Anda di halaman 1dari 22

KERANGKA ACUAN KERJA

PENGADAAN JASA KONSULTANSI PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN


DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR TENTANG IRIGASI
TAHUN 2021

Nomor : 027/

Dalam melakukan penyusunan Naskah Akademik dan Draf Raperda tentang Irigasi,
Pelaksana Swakelola Konsultansi wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


dalam Pasal 33 ayat 3 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Selanjutnya amanat UUD NRI 1945 itu ditindaklanjuti dengan hak
menguasai negara atas air yang terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(selanjutnya disebut UUPA). Dalam Pasal 2 ayat 1 UUPA, negara
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat memiliki hak untuk
antara lain menguasai air. Hak menguasai negara secara terperinci
disebutkan pada Pasal 2 ayat 2 UUPA yaitu hak untuk:
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa
tersebut;
2. Menentukan dan mengatur hubungan hubungan hukum antara
orang orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;
3. Menentukan dan mengatur hubungan hubungan hukum antara
orang orang dan perbuatan perbuatan hukum yang mengenai
bumi, air dan ruang angkasa.
Hak menguasai negara tersebut juga diberikan kepada pemerintah
daerah yang dalam Pasal 18 UUD NRI 1945 diberikan kewenangan
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan. Dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, air yang merupakan bagian dari pekerjaan umum dan
penataan ruang menjadi kewenangan bersama antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota. Dalam
pembagian kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten
berwenang dalam mengurus Pengelolaan Sumber Daya Air dan
bangunan pengaman pantai pada wilayah sungai Daerah

1
kabupaten/kota, dan Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya < 1000 ha, dan
daerah irigasi Daerah kabupaten/kota.
Pengelolaan sumber daya air yang menjadi kewenangan pemerintah
daerah Kabupaten Kaur kemudian mempunyai kewenangan untuk
menyusun regulasi terkait dengan pengelolaan Irigasi. Mahkamah
Konstitusi membatalkan Undang-Undang SDA antara lain dengan
pertimbangan bahwa pengelolaan sumber daya air yang diatur dalam
undang-undang tersebut lebih bersandar pada nilai ekonomi sehingga
akan cenderung memihak kepada pemilik modal serta dapat
mengabaikan fungsi sosial sumber daya air dan bertentangan dengan
amanat UUD NRI 1945. Seharusnya undang-undang tersebut lebih
memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok
masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan
sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial,
pelestarian lingkungan hidup dan ekonomi. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan hak menguasai negara atas air, Mahkamah Konstitusi
meminta negara menjamin bahwa:
1. Pengguna sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari hari dan untuk pertanian rakyat tidak dibebani
biaya jasa pengelolaan sumber daya air, sepanjang
pemenuhan kebutuhan pokok sehari hari dan untuk
pertanian rakyat di atas diperoleh langsung dari sumber air.
Namun, mengingat kebutuhan akan air untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari hari masyarakat tidak cukup lagi
diperoleh langsung dari sumber air yang diusahakan oleh
masyarakat maka negara wajib menjamin hak setiap orang
untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan
pokoknya, termasuk mereka yang menggantungkan
kebutuhan itu pada saluran distribusi. Berkenaan dengan hal
itu, Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung
jawab dalam pengembangan sistem penyediaan air minum
dan harus menjadi prioritas program Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
2. Konsep hak dalam Hak Guna Air harus dibedakan dengan
konsep hak dalam pengertian umum. Konsep hak dalam
Hak Guna Air haruslah sejalan dengan konsep res commune
yang tidak boleh menjadi objek harga secara ekonomi. Hak
2
Guna Air mempunyai dua sifat. Pertama, hak in persona
yang merupakan pencerminan dari hak asasi dan karenanya
melekat pada subjek manusia yang bersifat tak terpisahkan.
Perwujudan dari sifat Hak Guna Air yang pertama ini ada
pada Hak Guna Pakai Air. Kedua, hak yang semata-mata
timbul dari izin yang diberikan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah. Perwujudan sifat Hak Guna Air yang
kedua ini ada pada Hak Guna Usaha Air.
3. Konsep Hak Guna Pakai Air dalam UU SDA harus
ditafsirkan sebagai turunan derivative dari hak hidup yang
dijamin oleh UUD 1945. Oleh karenanya, pemanfaatan air
di luar Hak Guna Pakai Air, dalam hal ini Hak Guna Usaha
Air, haruslah melalui permohonan izin kepada Pemerintah
yang penerbitannya harus berdasarkan pada pola yang
disusun dengan melibatkan peran serta masyarakat yang
seluas-luasnya. Oleh karena itu, Hak Guna Usaha Air tidak
boleh dimaksudkan sebagai pemberian hak penguasaan atas
sumber air, sungai, danau, atau rawa. Hak Guna Usaha Air
merupakan instrumen dalam sistem perizinan yang
digunakan Pemerintah untuk membatasi jumlah atau
volume air yang dapat diperoleh atau diusahakan oleh yang
berhak sehingga dalam konteks ini, izin harus dijadikan
instrumen pengendalian, bukan instrumen penguasaan.
Dengan demikian, swasta tidak boleh melakukan
penguasaan atas sumber air atau sumber daya air tetapi
hanya dapat melakukan pengusahaan dalam jumlah atau
alokasi tertentu saja sesuai dengan alokasi yang ditentukan
dalam izin yang diberikan oleh negara secara ketat.

