehari-hari bagi penduduk yang


berdomisili di dekat sungai dan/atau di sekitar jaringan pembawa air
perlu mendapat perhatian.

d. Untuk menjaga kelestarian ekosistem sungai, ditetapkan kebutuhan


debit andalan (base flow minimum) sebesar debit dengan probabilitas
95 % tersedia sepanjang tahun

3) Jumlah air yang dialokasikan disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada
di suatu sungai dengan cara menyelaraskan waktu dan volume pemenuhan
untuk berbagai jenis kebutuhan air dengan ketersediaan air yang terdapat
pada seluruh jaringan sungai di WS bersangkutan. Keselarasan pemenuhan
kebutuhan air ini bersifat dinamis menurut waktu, menyeluruh menurut
lokasi dari hulu hingga ke hilir dan berbasis ruang WS atau setidaknya dalam
skala DAS.

4) Ketersediaan air yang ada diperoleh melalui survey dan kajian water balance.
Ketersediaan air yang diperoleh menunjukkan besaran air yang tersedia dalam
kondisi ketersediaan rata-rata, rata-rata maksimum dan rata-rata minimum. Pada
titik tinjauan tertentu neraca keseimbangan air (debit) dapat ditentukan besaran
debit pengambilan air yang diperbolehkan. Perencanaan penentuan debit
pengambilan air sungai dibuat oleh pengelola sumber daya air di wilayah sungai
dengan berpedoman pada penyediaan air rinci yang telah ditetapkan.

5) Hasil penentuan rencana debit pengambilan air oleh pengelola sumber daya air
merupakan bahan dikeluarkannya rekomtek untuk perijinan pengambilan air, yang
menetapkan batasan jumlah air yang dapat dialokasikan..

6) Bangunan pengambil harus direncanakan sesuai dengan debit yang diperlukan


sesuai kebutuhan, dengan tetap memperhatikan kemungkinan pengembangan,
kehilangan tinggi tekan akibat struktur, kurva massa aliran. Dimensi bangunan

15
pengambilan harus direncanakanberdasarkan kebutuhan air maksimum pada titik
tersebut.

7) Pada setiap bangunan pengambilan dilakukan monitoring terhadap besaran debit


sungai di hulu dan di hilir bangunan pengambilan untuk mengawasi agar
pengambilan air sungai tidak melebihi alokasi yang telah ditetapkan. Monitoring
terhadap besaran pada pintu pengambilan dapat dilakukan dengan pemasangan
alat ukur debit.

8) Pengaturan debit pengambilan pada suatu titik pengambilan tertentu dilakukan


dengan pengoperasian pintu pengambilan (bila melalui pengaturan bukaan pintu),
atau pengoperasian pompa air pengambilan (bila menggunakan pompa)

9) Pengoperasian pintu pengatur atau pengendali debit harus dicacat dalam


buku catatan (log book) setiap kali dilakukan perubahan posisi baik karena
ada perubahan ukuran bukaan pintu air maupun perubahan yang berkaitan
dengan pengecekan ataupun kalibrasi alat

3.1.2. Pembuatan kurva debit :

1) Kurva debit (kurva hubungan antara debit yang mengalir ke saluran pengambilan
dan bukaan pintu) dibuat sebagai pedoman bagi operasi prasarana sungai,
khususnya prasarana pintu pengambilan.

2) Kurva debit menunjukkan hubungan tinggi muka air dengan besaran debit air
yang mengalir, dengan pendekatan rumus Q = f (h). Sebaiknya, kurva debit dibuat
pada ruas saluran yang alirannya sudah laminair tidak terpengaruh oleh olakan air
setelah keluar dari pintu pengambilan. Monitoring besaran debit dapat diketahui
melalui pembacaan peilschaal tinggu muka air.

3) Kurva debit dilakukan terhadap setiap bangunan pengambilan, baik yang


dilengkapi dengan bangunan ukur maupun yang tanpa bangunan ukur.

3.1.3. Pelaksanaan operasi prasarana pintu pengambilan :

1) Petugas/juru pengairan melakukan operasi pintu air untuk mengatur debit air
pengambilan sesuai dengan jumlah penyediaan alokasi air yang telah ditetapkan.
16
2) Petugas/juru harus mengetahui batas volume maksimum air yang boleh
dipergunakan atau diambil oleh pemegang izin, serta pada saat-saat tertentu
memeriksa kesesuaian alat ukur debit air yang terpasang sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam surat izin pengambilan, serta kesesuaian jadwal waktu
penggunaan air.

