PEKERJAAN :
i
I. LATAR BELAKANG
A. Dasar Hukum
BAB I
KETENTUAN
UMUM Pasal
1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya.
2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan,
air tanah, air hujan, dan air laut yang berada didarat.
3. Air Permukaan adalah semua Air yang terdapat pada permukaan
tanah.
4. Air Tanah adalah Air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
batuan di bawah permukaan tanah.
5. Air Minum adalah air yang melalui pengolahan atau tanpa
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsungdiminum.
6. Sumber Air adalah tempat atau wadah Air alami dan/ atau
buatan yang terdapat pada, di atas, atau di bawah permukaan
tanah.
7. Daya Air adalah potensi yang terkandung dalam Air dan/atau pada
Sumber Air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi
kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya.
8. Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan
Pengendalian Daya Rusak Air.
9. PoIa Pengelolaan Sumber Daya Air adalah kerangka dasar
dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
kegiatan Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya
Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air.
10. Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air adalah hasil Perencanaan
secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk
menyelenggarakan Pengelolaan Sumber Daya Air.
11. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah Pengelolaan Sumber Daya
Air dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai dan/atau pulau-
pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua
ribu) kilometer persegi.
12. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan Air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alamiah, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan.
13. Cekungan Air Tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi
oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis,
seperti pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan Air Tanah
berlangsung.
14. Konservasi Sumber Daya Air adalah upaya memelihara keberadaan
serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi Sumber Daya Air agar
senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia dan makhluk
hidup lainnya, baik pada waktu sekarang maupun yang akan
datang.
15. Pendayagunaan Sumber Daya Air adalah upaya penatagunaan,
penyediaan, penggunaan, dan pengembangan Sumber Daya Air
secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
16. Daya Rusak Air adalah Daya Air yang merugikan kehidupan.
17. Pengendalian Daya Rusak Air adalah upaya untuk mencegah,
menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan
yang disebabkan oleh Daya Rusak Air.
18. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah
dalam rangka mencapai tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air.
19. Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air adalah kegiatan
yang meliputi pengaturan, pelaksanaan, perawatan, pemantauan,
dan evaluasi untuk menjamin keberadaan dan kelestarian fungsi
serta manfaat Sumber Daya Air dan prasarananya.
20. Prasarana Sumber Daya Air adalah bangunan Air beserta
bangunanlain yang menunjang kegiatan Pengelolaan Sumber Daya
Air, baik langsung maupun tidak langsung.
21. Pengelola Sumber Daya Air adalah institusi yang diberi tugas dan
tanggung jawab oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
dalam Pengelolaan Sumber Daya Air berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
22. Masyarakat Adat adalah masyarakat hukum adat dan/atau
masyarakat tradisional yang hidup secara turun-temurun di wilayah
geogralis tertentu dan diikat oleh identitas budaya, hubungan yang
kuat dengan tanah, serta wilayah dan sumber daya alam di wilayah
adatnya.
23. Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang dimiliki oleh Masyarakat
Adat tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan
lingkungan hidup para warganya, yang meliputi hak untuk
memanfaatkan tanah, hutan, dan Air beserta isinya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
24. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik
berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.
25. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945.
26. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
27. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Sumber Daya Air.
28. Eiaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air yang selanjutnya disingkat
BJPSDA adalah biaya yang dikenakan, baik sebagian maupun
secara keseluruhan, kepada pengguna Sumber Daya Air yang
dipergunakan .untuk Pengelolaan Sumber Daya Air secaraber
kelanjutan.
29. Sistem Penyediaan Air Minum adalah satu kesatuan sarana dan
prasarana penyediaan air minum.
Pasal 3
Pengaturan Sumber Daya Air bertujuan:
a. memberikan pelindungan dan menjamin pemenuhan hak ralqrat atas
Air;
b. menjamin keberlanjutan ketersediaan Air dan Sumber Air agar
memberikan manfaat secara adil bagi masyarakat;
c. menjamin pelestarian fungsi Air dan Sumber Air untuk
menunjang keberlanjutan pembangunan;
d. menjamin terciptanya kepastian hukum bagi terlaksananya
partisipasi masyarakat dalam pengawasan terhadap pemanfaatan
Sumber Daya Air mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pemanfaatan;
e. menjamin pelindungan dan pemberdayaan masyarakat, termasuk
Masyarakat Adat dalam upaya konservasi Air dan Sumber Air;dan
f. mengendalikan Daya Rusak Air secara menyeluruh yang mencakup
upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan.
Pasal 23
(1) Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan secara menyeluruh,
terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan untuk
mewujudkan kemanfaatan Air yang berkelanjutan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
(2) Kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi Konservasi Sumber
Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan Pengendalian Daya
Rusak Air.
Bagian Keempat Pengendalian Daya Rusak Air
Pasal 35
(1) Pengendalian Daya Rusak Air dilakukan secara menyeluruh yang
mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan.
(2) Pengendalian Daya Rusak Air sebagaimana dimaksud pada ayat
1
diutamakan pada upaya pencegahan melalui Perencanaan
Pengendalian Daya Rusak Air yang disusun secara terpadu
dan menyeluruh dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air.
