PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Rindi Ferbriani 1815051004
Sebrina Putri Ramadhani 1815051019
Wayan Vinna Elvira 1815051020
Supardi 1815051027
Arnas Hardianto 1815051028
Muhammad Nurul 1815051031
Aprilia Yulianata 1815051037
Ikram Maulia 1855051002
Novia Fadillah Sekar Sari 1855051007
halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………..…….
1
1.2 Tujuan Penelitian …………….…………………………………….…. 2
1.3 Luaran yang Diharapkan …………………………………………..….
2
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………….... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka …………………………………………………..…
4
2.2 Landasan Teori …………………………………………………..... 5
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan ………………………………………
11
3.2 Diagram Alir Pengolahan Data ……………………………………......
13
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Jadwal Kegiatan ……………………………………………………..
26
4.2 Anggaran Biaya ………………………………………………….…. 26
i
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Peta Geologi Regional Gunung Rajabasa, Kalianda Lampung Selata. 4
Gambar 2. Peta Geologi Regional..........................................................................5
Gambar 3. Peta Geologi Lembar Tanjung Karang.................................................6
Gambar 4. Subduksi, Jalur Pembentukan Gunung Api dan Sumber Panas Bumi. 7
Gambar 5. Pemanfaatan Sumber Panas Bumi untuk Energi Pembangkit Listrik. .7
Gambar 6. Garis-garis Gaya Magnetik.................................................................10
Gambar 7. Unsur- Unsur dari Medan Magnet Bumi...........................................11
Gambar 8. Rekonstruksi Struktur Geologi Gunung Rajabasa.............................17
Gambar 9. Peta Lokasi Penelitian di di Gunung Rajabasa, Kalianda, Lampung
Selatan................................................................................................19
Gambar 10. Topografi dan sebaran titik pengukuran..........................................20
Gambar 11. Peta Desain Akuisisi........................................................................20
Gambar 12. Diagram Alir Pengolahan Data........................................................23
ii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................24
Tabel 2. Sumber Daya Manusia.....................................................................24
Tabel 3. Konsumsi ........................................................................................25
Tabel 4. Transportasi dan Akomodasi...........................................................25
Tabel 5. Logistik............................................................................................25
Tabel 6. RAB Total........................................................................................26
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
Metode magnetic ini dipilih sebab metode tersebut salah satu metode pasif,
sensitif dan dapat menganalisa pola-pola struktur geologi yang
berkembangdari besarnya intensitas magnet suatu batuan yang ditentukan oleh
faktor kerentanan (suseptibilitas) magnet k dari batuan tersebut. Dimana factor
kerentanan tersebut yaitu kemampuan dari suatu batuan dalam menerima sifat
magnet dari medan magnet bumi. Kerentanan magnet k suatu batuan
sebanding dengan konsentrasi kelompok mineral magnetit di dalam batuan
tersebut. Dan tak hanya itu sifat-sifat kemagnetan batuan juga sangat
dipengaruhi oleh proses pembentukan batuan tersebut. Pada batuan sedimen
misalnya, struktur dan teksturnya sangat dipengaruhi oleh gayagaya hidrolis
saat terjadi proses deposisi sedimen (Bijaksana, 2004).
2.2.2. Fisiografi
Secara umum daerah Lampung dapat dibagi menjadi beberapa
satuan morfologi yaitu pada bagian timur dan timur laut terdapat
dataran 6 bergelombang, di bagian tengah dan barat daya terdapat
pegunungan kasar dan berbukit pada daerah pantai. Pada daerah
dataran bergelombang dengan ketinggian beberapa puluh meter dan
terdiri dari endapan vulkanoklastik tersier-kuarter dan aluvium.
Pegunungan bukit barisan terdiri atas lebih kurang 25 sampai 30%
luas lembar yaitu batuan alas beku, malihan dan batuan gunung api
muda. Pada umumnya lerenglerengnya curam dengan ketinggian
mencapai 500 m sampai 1.680 m di atas permukaan laut. Untuk
topografi daerah pantai beraneka ragam dan seringkali terdiri dari
perbukitan kasar, terdiri dari batuan gunung api tersier dan kuarter
serta batuan terobosan dengan ketinggian mencapai 500 m di atas
permukaan laut (Mangga dkk, 1994).
terjadi pada saat tumbukan antara kerak benua dan kerak samudera yang
berbeda sifatnya, sehingga kerak samudera akan menyusup ke bawah
lempeng benua jauh ke dalam lapisan astenosphere yang bersuhu tinggi
sepanjang jalur miring, seperti terlihat pada Gambar 3.
Air yang terperangkap itu merupakan air tanah yang telah tersimpan sebagai
air bawah permukaan dan air hujan atau air permukaan tanah yang merembes
ke bawah. Oleh sebab itu, sistem panas bumi dapat dikategorikan sebagai
berikut :
a. Sistem panas bumi dominasi air panas
b. Sistem panas bumi dominasi uap
c. Sistem panas bumi dua fase (uap dan air panas)
9
Salah satu pemanfaatan dari panas bumi adalah sebagai energi pembangkit
listrik yang saat ini mulai dikembangkan. Seperti terlihat pada Gambar 4.
Perubahan yang terjadi pada kuat medan magnet bumi adalah sangat kecil dan
memerlukan waktu yang sangat lama mencapai ratusan sampai ribuan tahun.