3) Operasi pembukaan dan penutupan pintu pengambilan maupun pintu pembilas


yang terkoordinasi akan menghasilkan debit air yang dialirkan sesuai dengan
kebutuhan.

4) Dalam hal terjadi banjir atau kondisi luar biasa, atau kondisi dimana kandungan
endapan di sungai berlebihan, maka pintu pengambilan harus ditutup dan
pengambilan air dihentikan. Apabila di depan pintu pengambilan terdapat
saringan sampah (trashrack), maka pembersihan sampah dilakukan setelah pintu
pengambilan ditutup.

5) Pengoperasian prasarana sungai berupa bangunan pengambilan air sungai yang


berfungsi sebagai bangunan pengatur irigasi, maka pelaksanaanya diatur sesuai
dengan ketentuan PeraturanMenteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.

3.1.4. Pengaturan elevasi muka air dan debit air:

1) Pelaksanaan pengaturan elevasi muka air pada ruas sungai tertentu untuk suatu
kepentingan, dengan cara mengatur tinggi bukaan pintu air, ditetapkan
berdasarkan usulan dari setiap pemilik kepentingan, dengan tetap memperhatikan
kondisi sungai dan muka air sungai..

2) Pengaturan untuk memfasilitasi kepentingan kehidupan biota air, pemeliharaan


aliran sungai (river base flow maintenance) dengan debit aliran andalan 95 %,
dilakukan dengan pengaturan debit air sungai.

3) Terhadap alat pantau ketinggian muka air, perlu dilakukan kalibrasi peralatan dan
instrumentasi untuk menjamin keakuratan pengukuran tinggi muka air, menguji
keakuratan kurva debit.

17
3.2 OPERASI PRASARANA SUNGAI
DALAM RANGKA PENGELOLAAN BANJIR

3.2.1. Standard Operation Procedure (SOP) pengendalian banjir;

1) SOP banjir pada dasarnya merupakan pedoman yang berisi prosedur standar kegiatan
pengendalian banjir untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan serta
penggunaan fasilitas proses yang dilakukan berjalan efektif. SOP banjir ini harus
selalu dievaluasi dan dilakukan pemutakhiran sesuai dengan perkembangan kondisi,
dalam menghadapi banjir.

2) Pengendalian banjir melalui operasi prasarana sungai (terutama prasarana pengendali


banjir), diarahkan untuk tujuan mengurangi tingkat resiko atau kerusakan dan
kerugian akibat banjir.

3) Sejalan dengan standar pengoperasian prasarana pengendali banjir, perlu pula


dilakukan penelusuran sungai paling sedikit 2 kali dalam satu tahun (sebelum masa
terjadinya banjir dan setelah terjadinya banjir), agar dapat diketahui tingkat kerusakan
bangunan prasarana serta tanggul-tanggul kritis dan lokasi yang rentan terhadap
bocoran, longsoran tebing dan limpasan air. Format laporan hasil penelusuran sungai
sesuai dengan pedoman OP sungai. Langkah-langkah perbaikan perlu segera
diusulkan untuk mengurangi potensi resiko.

4) Termasuk dalam kegiatan penelusuran adalah memeriksa kesiapan operasional pintu-


pintu air dan pompa-pompa banjir, pelimpah banjir, saluran pengelak.

5) Dalam pengurangan resiko banjir diperlukan data debit banjir dan manual operasi
pintu banjir. Data debit banjir dapat diperoleh dari hitungan yang didasarkan oleh data
curah hujan dan data aliran sungai.

18
6) Pengoperasian bangunan prasarana sungai dalam rangka pengelolaan banjir dilakukan
mengikuti perubahan ketinggian muka air banjir. Penyiapan peralatan komunikasi
dalam rangka peringatan dini harus segera dilakukan.