(3) Pencegahan Daya Rusak Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk mencegah terjadinya bencana yang diakibatkan
oleh Daya Rusak Air.
(4) Penanggulangan Daya Rusak Air sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditujukan untuk meringankan penderitaan akibat bencana
melalui mitigasi bencana.
(5) Upaya penanggulangan Daya Rusak Air yang dinyatakan sebagai
bencana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan.
(6) Dalam keadaan yang membahayakan, gubernur dan/atau
bupati/wali kota berwenang mengambil tindakan darurat guna
keperluan penanggulangan Daya Rusak Air.
(7) Upaya pemulihan Daya Rusak Air dilakukan melalui kegiatan
rekonstruksi dan rehabilitasi.
Pasal 36
Setiap Orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
terjadinya Daya Rusak Air.
Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengendalian Daya Rusak Air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 70
Setiap Orang yang dengan sengaja:
a. melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi Prasarana Sumber Daya
Air dan nonkonstruksi pada Sumber Air tanpa memperoleh izin dari
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 ayat (3);
b. menyewakan atau memindahtangankan, baik sebagian maupun
keseluruhan izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan
bukan usaha atau izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4);atau
c. melakukan penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp5.0O0.000.00O,O0 (lima
miliar rupiah).
Pasal 71
Setiap Orang yang karena kelalaiannya:
a. Melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya
kondisi tata Air Daerah Aliran Sungai, kerusakan Sumber Air
dan prasarananya, dan/atau pencemaran Air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 huruf a, huruf b, dan huruf d;atau
b. Melakukan kegiatan yang mengakibatkan terjadinya Daya
Rusak Air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 18
(delapan belas) bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000. 000.000,00 (tiga
miliar rupiah)
B. Gambaran Umum
Sejak tahun 1960 sampai dengan akhir tahun 1980 prioritas
pengelolaan adalah pembangunan sumber daya dan prasarananya,
dimana kebijakan pengelolaan sumber daya air dilaksanakan
berdasarkan administrasi pemerintahan. Akhir tahun 1980 sampai
dengan tahun 1992 pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan
pendekatan suplay (supply driven approach) yang mengakibatkan
terabaikannya pemeliharaan prasarana sumber daya air serta
pemanfaatan sumber daya yang tidak berwawasan lingkungan.
III. SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi.
R. Dolken Bambu
Umum
Penyedia jasa mempersiapkan dolken Bambu yang merupakan salah satu
jenis pondasi yang biasanya diaplikasikan didaerah dengan kondisi tanah
yang kurang stabil dimana umumnya dengan jenis tanah lumpur ataupun
tanah gambut dengan elevasi muka air yang cukup tinggi.
Jenis dan ukuran dolken bambu harus sesuai spesifikasi dan persetujuan
direksi.
Cara Pelaksanaan
Untuk pelaksanaan pemancangan Dolken Bambu dapat dilakukan secara
manual (tenaga manusia) dan dapat juga dilakukan dengan mekanik atau
alat mesin yang sering disebut mesin pancang (back hoe). Pada prinsipnya
kedua cara tersebut adalah melakukan pemberian tekanan ke kepala kayu
pancang sehingga kayu akan tergeser secara vertikal kedalam tanah yang
ditumbukkan.
Secara umum, untuk pondasi dolken bambu yang dipergunakan harus
mengikuti persyaratan teknis yaitu :
Bambu harus mempunyai diameter yang seragam yaitu antara 8 – 15 cm,
dimana pada ujung terkecil tidak boleh kurang dari 8 cm dan pada ujung
terbesar tidak melebihi 15 cm
Bambu harus dalam bentang yang lurus untuk kemudahan penancapan
dan juga daya dukung yang makin besar.
Jenis bambu harus merupakan bamboo yang tebal yang tidak busuk jika
terendam air, kayu tidak dalam kondisi busuk dan tidak dalam keadaan
mudah patah jika ada pembebanan..
X. PERSONIL MANAJERIAL
Organisasi penyedia jasa atau kualifikasi personil yang dibutuhkan pada
pelaksanaan Rehabilitasi DI Kalosi Kabupaten Pinrang, yaitu:
XI. PERALATAN
Daftar peralatan yang dibutuhkan yaitu:
Kepemilikan
No. Jenis Kapasitas Jumlah (Milik/Sewa Beli/Sewa)
B. Perencanaan K3
Ada beberapa hal utama dalam penyelenggaraan RK3K yakni;
a) Kebijakan K3
Berupa pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk
menerapkan K3 berdasarkan skala risiko dan peraturan perundang-
undangan K3 yang dilaksanakan secara konsisten dan harus
ditandatangani oleh Manajer Proyek/Kepala Proyek)
Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3
pada kegiatan konstruksi yang telah direncanakan. Kepala
Proyek/Project Manager harus mengesahkan Kebijakan K3
Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja serta peningkatan
berkelanjutan SMK3;
2. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan
perundang- undang-an dan persyaratan lain yang terkait
dengan K3;
3. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.
b) Organisasi K3
Organisasi K3 terdiri dari personil yang memiliki
kompetensi bidang K3 berasal dari pihak terkait dalam
pelaksanaan proyek yang bertanggung jawab untuk menjamin
terlaksananyaSMK3, terdiri dari : Penanggungjawab K3,
engineering, pelaksana konstruksi dan unit pendukung seperti
SDM, keuangan, dan tim pengelola K3 (kedaruratan, P3K,
kebakaran). Organisasi ini dibentuk sesuai kebutuhan dan tingkat
kemampuan proyek.
