Anda di halaman 1dari 7

Muhammad Farhan Yassar

1815051039

Kuis – 1 Hidrogeologi

1. Jelaskan secara umum pola pengelolaan sumber daya air?


2. Jika potensi sumberdaya air berada di lebih dari satu wilayah kabupaten/propimsi, bagaimana
model pengelolaannya?
3. Faktor2 apa yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya air?

Jawab

1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya


Air, pasal 1 ayat (8), menyebutkan bahwa pola pengelolaan sumber daya air adalah
kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian
daya rusak air, sehingga pola pengelolaan sumber daya air diselenggarakan berdasarkan
beberapa kaidah sebagai berikut:
a. Pengelolaan sumber daya air didasarkan pada kaidah satu sungai, satu rencana induk,
dan satu manajemen terkoordinasi dengan menggunakan pendekatan wilayah sungai
sebagai kesatuan wilayah pengelolaan.
b. Untuk terselenggaranya pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan maka upaya
pendayagunaan sumber daya air harus diimbangi dengan upaya konservasi yang
memadai.
c. Proses penyusunan rencana induk diselenggarakan melalui pelibatan peran seluas-
luasnya semua unsur pihak yang berkepentingan.
d. Penetapan kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air diselenggarakan secara
demokratis dengan pelibatan semua yang berkepentingan dalam wadah koordinasi
berdasarkan asas, yaitu keseimbangan antara fungsi sosial dan ekonomi, kemanfaatan
umum, kelestarian, keadilan, keterpaduan, kemandirian, keterbukaan, dan akuntabilitas
publik.
e. Implementasi kebijakan dilaksanakan oleh badan pengelola yang mandiri,
profesional, dan akuntabel.
f. Masyarakat dan semua unsur pihak yang berkepentingan dilibatkan dalam
keseluruhan proses perencanaan, pengambilan keputusan kebijakan
pengelolaan, dan pelaksanaan pembangunan.
g. Biaya pengelolaan sumber daya air ditanggung bersama oleh penerima manfaat
melalui penerapan prinsip pembayaran penggunaan air dan prinsip pembayaran
polusi atas dasar sistem subsidi silang menurut norma kelayakan umum.
h. Reformasi kebijakan sumber daya air mencakup kebijakan sumber daya air (non
irigasi) dan kebijakan irigasi.

Adapun tujuan utama dalam pola dan rencana pengelolaan sumber daya air adalah
untuk keamanan dan ketahanan sumber daya air itu sendiri. Ketahanan air (water
security) adalah ketersediaan baik kuantitas maupun kualitas air untuk kehidupan,
kesehatan, dan untuk keberlanjutan ekosistem itu sendiri. Ketersediaan air yang
memadai baik kuantitas dan kualitasnya dapat mendukung ketahanan pangan dan
ketahanan energi.

Gambar 1. Bagan penyusunan pola pengelolaan SDA


Prinsip penyusunan pola pengelolaan sumber daya air:
a. Berdasarkan wilayah sungai
b. Keterpaduan pendayagunaan air permukaan dan air tanah
c. Keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan
d. Proses penyusunannya melibatkan peran masyarakat

Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang


Pengelolaan Sumber Daya Air, dinyatakan bahwa pola pengelolaan sumber daya air paling
sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan.
2. Dasar pertimbangan yang digunakan dalam melakukan pengelolaan sumber daya air.
3. Beberapa skenario kondisi wilayah sungai.
4. Alternatif pilihan strategi pengelolaan sumber daya air untuk setiap skenario.
5. Kebijakan operasional untuk melaksanakan strategi pengelolaan sumber daya air.