7) Dalam hal kondisi ketinggian muka air banjir sudah masuk dalam kategori bahaya
(tingkatan waspada, siaga, awas), operasi prasarana sungai dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Kondisi tingkatan waspada, siaga dan awas
berbeda di masing-masing wilayah sungai sesuai dengan karakteristik aliran
banjirnya. Pada kondisi seperti ini, petugas OP sungai sudah harus mempersiapkan
langkah-langkah peringatan dini kepada masyarakat didaerah hilirnya, serta
berkoordinasi dengan instansi terkait di daerah.

8) Hubungan antara elevasi muka air sungai dalam kondisi siaga,waspada dan awas
dengan tinggi jagaan tanggul. Dalam hal infrastruktur bangunan sungai (tanggul)
telah terbangun, maka hubungan ketinggian muka air sungai dalam berbagai kondisi
(siaga, waspada dan awas) dengan tinggi jagaan tanggul seperti pada Gambar berikut
ini. Kalibrasi kurva elevasi muka air – debit banjir ditiap pos pengamat muka air
harus dilakukan secara periodic.

9) Dalam hal kondisi muka air sungai dalam kondisi kritis yang mengandung potensi
terjadi bencana banjir, maka petugas lapangan harus segera memberikan laporan
kepada pejabat berwewenang serta berkoordinasi dengan instansi terkait dalam
rangka kesiapan tanggap darurat penanggulangan bencana banjir.

19
10) Pelaksanaan piket banjir perlu segera diaktifkan pada lokasi-lokasi prasarana
terutama berkaitan dengan kesiapsiagaan operasional prasarana pengendali banjir.

3.2.2. Penyiapan bahan banjiran dan peralatan

1) Bahan banjiran dan peralatan (alat berat, pengangkut bahan banjiran, berupa karung
plastic, pasir, cerucuk, lembaran sesek anyaman bamboo, kayu dolken, bronjong
kawat, batu kali) harus selalu tersedia di kantor balai atau pada lokasi-lokasi kritis,
dan siap untuk dapat dimobilisasikan. Termasuk dalam tahap ini adalah kesiapan
sumber daya manusianya.

2) Pada kondisi awas, maka mobilisasi bahan banjiran dan peralatan sudah harus mulai
dilakukan untuk siap didistribusikan ke lokasi-lokasi yang membutuhkan.

3) Sebelum musin hujan dan setelah masa banjir, perlu dilakukan pengecekan terhadap
ketersediaan bahan banjiran

4) Pengoperasian peralatan berat dilaksanakan sesuai manual yang dibuat oleh pabrik
pembuat peralatan tersebut.

5) Pengoperasian peralatan berat harus mempertimbangkan : kondisi kesiapan alat;


metode kerja operasi; ketrampilan operator; cycle time operasi alat dan komunikasi
antara para operator dilapangan dengan pengawas dan bagian perawatan.

3.2.3. Monitoring banjir


1) Monitoring banjir dilakukan bersamaan dengan kegiatan inspeksi kondisi bangunan
prasarana sungai, sebelum dan sesudah terjadi banjir.
2) Hasil monitoring banjir memuat laporan mengenai kondisi prasarana pengendali
banjir, laporan kerusakan prasarana dan usulan perbaikan prasarana yang rusak akibat
banjir

3.2.4. Pemantauan lokasi kritis dan daerah rawan banjir


1) Pemantauan lokasi kritis dilakukan paling sedikit 2(dua ) kali dalam satu tahun
(sebelum musim hujan dan setelah musim hujan atau banjir. Pemantauan lokasi kritis

20
dilakukan bersamaan dengan pemantauan kondisi bangunan melalui kegiatan inspeksi
atau walkthrough.
2) Audit teknis kondisi bangunan prasarana sungai dilakukan setelah kegiatan
walkthrough.
3) Hasil audit teknis merupakan bahan pelaporan untuk tindak lanjut penanganan,
khususnya terhadap bangunan2 yang kritis.

3.2.5. Standard Operasional Prasarana Pengendali Banjir.


Operasional prasarana pengendali banjir, terbagi dalam 2 (dua) kondisi, yakni sebelum
terjadinya banjir namun sudah terjadi eskalasi potensi, dan pada kondisi saat terjadi
banjir.

Pedoman penanganan banjir dapat dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan yang
ada seperti Peraturan Kepala BNPB No. 4/2008 tentang “Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana”. Sedangkan untuk tindak darurat pada saat banjir (darurat
banjir) diatur dalam Permen PU Nomor 16/PRT/M/2013 tentang “Pedoman
Penanggulangan Darurat Bencana Akibat Daya Rusak Air”.

