net/publication/317275164
CITATIONS READS
2 980
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhammad Johan Widikusyanto on 01 June 2017.
SAINS MANAJEMEN
JURNAL MANAJEMEN UNSERA
Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya
SAINS MANAJEMEN
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
PENANGGUNG JAWAB
Denny Kurnia, MM.
DEWAN REDAKSI
Pimpinan Redaksi
Muhammad Johan Widikusyanto, M.Sc.
Sekretaris
Nafiudin, MM.
Anggota
Deviyantoro, MM.
Ratu Erlina Gentari, MM.
Hermansyah Andi Wibowo, MM.
Martina Rahmawati Masitoh, M.Sc.
MITRA BESTARI
Dr. R. Eddy Nugroho
Dr. Lutfi
Anizir Ali Murad, MM.
Suryaman, MM.
Bambang Dwi Suseno, MM.
DESAIN GRAFIS
Rian Agustian
ALAMAT REDAKSI
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya
Jl. Raya Serang-Cilegon Km.5 (Taman Drangong), Serang – Banten
Telp. 0254 – 8235007, Fax. 8235008, E-mail: jurnalmanajemenunsera@gmail.com
Diterbitkan Oleh:
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya
Jurnal Sains Manajemen Vol.ISSN:
1 No.12443-0064
Januari 2015
SAINS MANAJEMEN
Jurnal Manajemen Unsera
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Perguruan 1-15
Tinggi Di Banten
Muhammad Johan Widikusyanto
Join Satria
ABSTRACT
ABSTRAK
Kondisi persaingan antar perguruan tinggi mendorong setiap perguruan tinggi di Banten
harus mampu mempertahankan mahasiswa dan mendapatkan mahasiswa baru setiap
tahunnya. Kurangnya mahasiswa baru membuat suatu perguruan tinggi kekuarangan biaya
operasional yang pada akhirnya memaksa mereka menutup perguruan tinggi tersebut.
1
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Kata kunci : Jasa Pendidikan, Biaya, Lokasi, Kelompok Acuan, Keberlanjutan Perguruan
Tinggi, Banten.
PENDAHULUAN
Banten adalah provinsi yang kaya akan potensi sumber daya alam. Akan tetapi, kekayaan
Sumber Daya Alam Banten ini tidak diimbangi dengan kualitas Sumber daya manusia.
Rendahnya kualitas SDM Banten menyebabkan provinsi ini memiliki tingkat
pengangguran tertinggi di Indonesia (JPNN, 2014). Salah satu penyebab rendahnya
kualitas sumber manusia adalah rendahnya kualitas pendidikan yang ditandai minimnya
lulusan SLTA dan SMK yang melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Data Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa di Banten pada tahun 2012 hampir 85
persen masyarakat yang berumur 19 sampai 24 tahun tidak melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi. Angka ini masih sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya terutama angka partisipasi sekolah pada tahun 2008 yang hanya 10,5 persen
atau sekitar hampir 90 persen masyarakat Banten yang berumur antara 19 hingga 24 tahun
tidak melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi (BPS Provinsi Banten, 2014).
Pembangunan berbagai bidang di Banten membutuhkan SDM yang berkualitas.
Pendidikan memiliki peran yang sangat sentral dan strategis, terutama jika dikaitkan
dengan upaya peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM). Pendidikan lebih tinggi
2
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
3
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
untuk penyelengaraan pendidikan tinggi. Kurangnya mahasiswa baru apalagi sampai tidak
ada mahasiswa baru yang masuk, akan membuat suatu perguruan tinggi kekuarangan biaya
operasional yang pada akhirnya memaksa mereka menutup perguruan tinggi tersebut.
Dengan demikian, kehadiran mahasiswa baru bagaikan darah segar yang diperlukan oleh
setiap perguruan tinggi untuk hidup. Dengan kata lain, keberlanjutan penyelengaraan suatu
perguruan tinggi sangat ditentukan keberhasilan mendapatkan mahasiswa baru setiap
tahunnya. Pada kondisi ini, perilaku calon mahasiswa khususnya bagaimana mereka
membuat keputusan untuk memilih perguruan tinggi sebagai tempat mereka melanjutkan
studi, menjadi sangat penting bagi perguruan tinggi untuk diketahui dan dipengaruhi.
Keputusan konsumen dipengaruhi banyak faktor diantaranyan adalah usaha pemasaran dan
faktor lainnya seperti faktor sosial atau kelompok acuan (Kotler dan Keller, 2009;
Schiffman dan Kanuk, 2009). Calon Mahasiswa (siswa SLTA, SMK, atau yang sederajat)
sebagai prospek bagi perguruan tinggi dalam menentukan pilihannya dipengaruhi
diantaranya oleh program pemasaran perguruan tinggi dan juga kelompok acuan sebagai
perbandingan dan sumber informasi seperti keluarga, teman, atau gurunya.
Beberapa penelitian di Indonesia dengan konteks di luar banten telah membuktikan bahwa
program atau bauran pemasaran dan juga kelompok acuan berpengaruh pada keputusan
yang dibuat calon mahasiswa dalam menentukan tempat mereka melanjutkan studinya.
Dengan demikian, baik bauran pemasaran dan kelompok acuan juga dapat menjadi
prediktor keputusan calon mahasiswa di wilayah Banten dalam menentukan pilihannya.
Melalui bauran pemasaran dan kelompok acuan juga, perguruan tinggi dapat memengaruhi
keputusan calon mahasiswa untuk menjadikan mereka sebagai tempat melanjutkan studi.
Dengan demikian, bauran pemasaran dan kelompok acuan menjadi dua faktor penting yang
menentukan keberlanjutan penyelenggaraan perguruan tinggi di Banten.
Karena pentingnya faktor-faktor ini bagi keberlanjutan perguruan tinggi di Banten, maka
sangat perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan antara faktor-faktor ini dengan
preferensi atau keputusan calon mahasiswa dalam menentukan pilihan perguruan tinggi,
tentunya dengan konteks Banten. Temuan penelitian ini, diharapakan akan memberikan
daya saing bagi perguruan tinggi di wilayah Banten untuk bertahan ataupun memenangkan
persaingan dalam industri jasa pendidikan tinggi.
Rumusan Masalah
Keputusan calon mahasiswa dalam menentukan perguruan tinggi pilihannya adalah sangat
penting bagi keberlanjutan setiap perguruan tinggi di Banten. Bagaimana calon mahasiswa
melakukan pengambilan keputusan dan apa saja faktor yang menjadi pertimbangan mereka
dalam keputusannya menjadi informasi yang wajib diketahui setiap perguruan tinggi untuk
bertahan atau bahkan memenangkan persaingan dalam industri jasa pendidikan ini. Dengan
demikian yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah apakah model yang dihipotesiskan
sesuai dengan data empiris yang diperoleh dan apakah faktor-faktor stimulus pemasaran
yang terdiri dari jasa pendidikan, biaya, lokasi dan kelompok acuan berpengaruh pada
keputusan calon mahasiswa dalam memilih perguruan tinggi untuk melanjutkan studinya.
4
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menguji model konseptual yang dihipotesiskan. Model tersebut
menggambarkan pengaruh stimulus pemasaran yang terdiri jasa pendidikan, biaya, lokasi,
dan kelompok acuan terhadap keputusan calon mahasiswa dalam memilih perguruan
tinggi.
Ruang Lingkup Penelitian
Subjek penelitian ini dibatasi hanya siswa SLTA dan SMK kelas tiga di Provinsi Banten.
Adapun ojek penelitian ini lebih difokuskan pada beberapa perguruan tinggi di lingkungan
Provinsi Banten. Pengambilan data bersifat cross sectional dan variabel yang dikaji
dibatasi hanya pada elemen bauran pemasaran (jasa, biaya, lokasi), kelompok acuan, dan
keputusan calon mahasiswa (siswa SLTA/SMK).
Psikologi
Konsumen
5
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen melewati lima tahap (Kotler dan
Keller, 2009), meliputi:
1. Pengenalan masalah.
2. Pencarian informasi.
3. Evaluasi alternatif.
4. Keputusan pembelian.
5. Perilaku pasca-pembelian.
Jika dikaitkan dengan proses keputusan calon mahasiswa dalam menentukan pilihan
perguruan tinggi yang akan menjadi tempat mereka melanjutkan studi, maka mereka akan
merasa membutuhkan pendidikan lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan sosialnya yaitu
status sosial yang lebih tinggi dan kesejahteraan yang lebih baik dimasa depan. Setelah
mereka menyadari bahwa ada kebutuhan yang ingin mereka penuhi, langkah selanjutnya
adalah mencari informasi sebanyak mungkin yang dapat membantu mereka menentukan
pilihan dengan tepat dan mengurangi resiko yang ditimbulkan dari salah memilih
perguruan tinggi. Sumber informasi tentang perguruan tinggi dapat berasal dari Sumber
pribadi seperti keluarga, teman, tetangga dan kenalan. Sumber komersial seperti iklan
perguruan tinggi, wiraniaga, dan brosur. Sumber publik seperti media massa dan organisasi
perangking perguruan tinggi.
Setelah pengumpulan informasi dirasa cukup, calon mahasiswa masuk pada tahapan
menentukan pilihan dari berbagai alternatif perguruan tinggi yang sesuai kriteria yang
berhasil mereka kumpulkan. Keputusan yang muncul berbentuk niat untuk melanjutkan
kuliah di perguruan tinggi pilihan sampai benar-benar terwujud dalam perilaku mendaftar
dan menjadi mahasiswa. Tahap terakhir adalah perilaku pasca-pembelian atau pasca
mendaftar dan menerima layanan jasa pendidikan. Pada tahap ini konsumen akan
mengevaluasi jasa yang mereka terima dan membentuk kepuasan. Konsumen
mengevaluasi dengan cara membandingkan antara harapan dan kenyataannya. Jika jasa
pendidikan yang mereka rasakan sama atau lebih dari harapan mereka sebelumnya, maka
mereka akan puas dan cenderung untuk bertahan melanjutkan studi sampai mereka lulus
dan menyebarkan berita positif tentang perguruan tinggi pilihannya tersebut. Namun jika
jasa pendidikan lebih rendah dari harapan mereka sebelum masuk, maka akan terjadi
ketidakpuasan dan membentuk word of mouth negatif.
Bauran Pemasaran
Bauran Pemasaran adalah elemen-elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol oleh
perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen dan akan dipakai untuk
memuaskan konsumen. Kotler dan Keller (2009) merumuskan bauran pemasaran yang
terdiri dari 4P, sebagai berikut:
1. Product (Produk), yang terdiri dari Physical good features; Quality level; accesories;
packaging; warranties; product lines; dan branding.
6
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
7
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
JASA
BIAYA
KEPUTUSAN
LOKASI
KELOMPOK
ACUAN
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif karena model yang
dihipotesiskan di dalam penelitian akan diuji secara kuantitatif atau statistik. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah survey.
Seluruh variabel diukur menggunakan indikator yang ditampilkan pada Tabel 1. Skala
yang digunakan adalah skala setipe Likert 7 point yang memberikan alternatif jawaban dari
satu sampai tujuh, yaitu 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= kurang setuju, 4= netral,
5= agak setuju, 6= setuju, dan 7= sangat setuju.
8
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Metode sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling. Penggunaan metode ini
untuk memudahkan pengumpulan data. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling. Kriteria pemilihan sampel penelitian ini adalah siswa kelas tiga SLTA
dan SMK di Provinsi Banten baik swasta maupun negeri. Siswa kelas tiga dipilih karena
mereka adalah calon mahasiswa atau pasar perguruan tinggi yang ada dan perlu dipelajari
perilaku mereka dalam menentukan pilihan. Ukuran sampel yang direncanakan adalah
jumlah pernyataan sebanyak 23 butir dikali 18 sehingga ukuran sampelnya adalah 414.
Untuk menghindari resiko sampel yang cacat dan tidak dapat diolah serta kemungkinan
adanya outlier, maka sampel ditambah 16 responden sehingga ukuran total sampel adalah
sebanyak 430 responden. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah self-
administered survey dengan cara menyebarkan kuesioner penelitian secara langsung pada
responden.
Validitas konstruk diuji menggunakan analisis faktor confirmatory dengan batas minimal
nilai faktor loading setiap butir atau indikator adalah ≥ 0,5, idealnya adalah 0,7 atau lebih
tinggi (Hair et al., 2006: 777). Indikator atau butir pertanyaan dengan faktor loading
dibawah 0,5 tidak akan diikutsertakan dalam analisis model struktural. Reliabilitas akan
diuji menggunakan cronbach’s alpha dengan koefisien cronbach’s alpha minimal 0,60.
Instrumen dinyatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha sama atau lebih besar dari 0,6
(Hair et al., 2006: 778).
Data dianalisis menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan bantuan
program AMOS. Teknik estimasi yang akan digunakan adalah maximum likelihood
estimation (MLE). Pengujian hipotesis dapat dilakukan setelah model memenuhi nilai
GOF yang disyaratkan atau model dapat diterima karena telah sesuai dengan data empiris.
Proses pengujian hipotesis menggunakan satu sisi karena arah hubungan antar variabel
yang diuji jelas yaitu positif yang telah ditentukan berdasarkan teori yang digunakan.
Hipotesis diterima jika tingkat signifikansi hubungan antar variabel konstruk pada
regression weights dari estimasi maximum likelihood memiliki nilai p value <0,05 dan
9
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
dengan melihat critical ratio yang harus memiliki nilai lebih besar dari nilai t table + 1,66
untuk uji satu sisi dengan tingkat kesalahan (α) 0,05.
Beberapa butir pernyataan yang tidak valid telah dihilangkan atau tidak akan digunakan
untuk analisis lebih lanjut.
Hasil uji reliabilitas instrumen ditampilkan pada tabel berikut ini menunjukan seluruh
instrumen yang digunakan telah reliabel, sehingga data yang ada dapat dianalisis lebih
lanjut untuk uji hipotesis.
10
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan Analisis outlier, 12 responden yang terindikasi outlier di hilangkan, sehingga
total sampel yang digunakan berjumlah 418. Estimasi SEM memberikan beberapa luaran
diantaranya adalah model fit dan besaran beta masing-masing variabel bebas beserta
tingkat signifikansinya. Hasil estimasi Model fit ditampilkan pada tabel berikut ini.
Nilai hasil estimasi model fit SEM pada tabel 4, menunjukkan model fit yang sudah baik,
karena memenuhi sebagian besar nilai acuan dari kriteria indeks model fit. CMIN/DF, GFI,
CFI, dan RMSEA sudah memenuhi nilai acuan yang ditetapkan. Dengan demikian, model
yang dihipotesiskan dinggap sudah sesuai dengan data empiris yang dikumpulkan.
Hasil estimasi SEM mengenai pengaruh masing-masing variabel ditampilakan pada tabel
berikut ini.
Tabel 5. Nilai Regression Weights
Hubungan Antar Variabel Estimate S.E. C.R. P
Keputusan <--- Jasa 0,408 0,113 3,613 ***
Keputusan <--- Lokasi 0,135 0,178 0,762 0,446
Keputusan <--- Biaya 0,238 0,093 2,570 0,010
Keputusan <--- Kelompok_Acuan 0,237 0,057 4,173 ***
11
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Berdasarkan Tabel 5, nilai P (probabilitas) dan critical ratio menunjukkan seluruh variabel
berpengaruh signifikan pada keputusan mahasiswa, kecuali variabel lokasi yang tidak
signifikan dengan nilai t hitung 0,762 (lebih kecil dari 1,66) dan P sebesar 0,446. Hasil
estimasi SEM lebih detail ditampilkan pada gambar berikut ini.
Uji model fit menunjukan bahwa model penelitian yang diusulkan atau yang
dihipotesiskan telah fit, yang berarti model penelitian sesuai dengan data empiris. Dengan
demikian, model hipotesis yang diajukan telah didukung oleh data empiris yang berhasil
dikumpulkan. Estimasi SEM memperlihatkan bahwa tidak semua variabel bebas
berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa. Jasa Pendidikan, Biaya, dan Kelompok
Acuan terbukti berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa dalam memilih perguruan
tinggi untuk melanjutkan studi mereka. Namun, lokasi tidak terbukti berpengaruh terhadap
keputusan mahasiswa. Dari ketiga variabel yang berpengaruh, Kelompok Acuan memiliki
pengaruh terbesar dibandingkan variabel lainnya. Disusul Jasa dan Biaya Pendidikan.
Secara keseluruhan, temuan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Indartini
(2010), Aini et al. (20120, Kurniawati (2013), Suhendra (2013), Sawaji et al. (2010), dan
Martini (2013). Hasil ini membuktikan bahwa bauran pemasaran yang diwakili oleh Jasa
Pendidikan dan Biaya serta Kelompok Acuan berpengaruh terhadap Keputusan Memilih
calon mahasiswa.
12
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Kelompok Acuan yang terdiri dari Keluarga, Teman dan Guru menjadi faktor terkuat yang
memengaruhi keputusan memilih calon mahasiswa. Keluarga terutama orang tua menjadi
pihak yang berkepentingan dalam hal ini terutama ketika orang tua menjadi satu-satunya
sumber dana kuliah bagi calon mahasiswa. Teman menjadi sumber informasi dan sering
kali memiliki pengaruh persuasif yang kuat terhadap calon mahasiswa untuk menentukan
kemana mereka akan melanjutkan pendidikan. Guru sebagai pengajar dan juga sumber
panutan dapat memiliki kekuatan persuasif untuk mengarahkan sebagian siswa dalam
menentukan perguruan tinggi tempat mereka melanjutkan studi.