Pola pengelolaan sumber daya air disusun dan ditetapkan berdasarkan rancangan pola
pengelolaan sumber daya air. Rancangan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah
sungai disusun sebagai berikut:
1. rancangan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota disusun dellgan memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber daya air
pada tingkat kabupaten/kota yang bersangkutan;
2. rancangan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota
disusun dengan memperhatikan kebijakan oengelolaan sumber daya air pada tingkat
kabupaten/kota yang bersangkutan;
3. rancangan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi disusun
dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat provinsi
yang bersangkutan;
4. rancangan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas negara dan
wilayah sungai strategis nasional disusun dengan memperhatikan kebijakan nasional
sumber daya air dan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat provinsi
dan/atau kabupaten/kota yang bersangkutan.
Rancangan pola pengelolaan sumber daya air mengacu pada data dan/atau informasi
mengenai:
1. penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau
pemerintah daerah yang bersangkutan;
2. kebutuhan sumber daya air bagi semua pemanfaat di wilayah sungai yang bersangkutan;
3. keberadaan masyarakat hukum adat setempat;
4. sifat alamiah dan karakteristik sumber daya air dalam satu kesatuan sistem
hidrologis;
5. aktivitas manusia yang berdampak terhadap kondisi sumber daya air;
6. kepentingan generasi masa kini dan mendatang serta kepentingan lingkungan hidup

2. Perumusan dan penyusunan rancangan pola pengelolaan sumber daya air pada
wilayah sungai dilakukan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada
wilayah sungai atau Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA)
wilayah sungai sesuai dengan tingkat kewenangannya. Dalam penyusunan
rancangan pola tersebut dibantu oleh unit pelaksana teknis/dinas yang selanjutnya
dibahas bersama melalui konsultasi publik dengan instansi teknis dan unsur
masyarakat terkait, antara lain lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi,
koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha
swasta. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2009
Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Penyusunan Pola Perigelolaan Sumber
Daya Air, secara umum, tahapan penyusunan pola pengelolaan sumber daya air pada
suatu wilayah sungai meliputi tahapan persiapan, penyusunan, dan penetapan.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain mempelajari kebijakan
pengelolaan sumber daya air, inventarisasi data, identifikasi kondisi lingkungan dan
permasalahan, dan Pertemuan Konsultasi Masyarakat 1 (PKM 1). PKM 1
dilaksanakan untuk memperolah masukan, tanggapan, dan koreksi dari para pemilik
kepentingan, khususnya mengenai kondisi umum sumber daya air pada wilayah
sungai. Kegiatan yang dilakukan pada tahap penyusunan pola, antara lain
penyempurnaan rumusan masalah dan kemungkinan pengembangan potensi sumber
daya air, merumuskan skenario kondisi wilayah sungai, menganalisis berbagai dasar
pertimbangan dalam menentukan arah pengelolaan sumber daya air, menyusun
beberapa alternatif pilihan strategi untuk setiap skenario guna mencapai tujuan
pengelolaan sumber daya air dan konsep kebijakan operasional, dan Pertemuan
Konsultasi Masyarakat 2 (PKM 2). PKM 2 dilaksanakan untuk memperolah
masukan, tanggapan, dan koreksi dari para pemilik kepentingan, khususnya
terhadap skenario kondisi wilayah sungai, dan kemudian dilakukan penyempurnaan
rancangan pola pengelo.laan sumber daya air.

• Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat provinsi disusun dan dirumuskan oleh
wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi dan ditetapkan oleh gubernur.
• Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat kabupaten/kota disusun dan
dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelclaan sumber daya air kabupaten/kota dan
ditetapkan oleh bupati/walikota.
• Kebijakan nasional sumber daya air menjadi acuan bagi menteri/pimpinan lembaga
pemerintah non departemen dalam menetapkan kebijakan sektoral yang terkait dengari
bidang sumber daya air dan penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada
tingkat provinsi.
• Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat provinsi menjadi acuan penyusunan
kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat kabupaten/kota.
• Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat provinsi atau kabupaten/kota dapat
ditetapkan sebagai kebijakan tersendiri atau terintegrasi ke dalam kebijakan pembangunan
provinsi atau kabupaten/kota yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan kondisi
sumber daya air.
• Kebijakan pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan secara tersendiri menjadi salah
satu acuan dalam penyusunan, peninjauan kembali, dan/atau penyempurnaan kebijakan
pembangunan di wilayah provinsi atau kabupaten/kota