Contohnya:
Penanggung Jawab K3
1. Pengukuran MC 0% • Terperosok
dan
100% • Terjatuh di
tebing curam
2. PEKERJAAN UTAMA
2.1. GALIAN TANAH MEKANIS
2.2.1. Umum
- Material
Batu
Material batu harus bersih, keras, padat, tahan lama, (tidak retak
dan rapuh) yang didatangkan dari luar lokasi pekerjaan.
Semen
Semen yang digunakan mengikuti ketentuan-ketentuan dari PBI
1971- NI.2
Air
Air yang digunakan untuk campuran pasangan batu
gunung/kali tidak boleh mengandung minyak, alkali, garam-
garam, bahan bahan organis untuk itu sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.
Pasir
Pasir yang dipakai harus bersih (tidak berlumpur, tidak
mengandung bahan organis) dan bersifat keras, kekal, (tidak
mudah hancur oleh cuaca), dan kandungan kadar lumpur
maksimal 5%.
- Adukan semen
- Material
Semen Portland ( PC )
Semen untuk pekerjaan plesteran sama dengan yang digunakan
untuk pekerjaan pasang batu kali.
Pasir
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras,
kadar lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih
dari 5% atau sama dengan pasir yang dipergunakan pada
pekerjaan pasang batu kali/gunung.
Air
Air yang digunakan untuk plesteran sama dengan yang
digunakan untuk pekerjaan pasang batu kali.
- Adukan Semen
Untuk pekerjaan plesteran ini digunakan campuran 1 bagian
semen (PC) : 3 bagian pasir (PP). Untuk semua bagian yang akan
diplester harus bersih dari kotoran dan disiram dengan air
dengan rata hingga jenuh kemudian di plester dengan tebal
plesteran 1.5 sampai 2 cm. Selama proses pengeringan, plesteran
harus disiram air agar tidak terjadi retak-retak akibat proses
pengeringan yang terlalu cepat. Pencampuran adukan dilakukan
dengan mesin pengaduk (molen), campuran dengan tangan
hanya boleh dilakukan atas ijin direksi.
a. Material
- Semen
Semen yang digunakan untuk konstruksi beton bertulang atau
tanpa tulang pada umumnya dari jenis semen Portland yang
memenuhi ketentuan dalam NI-8.
Penyedia Jasa harus mempergunakan semen Portland hanya
dalam satu merek. Semen harus dijaga terhadap pengaruh hujan
dan kelembaban serta pengaruh-pengaruh lain yang dapat
menjadikan rusak sebelum di pergunakan.
Semen yang digunakan untuk seluruh pekerjaan harus
diproduksi oleh pabrik yang disetujui oleh direksi secara tertulis.
Semen tersebut harus semen Portland biasa sesuai dengan
ketentuan dan harus kering serta tidak ada yang menggumpal
dan mengeras.
Semen harus dikemas dalam kantong. Kantong semen harus
cukup kuat untuk menerima perlakuan kasar dalam
pengangkutan oleh tenaga manusia. Nama dan cap pabrik, tipe
semen, tahun dan bulan pembuatan, serta berat bersih harus
tertera dengan jelas pada setap kantong.
- Air
Air yang digunakan untuk campuran beton tidak boleh
mengandung minyak, alkali, garam-garam, bahan-bahan
organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton, baja
tulangan atau jaringan kawat baja untuk itu sebaiknya dipakai
air bersih yang dapat diminum.
- Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus yang digunakan adalah pasir dengan butir-butir
tajam, keras, bersih dan tidak mengandung bahan-bahan
organis.
Ukuran pasir harus sesuai dengan pengujian sebagai berikut:
a) Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat
b) Sisa diatas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat
c) Sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara
80% dan 90% berat
d) Kadar lumpur maksimum 5 %
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk
semua mutu beton kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari
Lembaga Pemeriksaan Bahan-Bahan yang diakui.
- Agregat Kasar (Batu Pecah/Kerikil)
Agregat kasar yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah
berupa kerikil atau batu pecah dari butir-butir keras, runcing
tidak berpori, bersih dan tidak mengandung zat-zat aktif yang
dapat merusak beton atau baja tulangan.
a. Sisa diatas ayakan 31,5 mm harus minimum 0% berat.
b.Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 90% berat dan 98%
berat.
c. Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang
berurutan adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.
d.Kadar lumpur maksimum 1 % berat.
- Bahan Pembantu
Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu
pengikatan, dan pengerasan, atau maksud-maksud lain dapat
dipakai bahan-bahan pembantu, jenis dan jumlah bahan
pembantu yang dipakai harus atas persetujuan direksi.
