Anda di halaman 1dari 31

Pengelolaan

sumber daya air


Perbandingan UU No-07-2004 dan UU No-17-2019
Mengenai SDA
UU No 07 Thn 2004 Tentang SDA
Dari perspektif sejarah, Indonesia telah mengalami tiga generasi undang-undang yang
terkait dengan air, yaitu Algemene Water Reglement tahun 1936, Undang-Undang No. 11
Tahun 1974 tentang Pengairan, dan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Ketiga generasi undang-undang tersebut dipicu oleh berbagai faktor sebagai respons
terhadap berbagai kepentingan politik yang muncul. Pada generasi pertama, politik etika,
perkembangan teknologi hidrolika, dan kepentingan ekspor komoditas pertanian merupakan
faktor-faktor pemicu. Pada generasi kedua, teknologi revolusi hijau dan kepentingan politik
mencapai swasembada beras merupakan faktor dominan, sedangkan undang-undang
generasi ketiga dipengaruhi oleh perkembangan birokrasi politik pasca krisis ekonomi tahun
1998, liberalisasi ekonomi sebagai persyaratan bantuan Bank Dunia, dan tekanan politik
global untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya air terpadu.
UU No 07 Thn 2004 Tentang SDA
sejak awal kelahiran UU No. 7 Tahun 2004, masyarakat sudah sangat menentang karena
dinilai kebijakan ini hasil tekanan kuat Bank Dunia dan Internasional Monetary
Fund (IMF) kepada pemerintah. Tekanan ini membuat pemerintah tak berdaya, sebab jika
ditolak, maka dana bantuan untuk menghadapi krisis gagal dikucurkan. Padahal pemerintah
waktu itu sebenarnya juga sadar bahwa substansi UU No. 7 Tahun 2004 melegalkan rezim
privatisasi dan komersialisasi air.

UU No. 7 Tahun 2004 telah melegalkan keterlibatan pihak swasta dalam proses pengelolaan
air tanpa kendali dan pengawasan (privatisasi). Hal ini tentu masalah sangat serius karena
menggeser makna air yang sebelumnya merupakan barang publik berubah menjadi
komoditas yang lebih mementingkan aspek ekonomi yang akhirnya berorientasi pada
mencari keuntungan (profit). Pergeseran makna ini terlihat dalam pengaturan mengenai hak
guna usaha air yang dapat diberikan kepada swasta tanpa kendali dan pengawasan.
UU No 17 Thn 2019 Tentang SDA
Karena uu no 7 thn 2004 membawa dampak buruk terhadap
pelayanan air kepada masyarakat juga telah
memperparah tingkat krisis dan memperluas konflik perebutan sumber daya air di tengah-
tengah masyarakat sehingga melahirkan konflik terbuka antara masyarakat dengan swasta
yang menguasai sumber daya air.

Sehingga Syaiful Bahri dari Muhamadiyah menggugat dipersidangan karena


menganggap kelimabelas pasal yang disebutkan di UU No. 7 Tahun 2004,
yaitu : Pasal 5;Pasal 6;Pasal 7;Pasal 8;Pasal 9;Pasal 10;Pasal 26;Pasal 29 ayat (2) dan ayat
(5);Pasal 45;Pasal 46;Pasal 48 ayat (1);Pasal 49 ayat (1);Pasal 80;Pasal 91; dan Pasal 92
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) bertentangan dengan Pasal 33  ayat (2) dan (3) UUD 1945.
Berdasarkan pertimbangan tersebut Mahkamah Konstitusi dalam keputusan-nya
membatalkan keseluruhan Undang-Undang SDA Tahun 2004. karena Menurut Mahkamah,
UU SDA dalam pelaksanaannya telah ditafsirkan secara berbeda sehingga Mahkamah perlu
kembali menegaskan pemaknaan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran
rakyat mengingat air adalah salah satu unsur yang sangat penting dan mendasar dalam hidup
dan kehidupan manusia.

