Anda di halaman 1dari 16

Nama : Nadya Febrinatiur Sianturi

NIM : 41119120048
Assignment :5

Buat resume minimal 16 halaman A4 (spasi 1) dari peraturan-peraturan berikut. Setiap peraturan
minimal 2 halaman A4 full.

1. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.


Resume :
1. Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala
bidang.
2. Pengaturan hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu hak untuk
memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan.
3. Jumlah alokasi air yang ditetapkan tidak bersifat mutlak dan harus dipenuhi
sebagaimana yang tercantum dalam izin, tetapi dapat ditinjau kembali apabila
persyaratan atau keadaan yang dijadikan dasar pemberian izin dan kondisi
ketersediaan air pada sumber air yang bersangkutan mengalami perubahan yang
sangat berarti dibandingkan dengan kondisi ketersediaan air pada saat penetapan
alokasi.
4. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan
dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah
atau pemerintah daerah.
5. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih
menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya.
6. Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan
perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan
menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi
sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.
7. Air sebagai sumber kehidupan masyarakat secara alami keberadaannya bersifat
dinamis mengalir ke tempat yang lebih rendah tanpa mengenal batas wilayah
administrasi.
8. Keberadaan air mengikuti siklus hidrologis yang erat hubungannya dengan kondisi
cuaca pada suatu daerah sehingga menyebabkan ketersediaan air tidak merata dalam
setiap waktu dan setiap wilayah.
9. Berdasarkan hal tersebut di atas, pengaturan kewenangan dan tanggung jawab
pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan.
10. Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan
sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain
sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh
pemerintah di atasnya.
11. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk
mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan,
dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka
konservasi dan pengendalian daya rusak air.
12. Pola pengelolaan sumber daya air merupakan kerangka dasar dalam merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air pada setiap wilayah
sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah.
13. Penyusunan pola pengelolaan perlu melibatkan seluas-luasnya peran masyarakat dan
dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah
maupun badan usaha swasta.
14. Rencana pengelolaan sumber daya air merupakan rencana induk konservasi sumber
daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air yang
disusun secara terkoordinasi berbasis wilayah sungai.
15. Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan fungsi
sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup.
16. Pengusahaan sumber daya air pada tempat tertentu dapat diberikan kepada badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah bukan pengelola sumber daya air,
badan usaha swasta dan/atau perseorangan berdasarkan rencana pengusahaan yang
telah disusun melalui konsultasi publik dan izin pengusahaan sumber daya air dari
pemerintah.
17. Air dalam siklus hidrologis dapat berupa air yang berada di udara berupa uap air dan
hujan; di daratan berupa salju dan air permukaan di sungai, saluran, waduk, danau,
rawa, dan air laut; serta air tanah.
18. Untuk terselenggaranya pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan, penerima
manfaat jasa pengelolaan sumber daya air, pada prinsipnya, wajib menanggung biaya
pengelolaan sesuai dengan manfaat yang diperoleh.
19. Undang-undang ini disusun secara komprehensif yang memuat pengaturan
menyeluruh tidak hanya meliputi bidang pengelolaan sumber daya air, tetapi juga
meliputi proses pengelolaan sumber daya air.
20. Untuk menjamin terselenggaranya kepastian dan penegakan hukum dalam hal yang
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air selain penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia diperlukan penyidik pegawai negeri sipil yang diberi wewenang
penyidikan.
21. Untuk menyesuaikan perubahan paradigma dan mengantisipasi kompleksitas
perkembangan permasalahan sumber daya air; menempatkan air dalam dimensi
sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi secara selaras; mewujudkan pengelolaan
sumber daya air yang terpadu; mengakomodasi tuntutan desentralisasi dan otonomi