Jasa pendidikan yang dipersesikan berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan serta
keinginan mahasiswa akan mampu menjadi faktor pendorong calon mahasiswa untuk
memilih kampus yang menawarkan jasa pendidikan tersebut. Semakin baik dan sesuai Jasa
pendidikan yang ditawarkan perguruan tinggi dengan keinginan calon mahasiswa, maka
calon mahasiswa akan cenderung membentuk niat yang semakin kuat untuk melanjutkan
studinya di perguruan tinggi yang menawarkan jasa pendidikan tersebut. Untuk
memengaruhi keputusan memilih calon mahasiswa, setiap perguruan tinggi harus
memperhatikan Jasa pendidikan yang ditawarkan. Perguruan tinggi harus menyediakan
jurusan yang diminati pasar sasaran, memiliki status akreditasi jurusan yang sesuai dengan
kebutuhan pasar dan dipersepsikan oleh calon mahasiswa sebagai perguruan tinggi yang
menawarkan jasa pendidikan berkualitas tinggi.
Biaya pendidikan menjadi faktor ketiga yang berpengaruh terhadap keputusan calon
mahasiswa dalam memilih perguruan tinggi. Biaya pendidikan yang terjangkau, tingkatan
biaya yang sesuai kebutuhan calon mahasiswa dan periode pembayaran yang mudah dan
membantu calon mahasiswa, akan membuat biaya pendidikan menjadi faktor yang dapat
memengaruhi keputusan calon mahasiswa. Semakin terjangkau biaya pendidikan dan
semakin mudah serta membantunya periode pembayaran yang diterapkan, akan membuat
semakin kuatnya calon mahasiswa memilih kampus tersebut sebagai tempat melanjutkan
pendidikan tinggi mereka.
Lokasi menjadi faktor yang tidak berpengaruh, nampaknya karena sebagian besar
responden melihat bahwa mereka dapat melanjutkan studi dimana saja tanpa melihat
lokasi, selama perguruan tinggi pilihan mereka menawarkan jasa pendidikan yang
berkualitas serta sesuai dengan keinginan mereka, dan juga dengan biaya pendidikan yang
terjangkau, mudah dan membantu mereka dalam menyelesaikan studi mereka.
13
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
tinggi untuk melanjutkan sekolah mereka. Namun demikian, data yang ada tidak
mendukung pengaruh lokasi terhadap keputusan memilih calon mahasiswa. Temuan
lainnya memberikan bukti bahwa kelompok acuan menjadi faktor paling berpengaruh
terhadap keputusan calon mahasiswa dibandingkan faktor lainnya.
Ketiga faktor atau variabel yang berpengaruh yaitu, Kelompok Acuan, Jasa Pendidikan,
dan Biaya harus menjadi fokus perhatian setiap perguruan tinggi, terutama Kelompok
Acuan yang memiliki pengaruh terbesar. Perguruan tinggi dapat merancang strategi dan
program pemasaran yang memanfaatkan kelompok acuan untuk memengaruhi keputusan
memilih calon mahasiswa. Selain itu, strategi dan program pemasaran dirancang pula
untuk membentuk persepsi jasa pendidikan yang berkualitas serta sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan calon mahasiswa. Setiap Perguruan tinggi juga harus merancang biaya
pendidikan mereka yang terjangkau menurut calon mahasiswa dengan periode dan sistem
pembayaran yang mudah dan membantu mereka menyelesaikan pendidikan di perguruan
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Yulfita, Fatchur Rohman, dan Toto Rahardjo (2012). Analisis Pengaruh Marketing
Mix terhadap Keputusan Mahasiswa dalam Melanjutkan Studi pada Perguruan
Tinggi. (Jurnal Online). Tersedia:
http://elibrary.ub.ac.id/handle/123456789/33041.
BPS Provinsi Banten (2014). Tersedia: Http://Banten.Bps.Go.Id/Index.Php?Hal=Tabel
&Id=182.
BPS Provinsi Banten (2014). Tersedia: Http://Banten.Bps.Go.Id/Index.Php?Hal=Tabel
&Id=181.
Hair, Jr., J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. Anderson, & R.L. Tatham (2006). Multivariate
Data Analysis. 6th edition. Upper Saddle River: Pearson Education.
Indartini, Mintarti (2010). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Mahasiswa
Memilih Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun. JurnalSosial, Vol.
11, No. 2.
JPPN (2014). Pengangguran di Banten Capai 209.090. (Online). Tersedia:
http://m.jpnn.com/news.php?id=225781
Kotler, Philip & Kevin L. Keller (2009). Marketing Management, 13th edition. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong (2012). Principles of Marketing. 14th edition. London:
Prentice Hall.
Kurniawati, Dyah (2013). Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran terhadap Keputusan
Mahasiswa Memilih Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.
JurnalWidya Warta, Vol. 37,No. 01.
Martini (2013). Analisa Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemilihan Jurusan Akuntansi
Sebagai Tempat Kuliah di Perguruan Tinggi. JurnalEkonomika dan
Manajemen,Vol.1, No.1.
Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson (2014). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran.
Edisi 9, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Sawaji, Jamaluddin, Djabir Hamzah, dan Idrus Taba (2010). Pengambilan Keputusan
Mahasiswa dalam Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Sulawesi Selatan.
14
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Schiffman, Leon G. dan Leslie L. Kanuk (2008). Consumer Behavior. 7th edition. Jakarta:
Indeks.
Suhendra, Bobby (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa
Dalam Mememilih Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Di Pekanbaru.
(Jurnal Online). Tersedia: Http://Repository.Unri.Ac.Id:80/Handle/1234567
89/ 1852
Tempo (2009, Mei). Kekurangan Peminat, 30 Perguruan Tinggi Banten Bangkrut. [Online].
Tersedia: Http://Www.Tempo.Co/Read/News/2009/05/25/079177991/
Kekurangan -Peminat-30-Perguruan-Tinggi-Banten-Bangkrut.
15
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of leadership, organizational climate and the
performance of employees at Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang. The sample in this
study as many as 34 respondents taken entirely out of the total population of employees at
Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang as many as 34 people. The analysis method used in
this research is multiple linear regression analysis method to perform testing of the F-test,
t-test and classical assumption. Analysis Tools using SPSS software Version 19.
The research proves that the leadership and organizational climate positive and significant
impact on the performance of employees at Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan, dan iklim organisasi
terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 responden diambil seluruhnya dari jumlah
populasi karyawan pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang sebanyak 34 orang. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linear
berganda dengan melakukan pengujian terhadap F-test, t-test dan uji asumsi klasik. Alat
analisisnya menggunakan software SPSS Versi 19.
Hasil penelitian membuktikan bahwa kepemimpinan dan iklim organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.
PENDAHULUAN
Perspektif manajemen sumber daya manusia strategis yang paling mendasar adalah asumsi
keberhasilan sebuah kinerja organisasi dipengaruhi oleh tindakan dan peran manajemen
sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi (Arthur, 1994). Kecenderungan ini
mulai terjadi dan menggejala pula di Indonesia. Faktor penyebab antara lain karena
masalah eksternal organisasi yang buruk sebagai dampak dari krisis ekonomi makro yang
berkepanjangan. Selain itu faktor internal juga turut mempengaruhi diantaranya bagaimana
suatu organisasi dapat mengelola dan mendidik pegawainya sehingga memiliki derajat
komitmen yang tinggi terhadap organisasi, dengan memberikan timbal balik yang selaras
antara penerimaan dan pengorbanan pegawai pada institusinya. Organisasi dapat
menjadikan pengelolaan sumber daya manusia dan komitmen pegawainya sebagai kunci
sukses dalam menghadapi persaingan (Barney, 1991), dimana pemilihan strategi organisasi
16
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
akan berkaitan erat dengan sumber daya manusia sebagai pelakunya karena sebaik apapun
strategi yang direncanakan untuk digulirkan oleh suatu organisasi bila tidak didukung oleh
sumberdaya manusia yang qualified dan handal maka tidak akan menghasilkan kinerja
yang optimal.
Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum Kota
Serang dimana jumlah populasinya adalah 40 orang. Pemilihan obyek penelitian ini sangat
relevan dengan konstruk-konstruk dan kondisi situasi permasalahan praktis menyangkut
kepemimpinan, motivasi kerja, iklim organisasi, dan kinerja.
Perumusan Masalah
Dari masalah penelitian tersebut, maka perumusan masalahnya dapat ditarik beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berkut :
1. Bagaimanakah pengaruh kepemimpinan secara parsial terhadap kinerja pegawai pada
Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang?
2. Bagaimanakah pengaruh iklim organisasi secara parsial terhadap kinerja pegawai pada
Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang?
3. Bagaimanakah pengaruh kepemimpinan dan iklim organisasi secara simultan terhadap
kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan secara parsial terhadap kinerja pegawai
pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.
2. Untuk menganalisis pengaruh iklim organisasi secara parsial terhadap kinerja pegawai
pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.
3. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan dan iklim organisasi secara simultan
terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.
LANDASAN TEORI
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan
melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. Fiedler
dalam Cahyono (2005) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah pola hubungan antar
individu yang menggunakan wewenang dan pengaruh terhadap orang lain atau sekelompok
orang agar terbentuk kerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas. Yulk (1989)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses pengaruh sosial yang sengaja
dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas dan
relasi-relasi didalam sebuah organisasi.
Iklim Organisasi
Denison (1996) menyatakan iklim organisasi sebagai suatu set dari sifat – sifat terukur
(measurable properties) dari lingkungan kerja yang dirasakan / dilihat secara langsung atau
tidak langsung oleh orang yang hidup dan bekerja di lingkungan tersebut dan diasumsikan
mempengaruhi motivasi dan perilaku mereka. Kemudian menurut Schneider (1975), iklim
17
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Kepemimpinan
Kinerja Pegawai
Iklim Organisasi
18
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
METODE PENELITIAN
Seluruh variabel dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator dengan skala likert
yang ditampilkan dalam tabel berikut.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, metode verifikatif.
Jumlah populasi yang ada di dalam Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang , memiliki
pegawai sebanyak 35 orang pegawai. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik pengambilan sampel jenuh, dimana semua populasi dijadikan sebagai sampel yaitu
sebanyak 35 orang. Tetapi karena yang dijadikan salah satu penilaian perilaku adalah
19
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
20
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
21
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, J.B, 1994, “Pengaruh dari Sistem Sumber Daya Manusia terhadap Kinerja
Produksi dan Perputaran”, Academy of Management Journal, 37:p 670-687.
Barney, J.B, 1991,”Firm Resources and Sustained Competitive Advantage”, Journal
Management, Vol. 17, No. 1, p.99-120.
Denison Daniel R., 1996, “What is The Difference between Organizational Culture and
Organizational Climate? A Native’s Point of View on a Decade of Paradigm
Wars”, The Academy of Management Review,Vol.21 No.3 P.619- 654.
McNeese-Smith, Donna., 1996, “Increasing Employee Productivity, Job Satisfaction, and
Organizational Commitment”, Hospital & Health Services Administration.
Rich, Gregory A., 1997. “The Sales Manager as a Role Model: Effects on Trust, Job
Satisfaction and Performance of Salespeople”, Journal of Management Vol.
25, No. 4 P. 3 9-328.
Robbins, Stephen P., 1996., Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi, PT.
Prehallindo, Jakarta.
Schneider, B., & Snyder, R. A. 1975. “Some relationships Between Job Satisfaction and
Organizational Climate”. Journal of Applied Psychology, Vol.60, Peserta:318-
328.
Shea Christine M., 1999, “The Effect of Leadership Style on Performance Improvement on
a Manufacturing Task”, Journal of Business, Vol. 72, No. 3.
Thorlakson Alan J.H. & Robert P. Murray, 1996, “An Empirical Study of Empowerment in
the Workplace”, Journal Group & OrganizationManagement, Vol. 21 No.1 pp:
67-83.
Yulk, G. 1989. “Management Leadership : A Review of Theory and Research”, Journal of
Management, Vol.15, No.2, State University of New York at Albany. P:251-
289.
22
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Nafiudin
Universitas Serang Raya
nafiuddin08@gmail.com
ABSTRACT
The objective from this research is to investigate the effect of work life balance and job
satisfaction on employee turnover intention at PT Bank Agroniaga Tbk Bandung Branch.
This type of research is descriptive and verification with descriptive survey and
explanatory survey method. Data obtained from all employees PT Bank Agroniaga Tbk
Bandung Branch, amounting to 30 people. The data was collected using a questionnaire
instrument.
The analytical method used is descriptive analysis that describes each variable in detail
and with path analysis to determine the existence and simultaneous and partial influence
between independent variables and dependent variable.
The result of descriptive analysis shows that work life balance is perceived by the
employee is good enough/ medium and job satisfaction felt by employees also has been
quite good, while the rate turnover intention experienced by the employees belonging to
medium category, the result of path analysis and hypothesis indicate that work life balance
and job satisfaction has influence in simultaneously and partial towards turnover intention
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keseimbangan kehidupan
pekerjaan dan kepuasan kerja terhadap niat pindah kerja karyawan PT Bank Agroniaga
Tbk Cabang Bandung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif, dengan survei
deskriptif dan metode survei explanatory. Data diperoleh dari seluruh karyawan PT Bank
Agroniaga Tbk Cabang Bandung, sebayak 30 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrumen kuesioner.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang menggambarkan masing-
masing variabel secara rinci, dan dengan analisis jalur untuk menentukan keberadaan dan
pengaruh simultan serta parsial variabel independen terhadap variabel dependen.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan kerja yang
dirasakan oleh karyawan cukup baik/ menengah dan kepuasan kerja yang dirasakan oleh
karyawan juga sudah cukup baik, sedangkan tingkat niat pindah kerja yang dialami oleh
karyawan termasuk kategori sedang. Hasil analisis jalur dan uji hipotesis menunjukkan
bahwa keseimbangan kehidupan pekerjaan dan kepuasan kerja berpengaruh secara
bersamaan dan parsial terhadap niat pindah kerja.
23
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Kata Kunci: keseimbangan kehidupan pekerjaan, kepuasan kerja, niat pindah kerja
PENDAHULUAN
Untuk mencapai kinerja yang unggul dan menjadikan perusahaan berdaya saing, sumber
daya manusia (karyawan) merupakan pelaku yang dominan dan sangat penting dalam
rangka mendukung tujuan-tujuan perusahaan, namun ketika terdapat turnover karyawan
dalam perusahaan akan merugikan perusahaan baik dari segi biaya dan menganggu
kontinuitas organisasi dan turnover intention merupakan prediktor terbaik untuk melihat
adanya sinyal awal terjadinya turnover karyawan (Slattery, 2005; Egan et al., 2004; Wright
and Bonett, 2007). Berdasarkan kegiatan pada pra survey di PT Bank Agroniaga Tbk
Cabang Bandung, bahwa turnover karyawan yang terjadi di perusahaan tersebut masih
rendah dan menurut Malik dkk (2010) bahwa work life balance dan kepuasan kerja erat
kaitannya dengan turnover intention.
Ketika seorang karyawan merasakan tidak mampu menjaga harmonisasi antara tuntutan
terhadap perusahaan yaitu bekerja dengan baik dengan masalah kehidupan pribadi, maka
seorang karyawan tersebut memilih untuk mencari alternatif pekerjaan lain atau berhenti
dari perusahaan dan memilih perusahaan lain yang menganggap akan pentingnya work life
balance. Sementara ketika seseorang mampu menjaga keharmonisan antara pekerjaan dan
kehidupan pribadi, maka akan berdampak pada kepuasan kerja karyawan. Turnover
intention erat hubungannya dengan kepuasan kerja (Job Satisfaction), ketika karyawan
merasakan kepuasan kerja, maka karyawan akan cenderung bertahan untuk tidak
meninggalkan pekerjaan diperusahaannya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran work life balance, kepuasan kerja, dan turnover intention
karyawan PT Bank Agroniaga Tbk. Bandung.
2. Apakah work life balance dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap turnover intention
karyawan PT Bank Agroniaga Tbk. Bandung baik secara simultan maupun parsial.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Work life balance, kepuasan kerja, turnover intention karyawan PT Bank Agroniaga
Tbk. Bandung.
2. Pengaruh work life balance dan kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan
Bank Agroniaga
Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan
kegunaan sebagai berikut:
24
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
1. Hasil ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat, dapat digunakan
sebagai masukan dalam pengembilan keputusan guna memecahkan masalah dan
merumuskan kebijakan untuk mempertahankan karyawan yang bertalenta dengan
memahami penyebab terjadinya turnover intention karyawan seperti work life balance
dan kepuasan kerja.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan dan pengembangan yang lebih
mendalam, untuk mengkaji bidang ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia khususnya
memberikan sumbangan informasi dalam meneliti work life balance, kepuasan kerja
dan turnover intention.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya bagi yang membahas topik yang
berkaitan dengan penelitian ini, ataupun pada objek yang cakupannya lebih luas pada
disiplin ilmu yang diteliti.
25
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
26
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Ali (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa job satisfaction memengaruhi turnover
intention secara langsung. Menurut Baek-Kyoo et. al (2009) dalam penelitiannya
menemukan bahwa job satisfaction merupakan prediktor untuk mengukur tingkat turnover
intention.
Ketidakpuasan kerja telah sering diidentifikasikan sebagai suatu alasan yang penting yang
menyebabkan individu meninggalkan pekerjaannya (Price dan Muller, 1981; dalam
William dan Hazer, 1986) menyimpulkan secara empiris bahwa ketidakpuasan kerja
memiliki suatu pengaruh langsung pada pembentukan keinginan keluar.
