Disusun Oleh
Belyana
Azky Ramaniya Sukardi
Januarista Amartya Dyasti
Maharani Aliya
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun proposal terkait permohonan
kerja praktek di Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi dengan judul
”Karakteristik Mineralisasi dan Alterasi Endapan Porfiri Daerah X berdasarkan Analisis
Petrologi dan Petrografi ” dengan baik.
Adapun tujuan penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
dalam mengajukan permohonan terkait kegiatan kerja praktek di Pusat Sumber Daya
Mineral Batubara dan Panas Bumi.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................................................
1. BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
LAMPIRAN I...............................................................................................................................
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pada subbab sebelumnya, maka rumusan
masalah penelitian terdiri dari :
a) Bagaimana karakteristik dan komposisi mineral pada endapan porfiri di area
penelitian?
b) Bagaimana jenis alterasi di area penelitian?
c) Bagaimana sebaran alterasi pada endapan porfiri area penelitian?
Skala 1 : 9028
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2. Alterasi Hidrotermal
Larutan hidrotermal adalah cairan bertemperatur tinggi dengan rentang suhu
sekitar 100° – 500°C. Larutan hidrotermal merupakan larutan sisa magma yang mampu
merubah dan membentuk mineral - mineral tertentu. Secara umum cairan sisa
kristalisasi magma tersebut bersifat silika yang kaya alumina, alkali dan alkali tanah,
terdapat air dan unsur-unsur volatil (Bateman, 1981). Larutan hidrotermal terbentuk
pada fase akhir dari siklus pembekuan magma dan umumnya terakumulasi pada litologi
dengan permeabilitas tinggi atau pada zona lemah. Interaksi antara fluida hidrotermal
dengan batuan yang dilaluinya (wall rock) akan menyebabkan terubahnya mineral
primer menjadi mineral sekunder (alteration minerals). Proses terubahnya mineral
primer menjadi mineral sekunder akibat interaksi batuan dengan larutan hidrotermal
disebut dengan proses alterasi hidrotermal.
Pada suatu sistem hidrotermal yang berkaitan dengan intrusi batuan beku (porfiri,
epitermal sulfidasi rendah, dan epitermal sulfidasi tinggi), dapat dijumpai beberapa
5
asosiasi mineral yang kemudian mencirikan zona alterasi tertentu. Zona alterasi ini
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu dan pH dari lingkungan alterasinya
(gambar 4). Zona alterasi yang dapat dijumpai adalah zona alterasi Potassik, Filik/
Serisitik, Argillik, Argillik lanjut, Silisik, Propilitik, hingga Skarn (Thompson dan
Thompson, 1996; Corbett dan Leach, 1998).
Alterasi Potassik
Alterasi ini juga dikenalkan istilah alterasi biotit-ortoklas, ciri dari jenis alterasi ini
ialah dengan ditemukannya kandungan k-silikat. Terdapat pembentukan K-feldspar
bersama atau tanpa kandungan biotit dan serisit. Pada alterasi ini ditemukan adanya
penambahan kandungan potasium seperti yang terdapat pada K-feldspar. Zona alterasi
Potassik biasa dijumpai pada pusat suatu endapan porfiri yang memiliki host dari intrusi
bersifat mafik atau batuan vulkanik. Zona alterasi ini tersusun atas mineral biotit, K-
feldspar, magnetit, kuarsa sekunder, anhidrit, aktinolit, rutil, apatit, serisit, klorit, dan
epidot (Thompson dan Thompson, 1996; Corbett dan Leach, 1998).
Alterasi Propilitik
Jenis alterasi ini merpuakan alterasi yang terjadi dengan menghasilkan kehadiran
mineral klorit disertai dengan kehadiran mineral epidot illit/serisit, kalsit, albit dan
anhidrit yang menggantikan komposisi mineral plagioklas serta hornblende-biotit
(klorit, montmorilonit dan epidot) pada batuan. Terkadangg dijumpai kehadiran K-
feldspar seperti albit. Alterasi ini terbentuk pada temperature 200ºC-300ºC, pada PH
mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah dengan
permeabilitas rendah. Terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir,
yakni klorit-kalsit- kaolinit, klorit-kalsit-talk, klorit-epidot-kalsit, klorit-epidot.
