UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN GEOSAINS PRODI GEOLOGI
Disusun oleh :
Belyana
1806198534
Mineral Optik dan Petrografi B
Jumat 15.00 -16.40
Asisten Praktikum :
Desy Rinikasari
Riftika Ayu Retno Sari
DEPOK
2020
A PENJELASAN MENGENAI SIFAT-SIFAT OPTIK DARI MINERAL TERTENTU
1. Sifat –Sifat Optik Mineral Biotite
Biotite memiliki rumus kimia K(Mg,Fe)3AlSi3O10(OH,O,F)2 dengan sistem
kristal yang berupa monoclinic baik positif maupun negatif (Mackenzie & Guilford,
1980).
Sifat optik Biotite berdasarkan pengamatan pada Plane Polarize Light (PPL):
Sifat optik Biotite berdasarkan pengamatan pada Cross Polarize Light (XPL):
a. Kuarsa
Kuarsa memiliki rumus kimia (Mg,Fe)2Si2O6 dengan sisitem kristal yang
berupa orthorombik baik positif maupun negative (Mackenzie & Guilford, 1980).
Sifat optik Kuarsa berdasarkan pengamatan pada Plane Polarize Light (PPL):
Pada pengamatan PPL, Kuarsa memiliki crystal habit berupa short prismatic
atau butiran dengan bentuk anhedral hingga euhedral. Kuarsa memiliki warna
colorless atau pucat dengan relief sedang hingga tinggi. Selain crystal habit, bentuk,
warna, dan relief hal yang dapat memperjelas bahwa mineral merupakan Kuarsa
adalah cleavage dan fracture. Sifat cleavage pada Kuarsa adalah sempurna dua arah,
paralel terhadap muka sayatan yang membentuk sudut 88 hingga 90 derajat. Sifat
fracture pada Kuarsa tidak teratur. Untuk sifat transparansi, Kuarsa memiliki sifat
transparan yang terbukti melalui warnanya yang colorless. Selain itu, pada Kuarsa
ditemukan pleokroisme dengan warna kehijauan atau merah muda.
Sifat optik Kuarsa berdasarkan pengamatan pada Cross Polarize Light (XPL):
Saat diamati melalui pengamatan XPL, dapat terlihat bahwa Kuarsa memiliki
warna interferensi berkisar di 1st order diagram Michel-Levy dengan ukuran
birefrigence 0.007 – 0.020. Retardation pada Kuarsa bersifat tinggi. Kemudian
Kuarsa jarang memiliki twinning. Lalu Kuarsa memiliki sudut pemadaman paralel
dengan angle 0 – 5 derajat pada sumbu C dengan belahannya simetris ketika tegak
lurus dengam sumbu c biasanya pada basal section.
Jika diamati melalui Bertrand Lens, Kuarsa memiliki sifat optic sign biaxial
(+) maupun (-) dengan dispersi r > v. 2V pada Kuarsa memiliki nilai 50-132 derajat.
Tambahan:
Kuarsa merupakan larutan padat diantara enstantite dan ferrosilite. Perlu
diketahui bahwa pada Kuarsa tidak selalu memiliki pleocroisme untuk membedakan
dengan mineral lainnya (Mackenzie & Guilford, 1980). 2v pada mineral yang
memiliki warna cahaya merah lebih besar daripada mineral yang memiliki cahaya
violet (Nesse, 2000).
Kuarsa dapat dibedakan dengan clinopyroxene dengan melihat birefringence-
nya. Pada umumnya birefringence dari Kuarsa rendah dan memiliki pleocroism merah
muda hingga hijau pupus (Nesse, 1991). Kuarsa yang kaya Mg biasanya banyak
ditemukan pada batuan beku basa intrusif seperti gabbro, grup peridotite dan norite.
Sedangkan pyroxene yang kaya Fe banyak ditemukan pada batuan beku yang banyak
mengandung silika seperti diorite, granite dan syenite. Kuarsa juga dapat berasosiasi
dengan mineral clinopyroxene, plagioclase dan Biotite pada batuan beku mafik dan
ultramafic (Hall, 2013). Selain itu, Kuarsa banyak ditemukan juga pada batuan
metamorf tingkat tinggi.
b. Clinopyroxene
Calcic clinopyroxene atau juga disebut augite memiliki rumus kimia berupa
(Ca,Na)(Mg,Fe,Al)(Si,AL)2O6. Mineral ini memiliki sistem kristal monoklin yang
berjenis negative (Mackenzie & Guilford, 1980).
Sifat optik clinopyroxene berdasarkan pengamatan pada Plane Polarize Light (PPL):
Sifat optik plagioklas berdasarkan pengamatan pada Plane Polarize Light (PPL):
Pada pengamatan PPL, plagioklas memiliki crystal habit dan bentuk anhedral
hingga euhedral pada grains. Plagioklas memiliki warna colorless dengan relief
tinggi. Selain crystal habit, bentuk, warna, dan relief hal yang dapat memperjelas
bahwa mineral merupakan plagioklas adalah cleavage dan fracture. Sifat cleavage
pada plagioklas merupakan satu arah dengan sifat perfect pada (001), good cleavage
(010), dan belahan sangat buruk (110) dapat ditemukan perpotongan antar belahan
dengan sudut 93-94 derajat. Sifat fracture pada plagioklas konkoidal hingga tidak
teratur. Untuk sifat transparansi, plagioklas memiliki sifat transparan yang terbukti
melalui warnanya yang colorless. Selain itu, pada plagioklas tidak ditemukan
pleokroisme.
1. Mineral Anisotropik
Pengamatan pada Plane Polarized Light (PPL):
Jika dilihat menggunakan PPL, mineral ini tidak memiliki warna (colorless).