4. Prinsip “penerima manfaat jasa pengelolaan sumber daya


air wajib menanggung biaya pengelolaan” harus dimaknai
sebagai prinsip yang tidak menempatkan air sebagai objek
untuk dikenai harga secara ekonomi. Dengan demikian,
tidak ada harga air sebagai komponen penghitungan jumlah
yang harus dibayar oleh penerima manfaat. Di samping itu,
prinsip ini harus dilaksanakan secara fleksibel dengan tidak
mengenakan perhitungan secara sama tanpa
mempertimbangkan macam pemanfaatan sumber daya air.

3
Oleh karena itu, petani pemakai air, pengguna air untuk
keperluan pertanian rakyat dibebaskan dari kewajiban
membiayai jasa pengelolaan sumber daya air.
5. Hak ulayat masyarakat hukum adat yang masih hidup atas
sumber daya air diakui, sesuai dengan Pasal 18B ayat (2)
UUD 1945. Adanya ketentuan tentang pengukuhan
kesatuan masyarakat hukum adat yang masih hidup melalui
Peraturan Daerah harus dimaknai tidak bersifat konstitutif
melainkan bersifat deklaratif.
6. Pada prinsipnya pengusahaan air untuk negara lain tidak
diizinkan. Pemerintah hanya dapat memberikan izin
pengusahaan air untuk negara lain apabila penyediaan air
untuk berbagai kebutuhan sendiri telah terpenuhi.
Kebutuhan dimaksud, antara lain, kebutuhan pokok, sanitasi
lingkungan, pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan,
perhubungan, kehutanan dan keanekaragaman hayati, olah
raga, rekreasi dan pariwisata, ekosistem, estetika serta
kebutuhan lain.
Selain menjamin hal-hal tersebut di atas, hak menguasai negara
juga harus dibatasi dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Setiap pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu
mengesampingkan, apalagi meniadakan hak rakyat atas air
2. Negara harus memenuhi hak rakyat atas air
3. Negara harus mengingat kelestarian lingkungan hidup
4. Pengawasan dan pengendalian negara atas air bersifat
mutlak
5. Dalam pengusahaan atas air, prioritas utama diberikan
kepada BUMN dan BUMD
6. Apabila semua pembatasan tersebut di atas sudah terpenuhi
dan masih ada ketersediaan air Pemerintah dapat
memberikan izin kepada swasta untuk melakukan
pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu dan ketat.
Dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa substansi UU
SDA bertentangan dengan kewajiban dan pembatasan dalam hak
menguasai negara tersebut di atas, UU SDA dinyatakan
bertentangan dengan UUD NRI 1945 dan untuk mencegah
terjadinya kekosongan pengaturan mengenai sumber daya air maka
sembari menunggu pembentukan Undang-Undang baru yang

4
memperhatikan putusan Mahkamah oleh pembentuk Undang-
Undang, maka Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan diberlakukan kembali. Dalam Pasal 3 ayat 2 Undang-
Undang Pengairan tersebut diatur secara khusus mengenai hak
menguasai negara atas air yang meliputi:
1. Mengelola serta mengembangkan kemanfaatan air dan
atau sumber-sumber air;
2. Menyusun, mengesahkan, dan atau memberi izin
berdasarkan perencanaan dan perencanaan teknis tata
pengaturan air dan tata pengairan;
3. Mengatur, mengesahkan, dan atau memberi izin
peruntukan, penggunaan, penyediaan air, dan atau
sumbersumber air;
4. Mengatur, mengesahkan, dan atau memberi izin
pengusahaan air, dan atau sumber-sumber air;
5. Menentukan dan mengatur perbuatan-perbuatan hukum
dan hubungan-hubungan hukum antara orang dan atau
badan hukum dalam persoalan air dan atau sumber-
sumber air;

Hak menguasai negara atas air tersebut diwujudkan dalam


Tata Pengaturan Air yaitu segala usaha untuk mengatur pembinaan
seperti pemilikan, penguasaan, pengelolaan, penggunaan,
pengusahaan, dan pengawasan atas air beserta sumber-sumbernya,
termasuk kekayaan alam bukan hewani yang terkandung di
dalamnya, guna mencapai manfaat yang sebesar-besarnya dalam
memenuhi hajat hidup dan peri kehidupan Rakyat. Dalam undang-
undang tersebut, antara lain juga diatur mengenai pengusahaan,
eksploitasi dan pemeliharaan dan perlindungan atas air.

