Anda di halaman 1dari 12

PRETEST PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR:


MENCIPTAKAN KESEIMBANGAN LINGKUNGAN DAN
KEBUTUHAN MANUSIA

Dosen Pengampu:
Dheka Shara Pratiwi, S.T., M.T

Disusun Oleh:
Achmad Fauzi Yudha
2211102443034

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2024
1. Apa yang menjadi latar belakang utama pembentukan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2019?

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 tentang Sumber


Daya Air mencabut dan tidak memberlakukan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Tahun
1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046).
Meskipun Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan pernah diberlakukan kembali setelah Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dibatalkan oleh
Mahkamah Konstitusi, namun masih terdapat banyak kekurangan
dan belum dapat mengatur secara menyeluruh mengenai
pengelolaan sumber daya air sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan hukum masyarakat. Menurut pengetahuan kuno bahwa
air adalah salah satu elemen kehidupan dasar bersama dengan
udara, api dan tanah. Salah satu pertimbangan dalam UU 17
tahun 2019 tentang Sumber Daya Air dikatakan bahwa dalam
menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang
cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat,
sumber daya air perlu dikelola dengan memperhatikan fungsi
sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi secara selaras untuk
mewujudkan sinergi dan keterpaduan antarwilayah, antarsektor,
dan antargenerasi guna memenuhi kebutuhan rakyat atas air.
Sebab air sebagai bagian dari sumber daya air merupakan cabang
produksi penting dan menguasai hajat hidup orang banyak yang
dikuasai oleh negara untuk dipergunakan bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945. Atas dasar
penguasaan negara terhadap Sumber Daya Air, Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah diberi tugas dan wewenang untuk
mengatur dan mengelola Sumber Daya Air, termasuk tugas untuk
memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas Air bagi
masyarakat. Di samping itu, Undang-Undang ini juga memberikan
kewenangan Pengelolaan Sumber Daya Air kepada pemerintah
desa, atau yang disebut dengan nama lain, untuk membantu
pemerintah dalam Pengelolaan Sumber Daya Air serta mendorong
prakarsa dan partisipasi masyarakat desa dalam Pengelolaan
Sumber Daya Air di wilayahnya. [1]
2. Lembaga apa saja yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya
air yang disebutkan di dalam UU No. 17 Tahun 2019. Sebutkan dan
jelaskan peran-peran Lembaga tersebut berdasarkan nomor pasal
nya!

Lembaga yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya air yang


disebutkan di dalam UU No 17 Tahun 2019 ialah Lembaga
nonkementrian yang Dimana di dalam uu tersebut memberi tugas
dan wewenang kepada Pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota serta desa yang tertuang dalam BAB IV Pasal 9
yang berisi:
1. Atas dasar penguasaan negara terhadap Sumber Daya Air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah diberi tugas dan wewenang
untuk mengatur dan mengelola Sumber Daya Air.
2. Penguasaan Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggaralan oleh Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah dengan tetap mengakui Hak Ulayat
Masyarakat Adat setempat dan hak yang serupa dengan itu,
sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Hak Ulayat dari Masyarakat Adat atas Sumber Daya Air
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap diakui sepanjang
kenyataannya masih ada dan telah diatur dengan Peraturan
Daerah.[1]
Pasal 10

Dalam mengatur dan mengelola Sumber Daya Air, Pemerintah


Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) bertugas:

a. menyusun kebijakan nasional Sumber Daya Air;


b. menyusun Pola Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah
Sungai lintas negara, Wilayah Sungai lintas provinsi, dan
Wilayah Sungai strategis nasional, termasuk Cekungan Air
Tanah pada Wilayah Sungai tersebut;
c. menyusun Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air pada
Wilayah Sungai lintas negara, Wilayah Sungai lintas provinsi,
dan Wilayah Sungai strategis nasional, termasuk Cekungan
Air Tanah pada Wilayah Sungai tersebut;
d. melaksanakan Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah
Sungai lintas negara, Wilayah Sungai lintas provinsi, dan
Wilayah Sungai strategis nasional, termasuk Cekungan Air
Tanah pada Wilayah Sungai tersebut;
e. mengelola kawasan lindung Sumber Air pada Wilayah
Sungai lintas negara, Wilayah Sungai lintas provinsi, dan
Wilayah Sungai strategis nasional;
f. menyelenggarakan proses perizinan penggunaan Sumber
Daya Air pada Wilayah Sungai lintas negara, Wilayah Sungai
lintas provinsi, dan Wilayah Sungai strategis nasional;
g. mengembangkan dan mengelola Sistem Penyediaan Air
Minum lintas daerah provinsi dan Sistem Penyediaan Air
Minum untuk kepentingan strategis nasional;
h. menjamin penyediaan Air baku yang memenuhi kualitas
untuk pemenuhan kebutuhan pokok minimal sehari-hari
masyarakat pada Wilayah Sungai lintas negara, Wilayah
Sungai lintas provinsi, dan Wilayah Sungai strategis
nasional;
i. mengembangkan dan mengelola sistem irigasi sebagai satu
kesatuan sistem pada daerah irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat;
j. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban
pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah
Sungai lintas negara, Wilayah Sungai lintas provinsi, dan
Wilayah Sungai strategis nasional;
k. memberikan bantuan teknis dan bimbingan teknis dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air kepada Pemerintah Daerah
provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota;
l. mengembangkan teknologi di bidang Sumber Daya Air;
m. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan
wewenang Pengelolaan Sumber Daya Air Pemerintah
Daerah provinsi dan/atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota;
n. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan
wewenang pengembangan dan pengelolaan Sistem
Penyediaan Air Minum lintas daerah provinsi;
o. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan
wewenang pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
pada daerah irigasi kewenangan Pemerintah Daerah provinsi
dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota; dan
p. memfasilitasi penyelesaian sengketa antarprovinsi dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air.
Pasal 13