Menurut Kumar dan Gupta (2008) bahwa job satisfaction mempunyai korelasi negatif
terhadap turnover intention. Kepuasan kerja merupakan prediktor terbaik untuk meliahat
turnover intention karyawan (Slattery, 2005; Egan et al., 2004; Wright and Bonett, 2007).
Dalam dunia kerja, kepuasan kerja merupakan hal yang sangat penting bagi setiap pekerja.
Seorang pekerja yang merasa puas dalam pekerjaannya akan membawa dampak yang
positif dalam banyak hal, salah satunya adalah menurunnya keinginan untuk meninggalkan
perusahaan. Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian tersebut, maka dapat digambarkan
sebuah paradigma penelitian dan dibawah ini adalah gambar paradigma penelitiannya.
Turnover Intention
Kepuasan kerja
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat ditarik kesimpulan dari jawaban sementara,
terhadap masalah penelitian yang telah dirumuskan, sebagai berikut:
H1 : Work life balance, kepuasan kerja, turnover intention berjalan dengan baik di
PT.Bank Agroniaga, Tbk. Cabang Bandung
H2 : Work life balance dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap turnover intention
karyawan di PT. Bank Agroniaga, Tbk. Cabang Bandung baik secara simultan maupun
parsial.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Yang Digunakan
Penelitian ini bersifat verifikatif dan deskriptif dan metode penelitian yang digunakan
adalah descriptive survey dan explanatory survey.
27
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Operasionalisasi Variabel
Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
(independent) adalah work life balance (X1) dengan indikator work life conflict dan life
work conflict dan kepuasan kerja (X2) dengan enam dimensi yaitu kepuasan gaji, kepuasan
dengan promosi, kepuasan dengan rekan kerja, kepuasan dengan supervise, kepuasan
dengan pekerjaan itu sendiri sedangkan variabel tidak bebas (dependent) adalah turnover
intention (Y) dengan tiga indikator yaitu pikiran untuk keluar, keinginan untuk mencari
lowongan pekerjaan lain, adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi dalam
beberapa bulan mendatang.
Metode Analisis Data
Untuk mengukur kualitasa data, pada setiap butir pertanyaan yang mewakili masing-
masing variabel dilakukan uji validitas dan realibilitas, dengan menggunakan Cronbach’s
alpha. Pertanyaan yang dianggap valid dan reliable dapat digunakan untuk proses analisis
data selanjutnya. Sementara untuk pertanyaan yang tidak valid dan tidak reliable tidak
dimasukan dalam proses analisis data.
Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis
Rancangan uji hipotesis ini terdapat beberapa hal yang akan diuji. Beberapa hal yang harus
diuji dan dianalisis tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Koefisien Jalur Secara Bersama-sama.
Untuk menguji apakah variabel work life balance, kepuasan kerja secara bersama-sama
berpengaruh terhadap turnover intention karyawan PT Bank Agroniaga Tbk Cabang
Bandung, maka digunakan statistik uji F dengan hipotesis statistik sebagai berikut :
H0 : Semua ρXY = 0 work life balance dan kepuasan kerja secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap turnover intention karyawan PT Bank Agroniaga Tbk Cabang
Bandung.
H1: Tidak semua ρXY ≠ 0 work life balance dan kepuasan kerja secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap turnover intention karyawan PT Bank Agroniaga Tbk
Cabang Bandung.
Kriteria uji, Tolak H0 jika Fhitung > F tabel pada tingkat kepercayaan 1-α dan derajat
bebas (k;n-k-1) dengan k adalah jumlah variabel bebas dan n adalah jumlah sampel
(pengamatan).
2. Pengujian Koefisien Jalur Secara Individual.
Setelah prosedur pengujian secara simultan atau bersama-sama menyimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan dari variabel work life balance dan kepuasan kerja secara
bersama-sama terhadap turnover intention karyawan bank Agro, selanjutnya dilakukan
pengujian secara individual untuk menguji manakah dari kedua variabel tersebut yang
pengaruhnya signifikan terhadap turnover intention karyawan Bank Agro. Hipotesis
statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh secara individual adalah:
28
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
H0: ρYX1 = 0 work life balance tidak berpengaruh terhadap turnover karyawan PT
Bank Agroniaga Tbk Cabang Bandung
H1: ρYX1 ≠ 0 work life balance berpengaruh terhadap turnover intention karyawan PT
Bank Agroniaga Tbk Cabang Bandung
H0: ρYX2 = 0 kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap turnover intention karyawan
PT Bank Agroniaga Tbk Cabang Bandung.
H1: ρYX2 ≠ 0 kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap turnover intention karyawan
PT Bank Agroniaga Tbk Cabang Bandung.
Statistik uji yang digunakan pada pengujian secara individual masing-masing sub
variabel adalah statistik uji-t. Statistik uji tersebut mengikuti distribusi t dengan derajat
bebas n-k-1 dan kriteria uji yang digunakan adalah “tolak H0 jika t hitung > t tabel
atau jika - t hitung < - t tabel pada tingkat kepercayaan 1-α dan derajat bebas (n-k-1).
29
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Berdasarkan hasil perhitungan matriks korelasi dan matriks invers dapat diperoleh
koefisien jalur, pengaruh secara keseluruhan dari X1 dan X2 serta koefisien jalur variabel
lainnya di luar X1 dan X2 (koefisien residu).
Diperoleh koefesien jalur dari work life balance terhadap turnover intention (PYX1) sebesar
(– 0,395), koefesien jalur dari kepuasan kerja terhadap turnover intention (PYX2) sebesar (-
0,553).
Setelah koefesien jalur diperoleh, maka besar pengaruh secara bersama-sama work life
balance dan kepuasan kerja terhadap turnover intention dapat dihitung darihasil perkalian
koefesien jalur dengan korelasi antara variabel sebab dengan variabel akibat.
Hasil perhitungan menunjukan koefesien determinasi (pengaruh secara bersama-sama)
work life balance dan kepuasan kerja terhadap turnover intention diperoleh sebesar 0,413.
Selain pengaruh work life balance dan kepuasan kerja terhadap turnoverintention, terdapat
probablitas munculnya pengaruh lain (residu).
Besaran pengaruh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model. ( Py ) adalah:
Perhitungan Py
Yε = 1 - Ry2x1x2
Yε = 1 – 0,413 = 0,587
30
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Dengan demikian gambar akhir dari model analisis jalur adalah sebagai berikut:
Setelah diperoleh koefisien pengaruh dari variabel yang diteliti, selanjutnya untuk menguji
apakah work life balance dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap turnover
intention dilakukan uji hipotesis secara statistik.
Pengujian hipotesis dilakukan dalam dua tahapan yaitu pengujian secara simultan untuk
mengetahui kebermaknaan pengaruh secara bersama-sama work lifebalance dan kepuasan
kerja terhadap turnover intention dan pengujian secara parsial untuk mengetahui
kebermaknaan pengaruh masing-masing variabel eksogen work lifebalance dan kepuasan
kerja terhadap turnover intention.
Pengaruh Work Life Balance Dan Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention Karyawan
PT Bank Agroniaga Tbk Cabang Bandung.
Hipotesis utama penelitian ini adalah work life balance dan kepuasan kerja berpengaruh
terhadap turnover intention karyawan PT Bank Agroniaga Tbk. Cabang Bandung. Didapat
F tabel adalah sebesar 3,35 dan Nilai Fhitungsebesar 9,492. Dapat dilihat hasil F hitung >
dari F tabel, maka Ho ditolak dan H1diterima. Hasil pengujian secara simultan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Pengujian Secara Simultan
Hipotesis Alternatif F hitung F tabel Keputusan Kesimpulan
X1 dan X2 secara simultan
berpengaruh terhadap Y 9,492 3,35 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Pengolahan Data 2011
31
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Pada tabel di atas dapat kita ketahui bahwa hasil pengujian signifikan yang berarti secara
keseluruhan variabel work life balance (X1) dan kepuasan kerja (X2) berpengaruh terhadap
turnover intention (Y) karyawan PT Bank Agroniaga Tbk. Cabang Bandung.
Dari hasil tersebut, secara keseluruhan dapat dibuktikan bahwa dengan meningkatnya work
life balance dan kepuasan kerja, maka akan berpengaruh terhadap menurunya tingkat
turnover intention karyawan di PT Bank Agroniaga Tbk. Cabang Bandung.
Pengaruh Work Life Balance Terhadap Turnover Intention Karyawan PT Bank Agroniaga
Tbk. Cabang Bandung.
Karena hasil pengujian secara keseluruhan memberikan hasil yang signifikan, maka untuk
mengetahui variable bebas mana yang secara parsial berpengaruh nyata terhadap Y dapat
dilanjutkan dengan pengujian secara parsial.
Untuk menguji koefisien jalur secara parsial, terlebih dahulu ditentukan rumusan
hipotesisnya sebagai berikut:
H0: yx1 = 0 work life balance tidak berpengaruh terhadap turnover intention karyawan PT
Bank Agroniaga Tbk. Cabang Bandung
H1: yx1 ≠ 0 work life balance berpengaruh terhadap turnover intention karyawan PT Bank
Agroniaga Tbk. Cabang Bandung
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa secara parsial variable work life balance
berpengaruh signifikan terhadap turnover intention karyawan PT Bank Agroniaga Tbk.
Cabang Bandung. Setelah pengujuian koefesien jalur dari work life balance ke turnover
intention secara statistik bermakna selanjutnya dapat diketahui besarnya pengaruh secara
langsung dan tidak langsung dari work life balance terhadap turnover intention.
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung work life balance adalah
sebesar -15,6%, pengaruh tidak langsung melalui kepuasan kerja sebesar -2,5%. Total
32
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
pengaruh yang diberikan work life balance terhadap turnover intention adalah 13,2%.
Berdasarkan hasil dari tanggapan responden mengenai work life balance yang dirasakan
oleh responden yaitu termasuk kedalam kategori cukup baik dan secara statistik bahwa
work life balance berkontribusi terhadap turnover intention karyawan sebesar 13.2%.
Hal ini sejalan dengan pendapat Bernadin (2010: 319) bahwa ketika seseorang dapat
menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dan tuntutan kehidupan keluarga/ pribadi
mampu mengurangi tingkat turnover karyawan dan berdasarkan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Malik dkk (2010) bahwa ketika seorang karyawan merasa dirinya mampu
menjalankan peran ganda antara tuntutan pekerjaan dengan tuntutan kehidupan pribadi
atau keluarganya, maka intensi karyawan untuk meninggalkan organisasi untuk mencari
pekerjaan lain atau berhenti bekerja dapat berkurang.
Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention Karyawan PT Bank Agroniaga
Tbk Cabang Bandung
Untuk melihat kebermaknaan pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover intention
secara parsial dilakukan pengujian hipotesis parsial dengan uji t. Hipotesis statistik yang
diuji adalah:
H0: yx2 = 0, Kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap turnover karyawan PT Bank
Agroniaga Tbk. Cabang Bandung
H1: yx2 ≠ 0, Kepuasan kerja berpengaruh terhadap turnover intention karyawan PT Bank
Agroniaga Tbk. Cabang Bandung
Hasil perhitungan dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa secara parsial variable kepuasan kerja
berpengaruh signifikan terhadap turnover intention karyawan PT Bank Agroniaga Tbk.
Cabang Bandung.
33
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung kepuasan kerja karyawan
adalah 30,6%, pengaruh tidak langsung melalui work life balance sebesar - 2,5%. Total
pengaruh yang diberikan kepuasan kerja terhadap turnover intention adalah 28,1%.
Berdasarkan hasil dari tanggapan responden mengenai kepuasan kerja karyawan PT Bank
Agroniaga Tbk Cabang Bandung yakni termasuk kedalam kategori cukup baik/ sedang dan
secara statistik bahwa kepuasan kerja berkontribusi terhadap turnover intention sebesar
28,1%.
Berkaitan dengan teori dan penelitian sebelumnya Suhanto (2009) dalam peneltiannya
dengan studi kasus pada Bank Internasional Indonesia menyimpulkan bahwa kepusan kerja
berpengaruh negatif signifikan terhadap keinginan untuk berpindah dari pekerjaaan
sebelumnya, Ali (2010) pun menyimpulkan bahwa semua yang berpengaruh terhadap
kepuasan kerja mempunyai peran dalam menentukan seseorang untuk meninggalkan atau
bertahan dalam pekerjaannya. Kepuasan kerja dapat memiliki pengaruh yang substansial
pada keinginan keluar pekerja pada berbagai populasi. Ketidakpuasan kerja telah sering
diidentifikasikan sebagai suatu alasan yang penting yang menyebabkan individu
meninggalkan pekerjaannya.
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kontribusi work life balance terhadap
turnover intention karyawan PT Bank Agroniaga Tbk. Cabang Bandung lebih kecil
dibandingkan dengan kepuasan kerja yang berkontribusi sebesar 28,1% terhadap turnover
intention karyawan PT Bank Agroniaga Tbk. Cabang Bandung.
34
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
35
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
4. Kepuasan kerja yang dimiliki oleh karyawan juga tergolong dalam kategori “cukup
puas” atau “sedang”, namun untuk dimensi kepuasan dengan penyelia (supervisor)
berdasarkan total skor dari tanggapan responden, memiliki skor terendah daripada ke
empat dimensi lainnya. Oleh karena itu pihak atasan (manager) harus mampu dan
konsisten dalam menjaga hubungan dengan bawahannya dikarenakan hubungan
fungsional mencerminkan sejauh mana atasan membantu tenga kerja untuk memuaskan
nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja.
5. Para manager harus mampu memberikan motivasi kerja secara konsisten terhadap
bawahannya sehingga mampu menigkatkan kinerja dan responden mersakan adanya
perhatian dari atasannya sehingga merasakan keberadaanya dalam organisasi ini.
6. Hasil-hasil penelitian ini dan keterbatasan-keterbatasan yang ditemukan dalam
penelitian dapat dijadikan sumber ide bagi pengembangan penelitan di masa yang akan
datang, bagi pengembangan penelitian yang disarankan dari penelitian ini adalah
menambah variabel independen yang memengaruhi turnover intention karyawan
misalnya komitmen organisasi, atau membagi variabel independen kedalam dua
kategori yaitu controllable factor (komitmen organisasi, motivasi kerja) dan
uncontrollable factor ( jumlah alternatif lapangan pekerjaaan).
7. Selanjutnya penelitian mendatang hendaknya mengarahkan penelitian pada obyek
penelitian yang lebih luas dengan mengambil obyek pada perusahaan yang berskala
besar dengan menentukan sampel yang lebih spesifik misalnya penelitian
menggunakan sampel tenaga pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nazim, 2010. “Factors Affecting Overall Job Satisfaction and Turnover Intention,”
Research Scholar, Dept. of Management Science, Qurtuba University of
Science & IT, D.I.Khan, Pakistan.
Bernadin, H. John, 2010.” Human Resource Management; An Experiental Approach.”
4th,ed. New York: Mc. Graw, Hill/ Irwin.
Djati, S. Pantja dan Khusaini, 2003. “Kajian Terhadap Kepuasan Kompensasi, Komitmen
dan Prestasi Kerja,” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol5(1), Maret,
25-41.
Egan, T. M, 2005. “The impact of learning goal orientation similarity on formal mentoring
relationship outcomes,” Advances in Developing Human Resources,Vol. 7 No.
4, pp. 489-504.
Greenberg, Jerald dan Baron, Robert, 2003.” Behavior In Organization, Understanding
and Managing Human Side Of Work,“ International edition 8thed. New Jersey:
Prentice Hall.
Hunt, Osborn dan Schermerhorn 2005. Organizational Behavior, Ninth Edition. John
Wiley & Sons, Inc.
Slattery, Jeffrey P., 2005. Attecedents to Temporary Employee’s Turnover Intentions
Submitted for possible inclusion in the program for the Organizational
Behavior and Organizational Theory track at the March 31-April 2, Midwest
Academy of Management as Annual Meeting.
36
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Kumar, Kuldeep dan Gayatri Gupta, 2008. ”Preceived Organization Justice, Job
Satisfaction and Turnover Intention: A Corelational Study.” Trikuta Degree
College Jammu.
Luthans, Fred, 2008. “Organizational Behavior,” Asia: 11th Mc.Graw Hill.
Malik, Fatima, 2007.” Work – Life Balance A practical Guide to Policies and Practices.”
Wood Street Grangemouth FK38LH.
Malik, Muhammad Imran, Solomon Fernando Gomez, Mehboob Ahmad dan Muhammad
Iqbal Saif, 2010. “Examining The Relationship Ofwork Life Balance, Job
Satisfaction snd Turnover In Pakistan,” FUIEMS, Foundation University
Islamabad Pakistan. 2010.
Netemeyer, Richard G., Mark W. Johnston, dan Scot Burton, 1990. “Analysis of Role
Conflict and Role Ambiguity in a Structural Equations Framework,” Journal of
Applied Psychology, Vol. 75, No.2, 148-157.
Oei, Istijanto, 2010. ”Riset Sumber Daya Manusia (Cara Praktis Mengukur Stress,
Kepuasan Kerja, Komitmen, Loyalitas, Motivasi Kerja, Dan Aspek-Aspek
Kerja Lainnya.” PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Robbins, Stephens P., 2003. Prilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Prentice-Hall, Jakarta.
Suhanto, Edi, 2009. “Pengaruh Stres Kerja Dan Iklim Organisasi Terhadap Turnover
Intention dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Di Bank
Internasional Indonesia),” Universitas Diponegoro: Semarang.
Baek-Kyoo, 2009. ”Career satisfaction, organizational commitment, and turnover
intention The effects of goal orientation, organizational learning culture and
developmental feedback,” Department of Business Administration, Winona
State University, Winona, Minnesota, USA, and Department of Organizational
Leadership, Policy and Development, University of Minnesota, Twin Cities,
Minnesota, USA.