Pelaksanaan penanggulangan banjir terdiri atas 3 fase kondisi lapangan, yaitu sebelum,
pada saat terjadinya dan sesudah terjadinya banjir.

A. Operasional prasarana pada saat sebelum terjadi banjir :

Langkah langkah yang perlu dipersiapkan dalam mengoperasikan bangunan


pengendali banjir sebelum terjadinya banjir secara umum adalah sebagai berikut :

1. Pintu Air Pengendali Banjir


a) Pengecekan kondisi pintu-pintu air beserta bangunannya
b) Menginformasikan kondisi pintu-pintu air beserta bangunannya kepada
instansi terkait untuk tindakan penanganan lebih lanjut yang diperlukan
c) Pengoperasian pintu air secara teknis hendaknya mengikuti manual
pintu yang ada, serta disesuaikan dengan eskalasi kondisi muka air di
sungai.

21
d) Operasi pintu-pintu air dan bangunannya bila dimungkinkan dilakukan
atas kerja sama dengan instansi terkait.
e) Kegiatan-kegiatan operasional pintu air pengendali dan prasarana
pelengkapnya dilaporkan dalam format laporan sesuai manual masing-
masing bangunan

2. Pompa Pengendali Banjir


a) Pengecekan kondisi pompa-pompa air beserta bangunannya
b) Menginformasikan kondisi pompa-pompa air beserta bangunannya
untuk tindakan penanganan lebih lanjut yang diperlukan
c) Operasi pompa air dioperasikan sesuai dengan manual pompa yang
dipasang, serta sesuai dengan kondisi muka air di sungai.
d) Operasi dan Pemeliharaan pompa-pompa air dan bangunannya bila
dimungkinkan dapat dilakukan kerja sama dengan instansi terkait
e) Kegiatan-kegiatan operasional pompa pengendali banir dan bangunan
prasarana pelengkapnya dilaporkan dalam format laporan sesuai
manual masing-masing bangunan

3. Prasarana Pengendali Banjir lainnya.


a) Prasarana pengendali banjir lainnya seperti Bendungan, Kanal Banjir
(flood way) operasional prasarana pengendali banjir disesuaikan
dengan manual masing-masing bangunan.
b) operasional prasarana serta pengelolaannya harus terintregasi dengan
sistem pengendalian banjir yang ada dalam sungai utama.
c) Kegiatan-kegiatan operasional bangunan prasarana bangunan-
bangunan tersebut diatas dilaporkan dalam format laporan sesuai
manual masing-masing bangunan.

B. Operasional prasarana pada kondisi saat terjadi banjir


Pada saat kritis pengoperasian bangunan pengendali banjir adalah sebagai berikut:

1. Pintu Air Pengendali Banjir


a) Pintu air air dioperasikan sesuai dengan manual pengoperasian alat
b) Penutupan dan pembukaan pintu air sesuai kebutuhan dan SOP serta
dicatat dalam format laporan.

22
c) Petugas/penjaga pintu air dilapangan menyampaikan dan
menginformasikan setiap saat sesuai dengan prosedur kepada Petugas
Piket di Posko Banjir.

2. Pompa Pengendali Banjir


a) Pompa banjir beserta bangunannya dioperasikan sesuai dengan
manual pengoperasian alat.
b) Besarnya debit air yang dipompa pada saat banjir sesuai dengan
kebutuhan dan SOP serta dicatat dalam format laporan.
c) Petugas/penjaga pompa banjir dilapangan menyampaikan dan
menginformasikan setiap saat sesuai dengan prosedur kepada Petugas
Piket di Posko Banjir.

3. Prasarana Pengendali Banjir lainnya


Pengoperasian prasarana pengendali banjir lainnya seperti Bendungan,
Kanal Banjir (flood way) dan sebagainya disesuaikan dengan manual
masing-masing bangunan dan pengelolaannya terintregasi dengan sistem
pengendalian banjir yang ada dalam sungai utama.