Berdasarkan properti fisikanya mineral ini memiliki bentuk euhedral. Pada mineral
tidak ditemukan atau terlihat cleavage maupun fracture. Terdapan belahan yang
memiliki 2 arah dengan sudut yang dibentuk dari persilangannya yaitu sekitar 88
derajat hingga 90 derajat (Nesse, 1991). Belahannya cukup baik dengan bentuk yang
parallel terhadap muka sayatan {110} (MacKenzie & Guilford, 1980). Sedangkan
untuk pecahan juga dapat diamati dengan sangat jelas dengan bentuknya yang tidak
teratur.
Transparansi cahaya dari mineral ini tergolong transparan karena mineral ini
dapat mentransmisikan cahaya dan memancarkan cahaya ke arah dimana dapat dilihat
oleh mata kita (Klein, 2013). Selain itu, ketembusan cahaya yang transparan biasanya
menimbulkan kesan warna pada mineral menjadi colourless (tidak berwarna). Tidak
terjadi alterasi pada mineral ini. Reliefnya tergolong tinggi karena batas mineralnya
sangat jelas dimana hal ini dapat menunjukkan bahwa perbedaan indeks bias hampir
mendekati nol. Tidak ditemukan adanya pleokroisme pada mineral ini karena ketika
mineral pada sayatan tipis ini diputar 360 derajat tidak menunjukkan adanya
perubahan warna.
Berdasarkan deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa nama dari mineral ini
adalah clinopyroxene dengan rumus kimia (Ca,Na)(Mg,Fe,Al)(Si,AL)2O6. Mineral ini
memiliki sistem kristal monoklin yang berjenis negative (Mackenzie & Guilford,
1980).
Penampakan pada sayatan tipis yang biasanya langsung dapat dilihat dari
Kuarsa adalah reliefnya yang tinggi dan belahan yang jelas membentuk sudut 90
derajat (Nesse, 1986). Dalam membedakan mineral clinopyroxene dengan Kuarsa
pada sayatan tipis dapat dilihat dari sudut pemadamannya (extinction) yang berupa
miring (inclined) dan birefringence yang tinggi. Sedangkan untuk membedakan
dengan pigeonite dapat dilihat ketika 2v nya lebih besar. Clinopyroxene yang kaya
akan sodium biasanya lebih hijau dan 2V lebih besar. Mineral ini umumnya
ditemukan pada batuan beku mafik seperti gabbro, basalt, auganites, norite,
anorthosite, peridotite, dan pyroxenite. Dapat juga terdapat pada diorite atau
granodiorite. Pada batuan metamorf, augite ditemukan pada amphibolite, gneiss
hornblende, dan granulith (Bonewitz, 2013).
Pada nichol sejajar mineral ini memiliki warna hitam. Begitu pun ketika
dilihat menggunakan Nichol bersilang warnanya tetap hitam. Berdasarkan properti
fisikanya mineral ini memiliki habit berupa subhedral karena sebagian dari batas
kristalnya bukan merupakan bentuk aslinya dan bersinggungan dengan mineral
lainnya (Klein, 2013). Sedangkan untuk bentuknya berupa rounded karena mendekati
bentuk membundar.
Transparansi cahaya dari mineral ini tergolong opaque karena mineral ini
dapat menahan cahaya tampak sehingga tidak dapat dilihat (Klein, 2013). Hal ini
berkaitan dengan definisinya sebagai mineral isotropic atau mineral yang tidak dapat
mentranmisikan cahaya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mineral tersebut hanya
akan terlihat gelap (hitam) dari semua orientasi.
Tidak terjadi alterasi pada mineral ini. Reliefnya tidak dapat diamati dengan
baik. Tidak ditemukan adanya pleokroisme pada mineral ini karena ketika mineral
pada sayatan tipis ini diputar 360 derajat tidak menunjukkan adanya perubahan warna
dan tetap pada warna hitam. Mineral ini muncul dalam bentuk disseminated atau
tersebar di bidang pandang sayatan tipis yang diamati. Contoh mineral yang bersifat
opaque yang umum ditemukan yaitu mineral logam dan mineral lain seperti sulfide
pirit, magnetit, grafit, galena, kalkopirit, dll (Bonewitz, 2013). Hal ini dapat
disebabkan karena mineral ini mengandung Fe yang banyak.
C REFERENSI
Bonewitz, R.L. (2013). Nature Guide Rocks and Minerals. DK Publishing: New
York.
Klein, C. & Philpotts, A. (2013). Earth Material Introduction to Mineralogy and
Petrology. Cambridge University Press: New York.
http://www.science.smith.edu/geosciences/petrology/petrography/Biotite/Biotite.html
Acessed on 28 February 2020, 07.16 AM
http://www.science.smith.edu/geosciences/petrology/petrography/Kuarsa/Biotite.html
Acessed on 28 February 2020, 09.20 AM
http://www.science.smith.edu/geosciences/petrology/petrography/clinopyroxene/Bioti
te.html Acessed on 28 February 2020, 08.50 AM
http://www.science.smith.edu/geosciences/petrology/petrography/plagioclase/Biotite.
html Acessed on 28 February 2020, 11.32 AM
https://www.alexstrekeisen.it/ Accessed on 28 February 2020, 06.49 AM
Mackenzie, W.S & Guilford, C. (1980). Atlas of the Rock-Forming Minerals in Thin
Section. Loutledge: London.
Nesse, W.D. (1986). Introduction to Optical Mineralogy. Oxford University Press:
New York.
Nesse, W.D. (2000). Introduction to Optical Mineralogy. Oxford University Press:
New York.
Nesse, W.D. (2012).”Plagioclase” Introduction to Optical Mineralogy. Oxford
University Press: New York. P. 245-250
D LAMPIRAN