Waumsley, Julie A., 2010.” What about us? Measuring the work life balance of people
who do not have children,” The University Of Kent, United Kingdom.
Wright, T.A. dan Bonett, D.G, 2007. “Job satisfaction and psychological well-being
asnonad predictors of workplace turnover,” Journal of Management, Vol. 33
No.2, pp. 141-60.
37
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Zainnur M. Rusdi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
ABSTRACT
Counterproductive work culture in a variety of both private and government institutions are
increasingly reducing employee productivity, so that ultimately can reduce the overall
performance of the organization. Actually counterproductive work behavior is behavior
that is so disturbing performance of the organization in general and decreased employee
productivity in particular. The existence of counterproductive work behavior makes the
performance of employees is low both in government and in private institutions.
The analysis showed a significant difference between counterproductive work behavior
that occurs in government agencies with counterproductive work behavior that occurs in
private institutions, t (df = 103) = -4.360; p <0.05. overall, counterproductive work
behavior have a greater tendency occurred in government agencies as compared to private
institutions.
ABSTRAK
Budaya kerja kontra produktif di berbagai instansi baik swasta dan pemerintah semakin
lama semakin mengurangi produktivitas pegawai, sehingga akhirnya dapat mengurangi
kinerja organisasi secara keseluruhan. Perilaku kerja kontra produktif sebenarnya adalah
perilaku kerja yang sangat mengganggu kinerja organisasi secara umum dan penurunan
produktivitas kerja pegawai secara khusus. Adanya perilaku kerja kontra produktif
membuat kinerja pegawai menjadi rendah baik di instansi pemerintah maupun di instansi
swasta.
Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku kerja kontra
produktif yang terjadi pada instansi pemerintah dengan perilaku kerja kontra produktif
yang terjadi pada instansi swasta, t(df=103) = -4,360; p < 0,05. secara keseluruhan,
perilaku kerja kontra produktif mempunyai kecenderungan lebih besar terjadi pada instansi
pemerintah dibandingkan dengan instansi swasta.
38
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
PENDAHULUAN
Budaya kerja kontra produktif di berbagai instansi baik swasta dan pemerintah semakin
lama semakin mengurangi produktivitas pegawai, sehingga akhirnya dapat mengurangi
kinerja organisasi secara keseluruhan. Sebagai gambaran umum, diberbagai instansi
pemerintah perilaku kerja kontra produktif seperti lambatnya mencari arsip, datang dan
pulang kerja tidak tepat waktu, dan mengobrol di saat jam kerja sudah dianggap wajar
padahal hal tersebut mengindikasikan rendahnya produktivitas kerja pegawai. Tidak hanya
instansi pemerintah, di instansi swasta juga ada peluang terjadinya perilaku kerja kontra
produktif apalagi jika pengawasan kerja sedang dalam kontrol yang rendah.
Perilaku kerja kontra produktif sebenarnya adalah perilaku kerja yang sangat mengganggu
kinerja organisasi secara umum dan penurunan produktivitas kerja pegawai secara khusus.
Perilaku kerja kontra produktif adalah perilaku kerja yang ditujukan untuk mengganggu
organisasi atau anggota organisasi, seperti pencurian, sabotase, atau agresi antarpribadi,
kerja yang lambat, membuang-buang waktu dan atau bahan, dan menyebar rumor (Penney
& Spector, 2002). Perilaku kerja kontra produktif dapat berupa keterlambatan,
ketidakdisiplinan, pekerjaan tidak terselesaikan dengan baik, tidak patuh pada perintah
atasan, dan lain-lain.
Adanya perilaku kerja kontra produktif membuat kinerja pegawai menjadi rendah baik di
instansi pemerintah maupun di instansi swasta. Banyak sekali faktor yang menjadi
pendorong pegawai berperilaku seperti itu, bisa dikarenakan kurangnya reward atau
penghargaan, imbalan atau gaji yang tidak sesuai dengan kebutuhan kehidupan layak, dan
bisa juga dikarenakan tidak adanya transparansi dalam jenjang karir. Hal-hal tersebut dapat
mendorong terjadinya perilaku kerja kontra produktif. Jika PNS tidak berbobot atau tidak
memiliki daya saing maka daya saing bangsa juga akan rendah.
Melihat kinerja instansi pemerintah dan swasta di Indonesia, dirasakan masih jauh
tertinggal dibandingkan dengan negara maju, contohnya saja Singapura.
(www.forum.kompas.com) PNS Indonesia jarang mendapatkan pendidikan dan pelatihan
secara rutin, tidak jarang yang sudah bekerja lebih dari 8 tahun, pendidikan yang didapat
baru prajabatan, yang memang wajib bagi CPNS yang akan diangkat menjadi PNS.
Sebagai perbandingan, PNS di Singapura mendapatkan pendidikan dan pelatihan dua
minggu setiap tahun. Sehingga, para PNS mampu memberikan pelayanan publik yang
efektif, responsif, dan berpandangan ke depan.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan juga kinerja pegawai di instansi swasta
yang rendah yang disebabkan adanya perilaku kerja kontra produktif. Biasanya disebabkan
karena adanya kompetisi yang ketat antar pegawai, atau pengawasan atau kontrol dari
pimpinan yang kurang ketat. Budaya yang ingin mendapatkan segala sesuatu secara instan
tanpa harus bersusah payah turut menimbulkan adanya perilaku kerja kontra produktif baik
di instansi pemerintah atau instansi swasta, namun biasanya faktor penyebabnya berbeda.
39
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Kerja Kontra Produktif
Perilaku kerja kontra produktif mempunyai berbagai macam istilah seperti organizational
aggression (Neuman & Baron, 1998), workplacedeviance (Robinson & Bennett, 1995),
retaliation (Skarlicki & Folger, 1997), dan sabotase (Ambrose et al., 2002). Perilaku kerja
kontra produktif umumnya didefinisikan sebagai perilaku sukarela atau yang disengaja
bertindak menentang kepentingan organisasi (Chang & Smithikrai, 2010).
Gruys (1999) dalam Sackett (2002) mengidentifikasi secara terpisah 87 perilaku kerja
kontra produktif yang muncul dalam literatur dan menggunakan pemisahan rasional dan
teknik analisis faktor untuk menghasilkan 11 kategori perilaku kerja kontra produktif.
Kategori ini disajikan sebagai gambaran dari berbagai perilaku yang termasuk dalam
domain perilaku kerja kontra produktif. Daftar ini disajikan untuk memberikan kisaran
berbagai perilaku dalam domain ini, bukan sebagai daftar yang mendalam atau
menyeluruh:
1. Pencurian dan perilaku terkait (pencurian uang tunai atau properti; membagikan barang
atau jasa; penyalahgunaan diskon karyawan)
2. Perusakan properti (mengotori, merusak, atau menghancurkan properti, sabotase
produksi)
3. Penyalahgunaan informasi (mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia,
memalsukan catatan)
4. Penyalahgunaan waktu dan sumber daya (membuang-buang waktu, mengganti “time
card”, melakukan bisnis pribadi selama jam kerja)
5. Perilaku yang tidak aman (kegagalan untuk mengikuti prosedur keselamatan;
kegagalan untuk mempelajari prosedur keselamatan)
6. Kehadiran yang buruk (keterlambatan; menyalahgunakan izin sakit)
7. Kualitas kerja yang buruk (sengaja lambat atau ceroboh dalam bekerja)
8. Penggunaan alkohol (alkohol digunakan saat bekerja; datang bekerja dibawah
pengaruh alkohol)
9. Penggunaan narkoba (memiliki, menggunakan, atau menjual narkoba di tempat kerja)
10. Perbuatan lisan yang tidak pantas (berdebat dengan pelanggan, secara lisan melecehkan
rekan kerja)
11. Tindakan fisik yang tidak pantas (menyerang rekan kerja).
12. Spector et al. (2006) menjelaskan lima dimensi perilaku kerja kontra produktif yaitu
abuse against other (penyimpangan/pelanggaran terhadap yang lain), production
deviance (penyimpangan produksi), sabotase, pencurian, dan penarikan diri
(withdrawal).
13. Abuse against other (penyimpangan/pelanggaran terhadap yang lain) yaitu pelanggaran
yang meliputi perilaku berbahaya yang ditujukan pada rekan kerja baik secara fisik
maupun psikologis melalui ancaman, komentar yang tidak baik, mengabaikan orang
lain atau mengurangi kemampuan seseorang untuk bekerja secara efektif.
40
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Bashir et al. (2012), yang meneliti tentang dimensi
perilaku kerja kontra produktif pada organisasi sektor publik di Pakistan. Bashir et al.
(2012) menggunakan dimensi perilaku kerja kontra produktif yang dibuat oleh Spector et
al. (2006), dengan menggunakan beberapa modifikasi pada kuesioner untuk pertanyaan
tentang kickback/corruption (suap/menerima bayaran sejumlah uang/korupsi) dan
41
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
pertanyaan lainnya pada kuesioner yang disesuaikan dengan perilaku kerja kontra
produktif di negara berkembang pada sektor publik. Robinson dan Bennett (1995) juga
menggambarkan bahwa suap/korupsi merupakan salah satu perilaku kerja kontra produktif
yang masuk dalam dimensi serius-organisasional.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku kerja
kontra produktif yang terjadi pada instansi pemerintah dengan perilaku kerja kontra
produktif yang terjadi pada instansi swasta.
Model Penelitian
Model penelitian tersaji pada gambar 2. di bawah ini:
METODE PENELITIAN
Sampel dan Pengumpulan Data
Sampel dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan metode non probability
sampling dengan teknik purposive sampling, kriteria yang digunakan adalah mempunyai
masa kerja minimal dua tahun di instansi kerjanya. Roscoe (1975) dalam Sekaran dan
Bougie (2010) mengatakan bahwa ukuran sampel lebih besar dari 30 dan kurang dari 500
sesuai untuk sebagian besar penelitian.
Responden dalam penelitian ini adalah pegawai instansi pemerintah dan pegawai instansi
swasta di Bandar Lampung. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 250 buah, dari 250
kuesioner tersebut, 212 kuesioner yang kembali (108 kuesioner berasal dari instansi
pemerintah dan 104 kuesioner berasal dari instansi swasta). Dengan demikian tingkat
respon dalam penelitian ini adalah 84,8%.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku kerja kontra produktif.
Perilaku kerja kontra produktif menurut Spector et al. (2006), secara luas diartikan sebagai
perilaku sengaja yang membahayakan atau merugikan organisasi dan anggotanya.
Pengukuran perilaku kerja kontra produktif menggunakan skala pengukuran Spector et al.
(2006) dengan modifikasi pada beberapa pertanyaan yang dibuat oleh Bashir et al. (2012)
42
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
yaitu item pertanyaan penyalahgunaan waktu dan sumber daya serta kickback/corruption
(menerima sejumlah bayaran uang/suap/korupsi). Skala yang digunakan adalah itemized
rating scaledengan empat poin (1 = tidak pernah, sampai dengan, 4 = setiap hari). Salah
satu contoh item pertanyaan adalah “terlambat datang ke tempat kerja tanpa izin”.
Hasil Uji Validitas dan Hasil Uji Reliabilitas
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk
mendapatkan validitas konstruk dengan menggunakan analisis faktor (factor analysis).
Setelah dilakukan uji validitas dengan analisis faktor maka diperoleh 19 item pernyataan
yang valid yaitu item pernyataan. Sedangkan 5 item pernyataan dihilangkan yaitu item
x3.2, x4.2, x4.3, x4.4, dan x5.3 karena faktor loading <0,5 dan terjadi cross loading, serta
nilai communalities <0,5.
Uji reliabilitas merupakan pengujian instrumen selanjutnya, setelah pengujian validitas
dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui konsistensi item pengukuran. Nilai
koefisien Cronbach’s Alpha ≤ 0.6 menandakan reliabilitas yang buruk, nilai reliabilitas
antara 0.6 sampai 0.7 dapat diterima, dan jika melebihi nilai 0.8, reliabilitas baik (Sekaran,
2010). Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap 19 item pernyataan yang telah valid dan
semuanya reliabel dengan cronbach alpha sebesar 0,933.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair PKKPswasta -
-5,067 11,851 1,162 -7,372 -2,763 -4,360 103 ,000
1 PKKPpemerintah
Jika dilihat berdasarkan deskriptif hasil survei perilaku kerja kontra produktif antara kedua
instansi yaitu instansi pemerintah dengan instansi swasta di Bandar Lampung, diperoleh
hasil analisis komparatif pada tabel 2 sebagai berikut.
43
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
44
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Berdasarkan nilai mean pada Tabel 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan,
perilaku kerja kontra produktif mempunyai kecenderungan lebih besar terjadi pada instansi
pemerintah dibandingkan dengan instansi swasta. Hal ini dapat dilihat pada setiap nilai
mean masing-masing item pernyataan mengenai perilaku kerja kontra produktif, bahwa
nilai mean instansi pemerintah lebih besar dibandingkan nilai mean pada instansi swasta.
Perilaku kerja kontra produktif yang sering terjadi pada instansi pemerintah yaitu:
1. Datang terlambat ke tempat kerja tanpa izin (mean = 1,85)
2. Tidak masuk kerja dengan alasan sakit padahal tidak (mean = 1,72)
3. Menggunakan waktu istirahat lebih lama dari yang diizinkan (mean = 1,87)
4. Pulang lebih awal dari waktu yang diizinkan (mean = 1,85)
5. Mengerjakan urusan pribadi selama jam kerja (mean = 1,92)
6. Mengambil waktu makan siang lebih lama (mean = 2,04)
7. Menggunakan komputer untuk game/chatting daripada mengerjakan tugas kantor
(mean = 1,80).
8. Terdapat perbedaan bentuk perilaku kerja kontra produktif yang sering terjadi pada
instansi swasta yaitu:
9. Datang terlambat ke tempat kerja tanpa izin (mean = 1,71)
10. Menggunakan waktu istirahat lebih lama dari yang diizinkan (mean = 1,72)
11. Gagal mengikuti perintah atasan (mean = 1,53)
12. Mengerjakan urusan pribadi selama jam kerja (mean = 1,67)
13. Mengambil waktu makan siang lebih lama (mean = 1,75)
14. Bercakap-cakap menggunakan telepon kantor (mean = 1,50)
15. Menggunakan komputer untuk game/chatting daripada mengerjakan tugas kantor
(mean = 1,50)
Secara umum, terdapat perbedaan bentuk perilaku kerja kontra produktif yang sering
terjadi pada instansi pemerintah dengan instansi swasta.
45
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
siang lebih lama, dan menggunakan komputer untuk game/chatting daripada mengerjakan
tugas kantor.
Perilaku kerja kontra produktif yang sering terjadi pada instansi swasta yaitu datang
terlambat ke tempat kerja tanpa izin, menggunakan waktu istirahat lebih lama dari yang
diizinkan, gagal mengikuti perintah atasan, mengerjakan urusan pribadi selama jam kerja,
mengambil waktu makan siang lebih lama, bercakap-cakap menggunakan telepon kantor,
dan menggunakan komputer untuk game/chatting daripada mengerjakan tugas kantor.
Saran
Diperlukan pengawasan atau kontrol yang ketat untuk mengurangi perilaku kerja kontra
produktif pada kedua instansi yaitu pemerintah dan swasta.
Pemberlakuan inspeksi mendadak atau sidak terus diperketat termasuk memonitor para
pegawai pemerintahan yang berada diruang publik seperti pasar saat jam-jam kerja.
Pemberlakuan sanksi bagi pegawai yang terlibat perilaku kerja kontra produktif pada
instansi pemerintah dan instansi swasta sehingga penurunan produktifitas dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Ambrose, Maureen L., Seabright, Mark A., & Schminke, Marshall. 2002. Sabotage in the
workplace: The role of organizational injustice. Organizational Behavior and
Human Decision Processes, 89: 947-965.
Bashir, Sajid., Nasir, Misbah., Qayyum, Saira., & Bashir, Ambreen. 2012. Dimensionality
Of Counterproductive Work Behaviors In Public Sector Organizations
Of Pakistan. Public Organiz Rev, 12:357–366.
Chang, Kirk., & Smithikrai, Chuchai. 2010. Counterproductive behaviour at work: an
investigation into reduction strategies. The International Journaof Human
Resource Management, 21(8): 1272–1288.
Neuman, Joel H., & Baron, Robert A. 1998. Workplace violence and workplace
aggression: Evidence concerning specific forms, potential causes, and preferred
targets. Journal of Managements, 24(3): 391–419.
Neuman, W., Lawrence. 2006. Social Research Methods: Qualitiative andquantitative
approaches. USA: Pearson International Edition.
Penney, Lisa M., & Spector, Paul E. 2002. Narcissism and counterproductive
workbehavior: Do bigger egos mean bigger problems?International Journal
of Selection and Assessment, 10(1/2): 126–134.
Robinson, Sandra. L., & Bennett, Rebecca J. 1995. A typology of deviant workplace
behaviors: A multidimensional scaling study. Academy ofManagement
Journal, 38(2): 555–572.
Sackett, Paul R. 2002. The Structure of Counterproductive Work Behaviors:
Dimensionality and Relationships with Facets of Job Performance.
International Journal of Selection and Assessment, 10(1/2):5-11.
46
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
Sekaran, Uma., & Bougie, Roger. 2010. Research methods for business. United
Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
Skarlicki, D. P., & Folger, R. 1997. Retaliation in the workplace: The roles ofdistributive,
procedural, and interactional justice. Journal of Applie Psychology, 82 (3):
434–443.