Putusan pembatalan UU No. 7 Tahun 2004 meneguhkan kembali penguasaan negara


terhadap air sebagai salah satu sumber daya alam. Dengan pengelolaan secara langsung oleh
negara (BUMN dan BUMD), maka dipastikan seluruh hasil dan keuntungan yang diperoleh
akan masuk menjadi keuntungan negara yang secara tidak langsung akan membawa
manfaat lebih besar bagi masyarakat dan pelayanan air kepada masyarakat oleh negara akan
tertunaikan secara maksimal seperti, penyediaan air baku, air untuk irigasi pertanian, air
untuk kebutuhan rumah tangga, dan air untuk industri.
Acuan pertimbangan
 Pasal 5 Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok
minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.
 Pasal 6
• (1) Sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
• (2) . Penguasaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap
mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak yang serupa
dengan itu, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan
peraturan perundang-undangan.
• (3) Hak ulayat masyarakat hukum adat at,ts sumber daya air sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetap diakui sepanjang kenyataannya masih ada dan telah
dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat.
• (4) Atas dasar penguasaan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
hakguna air.
 Pasal7
• (1) Hak guna air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) berupa hak guna pakai air dan
hak guna usaha air.
• (2) Hak guna air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat disewakan atau
dipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya.
 Pasal8
• (1) Hak zuna pakai air diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bazi
perseoranzan dan bazi pertanian rakyat yanz berada di dalam sistem irizasi.
• (2) Hak zuna pakai air sebazaimana dimaksud pada ayat (1) memerlukan izin apabila:
a. cara menzzunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air;
b. ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar; atau
c. dizunakan untuk pertanian rakyat di Iuar sistem irigasi yang sudah ada.
• (3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangannya.
• (4) Hak guna pakai air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak untuk mengalirkan air
dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahny;'
 Pasal9
• (1) Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari
Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
• (2) Pemegang hak guna usaha air dapat mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan
persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan.
• (3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa kesepakatan ganti kerugian
atau kompensasi.
 Pasall0
Ketentuan mengenai hak guna air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7, Pasal8, dan Pasal 9 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
 PasaI26
• (1) Pendayazunaan sumber daya air dilakukan meIaIui keziatan penatazunaan, penyediaan,
penzzunaan, penzembanzan, dan , penzusahaan sumber daya air denzan :menzacu pada poIa
penzelolaan sumber daya air yanz ditetapkan pada setiap wilayah sunzai.
• (2) Pendayazunaan sumber daya air ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air secara
berkelanjutan denzan menzutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat
secara adil.
• (3) Pendayazunaan sumber daya air sebazaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan pada
kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alamo
• (4) Pendayazunaan sumber daya air diselenzzarakan secara terpadu dan adil, baik antarsektor,
antarwilayah maupun antarkelompok masyarakat denzan mendoronz pola kerja sarna.
• (5) Pendayazunaan sumber daya air didasarkan pada keterkaitan antara air hujan, air permukaan,
dan air tanah denzan menzutamakan pendayazunaan air permukaan.
• (6) Setiap oranz berkewajiban menzzunakan air sehemat munzkin.
• (7) Pendayazunaan sumber daya air dilakukan denzan menzutamakan funzsi sosial untuk
mewujudkan keadilan denzan memperhatikan prinsip pemanfaat air membayar biaya jasa
penzelolaan sumber daya air dan denzan melibatkan peran masyarakat.
 Pasal 29
• (2) Penyediaan sumber daya air dalam setiap wilayah sunzai dilaksanakan sesuai denzan
penatazunaan sumber daya air yanz ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pokok, sanitasi
linzkunzan, pertanian, ketenazaan, industri, pertambanzan, perhubunzan, kehutanan dan
keanekarazaman hayati, olahraza, rekreasi dan pariwisata, ekosistem, estetika, serta kebutuhan
lain yanz ditetapkan sesuai denzan peraturan perundanz-undanzan.
• (5) Apabila penetapan urutan prioritas penyediaan sumber daya air sebazaimanadimaksud pada
ayat (4) menimbulkan keruzian bazi pemakai sumber daya air, Pemerintah atau pemerintah
daerah wajib menzatur kompensasi kepada pemakainya.
 Pasal45
• (1) Pengusahaan sumber daya air dise1enggarakan dengan memperhatikan fungsi sosial dan
kelestarian lingkungan hidup.
• (2) Pengusahaan sumber daya air permukaan yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat
dilaksanakan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang
pengelolaan sumber daya air atau kerja sama antara badan usaha milik negara dengan badan
usaha milik daerah.