C. Operasional prasarana pada saat setelah terjadinya banjir


a) Pada saat setelah terjadinya banjir, operasional prasarana pengendali banjir
kembali pada posisi normal. Namun demikian, perlu dilakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan operasi prasarana pengendali banjir pada saat sesaat
sebelum dan saat terjadinya banjir, sehingga dapat diperoleh data-data dan
hasil analisa untuk bahan masukan bagi upaya perbaikan dan
penyempurnaan system operasi prasarana pengendali.

b) Melakukan inventarisasi dan penilaian besarnya dampak kerusakan dan


kerugian, terutama dikaitkan sebagai dampak dioperasikannya prasarana
pengendali banjir. Penilaian ini berkaitan dengan evaluasi terhadap
kapasitas dan kemampuan system prasarana pengendali, atau terhadap
kinerja pengoperasiannya. Hasil penilaian tersebut dapat dijadikan bahan
masukan bagi upaya peningkatan kinerja prasarana pengendali banjir.

23
c) Selain itu, perlu pula dilakukan pengecekan terhadap system operasi untuk
kesiapsiagaan antisipasi terhadap kemungkinan kejadian banjir yang akan
datang..

d) Petugas operasi prasarana hendaknya menyampaikan laporan banjir, yang


memuat : waktu kejadian ; besaran curah hujan dan debit banjir pada saat
terjadi banjir, daerah terdampak (lokasi, luas, lama dan dalamnya
genangan, serta taksiran nilai kerugian.

e) Menyusun Menyusun program dan rencana perbaikan kerusakan akibat


banjir (termasuk kebutuhan survai dan perencanaan)

3.2.6. Standard pengoperasian peralatan pantau hidroklimatologi.

a) Program penghimpunan catatan data hidrologi harus direncanakan


paling sedikit sebanyak 2 (dua) kali setahun, yaitu pada awal tahun
dan akhir tahun. Sedangkan untuk pengumpulan data muka air dapat
dilakukan bersamaan dengan pengukuran debit.

b) Penghimpunan data pada tahun tertentu harus diusahakan selesai


paling lambat pada awal tahun berikutnya sehingga pengolahannya
menjadi kedalam penerbitan buku publikasi data tahunan (year book
data) tidak terlambat. Apabila tidak cukup tenaga, maka program
penghimpunan data terutama untuk pos hujan dan pos klimatologi
juga dapat dilakukan bersamaan dengan program inspeksi pos.

c) Terhadap peralatan alat pantau hidroklimatologi, secaraa periodic


perlu dilakukan kalibrasi peralatan untuk menjamin keakuratan hasil
pemantauan.

d) Petugas OP sungai harus selalu menjaga dan memelihara pos


pengamatan dari gangguan alam maupun aktivitas manusia, merawat
por agar tetap dapat berfungsi baik, melaporkan dengan segera
kepada unit pengelola hidrologi sekiranya terjadi hal-hal yang bersifat
luar biasa.

24
3.2.7. Standard pengoperasian peralatan berat dan kendaraan

a) Pengoperasian peralatan berat dan kendaraan dilaksanakan sesuai dengan


manual operasi yang dibuat oleh pabrik pembuat peralatan dan kendaraan
masing masing.

b) Dalam pelaksanaan pengoperasian alat berat terdapat faktor-faktor yang


harus dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut adalah factor kondisi
kesiapan alat; metode kerja operasi peralatan; ketrampilan operator serta
cycle time operasi alat.:

BAB 4

STANDARD PEMELIHARAAN
PRASARANA SUNGAI

Lingkup kegiatan pemeliharaan prasarana sungai terdiri atas kegiatan sebagai


berikut:

1) Penatausahaan bangunan sungai


2) Pemeliharaan fisik bangunan sungai
3) Pemeliharaan bangunan/pos pemantau kondisi hidrologi, hidroklimatologi
dan kualitas air sungai
4) Pemeliharaan prasarana penunjang dan pendukung kegiatan OP baik berupa
gedung, peralatan dan kendaraan.

Prasarana sungai ditinjau dari segi fungsinya terdiri atas :


1) Prasarana atau bangunan sungai yang berfungsi sebagai pelindung palung
sungai,
2) Prasarana atau bangunan sungai yang berfungsi sebagai prasarana,
pendayagunaan sungai serta pengendali aliran air sungai,

25
4.1. PENATA USAHAAN BANGUNAN SUNGAI

1) Penatausahaan bangunan sungai bertujuan untuk mengamankan eksistensi


bangunan secara administratif sesuai dengan kaidah pengelolaan barang milik
negara atau daerah

2) Penatausahaan bangunan sungai merupakan kegiatan inventarisasi atau


pencatatan bangunan sungai dan pemberian nomor kode atau kodefikasi. Setiap
kali perubahan mengenai jumlah, jenis, dan kondisi bangunan harus senantiasa
dilakukan pencatatan mengenai hal ihwal terjadinya perubahan.

