TGL
C
ACARA
: SELASA/8 APRIL
: PENGENALAN MINERAL
NIM
No urut
No. Peraga
Pembesaran objektif
Pembesaran okuler
Pembesaran total
Bilangan skala
Kedudukan
Warna absorbsi
Pleokrisme
Intensitas
Bentuk
Indeks bias
Belahan
Relief
Pecahan
Inklusi
Bentuk
Ukuran
Ukuran mineral
WI maksimum
Bias rangkap (Orde)
Sudut gelapan
Jenis gelapan
Kembaran
Sistem kristal
T.R.O
Komposisi kimia
Nama mineral
: 01
::5x
: 10 x
: 50 x
: 1/50 = 0,02
: 65, 10
: Coklat
: Dwikroid
: Tinggi
: Euhedral-Subhedral
: nmin> ncb
:: Tinggi
: Uneven
:::: 1 mm
: Coklat kemerahan
: Orde II
: 42
: Gelapan miring
:: Triklin
: Length-Fast (Adisi)
:
:Hyperstein
Pengamatan Konoskop
Sumbu optik
Tanda optik
Isogir
Gelang warna
Sudut 2V
Nama mineral
: Biaxial
: (-) Negatif
:::: Hyperstein
: D611 12 106
NIKOL
SEJAJAR
NIKOL
SILANG
No urut
No. Peraga
Pembesaran objektif
Pembesaran okuler
Pembesaran total
Bilangan skala
Kedudukan
Warna absorbsi
Pleokrisme
Intensitas
Bentuk
Indeks bias
Belahan
Relief
Pecahan
Inklusi
Bentuk
Ukuran
Ukuran mineral
WI maksimum
Bias rangkap (Orde)
Sudut gelapan
Jenis gelapan
Kembaran
Sistem kristal
T.R.O
Komposisi kimia
Nama mineral
Keteranga
Pengamatan Konoskop
Sumbu optik
Tanda optik
Isogir
Gelang warna
Sudut 2V
Nama mineral
: 02
::5x
: 10 x
: 50 x
: 1/50 = 0,02
: 59, 10
: Putih Kekuningan
: Trikroik
: Tinggi
: Euhedral-Subhedral
: nmin> ncb
:: Tinggi
: Uneven
:::: 1,6 mm
: Biru agak kehijauan
: Orde II (kuat)
: 19
: Gelapan miring
:: Ortorombik
: Length-slow (subtraksi)
::Olivin
:
: Biaxial
: (-) Negatif
:::: Olivin
NIKOL
SEJAJAR
NIKOL
SILANG
BAB I
PENDAHULUAN
membedakannya dengan mineral lain, sehingga penting untuk diketahui sifatsifat khasnya tersebut untuk dapat mengtehui nama mineral tersebut.
Pengamatan mineral biasanya di bedakan menjadi ortoskop nikol silang
dan ortoskop nikol sejajar dan pengamatan konoskop. Dalam praktikum kali ini
akan dibahas pengamatan nikol sejajar, nikol silang, serta konoskop dalam
menentukan jenis dan nama mineral.
1.2 Maksud danTujuan
1.2.1 Maksud
Maksud diadakannya praktikum ini yaitu untuk melakukan
pengamatan mineral dengan nikol silang, nikol sejajar dan konoskop untuk
mengetahui sifat-sifat optik dari mineral yang dapat diamati dan kemudian dapat
mengenali atau menentukan jenis atau nama mineralnya.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Dapat menentukan sifat optik mineral dari pengamatan nikol sejajar, nikol
silang dan konoskop
2. Dapat menentukan jenis dan nama mineral dari sifat-sifat optik yang
diamati
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam paktikum kali ini yaitu :
- Pensil warna
Lap kasar
Lap halus
Mistar
- Mikroskop polarisasi
1.4 ProsedurKerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum kali ini yaitu :
1.
Mempersiapkan alat dan bahan seperti mikroskop, alat tulis menulis, lap
kasar/lap halus sebagai alas dari mikroskop, penuntun praktikum, lembar kerja
2.
telah diajarkan.