Di sisi lain, terdapat beberapa persoalan dan perkembangan


fakta di lapangan seputar Irigasi di Kabupaten Kaur antara lain:
1. Kebutuhan air yang meningkat menimbulkan konflik
kepentingan antar wilayah, antar sektor dll
2. Pesatnya pertumbuhan penduduk dan peningkatan kegiatan
pembangunan membuat terpenuhinya kebutuhan air bagi
seluruh masyarakat belum tercapai sehingga perencanaan
suplai air baku harus mempertimbangkan arah
pengembangan wilayah dan program prioritas
5
pembangunan;

3. Belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan


sumberdaya air terpadu berbasis wilayah Daerah Aliran
Sungai (DAS);
4. Lemahnya kelembagaan pengelola irigasi dan pengairan;

5. Daerah Kabupaten merupakan daerah yang rawan potensi


banjir dan bahaya kekeringan;
6. Perlunya Pengembangan Prasarana Sumber Daya Air
dilakukan melalui pengembangan waduk, embung, tendon
air dan kolam, sumber air sungai bawah tanah, daerah
Irigasi, sumur resapan, dan air tanah;

Bertitik tolak pada berbagai permasalahan terkait sumber daya air


tersebut kiranya mendesak untuk dilakukan suatu kajian guna
menganalisis apakah permasalahan yang ada tersebut telah dijawab
dengan suatu kebijakan di tingkat daerah maupun pusat, serta memetakan
urgensi dibuatnya suatu rancangan peraturan daerah di Kabupaten Kaur
mengenai pengelolaan Irigasi.

6
2. Maksud dan Maksud
Tujuan Maksud penyusunan Naskah Akademik dan Draf Raperda adalah :
1. dihasilkannya dokumen kajian (Naskah Akademik) Tentang
Irigasi yang setidaknya dapat menguraikan dan menjawab
beberapa hal sebagai berikut:
1) Memotret kondisi terkini secara langsung terhadap
implementasi Penyelengaraan Irigasi pada seluruh
perangkat daerah Kabupaten Kaur, dari berbagai segi
antara lain, Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan Irigasi.
2) Memotret kondisi terkini secara langsung kondisi kondisi
terkini secara langsung terhadap implementasi
Penyelenggaraan Irigasi pada badan publik negara selain
perangkat daerah Kabupaten Kaur dengan sampel yang
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis
untuk perangkat daerah kabupaten/kota se Kabupaten
Kaur dan badan publik negara lain di Kabupaten Kaur
(misal instansi vertikal), dari berbagai segi antara lain,
Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan Irigasi.
3) Memotret kondisi terkini secara langsung terhadap
implementasi Penyelenggaraan Irigasi pada badan publik
negara khususnya desa/kelurahan dengan sampel yang
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis,
dari berbagai segi antara lain, Sumber Daya Manusia,
sarana dan prasarana, ketersediaan Irigasi.
4) Tersedianya data terkait program, kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur,
Pemerintah Kabupaten/Kota se Kabupaten Kaur untuk
mendukung implementasi Penyelenggaran Irigasi
setidaknya dalam 5 (lima) tahun terakhir
5) Penguatan Pelaksanaan Penyelenggaraan Irigasi pada Badan
Publik Negara termasuk Desa di Daerah Kabupaten Kaur.
6) Mengkaitkan Penyelenggaraan Irigasi sebagai bagian dari
upaya pemenuhan pelayanan publik.
7) Penguatan implementasi Penyelenggaraan Irigasi yang
tidak hanya memenuhi hak untuk tahu, melainkan yang
lebih utama adalah mendorong terwujudnya masyarakat
informasi dan meningkatnya partisipasi publik dalam
pengambilan kebijakan publik dan pelaksanaan
pembangunan.
8) Menjawab permasalahan bagaimana mengoptimalkan
kinerja layanan Penyelengaaran Irigasi bagi badan publik
negara yang ada di Kabupaten Kaur yang dikemukanan
dalam latar belakang masalah.
9) Menjawab permasalahan mengenai kejelasan terhadap
pengertian dan aturan pada Badan Publik Negara yang
wajib ada Perda Tentang Irigasi.

7
10) Memberikan jaminan kepastian kepada masyarakat
mengenai hak atas Pemanfaatan Infrastrukur Irigasi.
11) Memberikan payung hukum bagi pembentukan
kelembagaan sekretariat yang tugas dan fungsinya
memfasilitasi Komisi Irigasi Daerah Kabupaten Kaur,
dan kelembagaan yang memperkuat keberadaan Pejabat
Pengelola Irigasi Daerah di Kabupaten Kaur.
12) Memberikan kejelasan mengenai tata cara dan penyelesaian
sengketa Irigasi pada badan-badan publik negara di
Kabupaten Kaur, terutama terkait penerapan sanksi.

2. Menghasilkan Draf Raperda Inisiatif tentang Irigasi yang


dalam penormaannya mampu menjawab permasalahan terkait
dengan masalah Penyelengaraan Irigasi di Kabupaten Kaur
yang telah dituangkan dalam Naskah Akademik.