Spector, Paul E., Fox, Suzy., Penney, Lisa M., Bruursema, Kari., Goh, Angelina., &
Kessler, Stacey. 2006. The Dimensionality Of Counterproductivity: Are All
Counterproductive Behaviors Created Equal?. Journal of Vocational Behavior,
68: 446–460.
www.forum.kompas.com.
47
Jurnal Sains Manajemen Vol. 1 No.1 Januari 2015
ABSTRACT
In order to optimize the performance of the lecturer at the Faculty of Economics and
Business (FEB), University of Islamic Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara need to find the
right model. The authors analyze the influence of independent variables include:
organizational climate , work motivation and job satisfaction on the performance of the
lecturer. The survey was conducted on fifty-five lecturers in the STIENU Jepara. The
results showed the influence of organizational climate, work motivation and the job
satisfaction to performance of the lecturer.
ABSTRAK
Dalam upaya mengoptimalkan kinerja dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul
Ulama (STIENU) Jepara perlu mencari model yang tepat. Penulis melakukan analisis
pengaruh variabel-variabel independen antara lain: iklim organisasi, motivasi kerja dan
kepuasan kerja terhadap kinerja dosen. Penelitian dilakukan terhadap lima puluh lima
orang dosen di STIENU Jepara. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh iklim
organisasi dan motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja dosen.
Kata kunci: Iklim Organisasi, Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan Kinerja
48
PENDAHULUAN
Kinerja pegawai dinilai efektif dilihat dari sudut pandang organisasi, berarti output bisa
dipertahankan sesuai dengan target meskipun terjadi perubahan jumlah pekerja maupun
produktivitasnya. Jika dinilai dari sudut pandang pegawai, bekerja secara efektif adalah
suatu keniscayaan, karena organisasi tidak bisa lagi mentolerir pegawai dengan kinerja
buruk, terlebih lagi dalam era persaingan seperti sekarang. Bekerja secara efektif juga
merupakan keharusan bagi para atasan sehingga akan menjadi teladan bagi para
bawahannya.
Dalam upaya mengoptimalkan kinerja pegawai, dibutuhkan perencanaan dan strategi
pengembangan sumber daya manusia yang terarah dan tepat sasaran. Perencanaan dan
strategi pengembangan sumber daya manusia tersebut hendaknya didasarkan atas hasil
kajian yang mendalam terhadap berbagai aspek kebutuhan organisasi serta cakupan tugas
dan tanggung jawab yang diemban.
Pengelolaan sumber daya manusia dipengaruhi oleh banyak hal, selain kualitas sumber
daya manusia itu sendiri, sistem yang ada dalam organisasi, struktur organisasi, prosedur
kerja, keterlibatan atau partisipasi pekerja dan iklim organisasi.
Selain sebagai salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi,
sumber daya manusia juga sebagai mahluk yang mempunyai pikiran, perasaan dan
harapan. Hal tersebut sangat membutuhkan perhatian karena dapat memengaruhi kinerja,
dedikasi, loyalitas serta kecintaan terhadap pekerjaan dan organisasi.
Pimpinan organisasi dituntut mampu menciptakan iklim organisasi yang dapat mendorong
dan memungkinkan pegawai untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
serta keterampilan yang dimiliki secara optimal.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa iklim organisasi berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pegawai. Dalam iklim organisasi yang kondusif pimpinan akan mampu mengelola
motivasi atau kebutuhan berprestasi karyawan-karyawannya.
Selain iklim organisasi, motivasi kerja pegawai adalah hal yang tidak boleh diabaikan
pimpinan. Motivasi sebagai pendorong manusia untuk bekerja dipandang sebagai faktor
yang akan mendasari tingkah laku para karyawan, karena motivasi orang itulah yang
memberi bentuk pekerjaan dan hasil yang diperoleh.
Motivasi dapat ditingkatkan dengan memberikan perhatian dan hubungan baik antara
atasan dan bawahan, sehingga para karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan
bagian penting dari organisasi.
Motivasi kerja dan iklim organisasi yang baik, akan dapat mendatangkan kepuasan kerja
karyawan sehingga pada gilirannya kinerja pegawai dapat menjadi lebih baik.
Chockalingan dkk (1998) mengindikasikan bahwa kepuasan kerja karyawan tidak ada
hubungan yang signifikan antara motivasi/ dorongan berupa gaji, promosi, kondisi kerja,
pengawasan dan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan pada karyawan. Sedangkan Yuan
Ting (1996) mengatakan bahwa pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan
49
beraneka macam, dimana kepuasan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai bagian dari
faktor pekerjaan dan organisasi yang sama dengan karateristik individu yang efeknya
terhadap kepuasan kerja, khususnya kekuatan bekerja karyawan mempunyai efek
signifikan yang konsisten dengan kepuasan kerja karyawan.
Rogga et.al. (2001) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara iklim organisasi
dengan kepuasan kerja. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Kukuh (2002)
mengatakan bahwa iklim organisasi berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan.
Hasil penelitian mengenai hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja yang telah banyak
dilakukan selama ini, hasilnya tidak konsisten. Misalnya riset yang dilakukan oleh Katz
et.al. (1951) dalam Fuad Mas'ud (2002) dari survey Research Center, Michigan University
dalam perusahaan asuransi membantah pandangan bahwa ada hubungan positif antara
kepuasan kerja dan kinerja. Berdasarkan hasil riset Brayfield and Crockett (1955) dalam
Fuad Mas’ud (2002), menyatakan bahwa hanya sedikit bukti adanya hubungan langsung
antara kepuasan kerja dan kinerja. Sedangkan hasil riset yang dikaji ulang oleh Vroom
(1964) dalam Fuad Mas’ud (2002), menunjukkan adanya hubungan yang positif antara
kepuasan kerja dengan kinerja, tetapi hubungannya tidak begitu kuat.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama Jepara untuk selanjutnya disebut STIENU
Jepara, adalah sebuah lembaga pendidikan dimana dalam menjalankan roda organisasinya
didukung dengan tenaga pengajar (dosen) sebanyak 55 orang. STIENU Jepara adalah
lembaga yang diharapkan dapat berkembang pesat sesuai dengan harapan dan cita-cita
pendiri yayasan yang menaunginya yaitu Yayasan Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama
Jepara untuk selanjutnya disebut YAPTINU Jepara, sehingga perlu dikelola dengan
profesional, agar misi dan tujuan utamanya dapat tercapai yaitu ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa terutama di kalangan nahdliyin. Guna pencapaian tujuan tersebut,
jajaran pimpinan STIENU Jepara berusaha menciptakan iklim kerja yang kondusif seperti
pengadaan sarana prasarana kegiatan belajar mengajar yang memadai serta selalu
memberikan motivasi agar civitas akademika khususnya dosen dapat selalu meningkatkan
kinerjanya.
Data kinerja dosen STIENU Jepara yang diukur dengan pemenuhan unsur-unsur tri dharma
perguruan tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat) masih sangat rendah
atau belum sesuai dengan standar kerja sebagaimana tersirat dalam Surat Dirjen Dikti No.
3298/D/T/99. Hal tersebut penulis tampilkan dalam tabel 1.
50
Tabel 1. Kinerja Dosen STIENU Jepara
Standar Tahun
No Indikator Kinerja Satuan
Kerja 2011 2012 2013
1 Pendidikan:
Rata-rata kehadiran mengajar 32 Tatap 92% 95% 93%
muka
2 Penelitian:
Penulisan makalah di jurnal 27 Judul 16 17 15
3 Pengabdian Masyarakat:
Mengadakan pelatihan insidental 110 Topik 11 15 12
Sumber: data primer diolah (2010)
Pada unsur pendidikan, digunakan indikator rata-rata kehadiran mengajar. Berdasarkan
aturan bahwa beban maksimal dalam satu semester adalah 16 kali pertemuan, sehingga
dalam satu tahun beban kerja seorang dosen adalah 32 kali pertemuan. Dari daftar
kehadiran mengajar seluruh dosen yang ada di STIENU Jepara dibuat rata-rata, sehingga
muncul persentase kehadiran mengajar. Dari tabel 1 diketahui bahwa tingkat kehadiran
mengajar dari 3 tahun terakhir tidak ada yang mencapai 100%, selain itu juga
menunjukkan trend menurun.
Pada unsur penelitian, penulis mengambil indikator penulisan makalah di jurnal
terakreditasi, yaitu 1 judul per 2 tahun, sebagai penulis utama. Jadi dalam satu tahun
seorang dosen mempunyai beban kerja penulisan makalah di jurnal terakreditasi sebesar
0,5 judul, sehingga apabila dikalikan jumlah dosen STIENU Jepara sebanyak 55 orang
akan diperoleh angka 27,5 dibulatkan ke bawah menjadi 27 judul dalam 1 tahun.
Pada unsur ketiga yaitu pengabdian pada masyarakat dengan indikator mengadakan
pelatihan insidental 1 topik per semester, sehingga dalam satu tahun seorang dosen
mempunyai beban kerja 2 topik pelatihan. Dengan demikian dosen STIENU Jepara
sebanyak 55 orang mempunyai beban kerja pengabdian pada masyarakat yaitu
mengadakan pelatihan insidental dalam satu tahun adalah sebanyak 110 topik. Sedangkan
data tiga tahun terakhir sebagaimana ditampilkan dalam tabel 1 masih sangat jauh dari
standar beban kerja yang ditetapkan.
Dari ketiga indikator kinerja tersebut tampak jelas bahwa belum terpenuhinya beban kerja
dosen di STIENU Jepara. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dirasa perlu melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Iklim Organiasasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja
Dosen Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama (Stienu) Jepara”
Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk:
1. Membuktikan dan menganalisis pengaruh iklim organisasi terhadap motivasi kerja
dosen STIENU Jepara.
2. Membuktikan dan menganalisis pengaruh iklim organisasi terhadap kepuasan kerja
dosen STIENU Jepara.
3. Membuktikan dan menganalisis pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja dosen
STIENU Jepara.
51
4. Membuktikan dan menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja
dosen STIENU Jepara.
5. Membuktikan dan menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja dosen
STIENU Jepara.
6. Membuktikan dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja dosen
STIENU Jepara.
Adapun secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Memberikan sumbangan konseptual bagi perkembangan kajian manajemen sumber
daya manusia, khususnya mengenai penerapan teori iklim organisasi, motivasi,
kepuasan dan kinerja.
2. Menghasilkan konsep penelitian mengenai iklim organisasi, motivasi, kepuasan dan
kinerja sebagai tindak lanjut pembentukan model peningkatan kinerja.
Agus Darma (1993) menyatakan bahwa dalam menciptakan iklim organisasi yang mampu
membawa anggotanya untuk meningkatkan kinerja dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia
memiliki karateristik tingkah laku yang berbeda sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Iklim
organisasi merupakan suatu karateristik yang membedakan suatu organisasi dengan
organisasi lainnya, memengaruhi individu-individu di dalamnya, serta secara relatif
bertahan dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan Lafolette (1975) menggunakan istilah iklim organisasi untuk menggambarkan
lingkungan psikologis organisasi yang mempunyai kondisi berbeda antara tempat yang
satu dengan yang lainnya. Iklim akan dirasakan oleh seseorang bila memasuki suatu
lingkungan organisasi.
Iklim organisasi merupakan persepsi tentang kebijakan, praktek-praktek dan prosedur-
prosedur organisasional yang dirasakan dan diterima oleh individu-individu dalam
organisasi. Individu-individu menganggap atribut-atribut organisasional sebagai
pengakuan terhadap keberadaan mereka. Penilaian atribut-atribut organisasional pada level
individu disebut sebagai iklim psikologikal (psychological climate). Ketika penilaian ini
dirasakan dan diterima oleh sebagian besar orang dalam tempat kerja, hal ini disebut
sebagai iklim organisasional (organizational climate) (Reichers& Schneider, 1990).
Razali (1997) dalam Ong (1997) melihat iklim organisasi sebagai sebuah hasil dari tingkah
laku anggota-anggota organisasi. Iklim organisasi secara relatif merupakan kualitas
lingkungan internal dari organisasi yang dipertahankan dan membedakan organisasi
tersebut dengan organisasi lain, meliputi: (a) hasil dari perilaku dan kebijakan anggota
organisasi tersebut dengan organisasi lain, (b) sesuatu yang dirasakan dan diterima oleh
anggota organisasi lain, (c) dijadikan sebagai dasar dalam menafsirkan sesuatu dan (d)
bertindak sebagai sumber tekanan untuk aktifitas yang sebenarnya. Sedangkan Fritz et.al.
(1995) dalam Ong (1997) mendefinisikan iklim sebagai kumpulan dari sikap dan
keyakinan yang berhubungan dengan organisasi yang dirasakan dan secata kolektif
dilaksanakan oleh anggota organisasi secara keseluruhan.
52
Iklim organisasi tumbuh dari adanya situasi “bagaimana hubungan atasan dengan
bawahan” yang tidak ditentukan oleh kebijaksanaan, prosedur maupun gaya pribadi atasan
tersebut, melainkan oleh seiringnya perwujudan secara halus yang benar-benar tidak
disadari. Selain itu, faktor kepemimpinan, keputusan, tindakan manajer, struktur organisasi
dan kondisi-kondisi fisik suatu pekerjaan mempunyai kedudukan yang sangat penting,
Fritz et.al. (1995) dalam Ong (1997). Selanjutnya dikatakan bahwa iklim organisasi dapat
disimpulkan sebagai “personality” organisasi, sehingga iklim organisasi dapat dipakai
untuk mengartikan situasi yang pada umumnya adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan iklim yang dianggap akan memengaruhi tingkah laku seperti: pembatasan-
pembatasan, sistem penilaian, sistem hadiah dan hukuman. Ditekankan pula bahwa gaya
kepemimpinan dalam suatu manajemen merupakan hal yang penting karena akan turut
memengaruhi iklim organisasi secara keseluruhan.
Downey, Hallrieger dan Slocum dalam Stoner (1986) mengemukakan tentang pentingnya
konsep iklim organisasi untuk para manajer dan individu yang ada dalam organisasi itu, hal
ini dikarenakan tiga macam alasan sebagai berikut:
Ada bukti yang menunjukkan bahwa tugas dapat diselesaikan dengan lebih baik dengan
iklim organisasi yang mendukung.
Ada bukti bahwa para manajer dapat memengaruhi iklim organisasi, atau lebih khusus lagi
dalam unit yang mereka pimpin.
Kecocokan antara individu dengan organisasi mempunyai peranan penting dalam prestasi
dan kepuasan individu itu sendiri dalam organisasi.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi adalah suatu sifat atau ciri-
ciri yang terdapat dalam lingkungan kerja dan timbul terutama karena kegiatan organisasi
yang dilakukan secara sadar atau tidak dan yang dianggap memengaruhi tingkah laku
individu kemudian Stoner (1986).
Motivasi karyawan ditentukan oleh motivatornya. Motivator yang dimaksud merupakan
mesin penggerak motivasi karyawan sehingga berpengaruh pada perilaku individu yang
bersangkutan. Motivator yang dimaksud bisa beraneka ragam, baik yang berasal dari diri
sendiri (internal) maupun dari luar diri (eksternal). Menurut Agus Darma (1993) unsur-
unsur penggerak motivasi meliputi: (1) prestasi (2) penghargaan (3) tantangan (4)
tanggung jawab, (5) pengembangan, (6) keterlibatan dan (7) kesempatan.
Menurut Wexley et.al. (1977) two factors theory disebut juga Herzberg’s motivators
hygiene theory. Menurut Herzberg, hubungan seorang individu dengan pekerjaannya
merupakan suatu hubungan dasar dan bahwa sikap kerja menetukan sukses atau kegagalan
individu tersebut. Teori ini mencoba untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya kepuasan dan ketidak-puasan, faktor ini adalah motivator dan hygiene.
Malayu (1996) menjelaskan bahwa motivator lebih berkaitan dengan prestasi, pengakuan,
karateristik pekerjaan, tanggung jawab dan kemajuan. Hal ini berkaitan dengan usaha yang
kuat dan prestasi yang baik, sedangkan faktor hygiene berkaitan dengan ketidakpuasan
kerja yang berkaitan dengan konteks pekerjaan dan lingkungan, misalnya: kebijakan dan
53
administrasi, pengawasan teknis gaji, hubungan antar pribadi dan kondisi kerja. Satisfier
(motivators) adalah faktor-faktor atau situasi dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja
yang terdiri dari:
1. Kesempatan untuk berprestasi (achievement);
2. Pengakuan (recognition);
3. Pekerjaan itu sendiri (work itself);
4. Tanggung jawab (responsibility);
5. Kesempatan untuk maju (advancement).
Berdasarkan teori ini, bila motivator atau satisfier tidak terpenuhi, akan menghambat
timbulnya kepuasan kerja, bila terpenuhi akan meningkatkan kepuasan kerja. Dissatisfier
(hygiene factors) adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan kerja
yang terdiri dari:
1. Kebijaksanaan perusahaan (company policy administration);
2. Pengawasan (supervisor);
3. Upah/gaji (salary);
4. Hubungan antara pribadi (interpersonal-relation);
5. Kondisi kerja (workingcondition);
6. Jaminan dan status (job security and status).
Apabila hygiene factor ini terpenuhi, seseorang belum tentu merasa puas. Seseorang akan
merasa puas apabila terdapat motivator.
Teori Maslow menjelaskan suatu hirarki kebutuhan yang menunjukkan adanya lima
tingkatan keinginan dan kebutuhan manusia di mana kebutuhan yang labih tinggi akan
mendorong seseorang untuk mendapatkan kepuasan tersebut, setelah kebutuhan yang lebih
rendah (sebelumnya) telah terpuaskan. Hirarki lima kebutuhan dasar manusia menurut
Maslow (1993) adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis (psychological needs): kebutuhan fisik seperti rasa lapar,
haus, perumahan, pakaian dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan keamanan (safety needs): kebutuhan akan keselamatan dan
perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.