Manfaat dari bahan-bahan pembantu harus dapat dibuktikan
dengan hasil-hasil percobaan dengan ketentuan bahwa tidak
boleh menyebabkan kekuatan tekanan beton tidak lebih dari
5%. Di dalam pemakaiannya untuk bahan-bahan pembantu ini
harus diadakan pengawasan yang cermat untuk menjamin
bahwa jumlah pemakaian bahan tambahan tersebut selalu tepat
dengan yang diijinkan.
- Perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton
muda yaitu sebelum beton mengeras mencapai kekuatan yang
disyaratkan dan sebelum beton mendapat bentuknya yang
permanen.
- Bekisting
Bekisting Beton adalah konstruksi cetakan terbuat dari kayu
(papan, triplek), baja atau beton precast yang digunakan untuk
membentuk beton muda agar bila telah mengeras mencapai
dimensi dan kedudukan seperti yang telah tercantum dalam
gambar. Acuan beton harus direncanakan sedemikian sehingga
pada waktu pembongkarannya tidak akan menimbulkan
kerusakan pada beton perancah.
b. Pencampuran Beton
- Perbandingan Campuran
Beton harus terdiri dari semen, bahan pengisi (agregat), air dan
bahan tambahan bila diijinkan, diaduk dengan sempurna,
untuk mendapatkan kekuatan yang ditentukan. Beton
diklasifikasikan berdasarkan kekuatan tekan 28 (dua puluh
delapan) hari dengan penggunaan ukuran agregat maksimum
seperti terlihat dibawah ini:
Tipe Kekuatan Ukuran Perbandingan
Campuran tekan yang Agregat air/semen
Beton ditentukan Maksimum maksimum
pada umur (mm) (%)
28 hari
(kg/cm2
)
A (K-225) 225 40 (20) 50
B (K-175) 175 40 50
C (K- 125) 125 80 55
D (K-100) 100 20 60
c. Pengecoran
Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah
dan pekerjaan persiapan, telah sempurna dikerjakan dan disetujui
oleh direksi.
- Persiapan
Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan penunjang siap
pakai, material dan pekerja-pekerja harus sudah berada di
tempat pengecoran.
Permukaan sebelah dalam dari acuan harus sudah dibersihkan
dari bahan-bahan lepas, kotoran-kotoran maupun potongan
kawat besi.
Acuan/Bekisting yang terbuat dari kayu dan dimana
dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu, maka kayu
tersebut harus terlebih dahulu dibasai dengan air hingga jenuh.
- Pelaksanaan Pengecoran
Sebelum pengecoran beton, harus dilakukan persiapan
sedemikian rupa sehingga dalam semua keadaan adukan beton
dapat diangkat dengan lancar dan di tempatkan pada posisi
yang diperlukan tanpa perlu adanya pengangkutan lebih lanjut
serta tidak terjadi pemisahan bahan-bahan.
Beton tidak boleh diangkut dengan talang miring atau
dijatuhkan dari tempat pengadukan atau dengan cara lain
dengan ketinggian lebih dari 1.5 m kecuali dengan persetujuan
direksi yang dapat memerintahkan adukan beton dijatuhkan
keatas bak penampung dan harus diaduk lagi dengan tangan
sebelum dituang/dicor.
Tinggi pengangkutan harus lebih kecil dari 1,5 m , kecuali ada
ketentuan lain atas ijin direksi.
Tempat dimana beton akan dituang harus dijaga agar bebas dari
genangan air selama pelaksanaan pengecoran, kecuali ada
persetujuan lain dari direksi. Aliran air yang melintas atau
masuk ketempat pekerjaan tersebut harus diamankan sebelum
proses pengecoran beton dimulai. Jika pengecoran dalam air
tidak dapat dihindari dan jika telah mendapat persetujuan
khusus oleh direksi, adukan beton harus dituangkan melalui
pipa. Ketentuan khusus tentang bagian-bagian campuran dan
tata cara pengecoran dapat ditentukan oleh direksi dan penyedia
jasa tidak berhak atas kompensasi biaya yang di akibatkannya.
Sebelum melanjutkan pengecoran beton pada pekerjaan yang
dilaksanakan terdahulu, yang kemudian di istirahatkan atau
dihentikan, permukaan dan ujungnya harus dikasarkan dengan
sempurna dengan menggunakan pahat yang tajam sedemikian
rupa sehingga tidak ada lagi lapisan kulit yang lunak.
Permukaan yang dikasarkan tersebut harus dibersihkan dengan
sempurna dengan penyemprotan angin dan air atau cara-cara
lain yang yang disetujui, disikat dan disiram sesaat sebelum
proses pengecoran lapisan beton berikutnya dilaksanakan. Biaya
untuk semua pengkasaran permukaan tersebut harus dianggap
telah termasuk dalam harga-harga satuan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.
Beton untuk pekerjaan beton bertulang harus dicor dalam
jumlah sedikit-sedikit, dalam keadaan dapat dibentuk dengan
perbandingan air semen sedemikian rupa untuk mencapai
kekuatan yang ditentukan.
Pengecoran beton dalam bagian-bagian tersendiri harus
dilaksanakan terus menerus tanpa berhenti sampai batas
sambungan yang disetujui sebelumnya, atau sampai bagian
tersebut selesai dan harus diselesaikan dengan cara sedemikian
rupa sehingga bagian-bagian sambungan harus monolit, kecuali
ada ketentuan lain.