daerah; memberikan perhatian yang lebih baik terhadap hak dasar atas air bagi
seluruh rakyat; mewujudkan mekanisme dan proses perumusan kebijakan dan
rencana pengelolaan sumber daya air yang lebih demokratis, perlu dibentuk undang-
undang baru sebagai pengganti Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan.
2. PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air mengatur berbagai
hal mengenai pengelolaan sumber daya air yang antara lain mengenai pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi.
2. Peran sektor pertanian sangat strategis dalam perekonomian nasional dan kegiatan
pertanian tidak dapat terlepas dari air.
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air mengamanatkan
bahwa penguasaan sumber daya air oleh negara diselenggarakan oleh Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengamanatkan penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan berdasarkan asas
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
5. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan melibatkan semua
pihak yang berkepentingan dengan mengutamakan kepentingan dan peran serta
masyarakat petani dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan serta
pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
6. Dalam rangka menetapkan kebijakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
dengan prinsip satu sistem irigasi satu kesatuan pengembangan dan pengelolaan,
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan secara partisipatif yang
didukung dengan pengaturan kembali tugas, wewenang, dan tanggung jawab
kelembagaan pengelolaan irigasi, pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air,
penyempurnaan sistem pembiayaan pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi
untuk mewujudkan keberlanjutan sistem irigasi.
7. Kebijakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang efisien dan efektif
diperlukan untuk menjamin keberlanjutan sistem irigasi dan hak guna air untuk
irigasi.
8. Pengaturan hak guna air diwujudkan melalui hak guna air untuk irigasi, yang terdiri
atas hak guna pakai air dan hak guna usaha air untuk irigasi.
9. Pengembangan jaringan irigasi meliputi kegiatan pembangunan dan peningkatan
jaringan irigasi, dilaksanakan berdasarkan rencana induk pengelolaan sumber daya
air.
10.Pengelolaan jaringan irigasi meliputi kegiatan operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi
jaringan irigasi.
11.Guna mencapai tingkat pelayanan fungsi irigasi yang terpadu dan berkelanjutan bagi
pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi dengan pembiayaan pengelolaan
aset irigasi seefisien mungkin, perlu dilakukan pengelolaan aset irigasi, yaitu proses
manajemen yang terstruktur untuk perencanaan pemeliharaan dan pendanaan sistem
irigasi.
12.Mengingat irigasi menyangkut berbagai pemakai air irigasi dan pengguna jaringan
irigasi serta wilayahnya melintasi batas wilayah administrasi pemerintahan, peraturan
pemerintah ini menetapkan perlunya dibentuk lembaga koordinasi dan komunikasi
yang disebut komisi irigasi.
13.Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya melaksanakan pengawasan terhadap pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi.
3. Permen PU No. 30 tahun 2007 tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem
Irigasi Partisipatif.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial dan budaya, maupun kegiatan khusus.
2. Fasilitas adalah semua atau sebagian dari kelengkapan prasarana dan sarana pada
bangunan gedung dan lingkungannya agar dapat diakses dan dimanfaatkan oleh
semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia.
3. Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat dan lansia guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala
aspek kehidupan dan penghidupan.
4. Lingkungan adalah area sekitar bangunan gedung atau kelompok bangunan gedung
yang dapat diakses dan digunakan oleh semua orang termasuk penyandang cacat
dan lansia.
5. Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelemahan/kekurangan fisik
dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan
baginya untuk melakukan kegiatan kehidupan dan penghidupan secara wajar.
6. Lanjut usia, selanjutnya disebut lansia adalah seseorang yang telah mencapai 60
(enampuluh) tahun ke atas.
7. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut sebagai Pemerintah, adalah perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para menteri.
8. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta perangkat
daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah, kecuali untuk Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.