Tujuan
Tujuan penyusunan Naskah Akademis dan draf Raperda adalah :
1. Untuk mengetahui persoalan yang dihadapi dalam
pengelolaan Irigasi di Kabupaten Kaur.
2. Untuk mengkaji potensi Irigasi di Kabupaten Kaur untuk
dapat bermanfaat dalam pengelolaan Irigasi Kabupaten
Kaur.
3. Untuk mengkaji kebijakan di tingkat pusat maupun
daerah telah mengakomodasi persoalan pengelolaan
Irigasi tersebut.
4. Untuk mengkaji urgensi serta landasan filosofis,
sosiologis dan yuridis mengenai pembentukan rancangan
peraturan daerah mengenai pengelolaan Irigasi di
Kabupaten Kaur.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis sasaran, jangkauan,
arah dan ruang lingkup pengaturan yang diperlukan
mengenai pengelolaan Irigasi di Kabupaten Kaur.
3. Sasaran Tersusunnya sebuah kebijakan dalam bentuk Peraturan Daerah
tentang tentang Irigasi yang mempunyai landasan yang kuat baik
secara teoritik, ilmiah, dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang ada yang didukung pula dengan penelitian
empiris.

4. Lokasi Kegiatan Lokasi pekerjaan adalah di wilayah Kabupaten Kaur.

5. Sumber Pendanaan Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBDP Tahun
Anggaran 2021, sebagaimana tertuang pada DPA
Nomor: 41//DPA/2018 Tanggal 14 Desember 2018.

6. Nama dan Pejabat Pembuat Komitmen : Sasdar Marfi, ST.


Organisasi Pejabat Jabatan : Kepala Bidang Sumber Daya Air
Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Kaur.

8
RUANG LINGKUP

1. Lingkup Kegiatan Serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan untuk dapat


mengakomodasikan tujuan, sasaran dan keluaran pekerjaan ini,
mencakup:
a. Penyusunan Naskah Akademik tentang Irigasi Publik dengan
melaksanakan setidaknya beberapa kegiatan sebagai berikut:
 Studi kepustakaan.
 Penyusunan rancangan pelaksanaan, meliputi: identifikasi
permasalahan, metodologi dan kerangka konsep analisis,
instrumen penelitian, serta rencana kerja.
 Survey (observasi lapangan, FGD/ interview)
 Pengambilan data primer ke lapangan dengan
mempertimbangkan kualitas sampel sesuai kaidah
akademik.
 Pengumpulan data dan informasi terkait pekerjaan serta
melakukan pengolahan data dan analisis serta
perancangan visi, misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan,
strategi, indikasi program.
 Pelibatan pemangku kepentingan terkait (Satuan Kerja
Perangkat Daerah, Organisasi/LSM, tokoh masyarakat,
dll).
 Naskah akademik setidaknya menjawab dan mencakup
hal-hal yang telah diminta dalam maksud dan tujuan yang
diuraikan di atas.
b. Penyusunan Draf Raperda tentang Irigasi.
c. Pelaksana Swakelola Konsultansi berkewajiban untuk
melaksanakan rapat-rapat penyusunan yang melibatkan Tim
Fasilitasi Penyusunan Naskah Akademik dan Draf Raperda
serta melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dan
Workshop dengan melibatkan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Kaur dan pemangku
kepentingan yang terkait dalam proses penyusunan Naskah
Akademik dan Draf Raperda serta menghadirkan Narasumber
Akademisi yang kompeten minimal berpendidikan S2 atau
Kepala SKPD eselon II yang terkait dan/atau yang mewakili
dengan memberikan honorarium narasumber maupun honor
peserta sesuai dengan SHBJ dengan ketentuan sebagai berikut :
- Rapat-rapat penyusunan Naskah Akademik dan Draf
Raperda minimal sebanyak 14 kali melibatkan Tim
Fasilitasi Penyusunan yang dibentuk Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kaur.
- FGD sebanyak 2 kali dengan rincian 1 kali untuk
penyusunan Naskah Akademik dan 1 kali untuk
penyusunan Draf Raperda, dengan melibatkan SKPD
terkait di tingkat Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur, dan
anggota Alat Kelengkapan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Kaur pengusul Raperda
Inisiatif.