3. Kebutuhan sosial (social needs): kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam
menjalin hubungan dengan orang lain, kepuasan dan perasaaan memiliki serta
diterima dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan dan kasih sayang.
4. Kebutuhan penghargaan (esteem needs): kebutuhan akan status atau kedudukan,
kehormatan diri, reputasi dan prestasi.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs): kebutuhan pemenuhan diri,
untuk mempergunakan potensi diri, untuk mengembangkan diri semaksimal
mungkin, ekspresi diri dan melakukan apa yang paling cocok dengan dirinya.
Menurut McClelland (1971) dalam Hani Handoko (1994) seseorang dianggap mempunyai
motivasi prestasi yang tinggi apabila dia mempunyai keinginan untuk berprestasi lebih
baik daripada yang lain dalam banyak situasi.
54
Kepuasan kerja adalah bagian utama dan penting bagi manusia sebagai pribadi, bagi
organisasi tempat bekerja atau bagi manusia secara keseluruhan, karena kepuasan kerja
akan membuat manusia berbahagia, sehingga pada kelanjutannya akan bekerja lebih baik
lagi. Lebih lanjut dijelaskan oleh As’ad (1995) bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian
mengenai seberapa jauh pekerjaan secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhan dan
sekaligus merupakan perasaan pekerja terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap (attitude) yang dipunyai
seorang pekerja. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan sikap adalah yang berhubungan
dengan pekerjaan serta faktor-faktor yang spesifik seperti pengawasan, upah, kesempatan
promosi, kondisi kerja, pengakuan terhadap kecakapan, penilaian kerja yang sehat,
hubungan sosial didalam pekerjaan, penyelesaian terhadap keluhan-keluhan, dan perlakuan
yang baik terhadap pimpinan (Church, 1995).
Menurut Rany, Smith dan Stone (1992) dalam Turban et.al. (1993), kepuasan kerja (job
satisfaction) merupakan reaksi efektif terhadap suatu pekerjaan yang berasal dari
perbandingan hasil aktual pemegang jabatan dengan apa yang diinginkan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa kepuasan kerja adalah perasaaan pekerja terhadap pekerjaannya yang
didasarkan pada penilaian aspek yang berada dalam pekerjaan. Sikap seseorang terhadap
pekerjaan menggambarkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan juga
harapan di masa mendatang.
Robbins (1996) menjelaskan bahwa para manajer/pimpinan seharusnya peduli akan tingkat
kepuasan kerja karyawan, karena alasan sebagai berikut:
1. Terdapat bukti yang jelas bahwa karyawan yang tidak terpuaskan lebih sering
melewatkan pekerjaan.
2. Karyawan yang terpuaskan mempunyai kesehatan yang lebih baik dan berusia
panjang.
3. Kepuasan pada pekerjaan akan dibawa ke kehidupan karyawan di luar pekerjaan.
Dampak kepuasan kerja terhadap kinerja dapat dilihat dari produktivitas yang pada
gilirannya berpengaruh pada prestasi karyawan. Kepuasan kerja mempunyai peran untuk
mencapai produktivitas dan kualitas standar yang lebih baik, menghindari terjadinya
kemangkiran, membangun kekuatan kerja yang lebih stabil serta penggunaan sumber daya
manusia yang lebih efisien.
Kepuasan kerja menurut Judge et.al. (1993) dipengaruhi oleh lima aspek:
1. Kepuasan dengan atasan (supervisor), kemampuan supervisor dalam memberikan
bantuan teknis dan dukungan pada perilaku pegawai akan menimbulkan kepuasan
bagi pegawai tersebut.
2. Kepuasan dengan pekerjaan, pekerjaan itu sendiri merupakan sumber kepuasan
kerja dan sebagian dari unsur yang memuaskan. Kerja yang paling penting, yang
diungkapkan oleh banyak penelitian adalah pekerjaan yang memberikan status.
55
3. Kepuasan dengan gaji (upah), jumlah kompensasi yang diterima pekerja, tingkat
upah merupakan faktor multi dimensi yang signifikan dan akan tetap kompleks
dalam kepuasan kerja.
4. Kepuasan dengan rekan sekerja (kelompok), dukungan sosial rekan sekerja atau
kelompok kerja dapat menimbulkan kepuasan kerja bagi seorang pegawai, karena
merasa diterima dan dibantu dalam memperlancar penyelesaian tugasnya. Sifat
kelompok kerja akan memiliki efek terhadap kepuasan kerja.
5. Kepuasan dengan promosi jabatan, kesempatan promosi jabatan tampaknya
memiliki efek terhadap kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan promosi menggunakan
sejumlah bentuk yang beda dan memiliki penghargaan yang beragam.
Kinerja karyawan mengacu pada prestasi kerja karyawan yang diukur berdasarkan standar
atau kriteria yang telah ditetapkan perusahaan. Pengelolaan untuk mencapai kinerja yang
tinggi terutama dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan
(Robert dalam Timpe, 1992).
Menurut Ivancevich dalam Darufitri (2002) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
kinerja karyawan. Faktor tersebut terdiri dari tiga kategori, yaitu variabel individu, variabel
organisasional, dan variabel psikologis. Variabel individu adalah karyawan yang
bersangkutan, misalnya kemampuan, kecakapan mental dan fisik, latar belakang keluarga,
kelas sosial, pengalaman maupun faktor demografis. Variabel organisasi antara lain
meliputi sumber daya organisasi, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan deskripsi
pekerjaan, dan lain-lain. Sedangkan variabel psikologis meliputi persepsi tentang
pekerjaan, kepribadian, motivasi dan pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ketiga
variabel tersebut secara individual maupun bersama-sama akan memengaruhi kinerja
karyawan.
Feldman dan Arnold (1988) dalam prinsip dasar manajemen mengemukakan bahwa kinerja
merupakan kombinasi atau perpaduan antara motivasi (berkaitan dengan kepuasan kerja)
yang ada dalam diri seseorang, kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaannya
(keterlibatan dalam kerja), adanya perubahan sikap terhadap pekerjaan dengan indikator
empirik motivasi untuk mencapai kepuasan kerja, kemampuan untuk melakukan pekerjaan
dan adanya perubahan sikap dalam bekerja.
Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Motivasi Kerja
Pengaruh iklim organisasi dengan motivasi kerja karyawan sangat kuat karena Iklim
Organisasi merupakan persepsi tentang kebijakan, praktek-praktek dan prosedur-prosedur
organisasional yang dirasakan dan diterima oleh individu-individu dalam organisasi.
Individu-individu menganggap atribut-atribut organisasional sebagai pengakuan terhadap
keberadaan mereka adalah merupakan kebutuhan motivator dirinya untuk mendapatkan
apa yang diinginkannya dalam pekerjaannya, motivator diatas dapat dikatakan berasal dari
luar diri (eksternal), adanya karyawan bekerja di organisasi artinya ada dorongan, upaya,
dan keinginan yang ada di dalam dirinya aktif untuk memberi daya serta mengarahkan
perilaku untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik dalam lingkup pekerjaannya
(Koontz dan Donnel, 1992).
56
Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan mengharapkan imbalan dan kepuasan atau sebaliknya di dalam mereka bekerja,
dan frustasi dapat terjadi karena dasar persepsi mereka atas iklim organisasi yang terjadi di
dalam lingkungan pekerjaannya (Davis dan Newstrom, 1995 dalam Darufitri, 2002). Jika
iklim organisasi menjamin karyawan dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
terhadap karir dalam bekerja, maka karyawan sangat antusias untuk meraihnya dan merasa
harapannya dapat tercapai. Inilah yang dinamakan kepuasan dalam bekerja, sehingga
kinerja dan produktivitas kerja lebih meningkat. Adanya sistem karir yang jelas, misalnya
promosi jabatan, lalu sistem renumerisasi yang layak, pengakuan dan penghargaan lain
yang diberikan dari lembaganya memiliki efek terhadap kepuasan kerja.
Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja
Iklim organisasi adalah keadaan lingkungan dan situasi dimana para karyawan bekerja.
Iklim organisasi akan memengaruhi kinerja dengan membentuk harapan karyawan tentang
konsekuensi yang timbul dari berbagai tindakan. Karyawan mengharapkan imbalan dan
kepuasan atau sebaliknya, frustasi atas dasar persepsi mereka atas iklim organisasi (Davis
dan Newstrom, 1995 dalam Darufitri, 2002). Sedangkan kinerja merupakan hasil proses
yang kompleks, baik berasal dari diri pribadi karyawan (internal factor), keadaan
lingkungan/perusahaan (external factor) maupun upaya strategis dari perusahaan Darufitri
(2002).
Untuk mewujudkan semangat dan kinerja yang baik, dipengaruhi oleh iklim kerja yang
mendukung. Hal ini dikarenakan iklim organisasi menjadi faktor pendorong dan
pendukung karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, sebab iklim organisasi adalah
situasi dimana karyawan bekerja (Rivai, 2000).
Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja
Motivasi kerja adalah dorongan, upaya, dan keinginan yang ada di dalam diri manusia
yang mengaktifkan, memberi daya serta mengarahkan perilaku untuk melaksanakan tugas-
tugas dengan baik dalam lingkup pekerjaannya (Koontz dan Donnel, 1992). Sedangkan
kepuasan kerja menurut As’ad (1995) adalah perasaan dan penilaian karyawan profesional
mengenai pekerjaannya, khususnya mengenai kondisi kerja, dalam hubungannya dengan
apakah pekerjaannya mampu memenuhi harapan, kebutuhan dan keinginannya.
Motivasi kerja karyawan antara lain ditandai dengan dorongan untuk bekerja baik dan
mempertahankan umpan balik. Seorang karyawan yang masuk dan bekerja pada suatu
kantor bertujuan untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya,
juga mempunyai beberapa harapan, hasrat dan cita-cita yang diharapkan dapat terpenuhi
dari tempat bekerja. Jika di dalam memenuhi pekerjaannya tersebut ada kesesuaian antara
harapan dan kenyataan yang dihadapi, maka akan timbul kepuasan didalam diri karyawan
(Agus, 1996).
Menurut Kreitner dan Kinicki (2003) bahwa hasil suatu penelitian meta analisis yang
dilakukan, mengungkapkan adanya hubungan posistif antara motivasi dengan kepuasan
57
kerja. Sehingga disarankan para manajer untuk meningkatkan motivasi karyawannya untuk
meningkatkan kepuasan kerja.
Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Motivasi merupakan faktor-faktor pendorong dalam melakukan suatu aktivitas dan
memiliki pengaruh yang sangat besar tehadap kinerja karyawan. Sedangkan kinerja
karyawan merupakan perbandingan antara input dan output atau rasio hasil yang diperoleh
terhadap sumber daya (karyawan), karena karyawan merupakan faktor produksi yang
penting maka kinerja karyawan juga merupakan faktor yang sangat penting sebagai
penentu kinerja perusahaan secara keseluruhan (Sukanto, 1997).
Kuat lemahnya motivasi kerja sesorang menentukan baik tidaknya kinerja individu
tersebut. Suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan pencapaian kinerja akan sangat
dipengaruhi oleh motivasi yang mendasari manusia untuk melakukan pekerjaan. Hani
Handoko (1997) menambahkan bahwa ada banyak faktor yang memengaruhi prestasi kerja
karyawan. Karyawan bekerja dengan baik atau tidak tergantung sampai sejauh mana
faktor-faktor yang menjadi pendorong motivasi karyawan dapat dipenuhi.
Menurut Amstrong (1995) hubungan antara motivasi dan kinerja adalah positif, karena
karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula.
Dengan kata lain, semakin tinggi motivasi maka semakin tinggi pula kinerja karyawan.
Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
As’ad (1995) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian mengenai seberapa
jauh pekerjaan secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhan dan sekaligus
merupakan perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Sedangkan kinerja karyawan mengacu
pada prestasi kerja karyawan yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang telah
ditetapkan perusahaan (Robert dalam Timpe, 1999).
Ostroff (1992) menjelaskan bahwa karyawan yang merasa puas, berkomitmen dan dapat
menyesuaikan diri dengan baik untuk lebih bersedia bekerja guna memenuhi tujuan
organisasi dan memberikan pelayanan sepenuh hati pada organisasi dengan meningkatkan
kinerja dan karenanya akan mendukung efektifitas organisasi dibandingkan dengan pekerja
yang merasa tidak puas.
Penelitian ini bertujuan menguji dan menganalisis hipotesis:
H1 = Iklim organisasi berpengaruh terhadap motivasi kerja dosen STIENU Jepara.
H2 = Iklim organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja dosen STIENU Jepara.
H3 = Iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja dosen STIENU Jepara.
H4 = Motivasi kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja dosen STIENU Jepara.
H5 = Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja dosen STIENU Jepara.
H6 = Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja dosen STIENU Jepara.
58
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan kinerja dosen di STIENU Jepara.
Penelitian ini menggunakan data primer berupa hasil kuesioner dari seluruh dosen dan data
sekunder berupa data yang telah diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data ini berkaitan
dengan kinerja dosen (pelaksanaan tridharma perguruan tinggi) selama 3 tahun terakhir.
Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan model persamaan structural Partial Least
Square (PLS).
Penelitian ini menggunakan metode sensus artinya seluruh dosen STIENU Jepara dijadikan
responden.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa definisi operasional, antara lain:
1. Iklim Organisasi
Merupakan konsep multidimensional yang mencakup evaluasi individu dosen tentang
lingkungan pekerjaan (A. Neal et.al., 1996).
Indikator Iklim Organisasi:
a. Kesesuaian tujuan;
b. Kepemimpinan yang mendukung;
c. Pengambilan keputusan partisipatif;
d. Pertumbuhan profesional;
e. Hubungan profesional.
2. Motivasi Kerja
Suatu proses untuk memenuhi kebutuhan baik yang bersifat ekstrinsik maupun intrinsik
Maslow (1954).
Indikator Motivasi Kerja:
a. Kebutuhan fisiologis;
b. Rasa aman;
c. Kebutuhan sosial;
d. Kebutuhan penghargaan;
e. Aktualisasi diri.
3. Kepuasan Kerja
Menunjukkan kesesuaian antara harapan yang timbul dengan imbalan yang disediakan
pekerjaan Robbin (1996) dan Wexleyet.al (1992) dalam Widodo (2010).
Indikator Kepuasan Kerja:
a. Kepuasan dengan pimpinan;
b. Kepuasan dengan pekerjaan;
c. Kepuasan dengan gaji;
d. Kepuasan dengan rekan kerja;
59
e. Kepuasan dengan promosi.
4. Kinerja
Merupakan hasil dari usaha dosen yang dicapai dengan adanya kemampuan dan
perbuatan dalam situasi tertentu Robbin (1996) dan Wexleyet.al (1992) dalam Widodo
(2010).
Indikator Kinerja:
a. Komunikasi;
b. Pengambilan keputusan;
c. Standar kerja;
d. Beban kerja;
e. Tingkat kedisiplinan.
60
berdasarkan pada substantive content-nya yaitu dengan melihat signifikansi outer weight.
Dari result for outer weight kemudiandibandingkan, apakah t-statistik lebih besar atau
lebih kecil dari t-tabel. Apabila t-statistik lebih besar dari t-tabel, maka indikator tersebut
valid/mengukur konstruk/ variabelnya, dan sebaliknya.
Tabel 3. Result for Outer Weight
Original Sample Mean of Standard
Estimate Sub-samples Deviation T-Statistic
Iklorg (X1)
X11 0,252 0,256 0,026 9,614
X12 0,278 0,279 0,046 6,115
X13 0,191 0,182 0,074 2,591
X14 0,241 0,260 0,054 4,458
X15 0,280 0,291 0,044 6,396
Motker
(X2)
X21 0,268 0,265 0,036 7,359
X22 0,294 0,308 0,040 7,375
X23 0,206 0,214 0,068 3,017
X24 0,231 0,239 0,053 4,365
X25 0,263 0,257 0,043 6,153
Kepker
(Y1)
Y11 0,281 0,212 0,118 2,376
Y12 0,544 0,538 0,112 4,844
Y14 0,321 0,434 0,099 3,233
Kin (Y2)
Y21 0,254 0,252 0,038 6,725
Y22 0,284 0,290 0,051 5,536
Y23 0,195 0,192 0,070 2,808
Y24 0,247 0,258 0,057 4,318
Y25 0,256 0,271 0,028 8,997
Sumber: data primer diolah (2010)
Dengan melihat Tabel 3, khususnya pada konstruk kepuasan kerja yang merupakan
konstruk dengan indikator formatif, indikator yang valid atau memiliki nilai t-statistik lebih
besar dari t-tabel adalah indikator Y11, Y12 dan Y14. Sedangkan indikator Y13 dan Y15,
karena setelah dilakukan bootstrapping ternyata memiliki nilai t-statistik lebih kecil dari t-
tabel yaitu 0,316 dan 0,382, maka di-drop dan selanjutnya dilakukan bootstrapping ulang.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa konstruk kepuasan kerja dipengaruhi oleh adanya
umpan balik dari atasan mengenai hasil pekerjaan, gaji yang cukup sesuai tanggung jawab
yang diemban, dan promosi jabatan jika melaksanakan pekerjaan dengan baik. Sedangkan
indikator dengan konten pernyataan “Saya merasa senang dengan tingkat tanggung jawab
61
dalam pekerjaan saya” ternyata tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja karena tingkat
tanggung jawab yang diberikan sangat kecil dan tidak memberi arti yang signifikan
terhadap organisasi.