Bagian Kedua
Maksud, Tujuan dan Lingkup

1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan dalam penyediaan fasilitas dan
2) aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan.
3) Pedoman Teknis ini bertujuan untuk mewujudkan kemandirian dan menciptakan
4) lingkungan binaan yang ramah bagi semua orang, termasuk penyandang cacat dan
5) lansia.
6) Lingkup Pedoman Teknis ini meliputi asas, penerapan persyaratan, dan persyaratan
7) teknis fasilitas dan aksesibilitas bangunan gedung dan lingkungan.

BAB II
PERSYARATAN TEKNIS FASILITAS DAN AKSESIBILITAS

Bagian Kesatu
Penyediaan Fasilitas dan Aksesibilitas
Pasal 3
(1) Dalam merencanakan, dan melaksanakan pembangunan bangunan gedung dan
lingkungan, harus dilengkapi dengan penyediaan fasilitas dan aksesibilitas.
(2) Setiap orang atau badan termasuk instansi pemerintah dalam penyelenggaraan
pembangunan bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib memenuhi persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas yang diatur dalam
Peraturan ini.
Bagian Kedua
Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
(2) Rincian persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum pada lampiran peraturan ini merupakan satu kesatuan pengaturan yang
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian Ketiga
Pengaturan Penyediaan Fasilitas dan Aksesibilitas
Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
Pasal 5
(1) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan di
daerah, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada
Peraturan ini.
(2) Dalam hal daerah belum mempunyai Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), maka penyediaan fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan
lingkungan berpedoman pada Peraturan ini.
(3) Dalam hal daerah telah mempunyai Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebelum Peraturan ini diberlakukan, maka Peraturan Daerah tersebut harus
menyesuaikan dengan Peraturan ini.
Pasal 6
(1) Untuk terwujudnya tertib penyediaan fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan
gedung dan lingkungan, Pemerintah Daerah melakukan peningkatan kemampuan
aparat dan masyarakat dalam memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4.
(2) Dalam melaksanakan pengendalian pembangunan bangunan gedung dan
lingkungan, Pemerintah Daerah harus menggunakan persyaratan teknis fasilitas dan
aksesibilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sebagai dasar pertimbangan
dalam memberikan persetujuan atau penerbitan perizinan mendirikan bangunan
gedung yang diperlukan.
(3) Terhadap aparat Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan atau Kabupaten/Kota yang
bertugas dalam penentuan dan pengendalian bangunan gedung yang melakukan
pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Terhadap penyedia jasa konstruksi yang terlibat dalam penyelenggaraan bangunan
gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dan Pasal 4
dikenakan sanksi dan atau ketentuan pidana sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
BAB III
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 7
Semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan persyaratan teknis fasilitas dan
aksesibilitas bangunan gedung sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan ini,
dinyatakan tetap berlaku.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
(1) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(2) Dengan berlakunya Peraturan ini, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan
Lingkungan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
(3) Peraturan ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk diketahui
dan dilaksanakan.