Zona alterasi filik/serisitik merupakan zona alterasi yang mengelilingi inti dari
endapan porfiri. Zona ini dapat memiliki tampalan dengan zona potassik sebelumnya.
Zona ini dicirikan oleh mineral serisit (muskovit-illit), kuarsa, pirit, khlorit, hematit, dan
anhidrit. Dijumpai kehadiran mineral aksesori minor seperti pirit, klorit, rutil yang
terbentuk dari titanium biotit, serta sphene dan mineral aksesori lainnya. Tipe alterasi
tersebut dapat dijumpai dengan batuan asal seperti batuan mafik pada system porfiri.
Tebentuk pada suhu sedang-tinggi yakni 230ºC-400ºC, fluida asam hingga netral
6
dengan salinitas beragam, pada zona permeable dan pada batas dengan urat (Thompson
dan Thompson, 1996; Corbett dan Leach, 1998).
Alterasi Argilik
Pada alterasi tipe argilik, terdapat dua kemungknan himpunan mineral yakni
muskovit-kaolinit-montmorilonit dan muskovit-klorit-montmorilonit. Himpunan
mineral pada tipe ini terbentuk pada suhu relatif rendah-sedang, yakni 100ºC-300ºC
(Pirajno, 1992; dalam Corbett dan Leach, 1996), dengan kondisi fluida asam-netral.
Zona alterasi Argillik merupakan zona alterasi yang dijumpai merusak tekstur asli dari
batuan asal dan menghasilkan mineral lempung dalam persentase besar.
Zona alterasi Argillik Lanjut merupakan zona alterasi yang dihasilkan dari aktivitas
fluida hidrotermal yang bersifat asam kaya akan kandungan H+ pada shu tinggi berkisar
300ºC dan menghasilkan mineral lempung dalam persentase besar. Zona ini dicirikan
oleh mineral pirofilit, kuarsa, serisit, andalusit, diaspor, alunit, pirit, dan hematit
(Thompson dan Thompson, 1996; Corbett dan Leach, 1998).
7
Tabel 2. 1Mineral Alterasi pada Endapan Porfiri
(Seedorff, 2005)
8
2.5. Analisis pada Penelitian
Tabel 2. 2 Analisis pada Penelitian
No Analisis Kegunaan
1. Petrologi Deskripsi batuan dan mineral secara
makroskopis
2. Petrografi Deskripsi batuan dan mineral secara
mikroskopis
9
Tabel 2. 3 Klasifikasi Batuan Beku
10
Gambar 2. 3 Klasifikasi Batuan Beku Butir Halus
11
Tabel 2. 4 Penamaan Batu Sedimen Berdasarkan Ukuran Butir
12
Gambar 2. 5 Klasifikasi Batugamping
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
14
3.1. Tahap Awal
Tahap awal pada penelitian yaitu studi literatur yang didalamnya berisikan
kegiatan mempelajari dan memahami literasi pada geologi area penelitian hingga objek
yang akan diteliti. Pada tahapan ini, dilakukan pula diskusi bersama ahli geologi lainnya
untuk mempermudah pengenalan objek geologi area penelitian. Selain itu, dilakukan pula
analisis terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di area sekitar daerah
penelitian dan diajukan suatu hipotesis awal perihal karakteristik alterasi pada endapan
mineral.
15
3.3.1.2. Analisis Petrografi
Analisis petrografi merupakan analisis lanjutan pada data suatu sampel batuan
yang telah disayat tipis dan diamati dengan bantuan mikroskop polarisasi. Analisis
petrografi berfungsi untuk mengidentifikasi jenis mineral gangue dan beberapa mineral
bijih yang bersifat non-opaque, tekstur mineral, tekstur mikro pada batuan, dan ciri fisik
batuan lainnya melalui bantuan mikroskop (Mackenzie dkk., 2017). Analisis petrografi
pun dapat membantu dalam validasi deksripsi makroskopis pada sampel batuan di
lapangan. Pada penelitian ini, hasil analisis petrografi diharapkan mampu membantu
dalam menentukan jenis batu dan komposisi mineral dalam batuan secara mikroskopis
dan kualitatif.