Dalam mengatur dan mengelola Sumber Daya Air, Pemerintah


Daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 bertugas:

a. menyusun kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air provinsi


berdasarkan kebljakan nasional Sumber Daya Air dengan
memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;
b. menyusun Pola Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah
Sungai lintas kabupaten/kota;
c. menyusun Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air pada
Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota;
d. melaksanakan Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah
Sungai lintas kabupaten/kota, termasuk Cekungan Air Tanah
pada Wilayah Sungai tersebut;
e. mengelola, kawasan lindung Sumber Air pada Wilayah
Sungai lintas kabupaten/kota;
f. menyelenggarakan proses perizinan penggunaan Sumber
Daya Air pada Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota;
g. menjamin penyediaan Air baku yang memenuhi kualitas
untuk pemenuhan kebutuhan pokok minimal sehari-hari
masyarakat pada Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota;
h. mengembangkan dan mengelola sistem irigasi sebagai satu
kesatuan sistem pada daerah irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah provinsi;
i. mengembangkan dan mengelola Sistem Penyediaan Air
Minum lintas daerah kabupaten/kota;
j. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban
pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah
Sungai lintas kabupaten/kota;
k. memberikan bantuan teknis dan bimbingan teknis dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air kepada Pemerintah Daerah
kabupaten/kota;
l. memfasilitasi penyelesaian sengketa antarkabupaten
dan/atau antarkota dalam Pengelolaan Sumber Daya Air;
dan
m. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan
wewenang Pengelolaan Sumber Daya Air Pemerintah
Daerah kabupaten/kota.

Pasal 15

Dalam mengatur dan mengelola Sumber Daya Air, Pemerintah


Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
bertugas:

a. menyusun kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air


kabupaten/kota berdasarkan kebijakan nasional Sumber
Daya Air dan kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air
provinsi dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota
sekitarnya;
b. menyusun Pola Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah
Sungai dalam satu kabupaten/kota;
c. menyusun Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air pada
Wilayah Sungai dalam satu kabupaten/kota;
d. mengembangkan dan mengelola sistem irigasi sebagai satu
kesatuan sistem pada daerah irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota;
e. mengelola kawasan lindung Sumber Air pada Wilayah
Sungai dalam satu kabupaten/kota;
f. menyelenggerakan proses perizinan penggunaan Sumber
Daya Air pada Wilayah Sungai dalam satu kabupaten/kota;
g. menjamin penyediaan Air baku yang memenuhi kualitas
untuk pemenuhan kebutuhan pokok minimal sehari-hari
masyarakat pada Wilayah Sungai dalam satu
kabupaten/kota;
h. mengupayakan penyediaan air untuk pemenuhan pertanian
rakyat, kegiatan bukan usaha, dan/atau kegiatan usaha pada
wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;
i. memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas Air bagi
masyarakat di wilayah kabupaten/kota;
j. melaksanakan Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah
Sungai dalam satu kabupaten/kota, termasuk Cekungan Air
Tanah pada Wilayah Sungai tersebut;
k. mengembangkan dan mengelola Sistem Penyediaan Air
Minum di daerah kabupaten/kota;
l. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban
pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah
Sungai dalam satu kabupaten/kota;
m. memberikan bantuan teknis dan bimbingan teknis dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air kepada pemerintah desa; dan
n. memfasilitasi penyelesaian sengketa dalam satu
kabupaten/kota dalam Pengelolaan Sumber Daya Air.