4. Permen PU No. 31 tahun 2007 tentang Pedoman Mengenai Komisi Irigasi


Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1) Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang
2) pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi
3) pompa, dan irigasi tambak.
4) Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan
5) irigasi, dan sumber daya manusia.
6) Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang
dialokasikan dari
7) suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan
mutu sesuai
8) dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
9) Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian, dan
penggunaan air
10) irigasi.
11) Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam
jaringan primer
12) dan/atau jaringan sekunder.
13) Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu
dari jaringan
14) primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
15) Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk
mengairi lahan
16) pertanian pada saat diperlukan.
17) Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran kelebihan
air yang sudah
18) tidak dipergunakan pada suatu daerah irigasi tertentu.
19) Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
20) Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu
21) kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan
22) pembuangan air irigasi.
23) Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang
merupakan satu
24) kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan
25) pembuangan air irigasi.
26) Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
saluran sekunder,
27) saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap,
dan bangunan
28) pelengkapnya.
29) Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh
masyarakat desa
30) atau pemerintah desa.
31) Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air
32) irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran kuarter dan
saluran
33) pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
34) Petak tersier adalah kumpulan petak sawah yang merupakan kesatuan dan
mendapatkan air
35) irigasi melalui satu jaringan irigasi tersier.
36) Perkumpulan petani pemakai air yang selanjutnya disebut P3A adalah
kelembagaan pengelolaan
37) irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah
layanan/petak tersier atau
38) desa yang dibentuk secara demokratis oleh petani pemakai air termasuk lembaga
lokal pengelola
39) irigasi.
40) Gabungan petani pemakai air yang selanjutnya disebut GP3A adalah
kelembagaan sejumlah P3A
41) yang bersepakat bekerja sama memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada
daerah layanan
42) blok sekunder, gabungan beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi.
43) Induk petani pemakai air yang selanjutnya disebut IP3A adalah kelembagaan
sejumlah GP3A
44) yang bersepakat bekerja sama untuk memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi
pada daerah
45) layanan blok primer, gabungan beberapa blok primer, atau satu daerah irigasi.
46) Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang
47) memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam
48) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
49) Pemerintah provinsi adalah gubernur dan perangkat daerah provinsi lainnya
sebagai unsur
50) penyelenggara pemerintahan daerah.
51) Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan perangkat daerah
kabupaten/kota
52) lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
53) Hak guna air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau
mengusahakan air
54) dari sumber air untuk kepentingan pertanian.
55) Hak guna pakai air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai air
dari sumber air
56) untuk kepentingan pertanian.
57) Hak guna usaha air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan
mengusahakan air dari
58) sumber air untuk kepentingan pertanian.
59) Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah
60) provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, wakil
pengguna jaringan
61) irigasi pada provinsi, dan wakil komisi irigasi kabupaten/kota yang terkait.
62) Komisi irigasi antarprovinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah
63) kabupaten/kota yang terkait, wakil komisi irigasi provinsi yang terkait, wakil
perkumpulan petani
64) pemakai air, dan wakil pengguna jaringan irigasi di suatu daerah irigasi lintas
provinsi.
65) Komisi irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil
66) pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat
daerah irigasi, dan
67) wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.
68) Menteri adalah Menteri Pekerjaan Umum.
69) Dinas adalah instansi pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota yang
membidangi
70) irigasi.
71) Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan,
dan rehabilitasi
72) jaringan irigasi di daerah irigasi.
73) Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya, termasuk
74) kegiatan membukamenutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata
tanam, menyusun
75) sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi
pintu/bangunan,
76) mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.
77) Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan
irigasi agar
78) selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi,
dan
79) mempertahankan kelestariannya.
80) Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan
81) fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
82) Pengelolaan aset irigasi adalah proses manajemen yang terstruktur untuk
perencanaan
83) pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai tingkat pelayanan
yang ditetapkan
84) dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi
dengan pembiayaan
85) pengelolaan aset irigasi seefisien mungkin.
5. Permen PU No 32 tahun 2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi
1. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat.
2. 2Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat
pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
3. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
4. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
5. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
6. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas bangunan
utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
7. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap,
bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
8. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran
kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan
pelengkapnya.
9. Petak irigasi adalah petak lahan yang memperoleh air irigasi.
10. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan satu kesatuan
dan mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama.
11. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang
dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu,
jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan
lainnya.
12. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam jaringan
primer dan/atau jaringan sekunder.
13. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu
dari jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
14. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier
untuk mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan.
15. Pembuangan air irigasi selanjutnya disebut drainase adalah pengaliran kelebihan
air yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu.
16. Perkumpulan petani pemakai air yang selanjutnya disebut P3A adalah
kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air
dalam suatu daerah layanan/petak tersier atau desa yang dibentuk secara
demokratis oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
17. Gabungan petani pemakai air yang selanjutnya disebut GP3A adalah kelembagaan
sejumlah P3A yang bersepakat bekerja sama memanfaatkan air irigasi dan jaringan
irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan beberapa blok sekunder, atau
satu daerah irigasi.
18. Induk perkumpulan petani pemakai air yang selanjutnya disebut IP3A adalah
kelembagaan sejumlah GP3A yang bersepakat bekerja sama untuk
memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok primer,
gabungan beberapa blok primer, atau satu daerah irigasi.
19. Komisi irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat
daerah irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.
20. Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah
irigasi, wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi irigasi
kabupaten/kota yang terkait.
6. Permen PU No. 33 tahun 2007 tentang Pedoman Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A.