3) Pendaftaran atau pencatatan prasarana sungai dipilah menurut kelompok


bangunan dan letaknya dalam jaringan sengai yang bersangkutan. Referensi
pengaturan adalah Peraturan Menteri Keuangan no. 29/PMK.06/2010.

4) Hasil inventarisasi bangunan sungai dihimpun ke dalam Laporan Inventarisasi


Prasarana Sungai. Catatan mengenai perubahan ini harus dihimpun dalam laporan
hasil inventarisasi tahunan. Laporan inventarisasi bangunan sungai ini merupakan
bagian kegiatan yang tak terpisahkan dengan kegiatan pengelolaan barang milik
negara (BMN).

5) Hasil inventarisasi tahunan tersebut akan digunakan sebagai bahan pertimbangan


dalam penyusunan target dan jadwal rencana inspeksi bangunan sungai.

4.2. PEMELIHARAAN FISIK BANGUNAN SUNGAI.

1) Pemeliharaan rutin dan berkala dilakukan dengan interval waktu yang berbeda-
beda untuk setiap jenis bangunan, misalnya setiap 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1
tahun, 2 tahun, atau 3 tahun.

2) Dalam pemeliharaan berkala terdapat pula kegiatan penggantian sebagian atau


keseluruhan komponen prasarana sungai baik karena mengalami kerusakan

26
maupun karena telah mencapai masa penggantian sebagaimana ditetapkan pabrik
pembuatnya,

3) Perbaikan ringan atau reparasi merupakan kegiatan/pekerjaan pemeliharaan


berskala kecil yang dilaksanakan dengan cara dan teknologi sederhana dan tak
memerlukan kelengkapan perhitungan desain.

4) Pemeliharaan korektif harus direncanakan berdasarkan hasil inspeksi/survai


detail terhadap keadaan bangunan sungai yang bersangkutan. Disain pekerjaan
pemeliharaan korektif harus disiapkan oleh personil yang terlatih dan
berpengalaman. Gambar disain dan RAB harus disyahkan oleh kepala unit
pelaksana teknis pengelolaan sumber daya air yang bersangkutan (Kepala Balai)
sebelum pelaksanaan pemeliharaan dimulai.

5) Pemeliharaan darurat bersifat sementara untuk meredam atau mengisolasi


terjadinya eskalasi genangan air untuk mencegah terjadinya keadaan yang lebih
buruk atau membahayakan lingkungan. Pasca kejadian banjir telah mereda,
pekerjaan yang bersifat sementara ini perlu dibongkar dan direncanakan
perbaikannya berdasarkan kaidah disain pemeliharaan korektif yang memenuhi
standar normal konstruksi bangunan

6) Jenis bangunan prasarana sungai yang perlu mendapat perhatian dalam kegiatan
pemeliharaan meliputi :
a) bangunan sungai yang berfungsi sebagai pelindung palung sungai dan
pengendali aliran air sungai ( tanggul sungai; revertment / bangunan
pelindung tebing; jetty, krib; sabo dam, checkdam,),
b) bangunan sungai yang berfungsi untuk pendayagunaan sumber air dan
pengendali banjir (pintu air, pompa air, pompa banjir, retention pond;
bending dan pelimpah; bending karet)

7) Pemeliharaan tanggul sungai

a) Secara rutin pemeliharaan tanggul berupa kegiatan pemotongan rumput


serta penanaman kembali bagian bagian tanggul yang rumputnya mati.