3. Menentukan dan menuliskan sifat-sifat mineral yang tampak pada pengamatan
nikol sejajar, nikol silang dan konoskop serta menentukan jenis dan nama
mineral pada Lembar Kerja Praktikum (LKP).
4. Mengembalikan alat ketempatnya setelah praktikum selesai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Y = Al, Fe, Ti
a. Augite
Augite mmpunyai rumus kimia (Ca, Na)(Mg, Fe, Al)(Al, Si)2 O6.
Augite hampir tidak mempunyai warna (colorless). Augite berbentuk kristal
prismatik pendek dengan relief tinggi. Pleokroisme mineral ini tidak ada
sampai lemah dan Indeks biasnya n mineral > n balsam. Belahan augite adalah
(110) dalam dua arah pada sudut 87o dan 93o. Satu arah dalam sayatan
longitudinal, pararel. Kembaran mineral ini umum, polisintetis, kombinasi
polisintetik yang dikenal sebagai struktur herringbone. Birefringencenya sedang,
kira-kira ditengah orde kedua. Sudut pemadaman augite bervariasi dari 360-400
(C^X). Tanda rentang optik augite length fast kadang-kadang length slow
dan Sumbu optis dua (biaxial) serta tanda optisnya positif.
b. Enstatite
Enstatite tidak
prismatik.
berwarna
Inklusi-inklusi
sampai
umum
dan
menghasilkan
struktur
schiler. Reliefnyatinggi dan belahannya (110) dalam dua arah pada sudut
88o sampai 92o pararel dengan (010). Kembaran pada enstatite jarang ada. Dan
pleokroismenya lemah.Indeks
bias Enstatite n
mineral
>
optis Enstatitelength
slow dan
sumbu
sampai
kembaran.Sudut
merah
orde
pertama. Hypersthene
tidak
memiliki
optis mineral
ini length
d. Pigeonite
Pigeonite tidak berwarna atau netral. Bentuknya kristal anhedral. Relief
tinggi. Pleokroismenya lemah. Indeks
balsam.Belahannya dalam
dua
arah
bias mineral n
(110)
pada
mineral
sudut
>
87 o dan
satu
mineral yang
paling
umum
Hanya beberapa
meskipun butiran
mikroskopik ditemukan
di
ini,
seluruh
dunia. Olivine juga ditemukan di meteorit, dan biji-bijian besar telah dilaporkan
di banyak
dari
mereka.
sebagai kelompok
kandungan yang
lebih
selalu lebih
besar
condong
ke
padat, dan
suatu
tempat
Olivin adalah nama untuk warna biasanya zaitun hijau (dianggap akibat
dari jejak nikel), meskipun mungkin untuk mengubah warna kemerahan dari
oksidasi besi.
Olivin tembus kadang-kadang digunakan sebagai batu permata yang disebut
peridot (Peridot, kata Perancis untuk olivin). Hal ini juga disebut cempaka (atau
chrysolithe, dari kata Yunani untuk emas dan batu). Beberapa olivin permata
kualitas terbaik telah diperoleh dari tubuh batuan mantel di pulau Zabargad di
Laut Merah.
Olivin / peridot terjadi pada batuan beku mafik dan ultramafik baik dan
sebagai mineral utama dalam batuan metamorf tertentu. Mg kaya olivin
mengkristal dari magma yang kaya akan magnesium dan rendah silika. Magma
yang mengkristal untuk batuan mafik seperti gabro dan basalt. Batuan ultrabasa
seperti peridotit dan dunit dapat menjadi residu yang tersisa setelah ekstraksi
magma, dan biasanya mereka lebih diperkaya dengan olivin setelah ekstraksi
parsial mencair. Varian tekanan olivin dan tinggi struktural merupakan lebih dari
50% dari mantel atas bumi, dan olivin adalah salah satu mineral bumi yang
paling umum volume. Para metamorfosis tidak murni dolomit atau batuan
sedimen lainnya dengan magnesium tinggi dan konten silika rendah juga
menghasilkan Mg kaya olivin, atau forsterit.