1. Petani pemakaiair adalahsemuapetani yangmendapatmanfaatsecara langsungdari


pengelolaanairdanjaringanirigasi,termasukirigasipompayangmeliputipemiliksawah,pe
nggarap sawah,penyakapsawah,pemilikkolamikan yangmendapatair irigasi,dan badan
usaha di bidang pertanian yang memanfaatkan air irigasi.
2. Perkumpulanpetani pemakaiair yangselanjutnyadisebutP3Aadalahkelembagaan
pengelolaanirigasiyangmenjadiwadah petanipemakaiair dalamsuatu daerah
layanan/petaktersier atau desa yangdibentuk secarademokratis oleh petani pemakaiair
termasuklembagalokal pengelola irigasi.
3. Gabungan petani pemakaiair yangselanjutnyadisebutGP3Aadalah
kelembagaansejumlah P3Ayangbersepakatbekerjasamamemanfaatkan air irigasidan
jaringanirigasipadadaerah layananblok sekunder, gabunganbeberapa bloksekunder,
atau satu daerahirigasi.
4. Induk perkumpulanpetanipemakaiair yangselanjutnyadisebutIP3A adalah
kelembagaan sejumlah GP3Ayangbersepakatbekerjasamauntuk memanfaatkanair
irigasidan jaringan irigasipadadaerah layananblokprimer, gabungan
beberapablokprimer, atau satu daerah irigasi.
5. Pemberdayaan perkumpulan petani pemakaiair adalahupayapenguatan
danpeningkatan
kemampuanP3A/GP3A/IP3Ayangmeliputiaspekkelembagaan,teknisdan pembiayaan
dengan dasar keberpihakankepadapetani
melaluipembentukan,pelatihan,pendampingan,dan menumbuhkembangkanpartisipasi.
6. Pembentukan P3A/GP3A/IP3A adalah proses membentukwadah petani pemakaiair
secarademokratis dalam rangka pengembangandan pengelolaansistem irigasi di
wilayahkerjanya.
7. Irigasiadalahusahapenyediaan,pengaturan,danpembuanganair irigasiuntuk
menunjangpertanianyang jenisnya meliputi irigasi permukaan,irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah,irigasipompa, dan irigasi tambak.
8. Daerah irigasiadalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
9. Jaringan irigasiadalahsaluran,bangunan,dan bangunan pelengkapyangmerupakansatu
kesatuan yangdiperlukan untuk penyediaan,pembagian,pemberian,penggunaan,dan
pembuanganair irigasi.
10.Pembagian air irigasiadalah kegiatan membagiair dibangunanbagidalamjaringan
primer dan/atau jaringan sekunder.
11.Pemberianair irigasiadalah kegiatan menyalurkanair dengan jumlah tertentudari
jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
12.Jaringan irigasidesa adalah jaringanirigasiyangdibangundandikelolaoleh
masyarakatdesa atau pemerintah desa.
13.Jaringan irigasiprimer adalahbagiandarijaringanirigasiyangterdiriatas
bangunanutama,saluran induk/primer,
saluranpembuangannya,bangunanbagi,bangunan bagisadap,bangunan sadap dan
bangunan pelengkapnya.
14.Jaringan irigasisekunder adalah bagiandari jaringan irigasiyangterdiri atas
saluransekunder,saluran pembuangannya,bangunanbagi,bangunan bagi-
sadap,bangunan sadap,dan bangunan pelengkapnya.
15.Jaringan irigasitersier adalah jaringan irigasiyangberfungsisebagaiprasaranapelayanan
air irigasidalampetaktersier yangterdiri atas saluran tersier, saluran kuarter dan saluran
pembuang,boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
16.Pemerintahprovinsiadalah gubernurdanperangkatdaerah
provinsilainnyasebagaiunsurpenyelenggara pemerintahan daerah.
17.Pemerintahkabupaten/kotaadalahbupati/walikotadan perangkatdaerah
kabupaten/kotalainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
18.Pemahamanpartisipatif kondisiperdesaan adalahsalahsatu metodeuntuk
memudahkanmasyarakat/petani agar dapatmenggalikebutuhan,permasalahan,dan
dapatmengatasipermasalahan sesuai dengan potensi yang tersedia.
19.Profilsosioekonomi,teknik,dankelembagaan yangselanjutnyadisebutPSETK
adalahanalisis dangambarankeadaan sosialekonomi,teknis,dan
kelembagaanyangterdapatpadasatu atau sebagian daerahirigasi dalamkurun waktu
tertentu.
20.Kelompokpemandu lapanganyangselanjutnya disebutKPLadalah tenagadari
Pemerintah ataupemerintah daerahyangbertugasdilapangan yangterdiri atas unsur
pertanian,unsurpengairan/sumber dayaair, danunsurlain darikecamatan/desa
yangmempunyaitugas pokokmemfasilitasiprogram pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A.