27
b) Terhadap tanggul-tanggul yang kritis perlu segera dilakukan perbaikan
untuk menghindari potensi kerusakan yang lebih parah. Beberapa contoh
kerusakan tanggul antara lain : lendutan puncak tanggul; bocoran dan
rembesan; longsoran dan kikisan tebing tanggul, atau pemotongan tanggul.
c) Apabila diperlukan peninggian tanggul untuk memperoleh tinggi jagaan
cukup pada saat banjir, bisa dilakukan penambahan tinggi tanggul dengan
cara menambah timbunan tanah diatasnya atau memasang tembok parapet

8) Pemeliharaan revertment
• Kerusakan umumnya dimulai dari pondasi konstruksi, maka diusahakan
pemeliharaan terhadap kerusakan pondasi selekasnya sebelum kerusakan
bertambah parah, atau seluruh struktur runtuh. Umumnya pemeliharaan
untuk pondasi revetment dilakukan dengan konstruksi Toe protection.

9) Pemeliharaan jetty
a) Jetty adalah bangunan tanggul/tembok batu atau beton yang dibangun di
muara sungai dan letaknya menjorok ke arah laut. Bangunan ini
merupakan perpanjangan alur sungai yang berfungsi mengarahkan lepasan
aliran air sungai sampai ke laut hingga kedalaman tertentu.

b) Bangunan jetty dibuat dengan tujuan untuk mengatasi masalah banjir dan
sedimentasi serta memperlancar aliran air sungai ke laut. Selain itu
bangunan jetty juga berfungsi untuk menghilangkan halangan untuk
member lemudahan akses keluar masuk lalu lintas perahu nelayan.

10) Krib
Pemeliharaan dilakukan dengan mengganti batu batu yang terlepas dari
bronjong, mengganti tiang tiang dolken / sheet pile yang roboh atau
hanyut.

4.3. Pemeliharaan bangunan/pos pemantau kondisi hidrologi, hidroklimatologi.

a) Prasarana pemantau kondisi hidrologi, hidroklimatologi dan kualitas air


terdiri atas: Peralatan penakar curah hujan, (ARR, Ordinary Rainfall Recorder
28
atau ORR); Stasiun/pos pengamat muka air (Automatic Water Level Recorder
atau AWLR / staf gauge); Stasiun/pos pengamat cuaca dan pos pengamat
kualitas air berikut peralatannya.

b) Pemeliharaan fisik prasarana pemantau kondisi hidrologi, hidroklimatologi,


dan pemantau kualitas air, termasuk pemeliharaan bangunan tempat
peralatan tersebut dioperasikan serta bangunan pagar pengaman prasarana
yang bersangkutan.

c) Hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan pos hidrologi, klimatologi


dan kualitas air, adalah: Jumlah pos yang ada; Jenis pos (otomatik atau
biasa); Jenis Peralatan yang digunakan; Lokasi pos; Kondisi bangunan pos
(baik, rusak ringan, rusak berat); Suku cadang yang dibutuhkan oleh masing-
masing pos; Kelengkapan operasional pos seperti formulir pembacaan,
grafik, tinta, pena, alat tulis dan lain-lain; dan kesiapan petugas yang
menangani operasi dan pemeliharaan

d) Inspeksi terhadap pos stasiun pengamat hidroklimatologi terdiri atas :


inspeksi rutin (paling lama 6 bulan sekali) ; inspeksi besar (paling lama 5
tahun sekali); dan inspeksi luar biasa (apabila terjadi kerusakan atau segera
setelah terjadi bencana alam)

4.4. Pemeliharaan prasarana penunjang kegiatan OP


a) Prasarana penunjang atau pendukung kegiatan OP sungai terdiri atas:
Bangunan kantor, gudang, bengkel, pos jaga dan rambu-rambu keamanan
Peralatan informasi dan telekomunikasi Peralatan berat dan kendaraan

b) Pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung bertujuan menjaga


keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar
bangunan gedung selalu laik fungsi.

c) Rincian mengenai tata cara dan metode pemeliharaan dan perawatan


bangunan gedung tersebut diatas agar dibuat oleh unit pengelola SDA selaku
pengelola bangunan yang bersangkutan dengan berpedoman pada lampiran

29
Peraturan Menteri PU No.24/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.

d) Pemeliharaan peralatan tersebut diatas harus dilaksanakan mengacu kepada


buku petunjuk pemeliharaan misalnya Manual Book atau Installation
Workbook yang disediakan oleh pabrik pembuat peralatan yang
bersangkutan.

e) Pemeliharaan peralatan berat dan kendaraan terdiri atas perawatan rutin


dan berkala

30

Anda mungkin juga menyukai