9
- Workshop dilaksanakan sebanyak 1 kali (dengan
melibatkan SKPD Pemda Kabupaten Kaur terkait,
SKPD Kabupaten/Kota, Anggota Alat Kelengkapan
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Kaur Pengusul, LSM/Organisasi Masyarakat, Perguruan
Tinggi, dan stakeholders lainnya) yang dilaksanakan
setelah Naskah Akademik dan Draf Raperda mendekati
final paling lambat 3 minggu sebelum jadwal penyerahan
hasil pekerjaan.
d. Pelaksana Swakelola Konsultansi berkewajiban menyerahkan hasil
pekerjaan sesuai waktu yang ditentukan dalam kontrak.
e. Pelaksana Swakelola Konsultasi berkewajiban untuk
memperbaiki dan menyempurnakan hasil pekerjaan yang telah
diserahkan dalam hal ada masukan dari Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang, dan Alat Kelengkapan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang, berdasarkan hasil dari rapat kerja,
Workshop, kunjungan kerja, dan konsultasi ke pemerintah
pusat.
f. Hasil akhir pekerjaan berupa Naskah Akademik yang
merupakan dokumen, dalam bentuk laporan tertulis yang berisi
uraian kajian secara teknis akademik tentang Irigasi dan draf
Raperda tentang Irigasi
g. Laporan akhir pekerjaan.

10
2. Sistematika Naskah Penyusunan Naskah Akademis Tentang Irigasi mengacu pada
Akademik Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah, yaitu sebagai berikut:

Sistematika Naskah Akademik adalah sebagai berikut:

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG- UNDANGAN TERKAIT
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN
YURIDIS
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN
RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
PERATURAN DAERAH
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN: RANCANGAN PERATURAN DAERAH

Uraian singkat setiap bagian:


1. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat latar belakang, sasaran yang akan
diwujudkan, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan,
serta metode penelitian.
A. Latar Belakang
Latar belakang memuat pemikiran dan alasan-
alasan perlunya penyusunan Naskah Akademik
sebagai acuan pembentukan Rancangan Peraturan
Daerah. Latar belakang menjelaskan mengapa
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah
memerlukan suatu kajian yang mendalam dan
komprehensif mengenai teori atau pemikiran ilmiah yang
berkaitan dengan materi muatan Rancangan Peraturan
Daerah yang akan dibentuk yaitu terkait Tentang
Irigasi. Pemikiran ilmiah tersebut mengarah kepada
penyusunan argumentasi filosofis, sosiologis serta
yuridis guna mendukung perlu atau tidak perlunya
penyusunan Rancangan Peraturan Daerah.
B. Identifikasi Masalah
Rumusan masalah dengan memperhatikan
permasalahan yang ada di Pendahuluan KAK pada
Nomor 2 “maksud dan Tujuan, dan dikembangkan
sesuai dengan temuan masalah pada saat
melakukan kajian/penelitian.
Selanjutnya permasalahan ini kemudian
diidentifikasi ke dalam 4 (empat) pokok masalah,
yaitu sebagai berikut:
11
1) Permasalahan apa yang dihadapi dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat serta bagaimana permasalahan
tersebut dapat diatasi.
2) Mengapa perlu Rancangan Peraturan Daerah
sebagai dasar pemecahan masalah tersebut, yang
berarti membenarkan pelibatan negara dalam
penyelesaian masalah tersebut.
3) Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan
filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah.
4) Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang
lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah
pengaturan.
C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah
Akademik Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi
masalah yang dikemukakan di atas, tujuan
penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai
berikut:
1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat serta cara-cara mengatasi
permasalahan tersebut.
2) Merumuskan permasalahan hukum yang
dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan
Peraturan Daerah sebagai dasar hukum
penyelesaian atau solusi permasalahan dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat.
3) Merumuskan pertimbangan atau landasan
filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah.
4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan,
ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah
pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah.
Sementara itu, kegunaan penyusunan Naskah
Akademik adalah sebagai acuan atau referensi
penyusunan dan pembahasan Rancangan
Peraturan Daerah.
D. Metode
Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan penelitian sehingga
digunakan metode penyusunan Naskah Akademik
yang berbasiskan metode penelitian hukum atau
penelitian lain. Penelitian hukum dapat dilakukan
melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis
empiris. Metode yuridis empiris dikenal juga
dengan penelitian sosiolegal. Metode yuridis
normatif dilakukan melalui studi pustaka yang
menelaah (terutama) data sekunder yang berupa
Peraturan Perundang-undangan, putusan
12
pengadilan, perjanjian, kontrak, atau dokumen
hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil
pengkajian, dan referensi lainnya. Metode yuridis
normatif dapat dilengkapi dengan wawancara,
diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar
pendapat. Metode yuridis empiris atau sosiolegal
adalah penelitian yang diawali dengan penelitian
normatif atau penelaahan terhadap Peraturan
Perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan
dengan observasi yang mendalam serta
penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data
faktor nonhukum yang terkait dan yang
berpengaruhterhadap Peraturan Perundang-
undangan yang diteliti.

2. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS


Bab ini memuat uraian mengenai materi yang bersifat
teoretis, asas, praktik, perkembangan pemikiran, serta
implikasi sosial, politik, dan ekonomi, keuangan negara
dari pengaturan dalam suatu Peraturan Daerah.
Bab ini dapat diuraikan dalam beberapa sub bab
berikut:
A. Kajian teoretis.
B. Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan
penyusunan norma. Analisis terhadap penentuan
asas-asas ini juga memperhatikan berbagai aspek
bidang kehidupan terkait dengan Peraturan Daerah,
yang berasal dari hasil penelitian.
C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi
yang ada, serta permasalahan yang dihadapi
masyarakat.
D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru
yang akan diatur dalam Peraturan Daerah terhadap
aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya
terhadap aspek beban keuangan daerah.

3. BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan
Perundang-undangan terkait yang memuat kondisi
hukum yang ada, keterkaitan Peraturan Daerah baru
dengan Peraturan Perundang-undangan lain,
harmonisasi secara vertikal dan horizontal, serta status
dari Peraturan Perundang-undangan yang ada,
termasuk Peraturan Perundang-undangan yang dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku serta Peraturan
Perundang-undangan yang masih tetap berlaku karena
tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah yang
baru. Kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan
ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi hukum
atau peraturan perundang-undangan yang mengatur
13
mengenai substansi atau materi yang akan diatur.
Dalam kajian ini akan diketahui posisi dari Peraturan
Daerah yang baru. Analisis ini dapat menggambarkan
tingkat sinkronisasi, harmonisasi Peraturan Perundang-
undangan yang ada serta posisi dari Peraturan Daerah
untuk menghindari terjadinya tumpang tindih
pengaturan. Hasil dari penjelasan atau uraian ini
menjadi bahan bagi penyusunan landasan filosofis dan
yuridis dari pembentukan Peraturan Daerah yang akan
dibentuk.

4. BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN


YURIDIS
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau
alasan yang menggambarkan bahwa peraturan
yang dibentuk mempertimbangkan pandangan
hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi
suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia
yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
B. Landasan Sosiologis.
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau
alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis
sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai
perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat
dan negara.
C. Landasan Yuridis.
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau
alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum
atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang
akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin
kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum
yang berkaitan dengan substansi atau materi yang
diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan
Perundang-Undangan yang baru. Beberapa
persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang
sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis
atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih
rendah dari Undang-Undang sehingga daya
berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi
tidak memadai, atau peraturannya memang sama
sekali belum ada.

14
5. BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi
mengarahkan ruang lingkup materi muatan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi yang akan dibentuk. Dalam
Bab ini, sebelum menguraikan ruang lingkup materi
muatan, dirumuskan sasaran yang akan diwujudkan,
arah dan jangkauan pengaturan. Materi didasarkan
pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab
sebelumnya. Selanjutnya mengenai ruang lingkup
materi pada dasarnya mencakup:
a. ketentuan umum memuat rumusan akademik
mengenai pengertian istilah, dan frasa;
b. materi yang akan diatur;
c. ketentuan sanksi; dan
d. ketentuan peralihan.

6. BAB VI PENUTUP
Bab penutup terdiri atas subbab simpulan dan saran.
A. Simpulan
Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang
berkaitan dengan praktik Penyelenggaraan, pokok
elaborasi teori, dan asas yang telah diuraikan dalam
bab sebelumnya.
B. Saran
Saran memuat antara lain:
1. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik
dalam suatu Peraturan Perundang-undangan
atau Peraturan Perundang-undangan di
bawahnya.
2. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah atau
Produk Hukum Daerah lain yang diperlukan.

3. Kegiatan lain yang diperlukan untuk


mendukung penyempurnaan penyusunan
Naskah Akademik lebih lanjut.

7. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka memuat buku, Peraturan Perundang-
undangan, dan jurnal yang menjadi sumber bahan
penyusunan Naskah Akademik.

8. LAMPIRAN RANCANGAN PERDA

15
3. Data Referensi hukum yang digunakan:
Penunjang (1) Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
(2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi
Djawa Tengah (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang
dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Propinsi Djawa Tengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2757);
(3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
(4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor
65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3046);
(5) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
(6) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
(7) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
(8) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
(9) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
(10) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225);

16
(11) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor
44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445);
(12) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor
35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3441);
(13) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa
Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Nomor 3838);
(14) Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4156);
(15) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendaliaan Pencemaran Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4161);
(16) Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang
Pengusahaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 344, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5801)

4. Metode Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan campuran (mix


Penelitian methode) antara kualitatif dan kuantitatif dengan
menggunakan data primer dan sekunder. Metode
pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survei dan
wawancara, sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh
dari instansi terkait serta dari penelitian terdahulu.

5. Keluaran Adapun Keluaran dalam kegiatan ini adalah :


a. Laporan Pendahuluan diserahkan sebanyak 5 eksemplar.
b. Naskah Akademik Raperda tentang Keterbukaan
Informasi Publik diserahkan sebanyak 15 eksemplar.
c. Draf Raperda tentang Keterbukaan
Informasi Publik diserahkan sebanyak 15 eksemplar.
d. Laporan Akhir Penyusunan Naskah Akademik sebanyak
15 buah.
e. CD soft copy Naskah Akademik dimaksud sebanyak 15 buah.