Oleh karena itu, dalam waktu penyelidikan magnet, kuat medan magnet
tersebut selalu dianggap konstan. Dengan menganggap kuat medan magnet
bumi adalah konstan, maka besarnya intensitas magnet bumi semata-mata
adalah hanya tergantung pada variasi kerentanan magnet batuan yang
merefleksikan harga pengukuran magnet. Prinsip inilah yang digunakan
sebagai dasar dalam penyelidikan magnet (Telford, 1990).
raksasa dengan kutub selatan magnet berada di utara dan kutub utara
berada di selatan, seperti yang terlihat pada Gambar 5.
p 1 p2
F= r^ (1)
μ r2
Seperti pada kasus elektrik, gaya magnet saling tarik menarik untuk
kutub yang berlawanan dan saling tolak menolak untuk kutub yang
sejenis (Telford et al., 1990).
F p
H=
p2 μ r( )
= 12 r^ (2)
H diukur dalam A/m, atau oersted yang ekivalen dengan dyne per unit
kutub, dimana A/m = 4𝜋 x 10-3 oersted (Telford et al., 1990).
15
M= χmH
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang
diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material.Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan.Harga
suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena
sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan
semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin
banyak (Sunaryo, 2012).
Sumber medan magnet bumi secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu medan
magnet utama bumi (main field), medan magnet luar (external field) dan
medan magnet anomali (anomaly field). Medan magnet utama bersumber dari
dalam bumi sendiri.Medan magnet luar bersumber dari luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet
dari matahari. Sedangkan medan magnet anomali dihasilkan oleh benda
magnetik yang telah terinduksi oleh medan magnet utama bumi, sehingga
benda tersebut memiliki medan magnet sendiri dan ikut mempengaruhi besar
medan magnet total hasil pengukuran.
∆ H =H total ± ∆ H harian ± H 0
90o dan deklinasinya 0o. Karena pada kutub magnetik, medan magnet
bumi dan induksi magnetisasinya berarah ke bawah. Dari data hasil
reduksi ke kutub ini, sudah dapat dilakukan interpretasi secarakualitatif.
Reduksi ini dilakukan dengan menggunakan program Magpick
(Nurdiyantoet al., 2004).
C. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan untuk mempelajari geologi daerah penelitian,
studi tentang metode magnetik, pengolahan data hingga intepretasi, baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif, berdasarkan literatur-literatur
terkait.
D. Tahap Akuisisi
20
F. Tahap Interpretasi
Peta yang telah diolah kemudian dilakukan interpretasi secara kualitatif dan
kuantitatif. Interpretasi kualitatif dilakukan dengan menggunakan peta
intensitas magnetik total berdasarkan kontras anomali magnetik yang
terlihat pada peta tersebut. Sedangkan interpretasi kuantitatif dilakukan
dengan membuat profil lintasan kemudian membuat model bawah
permukaan yang dengan mencocokan kurva anomali observasi dengan
kurva anomali model dan memanfaatkan informasi geologi agar kesalahan
yang dihasilkan dapat diminimalkan.
Mulai
Studi Literatur
Akuisisi
D
a
t
a
Data Terkoreksi
Gridding
Peta Intensitas
Magnetik Total
Analisis Spektrum
Lebar Jendela
Estimasi Kedalaman
Butterworth Filter
1 2 3
23
1 2 3
Reduce to Pole
Profil Lintasan
C
o Tidak
Geologi c
o
k Ya
Model 2D
Interpretasi Kualitatif
Selesai
Hari
No Kegiatan
1 2 3s 4 5
Studi literatur dan
1
survei lapangan
Pengambilan data dan
2
pengumpulan data
Pengolahan data
3
magnetik
Analisis data dan
4
interpretasi
Pembuatasan laporan
5
dan presentasi
b. Konsumsi
Konsumsi diberikan 1 hari 3 kali dengan rincian pagi, siang dan sore.
Tabel 3. Konsumsi
Keteranga Harga Total Total (dalam 5
No Jumlah
n perorang perhari hari)
Total Rp 2.075.000
d. Logistic
Tabel 5. Logistik
RAB TOTAL
No Keterangan Biaya
1 SDM Rp12.500.000
2 Konsumsi Rp 2.075.000
3 Transportasi dan Akomodasi Rp 3.250.000
4 Logistik Rp2.270.000
Total Rp 20.095.000
DAFTAR PUSTAKA
Kahfi, R.A. & T. Yulianto. 2008. Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan
Daerah Manifestasi Emas dengan Menggunakan Metode Magnetik di
Papandayan Garut Jawa Barat.BerkalaFisika,11(4):127-135
Mangga, Andi S.,Amiruddin, Suwarti T., Gafoer S. dan Sidarto, 1994, Geologi
Lembar Tanjungkarang, Sumatera, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Nurdiyanto, B., Wahyudi, & I Suyanto. 2004. Analisis Data Magnetik untuk
Mengetahui Struktur Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Airpanas di
Lereng UtaraGunungapi Ungaran.Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-
29 Himpunan Ahli Geofisika Indonesia;Yogyakarta,5-7 Oktober
2004.Yogyakarta: Himpunan Ahli Geofisika Indonesia.
Singarimbun, A., C.A.N. Bujung, & R.C. Fatihin. 2013. Penentuan Struktur
Bawah Permukaan Area Panas Bumi Patuha dengan Menggunakan Metode
Magnetik. Jurnal Matematika & Sains.18(2):39- 48.
Tarbuck, Edward J., Frederick K. Lutgens dan Dennis Tasa. (1994). Earth. An
Introduction to Physical Geology. New Jersey: Pearson Education Inc.
Telford, W.M., L.P. Geldart,& R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics ( 2 ed.).
New York: Cambridge University Press.