• (3) Pengusahaan sumber daya air selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan
oleh perseorangan, badan usaha, atau kerja sama antar badan usaha berdasarkan izin
pengusahaan dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
• (4) Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berbentuk:
a. penggunaan air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang ditentukan dalam
perizinan;
b. pemanfaatan wadah air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang ditentukan
dalam perizinan; dan/ atau
c .pemanfaatan daya air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang ditentukan
dalam perizinan.
 Pasal46
• (1) Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, mengatur dan
menetapkan alokasi air pada sumber air untuk pengusahaan sumber dayx air oleh badan usaha
atau perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal45 ayat (3).
• (2) Alokasi air untuk pengusahaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
didasarkan pada rencana alokasi air yang ditetapkan dalam rencana pengelolaan sumber daya
air wilayah sungai bersangkutan.
• (3) Alokasi air untuk pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam izin
pengusahaan sumber daya air dari Pemerintah atau pemerintah daerah.
• (4) Dalam hal rencana pengelolaan sumber daya air belum ditetapkan, izin pengusahaan
sumber daya air pada wilayah sungai ditetapkan berdasarkan alokasi air sementara.
 Pasal48
• (1) Pengusahaan sumber daya air dalam suatu 'wilayah sungai yang dilakukan dengan
membangun dan/atau menggunakan saluran distribusi hanya dapat digunakan untuk wilayah
sungai lainnya apabila masih terdapat ketersediaan air yang melebihi keperluan penduduk pada
wilayah sungai yang bersangkutan.
 Pasal49
• (1) Pengusahaan air untuk negara lain tidak diizinkan, kecuali apabila penyediaan air untuk
berbagai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) telah dapat terpenuhi.
 Pasal80
• (1) Pengguna sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk
pertanian rakyat tidak dibebani biaya jasa pengelolaan sumber daya air.
• (2) Pengguna sumber daya air selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menanggung biaya
jasa pengelolaan sumber daya air.
• (3) Penentuan besarnya biaya jasa sebagaimana dimaksud pada perhitungan ekonomi rasional
jawabkan. , pengelolaan sumber daya air ayat (2) didasarkan pada yang dapat dipertanggung-
• (4) Penentuan nilai satuan biaya jasa pengelolaan sumber daya air untuk setiap jenis
penggunaan sumber daya air didasarkan pada pertimbangan kemampuan ekonomi kelompok
pengguna dan volume penggunaan sumber daya air.
• (5) Penentuan nilai satuan biaya jasa pengelolaan sumber daya air untuk jenis penggunaan
nonusaha dikecualikan dari perhitungan ekonomi rasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(3).
• (6) Pengelola sumber daya air berhak atas hasil penerimaan dana yang dipungut dari para
pengguna jasa pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
• (7) Dana yang dipungut dari para pengguna sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) dipergunakan untuk mendukung terselenggaranya kelangsungan pengelolaan sumber daya
air pada wilayah sungai yang bersangkutan.
 Pasal90
Masyarakat yang dirugikan akibat berbagai masalah pengelolaan sumber daya air berhak mengajukan
gugatan perwakilan ke pengadilan.
 Pasal91
Instansi pemerintah yang membidangi sumber daya air bertindak untuk kepentingan masyarakat apabila
terdapat indikasi masyarakat menderita akibat pencemaran air dan/atau kerusakan sumber air yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat.
 Pasal92
• (1) Organisasi yang bergerak pacla bidang smnber claya air berhak mengajukan gugatan
terhaclap orang atau baclan usaha yang melakukan kegiatan yang menyebabkan kerusakan
sumber claya air clan/atau prasarananya, untuk kepentingan keberlanjutan fungsi sumber claya
air.
• (2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pacla gugatan untuk melakukan
tindakan tertentu yang berkaitan dengan keberlanjutan fungsi sumber daya air dan/atau gugatan
membayar biaya atas pengeluaran nyata.
Pemahaman hak guna pakai
dan hak guna pakai air serta
pengelolaan sumber air
dalam pengusahaan air harus ada pembatasan yang sangat ketat sebagai upaya untuk menjaga kelestarian
dan keberlanjutan ketersediaan air bagi kehidupan bangsa yang meliputi
 (1) pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu, mengesampingkan, apalagi meniadakan hak rakyat
 (2) negara harus memenuhi hak rakyat atas air mengingat akses rakyat terhadap air adalah salah satu
hak asasi tersendiri
 (3) kelestarian lingkungan hidup, sebab sebagai salah satu hak asasi manusia harus dijaga mengingat
UUD 1945 juga menyatakan bahwa, "setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan“
 (4) pengawasan dan pengendalian oleh negara atas air sifatnya mutlak
 (5) prioritas utama yang diberikan pengusahaan atas air adalah Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Milik Daerah.
Walaupun demikian Pemerintah masih dimungkinkan untuk memberikan izin kepada usaha swasta untuk
melakukan pengusahaan atas air dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan tersebut di atas.
Pengelolaan dan
wewenang
Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi

Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi diatur dalam Pasal 14 Udnang-Undang Nomor 17


tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, meliputi:
a) menetapkan kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air di wilayahnya berdasarkan
kebijakan nasional Sumber Daya Air dengan memperhatikan kepentingan provinsi
sekitarnya;
b) b) menetapkan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai lintas
kabupaten/ kota;
c) c) menetapkan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai lintas
kabupaten / kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;
d) d) menetapkan kawasan lindung Sumber Air pada Wilayah Sungai lintas kabupaten/
kota;
e) e) menetapkan zona konservasi Air Tanah'pada Cekungan Air Tanah di Wilayah Sungai
lintas kabupaten;/kota;
f) f) menetapkan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air' Minum;
g) g) mengatur, menetapkan, dan memberi izin penggunaan Sumber Daya Air untuk
f) menetapkan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air' Minum;
g) mengatur, menetapkan, dan memberi izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan bukan usaha
dan izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha pada lokasi tertentu di Wilayah Sungai
lintas kabupaten/kota;
h) membentuk wadah koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai lintas daerah
kabupaten/kota;
i) menetapkan nilai satuan BJPSDA dengan melibatkan para pemangku kepentingan
terkait; dan j) memungut, menerima, dan menggunalan BJPSDA pada Wilayah
Sungai lintas kabupaten/ kota.
Kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten

kewenangan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang


Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air sebagai berikut:
a) menetapkan kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air di wilayahnya berdasarkan
kebijakan nasional Sumber Daya Air dan kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air
provinsi dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
b) b) menetapkan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai dalam satu
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/ kota sekitarnya;
c) c) menetapkan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai dalam satu
kabupaten/ kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
d) d) menetapkan kawasan lindung Sumber Air pada Wilayah Sungai dalam satu
kabupaten/ kota;
e) mengatur, menetapkan, dan rnemberi izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan bukan usaha
dan izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha pada lokasi tertentu di Wilayah Sungai
dalam satu kabupaten/kota;
; f). membentuk wadah koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai dalam satu
kabupaten/ kota; g) menetapkan nilai satuan BJPSDA dengan melibatkan para pemangku kepentingan
terkait; h) memungut, menerima, dan menggunakan BJPSDA pada Wilayah Sungai dalam satu
kabupaten/kota; dan i) menetapkan kebllakan dan strategi kabupaten /kota dalam penyelenggaraan
Sistem Penyediaan Air Minum.
Kewenangan Pemerintah Daerah desa