Pengujian Hipotesis
Tahap pengujian hipotesis ini adalah untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
Pengujian hipotesis ini didasarkan atas pengolahan data penelitian dengan menggunakan
SmartPLS dengan cara membandingkan t-statistik dengan t-tabel. Apabila t-statistik lebih
besar dari t-tabel (Sig 0,05) maka hipotesis penelitian yang diajukan diterima dan
sebaliknya.
Tabel 4. Coefficient Parameter, Nilai t-statistik
t-statistic t-tabel
Iklorg (X1) ->Motker (X2) 32,636 1,96
Iklorg (X1) ->Kepker (Y1) 6,011 1,96
Iklorg (X1) -> Kin (Y2) 2,673 1,96
Motker (X2) ->Kepker (Y1) 2,613 1,96
Motker (X2) -> Kin (Y2) 2,693 1,96
Kepker (Y1) -> Kin (Y2) 1,989 1,96
Sumber: data primer diolah (2010)
Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Motivasi Kerja
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai t-statistik (32,636) lebih besar dari t-tabel
1,96 (Sig 0,05), sehingga penelitian ini membuktikan bahwa iklim organisasi berpengaruh
terhadap motivasi kerja. Semakin baik iklim organisasi yang dicerminkan dengan
indikator: kesesuaian tujuan; kepemimpinan yang mendukung; pengambilan keputusan
partisipatif; pertumbuhan profesional; hubungan profesional, maka akan dapat
membangkitkan motivasi kerja dosen STIENU Jepara dalam bentuk: kebutuhan fisiologis;
kebutuhan rasa aman; kebutuhan sosial; kebutuhan penghargaan; serta kebutuhan
aktualisasi diri.
A. Neal et.al (1996) menyatakan bahwa iklim organisasi berpengaruh pada pengetahuan
dan motivasi. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa iklim organisasi berpengaruh
terhadap motivasi kerja dosen STIENU Jepara. Dengan demikian membuktikan bahwa
hasil penelitian yang dilakukan mendukung hasil penelitian terdahulu.
Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai t-statistik (6,011) lebih besar dari t-tabel
1,96 (Sig 0,05), sehingga penelitian ini membuktikan bahwa iklim organisasi berpengaruh
terhadap kepuasan kerja dosen STIENU Jepara. Semakin baik iklim organisasi yang
dicerminkan dengan indikator: kesesuaian tujuan; kepemimpinan yang mendukung;
pengambilan keputusan partisipatif; pertumbuhan profesional; hubungan profesional, maka
akan meningkatkan kepuasan kerja dosen STIENU Jepara yang dipengaruhi oleh adanya
62
umpan balik dari atasan mengenai hasil pekerjaan, gaji yang cukup sesuai tanggung jawab
yang diemban, dan promosi jabatan jika melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Sanguansak Bhaesajsanguan (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara iklim organisasi yang efektif dengan kepuasan kerja. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja dosen STIENU
Jepara. Dengan demikian membuktikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan mendukung
hasil penelitian terdahulu.
Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai t-statistik (2,673) lebih besar dari t-tabel
1,96 (Sig 0,05), sehingga penelitian ini membuktikan bahwa iklim organisasi berpengaruh
terhadap kinerja dosen STIENU Jepara. Semakin baik iklim organisasi yang dicerminkan
dengan indikator: kesesuaian tujuan; kepemimpinan yang mendukung; pengambilan
keputusan partisipatif; pertumbuhan profesional; hubungan profesional, maka akan
meningkatkan kinerja dosen STIENU Jepara dalam bentuk: kemampuan dalam hal
berkomunikasi; pengambilan keputusan dengan cepat dan tepat; tercapainya standar kerja;
terpenuhinya beban kerja; dan tingkat kedisiplinan yang tinggi.
William N. Cooke (2000) menyatakan bahwa iklim organisasi yang kondusif mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa
iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja dosen STIENU Jepara. Dengan demikian
membuktikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan mendukung hasil penelitian
terdahulu.
Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai t-statistik (2,613) lebih besar dari t-tabel
1,96 (Sig 0,05), sehingga penelitian ini membuktikan bahwa motivasi kerja berpengaruh
terhadap kepuasan kerja dosen STIENU Jepara. Semakin tinggi motivasi kerja yang
dicerminkan dari indikator: kebutuhan fisiologis; kebutuhan rasa aman; kebutuhan sosial;
kebutuhan penghargaan; serta kebutuhan aktualisasi diri, maka akan meningkatkan
kepuasan kerja dosen STIENU Jepara yang dipengaruhi oleh adanya umpan balik dari
atasan mengenai hasil pekerjaan, gaji yang cukup sesuai tanggung jawab yang diemban,
dan promosi jabatan jika melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Adeyinka Tella, et.al (2007) menyatakan bahwa motivasi kerja meningkatkan kinerja dan
kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa motivasi kerja
berpengaruh terhadap kepuasan kerja dosen STIENU Jepara. Dengan demikian
membuktikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan mendukung hasil penelitian
terdahulu.
Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai t-statistik (2,693) lebih besar dari t-tabel
1,96 (Sig 0,05), sehingga penelitian ini membuktikan bahwa motivasi kerja berpengaruh
terhadap kinerja dosen STIENU Jepara. Semakin tinggi motivasi kerja yang dicerminkan
63
dari indikator: kebutuhan fisiologis; kebutuhan rasa aman; kebutuhan sosial; kebutuhan
penghargaan; serta kebutuhan aktualisasi diri, maka akan meningkatkan kinerja dosen
STIENU Jepara dalam bentuk: kemampuan dalam hal berkomunikasi; pengambilan
keputusan dengan cepat dan tepat; tercapainya standar kerja; terpenuhinya beban kerja; dan
tingkat kedisiplinan yang tinggi.
Adeyinka Tella, et.al (2007) menyatakan bahwa motivasi kerja meningkatkan kinerja dan
kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa motivasi kerja
berpengaruh terhadap kinerja dosen STIENU Jepara. Dengan demikian membuktikan
bahwa hasil penelitian yang dilakukan mendukung hasil penelitian terdahulu.
Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai t-statistik (1,989) lebih besar dari t-tabel
1,96 (Sig 0,05), sehingga penelitian ini membuktikan bahwa kepuasan kerja berpengaruh
terhadap kinerja dosen STIENU Jepara. Semakin tinggi kepuasan kerja yang dipengaruhi
oleh adanya umpan balik dari atasan mengenai hasil pekerjaan, gaji yang cukup sesuai
tanggung jawab yang diemban, dan promosi jabatan jika melaksanakan pekerjaan dengan
baik, maka akan meningkatkan kinerja dosen STIENU Jepara dalam bentuk: kemampuan
dalam hal berkomunikasi; pengambilan keputusan dengan cepat dan tepat; tercapainya
standar kerja; terpenuhinya beban kerja; dan tingkat kedisiplinan yang tinggi.
Timothy A. Judge, et.al (2001) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
kepuasan kerja dan kinerja. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa kepuasan kerja
berpengaruh terhadap kinerja dosen STIENU Jepara. Dengan demikian membuktikan
bahwa hasil penelitian yang dilakukan memperkuat hasil penelitian terdahulu.
Pengujian Variabel Intervening
Untuk menguji adanya variabel intervening diantara hubungan variabel independen dengan
variabel dependen, maka perlu dilakukan uji perbandingan nilai kontribusi yang diberikan
kepada hubungan langsung antara variabel independen (Iklim Organisasi dan Motivasi)
dengan variabel dependen (Kinerja). Apabila nilai kontribusi dari hubungan langsung lebih
besar dibandingkan dengan hubungan tidak langsung, maka tidak ada variabel intervening,
dan sebaliknya jika nilai kontribusi dari tidak hubungan langsung lebih besar dibandingkan
dengan hubungan langsung, maka terdapat variabel intervening.
64
Gambar 1. Model Penelitian
65
langsungnya yakni Motivasi Kerja dengan Kinerja melalui Kepuasan Kerja. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Kepuasan Kerja bukan merupakan variabel intervening bagi
hubungan antara Motivasi Kerja dengan Kinerja.
Koefisien Determinan
Tabel 5. R-Square
R-Square
Iklim organisasi (X1)
Motivasi kerja (X2) 0,719
Kepuasan kerja (Y1) 0,835
Kinerja (Y2) 0,850
Sumber: data primer diolah (2010)
Berdasarkan tabel 5 nilai R-square konstruk Motivasi Kerja sebesar 0,719 artinya bahwa
Motivasi Kerja dipengaruhi oleh konstruk Iklim Organisasi sebesar 72%, sedangkan 28%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Berikutnya nilai R-square konstruk
Kepuasan Kerja sebesar 0,835 artinya bahwa Kepuasan Kerja dipengaruhi oleh konstruk
Iklim Organisasi dan Motivasi Kerja sebesar 84%, sedangkan 16% dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak diteliti. Selanjutnya nilai R-square konstruk Kinerja sebesar 0,850 artinya
bahwa Kinerja dipengaruhi oleh konstruk Iklim Organisasi, Motivasi Kerja dan Kepuasan
Kerja sebesar 85%, sedangkan 15% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Iklim organisasi berpengaruh terhadap motivasi kerja dosen STIENU Jepara. Dengan
demikian membuktikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan mendukung hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh A. Neal, et.al (1996) yang menyatakan bahwa iklim
organisasi berpengaruh pada pengetahuan dan motivasi.
Iklim organisasi berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja dosen STIENU Jepara. Dengan
demikian membuktikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan mendukung hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Sanguansak Bhaesajsanguan (2010) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara iklim organisasi yang efektif dengan
kepuasan kerja.
Iklim organisasi berpengaruh terhadap Kinerja dosen STIENU Jepara. Dengan demikian
membuktikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan mendukung hasil penelitian terdahulu
oleh William N. Cooke (2000) yang menyatakan bahwa iklim organisasi yang kondusif
mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
66
Motivasi kerja berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja dosen STIENU Jepara. Dengan
demikian membuktikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan mendukung hasil penelitian
terdahulu oleh Adeyinka Tella, et.al (2007) yang menyatakan bahwa motivasi kerja
meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja karyawan.
Motivasi kerja berpengaruh terhadap Kinerja dosen STIENU Jepara. Dengan demikian
membuktikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan mendukung hasil penelitian terdahulu
oleh Adeyinka Tella, et.al (2007) yang menyatakan bahwa motivasi kerja meningkatkan
kinerja dan kepuasan kerja karyawan.
Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Kinerja dosen STIENU Jepara. Dengan demikian
membuktikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan memperkuat hasil penelitian
terdahulu oleh Timothy A. Judge, et.al (2001) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
positif antara kepuasan kerja dan kinerja.
Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini memiliki sejumlah implikasi bagi penelitian atau perkembangan teori
tentang peningkatan atau optimalisasi kinerja. Pertama, penelitian ini telah menunjukkan
bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja. Temuan ini menunjukkan bahwa
intervensi (kesesuaian tujuan, kepemimpinan yang mendukung, pengambilan keputusan
partisipatif, pertumbuhan profesional, serta hubungan profesional) yang dirancang untuk
meningkatkan iklim organisasi memiliki dampak positif pada motivasi kerja.
Kedua, terbukti dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
motivasi kerja dengan kinerja. Temuan ini menunjukkan bahwa motivasi kerja dengan
indikator terpenuhinya kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, dan
aktualisasi diri terbukti dapat meningkatkan kinerja.
Ketiga, penelitian ini juga membuktikan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap
kinerja. Temuan ini menunjukkan bahwa kepuasan dalam bekerja seperti kepuasan dengan
kepemimpinan, gaji yang diterima, rekan kerja, serta kepuasan dengan sistem promosi,
ternyata dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja.
Implikasi Manajerial
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak manajerial dalam upaya
meningkatkan kinerja dosen di STIENU Jepara. Pertama, adanya pengaruh yang signifikan
antara iklim organisasi terhadap motivasi kerja, kepuasan kerja dan kinerja dosen,
diharapkan jajaran pimpinan STIENU Jepara mampu menciptakan iklim organisasi yang
kondusif dengan jalan mengadakan keselarasan tujuan organisasi, dukungan
kepemimpinan, mengedepankan pengambilan keputusan partisipatif, menciptakan adanya
pertumbuhan dan hubungan profesional. Dengan iklim organisasi yang kondusif
diharapkan dapat meningkatkan motivasi kerja, kepuasan kerja dan kinerja dosen STIENU
Jepara.
Kedua, adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja terhadap kepuasan kerja dan
kinerja dosen STIENU, dengan terpenuhinya kebutuhan fisiologis, rasa aman, kebutuhan
67
sosial, penghargaan, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri, diharapkan dapat meningkatkan
kepuasan kerja dan kinerja dosen STIENU Jepara.
Ketiga, adanya pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap kinerja dosen
STIENU Jepara, dengan tercapainya kepuasan kerja yang dipengaruhi oleh faktor
kepuasan dengan pimpinan, pekerjaan, gaji, rekan kerja dan sistem promosi yang ada,
diharapkan dapat meningkatkan kinerja dosen STIENU Jepara.
Keterbatasan Penelitian
Model optimalisasi kinerja dengan menggunakan variabel iklim organisasi, motivasi kerja
dan kepuasan kerja ini hanya berlaku pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama
(STIENU) Jepara. Hal ini tidak dapat diaplikasikan pada organisasi lain, bidang usaha
yang lain, atau pada tempat dan waktu yang berlainan, tapi bagaimanapun model ini akan
praktis dikembangkan untuk digunakan dalam konteks yang sama, jenis organisasi dan
wilayah yang sama.
Agenda Penelitian Mendatang
Disarankan bahwa penelitian lebih lanjut dalam bidang kinerja meliputi:
1. Penyelidikan yang lebih luas hubungan antara iklim organisasi dan kinerja.
2. Penerapan model persamaan struktural untuk memberikan pandangan yang lebih rinci
dan terarah dari hubungan yang lebih dalam antara iklim organisasi, motivasi kerja,
kepuasan kerja dan kinerja.
3. Memperluas penelitian serupa pada bidang lain, dengan menyesuaikan konten
kuesioner agar diperoleh tingkat validitas dan aspek reliabiliti yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
AdeyinkaTella, C.O. Ayeni, S.O. Popoola, 2007. Work Motivation, Job Satisfaction, and
Organizational Commitment of Library Personnel in Academic and Research
Libraries in Oyo State, Nigeria. Library Philosophy and Practice.
Agus Darma, 1996. Perilaku dalam Organisasi. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
As’ad. Moch, 1995. Psikologi Industri. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Liberty.
Chockalingan, Wiswesvaron; Satish P. Despande; Jacob Joseph., 1998. Job Satisfaction as
a Functional of Top Management Support For Ethical Behavior: A Study of
Indian Manager. Journal of Business Ethics.
Church, Allan H., 1995. Managerial Bahaviors and Work Group Climate as Predictors of
Employee Outcomes. Journal of Human Resource Development Quarterly.
Jossey Bars Publisher. Vol 6. No. 2. p. 173-205
Dale Timpe, 1992. Kinerja. Jakarta: Gramedia Asri Media.
Darufitri Kartikandari, 2002. Pengaruh Motivasi, Iklim Organisasi, EQ dan IQ Terhadap
Kinerja Karyawan: Studi Kasus DPU dan SETDA di Kabupaten Bantul. Jurnal
Kajian Bisnis dan Manajemen. Vol. 4. No. 2.
Feldman, Daniel C. and Hugh J. Arnold, 1988. Managing Individual and Group Behavior
in Organization, International Student Edition, Tokyo: McGraw-Hill
International Book Company.
68
Fuad Mas’ud, 2002. 40 Mitos Manajemen Sumber Daya Manusia. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
__________, 2004. Survai Diagnosis Organisasional Konsep dan Aplikasi. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gibson, J.L, J.M., Ivancevich & Donelly, 1973. Organizations: Structure, Process,
Behavior. Bussiness Publication, Inc. Dallas.
Hani Handoko, T., 1994. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE.
Hershberger, Scott L., Lichtenstein P., Knox Sarah S., 1994. Genetic and Environmental
Influences on Perception of Organizational Climate. Journal of Applied
Psichology. Vol. 79. No. 1.
Imam Ghozali, 2008. Imam Ghozali. 2008. SEM Metode Alternatif dengan PLS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Johannes, Antonius., 2002. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Motivasi dan Pelatihan
Terhadap Produktivitas Kerja Salesman Kanvas. Jurnal Widya Manajemen
dan Akuntansi, Vol. 2. No. 3
Judge, Timothy A., and Watanabe, Shiciniro, 1993. Another Look at The Job satisfaction
Relationship. Journal of Applied Pshycology. Vol. 78. No. 6.
Kotler, Philips dan Gery Amstrong, 1995. Marketing Management: Analysis Planning,
Implementing and Control, 8th Ed, Englewiid Cliff, N. J. Prentice Hall
International.
Lafolette, W., 1975. How is The Climate on Your Organization?. Personal Journal of
Industrial and Organizational Psychology. Vol. 54, p. 376-379.
Malayu Hasibuan, 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia, Dasar dan Kunci
Keberhasilan. Jakarta: Haji Masagung.
Maslow. A.H., 1993. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta: PT. Pustaka Binawan Presindo.
Mc Cue, Clifford P., Gianakis Girasionos, A. 1997. The Relationship Between Job
Satisfaction and Performance. The Case of Local Goverment Finance Officer
in Ohio. Public Productivity & Management Review. Sage Publication Inc.
Vol. 21. No 2. p. 170-191.