Pada rancangan penelitian ini, proses pengolahan data bertujuan untuk membuat
visualisasi terhadap hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil akhir dari
tahapan ini diharapkan mampu memperoleh model konseptual sederhana 2 dimensi.
16
3.5. Rencana Jadwal Penelitian
Penelitian direncanakan berlangsung dalam durasi satu bulan pada rentang 01
April hingga 30 April 2022. Dengan rancangan waktu kegiatan kerja praktik yang
diilustrasikan pada tabel 3.1.
17
BAB IV
PROFIL PESERTA
2. Nama : Belyana
NPM : 1806198534
No. HP : 085351123998
Alamat Email : belyana@ui.ac.id
18
4.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Waktu
Waktu pelaksanaan kegiatan kerja praktek yang kami ajukan adalah 1 April 2022
hingga 30 April 2022. Adapun susunan kegiatan yang kami cantumkan adalah sebagai
berikut:
Tempat
Berikut adalah tempat pelaksanaan kerja praktek:
19
2. BAB V
PENUTUP
Besar ketertarikan kami untuk melakukan kerja praktik di Pusat Sumber Daya
Mineral Batubara dan Panas Bumi sebagai instansi yang dapat memberikan
pengalaman dan wawasan baru mengenai dunia kerja yang sesungguhnya, dimana
dunia kerja nyata dibutuhkan adanya suatu keahlian dan pengalaman yang
diseimbangkan dengan pengetahuan teori yang selama ini telah kami dapat melalui
bimbingan, arahan dan evaluasi yang diberikan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Bateman, A.M. dan Jensen, M.L., 1981, Economic Mineral Deposits, John Wiley
& Sons, Inc., New York.
Corbett, G.J. dan Leach, T.M., 1996, Southwest Pacific Rim Gold/Copper System: Structure,
Alteration and Mineralization. A workshop presented for the Society Exploration
Geochemist, Townsville, 185 h.
Corbett G.J. dan Leach, T.M., 1998, Southwest Pacific Rim Gold-copper Systems: Structure,
Alteration and Mineralisation. Society of Economic Geologists, USA, Special Publication.
Embry, A.F. and Klovan, J.E. (1971). A late devonian reef tract on northeasterm banks island.
Canadian Petroleum Geology, 19, 730-781.
Fisher, R.,V. (1966). Rocks composed of volcanic fragments and their classification. Earth
Science Review, 1, 287 – 298.
Guilbert, J. M., Park, C. F., 1986, The Geology of Ore Deposits, W.H.Freeman and Company,
New York.
Mackenzie, S.B., Adams, A.E., dan Brodie, K.H. (2017). Atlas of rock forming minerals in thin
section. New York : CRC Press
Pettijohn, F. J. (1975). Sedimentary rocks. New York : Harper and Row Limited.
Pirajno, F. 1992. Hydrothermal Mineral Deposits: Principles and Fundamental Concepts for the
Exploration Geologist. Afrika Selatan: Springer-Verlag.
Raymond, L.,A. (2002). Petrology : the study of igneous, sedimentary and metamorphic rocks.
New York : McGraw Hill.
Ridley, John. (2013). Ore deposit geology. Cambridge : Cambridge University Press.
Streckeisen, A., L.(1976). Classification of the common igneous rocks by means of their
chemical composition: a provisional attempt. Neues Jahrbuch for Mineralogie, 1, 1-15.
Thompson, Laurence C. and Thompson, M. Terry. 1996. Thompson River Salish Dictionary.
Missoula, Montana: UMOPL - Linguistics Laboratory.
Travis, R., B. (1955). Classification of rock. Colorado School of Mines
Wentworth, K. (1922). A scale of grade and class terms for clastic sediments. Journal of
Geology, 30, 377-392.
Universitas Indonesia
LAMPIRAN I
22
23
Universitas Indonesia