Pasal 17

Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain memiliki


tugas meliputi:

a. membantu Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah


dalam mengelola Sumber Daya Air di wilayah desa
berdasarkan asas kemanfaatan umum dan dengan
memperhatikan kepentingan desa lain;
b. mendorong prakarsa dan partisipasi masyarakat desa dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air di wilayahnya;
c. ikut serta dalam menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan
ketertiban pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Air; dan
d. membantu Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam
memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas Air bagi
warga desa.

3. Menurut saudara apa yang dimaksud dengan hilirisasi pengelolaan


sumber daya air?

Pengelolaan sumber daya air merupakan suatu proses yang


mendorong keterpaduan antara pembangunan dan pengelolaan air,
tanah, dan sumber daya lainnya, dengan tujuan untuk
memaksimalkan kesejahteraan sosial ekonomi dan memperhatikan
keberlanjutan ekosistem. Disamping itu, Hilirisasi pengelolaan
sumber daya air merupakan suatu metode untuk merumuskan
pola dan rencana pengelolaan sumber daya air, dan bukan
merupakan tujuan akhir. Pola merupakan perencanaan strategis
yang melibatkan identifikasi kebutuhan dari para pemangku
kepentingan dalam satu wilayah sungai, sehingga kerangka dasar
yang telah disusun dapat disepakati oleh para pemangku
kepentingan terkait. Reformasi dalam pengelolaan sumber daya air
merupakan salah satu tindakan penting untuk mengatasi
pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan dan energi, serta
konservasi sumber daya alam.
[2]

4. Apa perbedaan antara paradigma lama dan paradigma baru dalam


pengelolaan sumber daya air?

Paradigma lama dalam pengelolaan sumber daya air cenderung


sentralistik, fokus pada kontrol negara, dan kurang memperhatikan
partisipasi masyarakat lokal. Di sisi lain, paradigma baru
menekankan desentralisasi, partisipasi masyarakat, dan
keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya air. Paradigma baru
ini muncul sejak dicanangkannya Prinsip Dublin pada tahun 1992
dan menekankan pendekatan berbasis masyarakat,
pemberdayaan, dan keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya
air.
Pada prinsipnya, paradigma baru dalam pendayagunaan
sumberdaya air adalah bagai mana mendayagunakan sumberdaya
tersebut secara bijaksana dengan cara mengedepankan prinsip-
prinsip kelestarian sumberdaya alam, hak-hak asasi manusia,
demokrasi, dan efisiensi sedemikian rupa sehingga kemakmuran
dan keadilan yang tercipta dapat dinikmati oleh semua; untuk
generasi sekarang dan generasi mendatang. [3]

5. Apa contoh kegiatan yang terkait dengan konservasi sumber daya


air yang pernah dilakukan di Kalimantan Timur, khususnya di
Samarinda, dan siapa pelakunya? Ceritakan dengan disertai
gambar! (sebutkan referensi/sumber nya)

Salah satu permasalahan yang dihadapi waduk di Indonesia saat


ini adalah tingginya sedimentasi yang telah menjadi faktor utama
penyebab penurunan daya dukung ekosistem waduk. Tidak
terkecuali pada Waduk Benanga Samarinda. Eutrofikasi
didefinisikan sebagai pengayaan (enrichment) air dengan nutrien
atau unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas
primer perairan. Nutrient yang dimaksud adalah nitrogen dan fosfor.
Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan
danaudanau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini.
Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat
menurun. Seiring berjalannya waktu kondisi Waduk Benanga telah
mengalami pendangkalan karena terjadinya blooming tumbuhan
air yang kian pesat. Blooming tumbuhan yang kian tidak terkendali
ini dapat mengganggu ekosistem lainnya di waduk tersebut. [4]

Sumber: Kementrian PUPR

Salah satu contoh kegiatan konservasi sumber daya air yang


pernah dilakukan di samarinda ialah Pengerukan sedimentasi
bendungan benanga lempake sebagai bagian Sistem Pengendalian
Banjir Kota Samarinda yakni membendung Sungai Karangmumus
di daerah hulu sebelum masuk kota. Pelaku dalam kegiatan ini
adalah Kementrian PUPR serta Balai Wilayah Sungai (BWS)
Kalimantan 3.