Fe-kaya olivin relatif kurang umum, tetapi terjadi pada batuan beku dalam
jumlah kecil di granit dan riolit langka, dan olivin sangat Fe kaya bisa eksis
secara stabil dengan kuarsa dan tridimit. Sebaliknya, Mg kaya olivin tidak
terjadi secara stabil dengan mineral silika, karena akan bereaksi dengan mereka
untuk membentuk orthopyroxene ((Mg, Fe) 2Si2O6).
Mg kaya olivin stabil tekanan setara dengan kedalaman sekitar 410 km
dalam Bumi.Karena dianggap mineral yang paling melimpah di mantel bumi
pada kedalaman dangkal, sifat-sifat olivin memiliki pengaruh dominan pada
reologi dari bagian Bumi dan karenanya pada aliran yang solid yang mendorong
lempeng tektonik. Percobaan telah mendokumentasikan bahwa olivin pada
tekanan tinggi (misalnya, 12 GPa, tekanan pada kedalaman sekitar 360
kilometer) dapat berisi paling tidak sebanyak sekitar 8900 bagian per juta (berat)
air, dan bahwa isi air seperti drastis mengurangi resistensi dari olivin mengalir
padat, apalagi, karena olivin sangat berlimpah, lebih banyak air dapat dilarutkan
dalam olivin dari mantel dari yang terkandung dalam lautan bumi.
Mg kaya olivin juga telah ditemukan di meteorit, di Mars dan di bulan.
Meteorit tersebut termasuk chondrites, koleksi puing dari awal tata surya, dan
pallasites, campuran besi-nikel dan olivin. Tanda tangan spektral olivin telah
terlihat di disk debu di sekitar bintang muda. Ekor komet (yang terbentuk dari
disk debu di sekitar Matahari muda) sering memiliki tanda tangan spektral
olivin, dan adanya olivin-baru ini telah diverifikasi dalam sampel dari komet
dari pesawat ruang angkasa Stardust.
Mineral dalam kelompok olivin mengkristal dalam sistem ortorombik (grup
ruang Pbnm sementara) dengan silikat tetrahedral terisolasi, yang berarti bahwa
olivin adalah nesosilicate. Dalam pandangan alternatif, struktur atom dapat
digambarkan sebagai sebuah array, heksagonal-padat ion oksigen dengan
setengah dari situs octahedral ditempati dengan ion magnesium atau besi dan
seperdelapan dari situs tetrahedral ditempati oleh ion silikon.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Nomor urut pertama memakai pembesaran objektif 5 kali, pembesaran okuler 10
kali, pembesaran total yaitu pembesaran okuler dikalikan dengan pembesaran
objektif ( 5x10= 50 kali pembesaran), bilangan skala yaitu satu/pembesaran
total (1/50=0,02), kedudukan pada skala absis, ordinat (65,10). Pada
pengamatan nikol sejajar yang diamati ialah warna absorbsi coklat, pleokrisme
dwikroik yaitu dimana terjadi dua kali perubahan warna apabila meja objek
diputar 90, intensitas tinggi, bentuk euhedral (bidang batas antar kristal nampak
jelas)-subhedral (bidang batas antar kristal yang nampak jelas hanya sebagian),
indeks bias nmin>ncb (dengan menggunakan metode illuminsi miring, dimana
ketika benda yang bersifat opaq menutupi sebagian cahaya dari illuminator
bayangan yang didapatkan searah dengan arah bayangan yang dibentuk benda),
belahan tidak ada, relief tinggi, pecahan uneven, ukuran mineral (nilai pada
benag silang x bilangan skala = 1 mm). Warna interferensi maksimum coklat
kemerahan, bias rangkap orde 2 (kedua), sudut gelapan (selisih antara terang
maksimum dengan gelam maksimum dibagi dua = 42), jenis gelapan ialah
gelapan miring, sistem kristal triklin, T.R.O length-fast-addisi yaitu terjadi
apabila sumbu panjang (sumbu-c) mineral sejajar atau hamper sejajar sumbu
indikatrik sinar lambat (Z), komposisi kimia FeMgSiO 3, berdasarkan
pengamatan diatas nama mineral ini ialah Hyperstine. Pada pengamatan
konoskop sumbu optik biaksial, tanda optik negatif (-), gambar interferensi
isogir tidak ada, gelang warna bias ganda lemah, sudut 2V tidak ada, nama
mineral Hyperstine.