17
6. Jangka Waktu Jangka Waktu Penyelesaian Naskah Akademis Raperda
Penyelesain tentang Irigasi adalah adalah 90 (Sembilan Puluh) hari
Kegiatan kalender.

Waktu Pelaksanaan
No. Pekerjaan Bulan Bulan
Bulan I
II III

1 Persiapan
2 Pengumpulan data sekunder
3 Evaluasi data sekunder
4 Survey lapangan
5 Laporan Pendahuluan
Rapat-Rapat Penyusunan Naskah Akademik
5 dan pelibatan tim fasilitasi
FGD I Naskah Akademik Dinas PUPR
6 Kabupaten Kaur dan SKPD
Rapat Penyempurnaan Naskah
7 Akademik termasuk tindak lanjut FGD
8 Finalisasi Naskah Akademik
Rapat-rapat penyusunan Draf
10 Raperda
11 Penyerahan Laporan Antara
FGD II Draf Raperda dengan Dinas PUPR
12
Kabupaten Kaur dan SKPD
Rapat Penyempurnaan Draf Raperda
13 termasuk tindak lanjut FGD
Workshop Naskah Akademik dan Draf
Raperda melibatkan stakeholders yang lebih
luar (SKPD kab/kota terkait,
14 LSM/Organisasi Masy, Pem Desa, dan/atau
Perguruan Tinggi)
Finalisasi Naskah Akademik dan Draf
15
Raperda
16 Penyusunan Laporan Akhir
Penyerahan Naskah Akademik dan
17
Draf Raperda

18
7. Personil Pelaksana Pekerjaan Swakelola diwajibkan untuk mempersiapkan Tim yang
ditugaskan khusus untuk pekerjaan ini, mulai dari persiapan, kegiatan survey,
pengumpulan data dan analisis, penyusunan rekomendasi pengembangan
sampai penyusunan laporan, serta kegiatan pendukung lainnya. Tim yang
ditugaskan untuk pekerjaan ini terdiri dari:

Posisi Kualifikasi Jumlah Orang


Bulan

Tim Penyusun
Ketua/Team Leader
1 orang Ketua Tim Ahli Latar belakang pendidikan: Hukum 3 ob
Madya Tata Negara, S2 dengan pengalaman
efektif 5 tahun di bidang Irigasi.

Tenaga Ahli Anggota:


1 orang Anggota Ahli Muda latar belakang pendidikan: Ilmu 3 ob
Perundang - undangan, S2 dengan
pengalaman efektif 3 tahun / S1
dengan Pengalaman efektif 5 tahun
di di bidang Penyusunan Peraturan
Perundang - Undangan.
1 Orang Anggota Ahli Muda latar belakang pendidikan: Hukum 3 ob
Tata Negara, S2 dengan pengalaman
efektif 3 tahun / S1 dengan
Pengalaman efektif 5 tahun di
bidang penyusunan peraturan
perundang-undangan.

1 Orang Anggota Ahli Muda latar belakang pendidikan: Teknik 3 ob


Irigasi, S2 dengan pengalaman
efektif 3 tahun / S1 dengan
Pengalaman efektif 5 tahun di
bidang Teknik Irigasi.
Tenaga Pendukung
2 orang Asisten Tenaga Ahli S1 dengan pengalaman lebih dari 4 3 ob
tahun di bidangnya

5 Surveyor D3/S1 dengan pengalaman lebih 2 ob


dari 4 tahun

Tambahan: Syarat Kualifikasi bagi Tim Penyusun baik Team Leader maupun Tenaga Ahli Anggota
diutamakan dosen universitas dengan akreditasi minimal B

19
1. Ketua Tim (Team Leader)
a. Mengoordinasi tenaga ahli dan tenaga pendukung dalam pelaksanaan kegiatan
yang meliputi: penelitian, penyusunan Naskah Akademik, Penyusunan Draf
Raperda, Penyusunan Laporan Pendahuluan, Penyusunan Laporan Antara, dan
Penyusunan Laporan Akhir.
b. Bertanggung jawab atas terlaksananya penelitian, penyusunan Naskah Akademik,
dan Draf Raperda Keterbukaan Informasi Publik.
c. Bertanggung jawab atas ketepatan waktu dalam penyampaikan Laporan
Pendahuluan, Penyusunan Laporan Antara, dan Penyusunan Laporan Akhi,
Laporan Penelitian, Naskah Akademik, dan Draf Raperda Keterbukaan Informasi
Publik.
d. Memeriksa, mempelajari dan mengesahkan langkah-langkah pelaksanaan,
diskusi/pembahasan materi uji lapangan
e. Bertanggungjawab baik dari segi substansi maupun metodologis hasil penelitian,
Naskah Akademik, dan Draf Raperda
f. Menjamin dan bertanggung jawab bahwa hasil karya yang diserahkan terbebas
dari unsur plagiasi yang dapat berakibat munculnya tuntutan hukum