Beton bervolume besar harus dilaksanakan dalam bagian-bagian
yang terlebih dahulu dianjurkan atau disetujui oleh direksi dan
harus dikerjakan secara terus menerus tanpa berhenti sampai
selesai dalam setiap bagiannya dan tidak diijinkan
untuk istirahat selama pekerjaan berjalan. Apabila diperlukan
bekerja diluar batas jam kerja biasa untuk terpenuhinya kondisi
tersebut di atas, penyedia jasa harus sudah
memperhitungkannya dalam harga-harga satuan beton didalam
Daftar Kuantitas dan Harga. Dalam pelaksanaan pengecoran
penyedia jasa harus menyiapkan acuan kubus beton dan
membuat benda uji kubus beton sesuai jumlah yang dianjurkan
dan disetujui direksi. Segala biaya penyiapan dan pengujian
benda uji kubus tersebut menjadi tanggung jawab penyedia jasa.
- Pengerjaan Beton Tidak Diijinkan Dalam Cuaca Tidak
Memungkinkan.
Pengerjaan beton tidak diijinkan selama ada badai atau hujan
lebat. Semua bahan beton dan perlengkapan instalasinya harus
dilindungi dengan baik terhadap akibat terjadinya badai atau
angin kencang.
- Campuran Yang Sudah Mengeras Tidak Boleh Digunakan
Dalam kejadian apapun campuran yang sudah mengeras tidak
boleh digunakan.
Direksi berhak menolak beton dalam beberapa kejadian sebagai
berikut :
• Jika pelaksanaan pengadukan tidak dapat dimulai dalam
30 menit setelah semen dituangkan kedalam agregat.
• Jika lebih dari 30 menit telah dilampaui antara adukan yang
telah masak dikeluarkan dari alat pengaduk dengan
pengecorannya tanpa pengaduk lagi.
• Jika telah dilampaui dari dari 1,5 jam antara penuangan
semen pada agregat dan pelaksanaan pengecoran beton.
• Jika slump dari beton telah menyusut lebih dari 2,5 cm atau
cukup besar menurut anggapan direksi, selama jangka waktu
mulai matangnya beton sampai pengecoran beton.
d. Pemadatan
Selama pengecoran beton harus dipadatkan dengan alat pemadat.
Ketelitian dalam hal pemadatan perlu diperhatikan agar supaya
sudut-sudut dan sela antara terisi dan disekeliling terpenuhi.
Semua rongga-rongga/gelembung udara tidak boleh terjadi pada
pemadatan.
Harus diperhatikan agar penggetaran/pemadatan tidak terlalu
lama yang dapat mengakibatkan pemisahan bahan-bahan (
Segregation )
f. Perawatan
Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan dan
panas matahari serta kerusakan-kerusakan lainnya yang
disebabkan oleh gaya-gaya sentuhan sampai beton telah menjadi
keras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam keadaan lembab,
dengan cara menutupinya dengan karung-karung basah atau
menggenangi air sampai selama paling sedikit 2 minggu.
Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses
pengerasan tidak boleh diganggu. Tidak diperkenankan untuk
mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai
tempat timbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk
mengangkut bahan- bahan yang berat. Permukaan lantai beton
yang selesai sesudah beton mulai mengeras harus segera ditutup
dengan karung-karung basah agar beton tetap lembab dan
mengeras dengan sempurna.
Catatan : beton yang menggunakan semen biasa dan tidak
memakai bahan pembantu pembasahan dilakukan selama
minimum 7 hari.
Beban hanya dapat diizinkan melewatinya setelah beton berumur
30 hari atau sampai waktu yang ditentukan direksi.
2.9. PEMBESIAN
2.9.1. Umum
Baja tulang harus terdiri dari besi beton bulat berulir atau besi beton
bulat sesuai ketentuan-ketentuan berikut ini :
Besi beton bulat Besi beton bulat
berulir
D - 24
U - 32
- Kekuatan tarik,kg/mm2 49 – 63 29 – 53
- Titik leleh, kg/mm2 30 atau lebih 24 atau lebih
- Penambahan panjang, % 14 atau lebih 20 atau lebih
Satuan Berat (kg/m) 0,617 0,888 1,58 ,2,23 2,98 3,85 4,83 6,31
- Persyaratan Bahan
1). Pekerjaan Daun Pintu
Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai
dengan SNI 03-6861-2-2002. Spesifikasi Bahan bangunan
bagian B (bahan bangunan dari besi/baja).
- Daun Pintu
1). Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka
utama penyekat dan komponen lain yang diperlukan.
Pintu yang digunakan harus sesuai dengan Gambar
dengan konstruksi las, lebar dan tinggi bersih daun pintu;
2). Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam
spesifikasi ini maka PenyediamJasa harus membuatnya
dengan persetujuan Direksi;
3). Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal
minimum pelat pintu air adalah 6 (enam) mm, termasuk
ke longgaran korosi 2 (dua) milimeter;
- Kerangka Pintu
Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar
pintu, kerangka atas dan kerangka tarik/sponing dan semua
komponen lain yang diperlukan pada pemasangan rangka
pintu yang lengkap dan memudahkan operasi pintu. Jika
konstruksi rangka pintu tidak dijelaskan secara rinci disini,
maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan
Direksi Pekerjaan.
