NIM : 205200019
Kelas :A
Air bersih adalah suatu elemen dasar penunjang kehidupan seluruh manusia,
sekitar 60-70% dari berat badannya sangat membutuhkan air untuk menunjang organ-
organ tersebut. Allah yang maha kuasa telah menciptakan air bersih secara gratis
diseluruh dunia. Bagaimana mengelolanya dan bagaimana mendistribusikan air dan
menjaga agar air bersih dapat diperoleh oleh seluruh umat manusia secara adil dan
bijaksana maka kerja sama antara negara dan masyarakat perlu dijalin. Lalu, bagaimana
negara dan bersama-sama masyarakat untuk menjaga dan mencegah maraknya privatisasi
penggunaan air yang akhirnya air sebagai komersial dan fokus pada satu entitas.
Dasar Hukum berdasarkan UUD 1945, yaitu Pasal 33 ayat (2) bahwa cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara. Dan Pasal 33 ayat (3) bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Terdapat 6 prinsip dasar batasa pengelolaan SDA, berdasarkan Putusan MK
Nomor 85/PUU-XI/2013 diantaranya yang pertama adalah pengusahaan atas air tidak
boleh mengganggu, mengesampingkan, apalagi meniadakan hak rakyat atas air. Kedua
adalah negara harus memenuhi hak rakyat atas air. Ketiga adalah bahwa Kelestarian
lingkungan hidup sebagai salah satu hak asasi manusia, lalu keempat bahwa pengawasan
dan pengendalian olehnegara atas air sifatnya mutlak. Kemudian kelima bahwa prioritas
utama yang diberikan pengusahaan atas air adalah BUMN atau BUMD. Dan terakhir
bahwa pemerintah dimungkinkan memberikan izin kepada usaha swasta untuk
melakukan pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu dan ketat.
Berdasarkan UU 17/2019 tentang SDA, Pasal 5 bahwa Sumber Daya Air dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Lalu, Pasal 7
bahwa Sumber Daya Air tidak dapat dimiliki dan/atau dikuasai oleh perseorangan,
kelompok masyarakat, atau badan usaha. Dan berdasarkan Pasal 1-Pasal 28 sd 34 Pasal
41- Bab VI, bahwa pengelolaan SDA didasarkan pada wilayah sungai dengan
memperhatikan keterkaitan penggunaan air permukaan dan air tanah dengan
mengutamakan pendayagunaan air permukaan (Pasal 22).
Terkait pelaksanaan konstruksi dan non konstuksi bahwa terbagi menjadi pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan, dan juga pelayanan prasarana SDA. Dan kemudian ada alur
terkait penggunaan SDA, yaitu tanpa izin, lalu persetujuan, dan perizinan berusaha yang
mana persetujuan dan perizinan berusaha membutuhkan kuota, dan untuk ketiganya
dibutuhkan adanya suatu alokasi air, kemudian pengaliran, dan sampai kepada
penggunaan.
Air meru;akan hak setiap warga, air juga berkaitan dengan HAM karena
menunjang kehidupan, dan tanpa air tidak akan ada kehidupan. Dan juga sebagian
terbesar tubuh terdiri dari air. Dan air juga tersedia di alam sebagai milik publik untuk
menunjang kehidupan setiap orang.
Pada era sekarang ini terdapat beberapa kelangkaan terkait masalah air,
diantaranya degradasi hutan dan lahan (erosi), baik karena kebakaran hutan, perambatan
hutan secara ilegal maupun alih fungsi lahan hutan untuk berbagai keperluan non-hutan.
Lalu, terkait pemanasan global dan perubahan iklim, lalu, penyedotan air tanah dan
sumber daya air lainnya untuk kebutuhan industri maupun untuk perusahaan air minum.
Kemudian ada juga pencemaran, banjir, serta kekeringan karena pemanasan global tadi
serta perubahan iklim.
Masalah air ini secara sosial menyebabkan :
1. Konflik sosial
2. Mengancam aktivitas produktif manusia termasuk ekonomi.
3. Menimbulkan penyakit.
4. Menimbulkan kelaparan.
5. Serta mengancam kelangsungan dan eksistensi hidup manusia.
Terkait penguasaan atas SDA, bahwa penguasaan oleh negara sesuai dengan amanat
Pasal 33 uud 1945, ada juga kekewajiban negara atas air sebagai HAM yaitu
menghormati melindungi, dan menjamin terpenuhinya hak atas air sebagai HAM, lalu,
mengatur pemenuhan hak atas air bagi semua warga negara secara adil dan berkualitas
dengan akses yang sama. Lalu, BUMN/BUMD diberi hak pengelolaan atas sumber daya
air dari danau/sungai untuk penyediaan air bagi publik, dengan kewajiban untuk
diantaranya mengkonservasi daerah hulu danau/sungai yang menjadi sumber air yang
diambilnya, kemudian, menyediakan air murah berkualitas tinggi, lalu, diberi juga
peluang untuk mengolah air untuk dipasarkan dalam kemasan kepada publik.
Maka, kesimpulannya bahwa hak atas air dan kebutuhan minimal akan air yang sehat,
berkualitas dan berkecukupan harus dijamin dan disediakan oleh negara sebagai
implementasi air sebagai HAM dengan akses yang sama dan adil bagi semua, bukan atas
dasar daya beli. Lalu, juga pasar air hanya dibuka bagi pihak yang menyediakan air
dengan mekanisme pasar dari sumber pengelolaan air limbah, desalinasi air laut atau
memanen air hujan dengan teknologi dan usahanya sendiri.
Lalu, bagi warga yang menginginkan air dengan kualitas lebih, dengan kemasan dan
kandungan lebih, dipersilahkan memperolehnya dari perusahaan yang menyediakan air
dengan usahanya sendiri dari pengelolaan air limbah, desalinasi air lau atau panen air
hujan. Kemudian Badan usaha/ industri yang membutuhkan air untuk kebutuhan proses
produksi dipersilahkan membelinya dari perusahaan swasta yang mengolah air limbah,
desalisasi air laur, dan panen air hujan.
Dan yang terakhir adalah bahwa air limbah, desalinasi air laut dan panen air hujan
sudah menjadi peluang bisnis, dan juga ini tidak boleh dilarang, namun malah harus
didorong.