Mohammed S. Chowdhury. 2007. Enhancing Motivation and Work Performance of The
Salespeople: The Impact of Supervisor’s Behavior. African Journal of Business
Management Vol. 1 (9), pp. 238-243.
Neal, M.A. Griffin, P.M. Hart. 2000. The Impact of Organizational Climate on Safety
Climate and Individual Behavior. Safety Science 34 (2000) 99-109.
www.elsevier.com/locate/ssci.
Ostroff, C., 1992. The Relationship Between Satisfaction Attitude and Performance an
Organization Level Analysis. Journal of Applied Psychology. Vol. 77. No. 6. p.
963-974.
Rivai Veithzal., 2000. Beberapa Upaya Untuk Meningkatkan Motivasi Kerja Profesional
Staf. Jurnal Ekonomi Perusahaan. p. 139-165.
Robbins, Stephen P.,1996. Perilaku Organisasi. Jilid 1 dan 2. Jakarta: Prehallindo.
Rongga, K.L., Schmidt, D.B., Schull,C. And Smitt, N. 2001. Human Resource Practises,
Organizational Climate, and Customer Satisfaction. Journal of Management.
Sanguansak Bhaesajsanguan. 2010. The Relationships among Organizational Climate, Job
Satisfaction and Organizational Commitment in the Thai Telecommunication
Industry. Candidate DBA. Commercial College. Burapha University. Bangkok,
Thailand.
69
Steers R.M & Porter L.W., 1979. Motivation and Work Behavior. Second Edition.
International Student Edition. Tokyo: Mc Graw-Hill Inc.
Stoner, J.A.F., 1986. Management. Second Edition. Jakarta: Erlangga.
Sukanto Rekso Hadiprojo dan T. Hani Handoko, 1997. Organisasi Perusahaan.
Yogyakarta: BPFE.
Tang, Thomas Li-Pang, & Sarsfield-Baldwin, Linda. 1991. The Effects of Self-Esteem,
Task Label, and Performance Feedback on Task Liking and Intrinsic
Motivation. The Journal of Social Psychology, 131(4), 567. Retrieved April
29, 2010, from ProQuest Sociology. (Document ID: 3135283).
Timothy A. Judge, Carl J. Thoresen, Joyce E. Bono, Gregory K. Patton. 2001. The Job
Satisfaction – Job Performance Relationship: A Qualitative and Quantitative
Review. Psychological Bulletin, Vol. 127. No. 3. 376-407.
Travor C. Brown, & Gary P. Latham. (2000). The Effects of Goal Setting and Self-
Instruction Training on the Performance of Unionized Employees. Relations
Industrielles, 55(1), 80-95. Retrieved April 29, 2010, from ProQuest
Sociology. (Document ID: 52574687).
Turban B, Daniel & Keon L, Thomas. 1993. Organizational Attractiveness: An Interactive
Perspective. Journal of Applied Pshycology, Vol. 78, p. 184-193.
Wexley, Kenneth N & Yulk, Gerry, A., 1977. Organization Behaviour and Personal
Pshicology. Illionois: Homewood Inc.
Widodo, 2010. Metodologi Penelitian Manajemen. Cet. 1, Semarang: Unissula Press.
William N. Cooke, David G. Meyer. 2000. The Effects of Workplace Climates on
Employee Performance Capacities: A Knowledge-Based Perspective.
70
PENGARUH PENEMPATAN PEGAWAI DAN LINGKUNGAN KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
PROVINSI BANTEN
Syamsudin
Sifa Sulfiyah
Universitas Serang Raya
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of staffing and working environment on the
performance of employees at the Department of Marine and Fisheries Banten Province.
The method used is descriptive and associative. The samples used were 75 of the 150
employees of the Department of Marine and Fisheries Banten Province. The sampling
technique used is the technique of saturated samples. For analysis using correlation
analysis and regression analysis with the help of SPSS 12.0 for Windows.
Based on hypothesis testing, proved to staffing and working environment affect the
performance of employees. Based on these results it can be concluded that the performance
of employees will increase if staffing was appropriate and comfortable and conducive
working environment.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penempatan pegawai dan lingkungan
kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan asosiatif. Sampel yang
digunakan adalah 75 dari 150 pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampel jenuh. Untuk analisis
menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi dengan dibantu program SPSS 12.0 for
Windows.
Berdasarkan uji hipotesis, terbukti penempatan pegawai dan lingkungan kerja berpengaruh
terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kinerja pegawai akan meningkat apabila penempatan pegawai telah sesuai dan lingkungan
kerja nyaman serta kondusif.
71
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan
suatu organisasi, di sisi lain juga sebagai makhluk yang mempunyai pikiran, perasaan
kebutuhan dan harapan-harapan tertentu. Hal ini sangat memerlukan perhatian tersendiri
karena faktor-faktor tersebut akan memengaruhi prestasi, dedikasi dan loyalitas serta
kecintaan terhadap pekerjaan dan organisasinya (Hasibuan, 1994:222).
Organisasi pada umumnya percaya bahwa untuk mencapai keunggulan harus
mengusahakan kinerja individual yang setinggi-tingginya, karena pada dasarnya kinerja
individu memengaruhi kinerja tim atau kelompok kerja dan pada akhirnya memengaruhi
kinerja organisasi secara keseluruhan.
Penilaian kinerja merupakan kegiatan mengukur/menilai untuk menetapkan seorang
pegawai/karyawan sukses atau gagal dalam melaksanakan pekerjaannya dengan
menggunakan standar pekerjaan sebagai tolok ukurnya. Penilaian kinerja di lingkungan
pegawai negeri sipil (PNS) dikenal dengan sebutan penilaian pelaksanaan pekerjaan
(Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979).
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten merupakan unit kerja dalam lingkungan
pemerintah Provinsi Banten yang mempunyai tugas membantu Gubernur dalam
melaksanakan kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang kelautan. Pada
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, diidentifikasi telah terjadinya penurunan
kinerja pegawai. Hal-hal yang menyebabkan kinerja pegawai cenderung turun pada Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten ditemukan beberapa indikasi antara lain;
kesalahan dalam penempatan pegawai, lingkungan kerja yang kurang kondusif, pelatihan
pegawai yang tidak merata, kurangnya motivasi kerja pegawai, tingkat pendidikan pegawai
yang tidak sesuai, sarana dan prasarana yang kurang memadai.Kasus-kasus tersebut di atas
tentu saja tidak boleh dibiarkan terjadi berlarut-larut. Kesemua ini akan berdampak pada
kinerja organisasi. Dimana dalam era globalisasi saat ini menuntut kinerja organisasi yang
tinggi untuk dapat bertahan hidup ditengah-tengah tingkat persaingan yang sangat ketat
dan agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal.
Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh penempatan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Banten?
2. Apakah terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten?
3. Apakah terdapat pengaruh penempatan dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai
pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh penempatan terhadap kinerja pegawai pada Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.
72
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.
3. Untuk mengetahui pengaruh penempatan dan lingkungan kerja terhadap kinerja
pegawai pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.
LANDASAN TEORI
Pengertian Penempatan
Adapun beberapa pengertian menurut ahli antara lain: Menurut Veithzal Rivai (2004:211)
”Penempatan adalah penugasan atau penugasan kembali dari seseorang karyawan kepada
pekerjaan barunya”. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2004:63) “Penempatan adalah
menempatkan calon karyawan yang diterima (lulus seleksi) pada jabatan/pekerjaan yang
membutuhkan dan sekaligus mendelegasikan authority kepada orang tersebut”.Menurut
Marihot Tua Efendi (2002: 156) “Penempatan merupakan proses penugasan/pengisian
jabatan atau penugasan kembali pegawai pada tugas/jabatan baru atau jabatan berbeda”.
Definisi Lingkungan kerja
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang
menyenangkan, karena akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan dalam
menjalankan kegiatannya selalu memperhatiakan faktor- faktor yang ada dalam
perusahaan, juga harus memperhatikkan faktor - faktor yang ada diluar perusahaan atau
lingkungan sekitarnya. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengertian
lingkungan kerja berikut ini dikemukakan beberapa pendapat. Menurut Sukanto dan
Indriyo (2000:151) “lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja
yang dapat memengaruhi dalam berkerja meliputi pengaturan penerangan, pengontrolan
suara gaduh, pengaturan kebersihan tempat kerja dan pengaturan keamanan tempat kerja.”
Menurut Nitisemito (1992: 25) lingkungan kerja adalah “segala sesuatu yang ada di sekitar
para pekerja dan dapat memengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang di bebankan”.
Definisi Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti
prestasi kerja atau prestasi sesunggunya yang dicapai seseorang. Menurut Mangkunegara
(2000: 67) “kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang karyawan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan ”.
Menurut Besnadin dan Russell (1993 : 135) “kinerja adalah catatan yang dihasilkan dari
fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu”. Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud Kinerja adalah hasil
kerja yang dicapai setiap karyawan sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap
perusahaan. Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam
mengevaluasi kinerja pekerjaan perusahaan.
73
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah suatu gambaran kepada peneliti tentang langkah yang harus
dilakukan dalam melakukan penelitian. Sehingga dengan metode penelitian ini akan sangat
membantu bagi peneliti untuk dapat memecahkan permasalahan yang diteliti.Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, metode verifikatif.
Penelitian metode deskriptif menurut Travers yang dikutip oleh Husein umar ( 2005 : 81 )
adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu tengah berlangsung
pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
Populasi dan sampel
Menurut Husein Umar ( 2005 : 107 ), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan
yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jumlah populasi yang ada di dalam
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, memiliki pegawai sebanyak 152 orang
terdiri dari 75 orang PNS, dan Tenaga Kerja Sukarela (TKS) berjumlah 82 orang. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 75 responden dari pegawai yang berstatus
PNS.
Operasional Variabel
Operasional variabel dalam penelitian ini menggambarkan tiga variabel yaitu variabel (X1
dan X2) sebagai variabel bebas yakni penempatan pegawai dan Lingkungan Kerja.
Sedangkan variabel (Y) sebagai variabel terikat yakni Kinerja Pegawai.
Analisis Data
Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian
tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur
Uji Reliabilitas adalah pengujian derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang
ditunjukkan oleh instrumen pengukuran
Pengujian Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi.
Analisis Regresi Berganda
persamaan regresi berganda ini adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y = Variabel terikat ( Kinerja )
a = Konstanta
b1b2 = Koefisien arah regresi
74
X1 = Variabel bebas ( Penempatan )
X2 = Variabel bebas ( Lingkungan Kerja )
Analisis korelasi berganda
Analisis korelasi berganda yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui derajat atau
kekuatan hubungan antara variabel-variabel penempatan( X1 ), lingkungan kerja ( X2 ) dan
kinerja ( Y ).
Rancangan Uji Hipotesis
Hipotesis 1
Ho : β1 = 0 ; tidak terdapat pengaruh penempatan terhadap kinerja pegawai
Hl : β1 0 ; terdapat pengaruh penempatan terhadap kinerja pegawai
Hipotesis 2
Ho : β1 = 0 ; tidak terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai
Hl : β1 0 ; terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai.
Hipotesis 3
Ho : β1 : β2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh penempatan dan lingkungan kerja
terhadap kinerja pegawai
Hl : β1 : β2 0 ; terdapat pengaruh penempatan dan lingkungan kerja terhadap
kinerja pegawai
Pada output diatas menunjukan nilai korelasi penempatan pegawai dengan kinerja sebesar
0,841 dan nilai koefisien determinasi sebesar 0,707.
Korelasi Lingkungan Kerja (X2) dengan Kinerja Pegawai (Y) pada Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Banten.
Tabel 2. Korelasi Lingkungan Kerja dengan Kinerja Pegawai
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 .804 .647 .642 3.977
a. Predictors: (Constant), Lingk_Kerja
75
Pada output diatas menunjukan nilai korelasi lingkungan kerja dengan kinerja sebesar
0,804 dan nilai koefisien determinasi sebesar 0,647
Korelasi antara Penempatan pegawai (X1) dan Lingkungan Kerja (X2) dengan
Kinerja Pegawai
Tabel 3. Korelasi Penempatan pegawai, Lingkungan Kerja dan Kinerja Pegawai
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson
1 .885a .783 .777 3.142 2.220
Pada output diatas menunjukan nilai korelasi penempatan pegawai dan lingkungan kerja
dengan kinerja sebesar 0,885 dan nilai koefisien determinasi sebesar 0,783
Analisis Regresi Berganda
Tabel 4. Koefisien Regresi
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 5.832 2.062 2.828 .006
Penempatan .508 .076 .543 6.704 .000 .460 2.172
Lingk_Kerja .377 .075 .405 5.005 .000 .460 2.172
76
Dari hasil perhitungan SPSS tersebut diperoleh t hitung sebesar 13,268. Selanjutnya
membandingkan dengan t tabel. Dengan α (taraf nyata) 0,05 dan Df = 75 – 2 = 73,
diperoleh t tabel = 1,993. Berdasarkan perbandingan tersebut ternyata t hitung > dari t tabel
13,268 > 1,993. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan kekeliruan α = 5% dapat dinyatakan
bahwa Ho ditolak dan Hi diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial
penempatan pegawai terhadap kinerja pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi
Banten.
Hasil Pengujian Hipotesis 2
Hasil pengolahan SPSS hipotesis 2
Tabel 6. Hasil pengolahan SPSS hipotesis 2
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1(Constant) 10.793 2.436 4.430 .000
Lingk_Kerja .749 .065 .804 11.562 .000
a. Dependent Variable: Kinerja
Dari hasil perhitungan SPSS tersebut diperoleh t hitung sebesar 11,562. Selanjutnya
membandingkan dengan t tabel. Dengan α (taraf nyata) 0,05 dan Df = 75 – 2 = 73,
diperoleh t tabel = 1,993. Berdasarkan perbandingan tersebut ternyata t hitung > dari t tabel
11,562>1,993. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan kekeliruan α = 5% dapat dinyatakan
bahwa Ho ditolak dan Hi diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial
lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Banten.
Hasil Pengujian Hipotesis 3
Hasil pengolahan SPSS hipotesis 3.
Tabel 7. Hasil pengolahan SPSS hipotesis 3
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2557.824 2 1278.912 129.553 .000a
Residual 710.763 72 9.872
Total 3268.587 74
Dari hasil perhitungan SPSS tersebut diperoleh F hitung sebesar 129,553. Selanjutnya
membandingkan dengan F tabel. Dengan α (taraf nyata) 0,05 dimana F1-α; k; n-1 = F1-
95,75; 3;72 = 2,73. Berdasarkan perbandingan tersebut ternyata F hitung > dari F tabel
(129,553 > 2,73). Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan kekeliruan α = 5% dapat
dinyatakan Ho ditolak dan Hi diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan secara
simultan antara penempatan pegawai dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten
77
KESIMPULAN
Dari pengujian hipotesis satu diperoleh hasil dimana H0 ditolak dan H1 diterima yang
berarti terdapat pengaruh yang signifikan penempatan terhadap kinerja pegawai Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.
Dari pengujian hipotesis dua diperoleh keputusan menolak H0 dan menerima H1, dengan
demikian terdapat pengaruh yang signifikan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.
Dari pengujian hipotesis tiga diperoleh keputusan menolak H0 dan menerima H1, dengan
demikian dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan penempatan dan lingkungan
kerja secara simultan terhadap kinerja pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Banten.
DAFTAR PUSTAKA
78
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
79
PETUNJUK PENGIRIMAN NASKAH
JURNAL SAINS MANAJEMEN
1. Naskah merupakan karya asli di bidang manajemen yang belum pernah diterbitkan
sebelumnya dan bukan hasil plagiat.
2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia sepanjang 8-25 halaman. Dilengkapi dengan
abstrak (maksimal 250 kata), dan kata-kata kunci. Biodata singkat penulis dicantumkan
pada lembaran khusus di halaman terakhir naskah.
3. Ukuran kertas A4. Margin atas 3 cm; kiri 3 cm, kanan 2,5 cm; bawah 2,5 cm.
4. Spasi 1,15. Spacing after 6 pt. Khusus abstrak dan daftar pustaka, gunakan 1 spasi dan
Spacing after 0 pt. Rata kanan dan kiri.
5. Naskah dikirimkan ke email: jurnalmanajemenunsera@gmail.com. Berkas file dibuat
dengan Microsoft Word, menggunakan huruf Times News Roman berukuran font 12.
6. Sistematika penulisan artikel ilmiah
Judul
Nama penulis (tanpa gelar akademik), asal lembaga, email
Abstrak Inggris dan Indonesia dengan kata kunci
Pendahuluan tanpa sub judul, memuat latar belakang masalah, tujuan, landasan
teori dan hipotesis (jika menggunakan hipotesis)
Metode penelitian
Hasil dan pembahasan (dibagi ke dalam beberapa sub judul, kalau dianggap
perlu)
Penutup, berisi kesimpulan dan rekomendasi
Daftar pustaka (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja)
7. Daftar pustaka disusun dengan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diurut
secara alfabetis:
Kotler, P. dan K. L. Keller (2009). Marketing Management, 13th Edition. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.
Dick, A. S. And K. Basu (1994). Customer Loyalty: Toward an Integrated Conceptual
Framework. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 22, No. 01,
99-113.
Tempo (Mei 2009). Kekurangan Peminat, 30 Perguruan Tinggi Banten Bangkrut.
[Online]. Tersedia: Http.//www.Tempo.Co/Red/News/2019/05/25/07917791
/Kekurangan-Peminat-30-Perguruan-Tinggi-Banten-Bangkrut.
8. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel dan gambar mengikuti ketentuan dalam
pedoman penulisan karya ilmiah. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Depdikbud, 1997).
ISSN: 2443-0064