- Kerangka Ambang
Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari
puntir dan bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah
pintu. Kerangka ambang harus direncanakan agar dapat
meneruskan gaya – gaya yang terjadi pada beton atau
pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan.
- Kerangka Sponing
Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air
pada beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata.
Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan
teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap
panjang 3 (tiga) meter. Permukaan harus dikerjakan dengan
mesin dan diperkeras untuk memberikan perlindungan
terhadap keausan.
- Kerangka Atas
Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus
mendukung pengangkat roda gigi. Balok atas harus mampu
menahan beban pengangkat.
- Stang
Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan
secara manual dan tenaga listrik, dipasang pada balok atas
pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan
memegang pintu. Stang harus terdiri dari peralatan
mekanis/listrik, yaitu : tumpuan, mur penggerak, roda gigi,
handel pemutar dan komponen lain yang memerlukan
pengoperasian secara efisien. Stang harus direncanakan agar
mampu menahan beban yang terjadi. Jika konstruksi stang
yang perinciannya tidak diterangkan disini, maka harus
dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
- Peralatan Mekanis
Tumpuan/Bantalan
Roda Gigi Reduksi
Kloping
Ulir Pegangkatan
Tongkat Penghubung
Handle Operasi manual
- Perencanaan
Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada
beban dan tegangan rencana, yang meliputi :
1). Beban Rencana
Pintu
Pintu harus direncaakan dengan kondisi beban sebagai
berikut :
a) Beban air
b) Beban – beban lain
c) Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban
yang akan terjadi pada saat awal, menaikkan atau
menurunkan pintu.
- Stang
• Bronjong Kawat
Bronjong Kawat bergalvanis sesuai SNI 03-0090-1999 dengan
memenuhi syarat kawat bronjong sesuai SNI 03-6154-1999.
• Karakteristik kawat bronjong adalah:
Kawat anyaman diameter : 3 mm dilapis
- Berat Lapisan seng : min 275 gr/m
- Jumlah puntiran : 26 kali
Kawat sisi diameter : 4 mm dilapis
- Berat lapisan seng : min 290 gr/m2
- Jumlah puntiran : 21 kali
Kawat ikat diameter : 2,0 mm dilapis
- Berat lapisan seng : 240 gr/m
- Jumlah puntiran : 38 kali
Kuat Tarik : 41 kg/mm
Dimensi : B = 1.0 m x L = 2.0 m x T = 0.5 m
• Anyaman : Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam
yang teranyam dengan tiga lilitan dengan lubang kira-kira 100
mm x 120 mm (maksimum) yang dibuat sedemikian rupa
hingga tidak lepas-lepas dan dirancang uiituk diperoleh
kelenturan dan kekuatan yang diperlukan. Keliling tepi dari
anyaman kawat harus diikat pada kerangka bronjong sehingga
sambungan-sambungan yang diikatkan hars sama kuatnya
seperti pada badan anyaman.
• Keranjang haruslah merupakan unit tunggal dan disediakan
dengan dimensi yang disyaratkan dalam gambar atau sesuai
petunjuk Direksi dan dibuat sedemikian sehingga dapat dikirim
ke lapangan sebelum diisi dengan batu.
• Batu
Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri
dari batu yang keras dan awet dengan sifat sebagai berikut:
• Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari
35%
• Berat isi oven lebih besar dari 2,3
• Penyerapan Air tidak lebih besar dari 4 %
• Kekekalan bentuk agreget terhadap natrium sulfat atau
magnesium sulfat dalam pengujian 5 siklus (daur)
kehilangannya harus kurang dari 10 % Batu untuk pasangan
batu kosong haruslah bersudut tajam, berat tidak kurang dari
40 kg dan memiliki dimensi minimum 300 mm. Direksi
- Landasan
Landasan haruslah dari bahan drainase porous seperti yang
disyaratkan dengan garadasi yang dipilih sedemikian hingga
tanah pondasi tidak dapat hanyut melewati bahan landasan
dan juga bahan landasan tidak hanyut melewati pasangan
batu kosong atau bronjong.
KETENTUAN UMUM
1. Umum
Lokasi Pekerjaan terletak pada :
Kabupaten : Pinrang
Provinsi : Sulawesi Selatan
2. Ketentuan Umum
Pekerjaan harus dilaksanakan menurut peraturan dan syarat-syarat serta
gambar bestek. Segala perubahan hanya dianggap sah dan dibenarkan
apabila mendapat persetujuan Direksi secara tertulis.
Segala perintah dan petunjuk dari Direksi harus ditaati dan dilaksanakan
dengan baik demi sempurnanya pekerjaan.
Pada akhir pelaksanaan dan setelah berakhirnya masa pemeliharaan,
pekerjaan harus diserahkan kepada Panitia/Pejabat penerima hasil
pekerjaan dalam keadaan baik dan memuaskan, yang disertai Berita
Acara Penyerahan Pekerjaan.