21.Tenagapendampingpetaniyangselanjutnya disebutTPPadalah
tenagauntukmendampingipetani dan pengurus P3A/GP3A/IP3A yangmempunyai
tugas pokok mendorong pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A
7. Permen PU No. 16 tahun 2011 tentang Pedoman OP Jaringan Irigasi Tambak
1. Air asin adalah air dengan salinitas lebih tinggi dari pada air payau Sebesar ≥ 35 ‰.
2. Air payau adalah air dengan salinitas antara 0,5 0/00 sampai dengan 350/00 yang
terjadi karena pencampuran antara air laut dengan air tawar baik secara alamiah
maupun buatan.
3. Air tawar adalah air dengan salinitas lebih rendah atau sama dengan 0,5 ‰.
4. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi
air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak.
5. Tambak adalah kolam air payau yang digunakan untuk budidaya
perikanan darat berupa udang, ikan, kepiting, kerang-kerangan dan
rumput laut.
6. Jaringan irigasi tambak adalah saluran, bangunan, dan bangunan
pelengkap yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk
penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air
irigasi tambak.
7. Jaringan irigasi sederhana tambak adalah jaringan irigasi tambak dengan
saluran dan pintu yang berfungsi sebagai pembawa dan pembuang air
payau secara tidak terpisah yang mengakibatkan pencampuran antara
air asin dengan air tawar secara alamiah, dengan jumlah serta mutu air
yang belum terkendali.
8. Jaringan irigasi semi teknis tambak adalah jaringan irigasi tambak
dengan saluran dan pintu yang berfungsi sebagai pembawa dan
pembuang air payau yang telah terpisah, yang mengakibatkan
pencampuran air asin dengan air tawar secara alamiah di saluran
pencampur, dilengkapi bangunan air belum permanen, dengan jumlah
serta mutu air belum terkendali sepenuhnya.
9. Jaringan irigasi teknis tambak adalah jaringan irigasi tambak dengan
saluran dan pintu yang berfungsi sebagai pembawa dan pembuang air
payau yang telah terpisah, dilengkapi dengan bangunan pencampur yang
berfungsi sebagai tempat pencampuran antara air asin dengan air tawar;
dengan bangunan air sudah lengkap dan permanen, serta jumlah dan
mutu air dapat sepenuhnya dikendalikan.
10. Limbah adalah sisa proses produksi atau kegiatan domestik dalam
bentuk cair, gas, atau padat.
11. Operasi jaringan irigasi tambak adalah upaya pengaturan air irigasi
tambak dan pembuangannya dengan tujuan untuk mengoptimalkan
fungsi dan manfaat jaringan irigasi tambak.
12. Pemeliharaan jaringan irigasi tambak adalah upaya menjaga dan
mengamankan jaringan irigasi tambak agar selalu dapat berfungsi
dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariaanya.
13. Pantai adalah daerah yang merupakan pertemuan antara laut dan
daratan diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah.
14. Caren adalah bagian tepi sekeliling bagian dalam dari dasar tambak yang
dasarnya lebih dalam dari pelataran yang berfungsi untuk memudahkan
panen.
15. Pelataran adalah bagian dari dasar tambak yang dikelilingi oleh caren
yang dasarnya lebih tinggi dari dasar caren yang berfungsi untuk
menumbuhkan pakan alami.
16. Pengelolaan jaringan irigasi tambak adalah kegiatan yang meliputi
operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak.
17. Petak ipukan adalah petakan yang berada di dalam petakan pembesaran
benih ikan bandeng (nener) atau benih udang (benur) dengan luasan 1/4
sampai 1/3 kali luas petakan pembesaran yang berfungsi untuk
memelihara benih ikan bandeng (nener) atau benih udang (benur) sampai
dengan ikan bandeng (nener) mencapai ukuran 5 cm - 7 cm dan udang
(benur) ukuran PL 40-70.
18. Salinitas adalah jumlah unsur garam dalam satuan berat yang
terkandung dalam air setiap satu satuan berat air.
19. Saluran pemberi air asin adalah saluran yang berfungsi mengalirkan air
asin dari laut atau bangunan pengambilan ke bangunan pencampur atau
langsung ke petak tambak.
20. Saluran pemberi air tawar adalah saluran untuk mengalirkan air tawar
dari sungai atau bangunan pengambilan air tawar ke bangunan
pencampur atau langsung ke petak tambak.