6. Apa contoh kegiatan yang terkait dengan daya guna air yang
pernah dilakukan di daerah tempat anda tinggal dan siapa
pelakunya? Ceritakan dengan disertai gambar! (sebutkan
referensi/sumber nya)

Salah satu contoh kegiatan yang terkait dengan daya gun air
yang pernah dilakukan di KalTim ialah pembangunan enam
daerah irigasi. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur
(Kaltim), berkomitmen mendukung pembangunan dan
pengembangan sektor pertanian di daerah. Melalui Dinas
Pekerjaan Umum (DPU) Kaltim, digelontorkan alokasi dana
Rp352 miliar bagi pembangunan enam daerah irigasi yang menjadi
kewenangan provinsi.
Kaltim telah ditetapkan salah satu daerah untuk mendukung
percepatan pencapaian swasembada pangan nasional. Kaltim
diketahui selain memiliki potensi kewilayahan juga terdapat
keunggulan lahan potensial untuk pengembangan kegiatan
pertanian utamanya tanaman pangan

Sumber: Ekspos Kaltim

Daya guna air dalam irigasi persawahan melibatkan berbagai


kegiatan yang penting untuk menyediakan, mengatur, dan
mengoptimalkan penggunaan air di lahan pertanian. Pertama-tama,
kegiatan ini melibatkan penyediaan air dari sumber air seperti
sungai, danau, atau sumur melalui sistem kanal, pipa, atau pompa
air. Selanjutnya, air diatur untuk dialirkan merata ke seluruh lahan
pertanian menggunakan saluran air, bendungan, atau teknologi
irigasi modern seperti irigasi tetes. Pengendalian banjir dan
drainase juga merupakan bagian penting dalam irigasi untuk
mencegah genangan air yang berlebihan dan mengeluarkan air
berlebih dari lahan. Pemantauan kebutuhan air tanaman dilakukan
secara teratur untuk menyesuaikan jadwal irigasi agar sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Dengan melakukan kegiatan daya
guna air ini dengan baik, petani dapat meningkatkan produktivitas
pertanian mereka dan memastikan keberlanjutan sistem irigasi dan
pertanian secara keseluruhan. [5]

7. Sebutkan contoh kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian


daya rusak air di tempat tinggal anda, dan siapa saja pelakunya?
Ceritakan dengan disertai gambar! (Sebutkan referensi/sumbernya)

Kegiatan pengendalian daya rusak air merupakan upaya untuk


mencegah, mengurangi, atau memperbaiki kerusakan yang disebabkan
oleh aliran air atau air hujan yang berlebihan. Salah satu contoh
kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian daya rusak air di
Samarinda ialah Penutupan tambang illegal di desa muang lempake.
Aktivitas penggalian batu bara di Muang Dalam, RT 33, Kelurahan
Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, “digulung” Polresta Samarinda.
[6]

Sumber: Tribun Kaltim

Penutupan tambang batu bara ilegal memiliki hubungan yang erat


dengan pengendalian daya rusak air karena aktivitas
pertambangan tersebut seringkali berkontribusi pada kerusakan
lingkungan yang signifikan, terutama terkait dengan kualitas air dan
erosi tanah. Pertama, kegiatan penambangan ilegal batu bara
seringkali menghasilkan limbah beracun seperti air asam tambang
(AMD) dan limbah pertambangan lainnya, yang dapat mencemari
sumber air seperti sungai dan sumur, merugikan kehidupan akuatik
dan masyarakat yang mengandalkan air tersebut. Selain itu,
pembukaan lahan tambang menyebabkan hilangnya vegetasi dan
peningkatan erosi tanah, yang mengakibatkan aliran air permukaan
yang meningkat dan meningkatkan risiko banjir serta pencemaran
air oleh sedimen. Dengan penutupan tambang batu bara ilegal,
risiko pencemaran air dan erosi tanah dapat dikurangi, mendukung
upaya untuk menjaga kualitas air dan keberlanjutan ekosistem air
yang penting bagi kehidupan manusia dan ekosistem yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Jogloabang. 2019. UU 17 Tahun 2019 tentang Sumber daya air: Jogloabang
22 oktober 2019
[2] Asdak, Chay, 2010, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai,
Gadjahmada University Press, Yogyakarta.
[3] Sumaryanto, Hermanto. dan E. Pasandaran. 1996. Dampak Alih Fungsi Lahan
SawahTerhadap Pelestarian Swasembada Beras dan Sosial Ekonomi
Petani dalam Hermanto et a/ (penyunting) PersainganDalam
Pemanfaatan Sumberdaya Lahandan Air:
[4] Nyoman Alink Grevixa Esa Putra. 2017. Pengaruh Blooming Alga Beserta
Pengendaliannya Pada Perairan Waduk Benanga Di Lempake-
Samarinda.
[5] Humas Provinsi Kalimantan Timur, Kaltim Siapkan Rp352 Miliar untuk
Irigasi, 2016.
[6] Izak, indra Zakaria, 2024. Polresta Samarinda Bongkar Praktik Tambang
Ilegal di “Pedalaman”

Anda mungkin juga menyukai