3. Fasilitas Pelaksanaan
Semua fasilitas pelaksanaan (temporary works) harus disimpan,
dilakukan, dioperasikan dan dipelihara oleh Penyedia Jasa, kecuali yang
sudah diatur dalam kontrak.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab dan memelihara semua jalan,
jembatan, saluran, tanggul dan lain-lain yang digunakan pada waktu
pelaksanaan pekerjaan. Sebelum mengangkut, membawa dan
memindahkan peralatan berat, Penyedia jasa harus menginspeksi
batas-batas beban yang diizinkan pada jalan-jalan yang akan dilewati.
Oleh karena itu Penyedia Jasa harus membicarakan dengan Direksi atau
yang berwenang sebelum memulai pekerjaan.
Penyedia jasa harus memelihara/melindungi sarana lingkungan dan lain-
lain pada waktu dan akibat dari pelaksanaan pekerjaan. Jika menurut
Direksi, Penyedia jasa beroperasi di luar areal lokasi Pekerjaan dan
mengakibatkan kerusakan alam/lingkungan, maka Direksi berhak untuk
meminta kepada Penyedia jasa untuk melakukan perbaikan atas beban
Penyedia Jasa. Untuk melakukan pemeliharaan, perbaikan dan modifikasi
yang dilakukan Penyedia Jasa terhadap hal-hal tersebut di atas adalah
menjadi tanggung jawab Penyedia jasa.Penyedia Jasa harus menjaga
setiap kemungkinan bahaya yang akan timbul. Oleh karena itu Penyedia
Jasa harus dapat mengatur peralatan pelaksanaan maupun bahan di
lokasi dengan sebaik-baiknya terhadap pengangkutan, penempatan
material dan pengisian bahan bakar untuk peralatan dan kendaraan yang
dipergunakan untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran.
Semua material, peralatan untuk keperluan pelaksanaan disiapkan oleh
Penyedia Jasa setiap saat dan Penyedia Jasa harus menyiapkan fasilitas
pengecekan tanpa meminta tambahan biaya untuk keperluan tersebut.
4. Peralatan
Penyedia Jasa harus menyediakan sendiri semua peralatan kerja dalam
jumlah yang cukup sesuai dengan jenis dan volume pekerjaan.
Disamping peralatan kerja utama, Penyedia Jasa harus menyediakan
peralatan kerja bantu yang cocok dan lazim digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini serta jumlah yang cukup.
Selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus
menyediakan penerangan pada malam hari sehingga seluruh lokasi kerja
dapat dikontrol pada malam hari.
5. Foto Dokumentasi
Penyedia Jasa harus membuat foto-foto dokumentasi dalam tahapan
pekerjaan sebagai berikut :
* Sebelum pekerjaan dimulai (0 %)
* Pekerjaan mencapai 50 %
* Pekerjaan selesai seluruhnya (100 %)
Tata cara pengambilan foto dokumentasi diambil dalam arah dan tempat
yang sama setiap tahapan dengan latar belakang objek permanen yang
sama pula sehingga dapat menggambarkan kemajuan secara kronologis
dan jelas. Foto-foto yang baik khususnya yang dapat menunjukkan
tahapan pekerjaan 0 %, 50 % dan 100 %, yang dianggap penting
disusun dalam album dan diserahkan kepada Direksi sebanyak 3 (tiga)
rangkap beserta negatif filmnya, dan selanjutnya menjadi dokumen
proyek.
7. Pengamanan
Penyedia Jasa berkewajiban menjaga keamanan dan tata tertib ditempat
pekerjaan.
Penyedia Jasa berkewajiban mengambil tindakan yang perlu demi
keamanan pekerjaan. Tempat pekerjaan harus senantiasa bersih dan
teratur rapih.
Penyedia Jasa wajib menolak orang-orang yang dinilai Direksi
mengganggu jalannya pekerjaan. Bila perlu Direksi minta bantuan
penguasa setempat dan penyedia jasa tidak berhak menuntut ganti rugi
karenanya.
8. Keselamatan Kerja
Penyedia Jasa diwajibkan memberi jaminan kesehatan dan keamanan
serta keselamatan bagi para karyawan dan pekerja-pekerja, antara lain
dengan menyediakan kotak PPPK lengkap dengan obat kebutuhan sebagai
alat penolong jika terjadi kecelakaan ditempat pekerjaan. Biaya
perawatan menjadi beban Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa berkewajiban membayar Asuransi Tenaga Kerja sesuai
peraturan yang berlaku.
9. Program Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus membuat program pelaksanaan sesuai dengan syarat-
syarat kontrak. Program tersebut harus di buat dalam bentuk barchart dan
daftar yang memperlihatkan setiap kegiatan :
a). Jenis Kegiatan dan volume.
b). Waktu Pelaksanaan.
c). Program dan realisasi kemajuan pekerjaan.
d). Jumlah dan jenis tenaga kerja, peralatan dan material yang
diperlukan. Aktivitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk
pelaksanaan pekerjaan mobilisasi, persiapan dll, serta kelonggaran waktu
dengan adanya hari libur umum.
b. Peralatan
Penyedia jasa harus segera menyediakan semua peralatan yang
diperlukan dalam pelaksanaan dalam jumlah yang cukup dan
jenis alat yang sesuai. Apabila Direksi Pekerjaan memandang
belum sesuai dengan kontrak, maka Penyedia jasa harus segera
memenuhi kekurangannya agar pekerjaan dapat dikerjakan
dengan sempurna.