2. Nomor urut kedua memakai pembesaran objektif 5 kali, pembesaran okuler 10
kali, pembesaran total yaitu pembesaran okuler dikalikan dengan pembesaran
objektif ( 5x10= 50 kali pembesaran), bilangan skala yaitu satu/pembesaran
total (1/50=0,02), kedudukan pada skala absis, ordinat (59,10). Pada
pengamatan nikol sejajar yang diamati ialah warna absorbsi putih kekuningan,
pleokrisme trikroik yaitu dimana terjadi tiga kali perubahan warna apabila meja
objek diputar 90, intensitas tinggi, bentuk euhedral (bidang batas antar kristal
nampak jelas)-subhedral (bidang batas antar kristal yang nampak jelas hanya
sebagian), indeks bias nmin>ncb (dengan menggunakan metode illuminsi miring,
dimana ketika benda yang bersifat opaq menutupi sebagian cahaya dari
illuminator bayangan yang didapatkan searah dengan arah bayangan yang
dibentuk benda), belahan tidak ada, relief tinggi, pecahan uneven, ukuran
mineral (nilai pada benag silang x bilangan skala = 1.6 mm). Warna interferensi
maksimum biru kehijauan, bias rangkap orde 2 (kedua), sudut gelapan (selisih
antara terang maksimum dengan gelap maksimum dibagi dua sama dengan 19),
jenis gelapan ialah gelapan parallel, sistem kristal triklin, T.R.O length-slowsubstraksi yaitu terjadi apabila sumbu panjang (sumbu-c) mineral sejajar atau
hamper sejajar sumbu indikatrik sinar lambat (X), komposisi kimia (FeMg)SiO 4,
berdasarkan pengamatan diatas nama mineral ini ialah Olivin. Pada pengamatan
konoskop sumbu optik biaksial, tanda optik negatif (-), gambar interferensi
isogir tidak ada, gelang warna bias ganda lemah, sudut 2V tidak ada, nama
mineral Olivin.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
Adapun sifat optik dari mineral Hyperstine ialah warna absorbsi coklat,
pleokrisme dwikroik yaitu dimana terjadi dua kali perubahan warna apabila
meja objek diputar 90, intensitas tinggi, bentuk euhedral (bidang batas
antar kristal nampak jelas)-subhedral (bidang batas antar kristal yang
nampak jelas hanya sebagian), indeks bias nmin>ncb (dengan menggunakan
metode illuminsi miring, dimana ketika benda yang bersifat opaq menutupi
Dari hasil pengamatan mikroskop, ada dua mineral yang diamati yaitu dan
Hyperstine dan Olivin.
4.2.1
Saran
4.2.2
Untuk Asisten
Untuk Laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Ria, Ulva I., 2014. Mineral Optik, diktat praktikum. Makassar; Laboratorium
Mineral
Optik Teknik Geologi Universitas Hasanuddin Makassar 2014.
Rocks and Mineral By Simon and Schusters
Danisworo, dkk. 1999. Buku Kristalografi Mineralogi. Yogyakarta: UPN
Veteran
Yogyakarta
Graha, Doddy S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova.
Isbandi, Djoko. 1986. Mineralogi. Yogyakarta: Nur Cahaya.
Judith, Bean dkk. 1981. Diktat Kuliah Mineral Optik. Yogyakarta: Pusat
Penerbitan