Selain Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 juga mengatur tugas pengelolaan
sumber daya air kepada Pemerintah desa, sebagai berikut: a. membantu Pemerintah Pusat
dan/ atau Pemerintah Daerah dalam mengelola Sumber Daya Air di wilayah desa
berdasarkan asas kemanfaatan umum dan dengan memperhatikan kepentingan desa lain; b.
mendorong prakarsa dan.. partisipasi masyarakat desa dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
di wilayahnya; c. ikut serta dalam menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban
pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Air; darr membantu Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dalam memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas Air bagi warga
desa.
apabila Pemerintah Daerah provinsi dan/atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota belum dapat
melaksanakan sebagian tugas dan wewenang nya, maka sebagian tugas dan wewenang tersebut dapat
diserahkan kepada pemerintah di atasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Di sisi
lain, apabila Pemerintah Daerah provinsi dan/atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota tidak
melaksanakan sebagian tugas dan wewenang pengelolaan sumber daya air sehingga dapat
membahayakan kepentingan umum, mengganggu pelayanan umum; dan/atau adanya sengketa
antarprovinsi atau antar kabupaten dan/atau antarkota yang tidak dapat diselesaikan.
Kegiatan PSDA
01.
Konservasi SDA
Konservasi sumber daya air sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber daya air
dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan dan keberadaan sumber
daya air, termasuk daya dukung, daya tampung, dan fungsinya. Konservasi sumber daya
air dapat dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber daya air,
pengawetan air, pengelolaan kualitas air, serta pengendalian pencemaran air, dengan
mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai, dan dipakai
sebagai acuan dalam perencanaan tata ruang.
02.
pendayagunaan SDA
Pendayagunaan sumber daya air sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber daya air,
dilakukan melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan
pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
Pendayagunaan sumber daya air harus mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air
yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai.
03.
pengendalian SDA
Pengelolaan sumber daya air merupakan suatu proses yang mendorong keterpaduan antara
pembangunan dan pengelolaan air, tanah, dan sumber daya lainnya, dengan tujuan untuk
memaksimalkan kesejahteraan sosial ekonomi dan memperhatikan keberlanjutan
ekosistem. Disamping itu, pengelolaan sumber daya air merupakan suatu metode untuk
merumuskan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air, dan bukan merupakan tujuan
akhir. Pola merupakan perencanaan strategis yang melibatkan identifikasi kebutuhan dari
para pemangku kepentingan dalam satu wilayah sungai, sehingga kerangka dasar yang
telah disusun dapat disepakati oleh para pemangku kepentingan terkait.
01.
Partisipasi Masyarakat
Dalam SDA
masyarakat juga memiliki kewajiban dalam pengelolaan sumber daya air, yaitu:
1. melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi Sumber Daya Air;
2. melindungi dan-mengamankan Prasarana Sumber Daya Air;
3. melakukan usaha penghematan dalam penggunaan Air;
4. melakukan usaha pengendalian dan pencegahan terjadinya pencemaran Air;
5. melakukan perbaikan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan
yang ditimbulkan;
6. memberikan akses untuk penggunaan Sumber Daya Air dari Sumber Air yang
The slide title goes
here!
Do you know what helps you make your point
clear and understandable?
Lists like this one:
● They’re simple
● You can organize your ideas clearly
● You’ll never forget to buy milk!
And the most important thing: the audience
won’t miss the point of your presentation
Alternative resources
● Watercolor mother earth day illustration I
● Watercolor mother earth day illustration II
● Watercolor mother earth day illustration III

Anda mungkin juga menyukai