c. Bahan Pengganti
Penyedia jasa harus mendatangkan bahan yang ditentukan,
apabila bahan tersebut tidak tersedia di pasaran, maka dapat
digunakan bahan pengganti yang sesuai dengan mendapat izin
tertulis dari Direksi Pekerjaan.
d. Pemeriksaan Bahan/Material
Material yang akan digunakan oleh Penyedia jasa harus mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
15. Lain-Lain
Hal-hal yang belum terdapat dalam persyaratan ini yang diperkirakan
akan berpengaruh dalam pelaksanaan pekerjaan, akan ditambahkan di
dalam Aanwijzing (Peninjauan Lapangan).
B. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi
Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam waktu
15 (Lima Belas) hari sejak diterbitkan SPMK yang meliputi ;
2. Pembersihan Lapangan
Penyedia jasa harus membersihkan lokasi pekerjaan sebelum pekerjaan di
mulai dari semua tumbuhan, termasuk pohon-pohon, akar-akaran dan
lain-lain pada daerah tertentu di tempat pekerjaan.
Semua hasil pembongkaran/pembersihan tersebut dibuang ke tempat
yang telah ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
Ukuran-ukuran daerah yang akan dibersihkan tercantum pada gambar-
gambar rencana atau ditentukan oleh Direksi sebelum pelaksanaan
pekerjaan.
3. Pekerjaan Pengukuran
a. Titik Tetap (Bench Mark)
Sebelum pekerjaan dimulai Direksi menentukan titik tetap di
lapangan yang ketinggiannya akan diberikan secara tertulis pada
pihak Penyedia jasa. Titik tetap ini akan merupakan titik utama
dalam melaksanakan pekerjaan dan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan titik duga (peil-peil) pada sumbu tanggul dan
bangunan-bangunan lainnya.
Selama pelaksanaan, Penyedia jasa diwajibkan untuk menjaga dan
mencegah kemungkinan-kemungkinan rusak dan berubahnya titik
tetap.
Jika merasa perlu Direksi dapat memerintahkan kepada Penyedia
Jasa untuk mengadakan pengecekan peil titik tetap lainnya.
C. ADMINISTRASI
1. Bouwheer Direksi dan Pengawas
a. Sebagai Pemilik Pekerjaan (Bouwheer) adalah :
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini diwakili oleh
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Prov. Sulawesi Selatan.
b. Bertindak sebagai Direksi pekerjaan ialah Kepala UPT. WS. Walanae
Cenranae atau yang ditunjuk oleh PA/KPA, yang selanjutnya disebut
Direksi.
c. Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, Direksi menunjuk
pembantu- pembantunya sebagai Pengawas Pekerjaan.
d. Semua perintah dan petunjuk dari Pengawas, dianggap sebagai
ketentuan dari Direksi, selama tidak menyimpang dari syarat-syarat
pekerjaan ini dan semua peraturan yang berlaku.
8. Rencana Kerja
a. Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana kerja untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi paling lambat satu minggu
setelah dikeluarkan surat perintah mulai kerja (SPMK).
Rencana kerja meliputi :
1) Rencana Umum Pekerjaan.
2) Organisasi dan tanggung jawab staf Penyedia Jasa.
3) Daftar dan jumlah peralatan dan material
yang akan digunakan.
4) Time Schedule dan jadwal umum pelaksanaan.
5) Metode Pelaksanan, mulai dari pekerjaan
persiapan, pengukuran, dan seterusnya
6) Data dan grafik curah hujan.
b. Persetujuan dari rencana kerja ini, sekali-kali tidak membebaskan
penyedia jasa dari tanggung jawab. Juga tidak berarti memberi
hak pada penyedia jasa untuk menuntut ganti rugi, bila dalam
pekerjaan alat-alat bantu yang digunakan atau urutan dari cara
pelaksanaan ternyata tidak tepat.
17. Perselisihan
a. Apabila terjadi perselisihan antara pihak Direksi dan pihak
Penyedia jasa, maka harus diusahakan penyelesaian secara
musyawarah.
1) Peperangan
2) Kerusakan
3) Revolusi
4) Bencana Alam : Banjir, Gempa bumi, badai, gunung
meletus, tanah longsor, wabah penyakit, dan angin topan.
5) Pemogokan
6) Kebakaran
7) Gangguan Industri Lainnya.
XIV. LAIN-LAIN
Pembayaran Prestasi Pekerjaan Penyedia Jasa akan dibayar 100% dengan
persyaratan:
1. Gambar terlaksana (As Built Drawing) dalam bentuk hard copy dan
soft copy dimasukkan kedalam flashdisk (PDF dan CAD) sudah
diserahkan kepada pihak pertama (Pengguna Jasa).
2. Foto-foto pekerjaan mulai dari foto 0%, 50%, 100% di print out dan
file soft copy dalam bentuk pdf beserta rekaman video pekerjaan
sebelum pelaksanaan (0%) dan setelah pelaksanaan (100%)
dimasukkan kedalam flashdisk.
XV. PENUTUP