Pada pasal 14, TKPSDA WS lintas provinsi mempunyai tugas membantu Menteri dalam
koordinasi pengelolaan sumber daya air melalui:
1. pembahasan rancangan pola dan rancangan rencana pengelolaan sumber daya air pada
wilayah sungai lintas provinsi guna perumusan bahan pertimbangan untuk penetapan pola
dan rencana pengelolaan sumber daya air;
2. pembahasan rancangan program dan rancangan rencana kegiatan pengelolaan sumber
daya air pada wilayah sungai lintas provinsi guna perurnusan bahan pertimbangan untuk
penetapan program dan rencana kegiatan sumber daya air;
3. pembahasan usulan rencana alokasi air dari setiap sumber air pada wilayah sungai lintas
provinsi guna perumusan bahan pertimbangan untuk penetapan rencana alokasi air;
4. pembahasan rencana pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan
hidrogeologi pada wilayah sungai lintas provinsi untuk mencapai keterpaduan
pengelolaan sistem informasi;
5. pembahasan rancangan pendayagunaan sumber daya manusia, keuangan, peralatan dan
kelembagaan untuk mengoptimalkan kinerja pengelolaan sumber daya air pada wilayah
sungai lintas provinsi;
6. pemberian pertimbangan kepada Menteri mengenai pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air pada wilayah sungai lintas provinsi

3. Terdapat 5 faktor yang mendukung atau mempengaruhi proses daripengelolaan


air,diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Konservasi. yang berarti menggunakan air hanya secukupnya saja untuk memenuhi
kebutuhan yang senyatanya, tanpa pemborosan. Konservasi yang efektif biasanya meliputi
suatu paket langkah pengendalian yang terdiri dari :
• Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air, antara lain:
- Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air
- Pengendalian pemanfaatan sumber air
- Pengaturan daerah sempadan sumber air
- Rehabilitasi hutan dan lahan.
• Pengawetan Air, antara lain:
- Menyimpan air yang berlebihan dimusim hujan
- Penghematan air
- Pengendalian penggunaan air tanah.
• Pengelolaan Kualitas air, dengan cara memperbaiki kualitas air pada sumber air antara
lain dilakukan melalui upaya aerasi pada sumber air dan prasarana sumberdaya air.
• Pengendalian Pencemaran Air, dengan cara mencegah masuknya pencemaran air pada
sumber air dan prasarana sumberdaya air.
• Kampanye untuk mendorong konsumen lebih sadar terhadap akibat penggunaan yang
boros.

b. Pendayagunaan sumberdaya air tanah adalah pemanfaatan air tanah secara optimal dan
berkelanjutan. Pendayagunaan Sumberdaya air tanah dilakukan melalui kegiatan
inventarisasi potensi air tanah, perencanaan pemanfaatan air tanah, perizinan, pengawasan
dan pengendalian.

c. Pengendalian daya rusak air, dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya
pencegahan, penanggulangan dan pemulihan air tanah.

d. Sistem informasi sumber daya air tanah. Yang berarti penggunaan teknologi dan sistem
yang selalu siap bekerja dengan sumber-sumber daya yang dapat diperoleh dari
lingkungan masyarakat yang dilayani, tanpa ketergantungan yang berlebih pada masukan
dari luar. Hal ini meliputi tidak saja keuangan, melainkan juga mengelola sistem dan
ketrampilan yang diperlukan untuk merawat dan memperbaiki peralatan yang telah
dipasang dan juga peduli terhadap partisipasi masyarakat (dalam memilih teknologi yang
akan diterapkan dan dalam menentukan cara mengelolanya, demikian juga dalam
perencanaan, konstruksi, manajemen, dan operasi dan pemeliharaan yang tepat). Sistem
yang tidak mampu berjalan atau yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat yang
seharusnya dilayani merupakan penyia-nyiaan investasi sumberdaya.

e. Sistem Melingkar, Dengan meningkatnya tekanan jumlah penduduk terhadap sumber-


sumber daya yang terbatas, maka kita perlu memikirkan sistem melingkar, bukan garis
lurus. Kota yang membuang polusinya ke saluran air dan menyebabkan masalah bagi
orang lain tidak bisa diterima lagi. Sebaliknya, air limbah yang telah diolah seharusnya
dianggap sebagai suatu sumber bernilai yang dapat dipakai.

Anda mungkin juga menyukai