21. Drainase tambak adalah pengaliran kelebihan air yang sudah tidak
dipergunakan lagi dari jaringan irigasi tambak.
22. Pembudidayaan adalah kegiatan membiakkan, membesarkan,
memelihara, dan memanen hasilnya.
23. Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan budi
daya tambak berdasarkan kurun waktu tertentu.
24. Menteri adalah Menteri Pekerjaan Umum.
25. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
26. Pemerintah Provinsi adalah gubernur dan perangkat daerah provinsi
lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
27. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan perangkat
daerah kabupaten/kota lainnya sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
28. Dinas adalah instansi pemerintah provinsi atau pemerintah
kabupaten/kota yang membidangi irigasi.
29. Masyarakat pembudidaya adalah kelompok masyarakat yang bergerak
Dalam bidang budi daya perikanan baik yang telah bergabung dalam
organisasi perkumpulan petani pembudidaya atau belum tergabung
dalam organisasi perkumpulan petani pembudidaya.
8. Permen PU No. 17 tahun 2011 tentang Pedoman Penetapan Garis Sempadan Jaringan
Irigasi berikut lampirannya.
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
2. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
3. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
4. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
5. Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan pengelolaan irigasi
yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan
irigasi yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis,
termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
6. Saluran irigasi adalah saluran yang dipergunakan untuk penyaluran air
irigasi dari penyediaan, pengambilan, pembagian dan pemberian air irigasi.
7. Saluran pembuang irigasi adalah saluran yang dipergunakan untuk
menyalurkan kelebihan air yang sudah tidak dimanfaatkan lagi pada suatu
daerah irigasi tertentu.
8. Saluran bertanggul adalah saluran yang mempunyai tanggul alam
dan/atau buatan di kanan atau kirinya.
9. Saluran tidak bertanggul adalah saluran yang tidak mempunyai tanggul di
kanan atau kirinya.
10. Bangunan irigasi adalah bangunan yang berada dalam jaringan irigasi
meliputi bangunan utama, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap,
bangunan sadap, bangunan pelengkap, dan bangunan fasilitas lainnya.
11. Garis sempadan jaringan irigasi adalah batas pengamanan bagi saluran
dan/atau bangunan irigasi dengan jarak tertentu sepanjang saluran dan
sekeliling bangunan.
12. Ruang Sempadan Jaringan irigasi adalah ruang di antara garis sempadan
kanan dan garis sempadan kiri jaringan irigasi.
13. Sempadan jaringan irigasi adalah ruang di kiri dan kanan jaringan irigasi,
di antara garis sempadan dan garis batas jaringan irigasi.
14. Garis batas jaringan irigasi adalah tepi luar kaki tanggul untuk saluran
bertanggul, atau titik potong lereng tebing dengan garis galian untuk
saluran galian, atau tepi luar saluran gendong untuk saluran tidak
bertanggul.
15. Penertiban adalah tindakan administrasi dan fisik untuk mengembalikan
fungsi ruang sempadan jaringan irigasi akibat penyimpangan/pelanggaran
pemanfaatan ruang sempadan jaringan irigasi.
16. Jalan inspeksi adalah jalan yang digunakan untuk keperluan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi.
17. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pekerjaan umum.
19. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum.
20. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian
Pekerjaan Umum
21. Pemerintah provinsi adalah gubernur dan perangkat daerah provinsi
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
22. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan perangkat daerah
kabupaten/kota sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
23. Dinas adalah instansi pemerintah provinsi atau pemerintah
kabupaten/kota yang membidangi irigasi.
24. Balai Besar/Balai Wilayah Sungai adalah unit pelaksana teknis yang
membidangi sumber daya air .

Anda mungkin juga menyukai