2. Ahli Muda Ilmu Teknik Irigasi


a. Melakukan studi pustaka yang mutakhir terkait dengan isu Irigasi baik dalam
skala global, nasional, dan lokal untuk mendukung penyusunan Naskah
Akademik dan Raperda Tentang Irigasi di Kabupaten Kaur, termasuk Irigasi di
era digital dan di era teknologi dan informasi.
b. Melaksanakan kegiatan penelitian bersama Tim untuk basis penyusunan Naskah
Akademik dan Raperda
c. Membantu pelaksanaan penyusunan Naskah Akademik dari dimensi politik dan
komunikasi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.
d. Membantu pelaksanaan penyusunan Draf Raperda dalam bentuk rumusan Pasal-
pasal.
e. Membantu Ketua Tim dalam penyusunan Laporan Pendahuluan, Laporan Antara,
Laporan Akhir.

3. Ahli Muda Hukum penyusunan peraturan perundang-undangan


a. Mengkaji peraturan-perundangan baik di tingkat pusat maupun di daerah terkait
Irigasi.
b. Melaksanakan kegiatan penelitian bersama Tim untuk basis penyusunan Naskah
Akademik dan Raperda
c. Membantu pelaksanaan penyusunan Naskah Akademik dari dimensi hukum
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.
d. Membantu pelaksanaan penyusunan Draf Raperda dalam bentuk rumusan Pasal-
pasal.
e. Membantu Ketua Tim dalam penyusunan Laporan Pendahuluan, Laporan Antara,
Laporan Akhir.

4. Ahli Muda Teknik Hukum Administrasi


a. Melakukan studi mengenai praktik Irigasi baik dalam skala global, nasional, dan
lokal untuk diadopsi dan/atau dijadikan inspirasi untuk dikembangkan bagi
penyelenggaraan layanan Irigasi oleh Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang
Kabupaten Kaur.
b. Melaksanakan kegiatan penelitian bersama Tim untuk basis penyusunan Naskah
Akademik dan Raperda
c. Merancang model Penyelenggaraan Irigasi di Kabupaten Kaur
d. Membantu pelaksanaan penyusunan Naskah Akademik
20
e. Membantu pelaksanaan penyusunan Draf Raperda dalam bentuk rumusan Pasal-
pasal.
f. Membantu Ketua Tim dalam penyusunan Laporan Pendahuluan, Laporan Antara,
Laporan Akhir.
8. Syarat-syarat Persyaratan Pelaksana Swakelola dalam pelaksanaan
yang harus pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
dipenuhi a. Akta Pendirian Lembaga
Penyedia b. Surat Ijin Pendirian Lembaga
Barang/Jasa c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP);
d. Memiliki pengalaman dibidangnya;
e. Memiliki tenaga ahli dibidangnya;
f. Lulus Prakualifikasi yang dilakukan pejabat pengadaan
barang/jasa;
g. Memenuhi ketentuan Peraturan Perundang-undangan
dalam bidangnya.

LAPORAN

Laporan Laporan Pendahuluan memuat tafsiran Term of


Pendahuluan Reference/Kerangka Acuan Kerja, metodologi dan rencana kerja,
dan hasil orientasi lapangan.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 21 (dua puluh


satu) hari kerja sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku
laporan.

Laporan Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan


Antara Penyusunan Naskah Akademik Raperda tentang Irigasi yang
berupa kompilasi data primer dan sekunder, pengolahan dan
analisa data, kajian teknis akademis tentang Irigasi, serta
kesimpulan dan rekomendasi sementara.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 60 (enam puluh)


hari kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku
laporan.

Laporan Laporan Akhir diserahkan selambat-lambatnya 105 (seratus lima)


Akhir hari kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 15 buku laporan
dan setidaknya memuat;
a. Metodologi penyusunan Naskah Akademis.
b. Perkembangan pelaksanaan pekerjaan (Tahapan, Jadwal
dan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan).
c. Poin-poin pokok yang terdapat dalam Naskah Akademik
Raperda tentang Irigasi , serta kesimpulan dan saran
terhadap permasalahan yang ada.
d. Draf Raperda tentang Irigasi.

21
HAL-HAL LAIN

1. Alih Pengetahuan Jika diperlukan, Pelaksana Swakelola berkewajiban


menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam rangka
alih pengetahuan kepada;
a. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kaur
yang terkait dengan materi Raperda dimaksud.
b. Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Kaur.

2. Revisi/perbaikan Jika diperlukan, Pelaksana Swakelola berkewajiban


/penyempurnaan menyempurnakan dan merevisi draft Raperda yang dihasilkan jika
Naskah Akademik ada masukan dari Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR
dan Draf Raperda Kabupaten Kaur, dan Forum-forum diskusi yang diadakan oleh
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Kaur
terhadap Raperda dimaksud.

Ditetapkan di Bintuhan
Pada tanggal :
Bidang Sumber Daya Air
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Kaur
Pejabat Pembuat Komitmen

SASDAR MARFI, ST.


NIP. 19770210 200604 1 008

22

Anda mungkin juga menyukai