Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PENGAMATAN MIKROSKOPIS

Pengamatan mineral dengan menggunakan mikroskop dilakukan dengan


cara mengamati sifat optis dari mineral hingga akhirnya dapat ditentukan nama dari
mineralnya. Ada beberapa jenis pengamatan mikroskopis, dimana dari masing-
masing pengamatan akan dapat diamati sifat optis mineral.

2.1. Pengamatan Mikroskopis Orthoskopis Paralel Nikol


Pengamatan Mikroskopis Orthoskopis Parallel Nicol merupakan pengamatan
mikroskopis pada mineral dimana analisator tidak digunakan dengan syarat bidang
getar analisator sejajar dengan polarisator. Sifat-sifat optik yang dapat diamati pada
pengamatan parallel nicol adalah :
a. Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu kristal, misalnya
bentuk belahan.
b. Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan mineral atau kristalnya,
misal : warna, pleokroism, relief dan indeks bias.

2.1.1. Warna
Warna yang diamati adalah warna yang dihasilkan oleh kekuatan sinar yang
sedang bergetar sejajar dengan arah polarisator. Kenampakan warna akan sangat
tergantung pada kemampuan mineral untuk menyerap sinar serta komposisi
mineral, yaitu mineral-mineral yang mengandung unsur transisi, seperti : Ti, Y, Cr,
Mn, Fe, Ni, Cu dan Zn. Mineral-mineral yang kenampakkan megaskopis berwarna
relatif pucat (misal Kwarsa, Feldspar group) dibawah mikroskop akan nampak tidak
berwarna/colourless. sedangkan mineral-mineral yang tampak/memberikan warna
dibawah mikroskop biasanya secara megaskopis mineral-mineral tersebut berwarna
gelap. Warna terbagi atas :
1. Warna Aliokromatik
Jika warna utamanya sudah berubah menjadi warna lain yang disebabkan
oleh pengotoran-pengotoran mineral lain.
[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

2. Warna Idiokromatik
Merupakan warna dari mineral yang terlihat dibawah mikroskop dan
sesuai dengan warna sesungguhnya.

2.1.2. Bentuk (Shape)


Pengamatan bentukmineral dilakukan dengan mengamati bidang batas/garis
batas dari mineral, dapat dibedakan atas :
a. Bentuk Euhedral, bila mineral secara keseluruhan dibatasi oleh bidang
kristal itu sendiri.
b. Bentuk Subhedral, bila mineral sebagian dibatasi oleh bidang kristalnya
sendiri.
c. Bentuk anhedral, bila mineral sama sekali tidak dibatasi oleh bidang
bidang kristalnya.
Istilah lain yang berhubungan dengan bentuk kristal dan juga sering
digunakan dalam mineral optik adalah :
a. Tabular, bentuk dari mineral yang mempunyai satu bidang dengan kedua
sisinya hampir sama panjang dengan ketebalan yang tipis.
b. Kubik atau equant, bentuk dari mineral dimana ketiga sisi dari mineral
atau kristal mempunyai panjang yang sama. Misal : Pirit (mineral sistem
isometri).
c. Lath-like, bentuk dari mineral dimana ketiga sisi dari mineral atau kristal
panjangnya berbeda, dimana salah satu dari sisinya jauh lebih panjang dari
kedua sisi yang lain. Misal Plagioklas.
d. Jarum atau acicular, kristal yang panjangnya bila dipotong tegak lurus
terhadap arah memanjang akan berbentuk persegi empat dengan kedua
sisinya jauh lebih pendek dari kristalnya itu sendiri. Misal : Silimanit,
actinolite.
e. Serat atau Fibrous, masing-masing kristal berbentuk panjang dan sangat
kecil, semua serta merupakan suatu kelompok yang biasanya agak
memusat.
f. Pipih atau platy atau micacecous, mineral terdapat sebagai tumbukan yang
berlapis-lapis.

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 2


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

Ol Ol
Ol

Ol

A B C
Gambar 2.1. Bentuk bentuk mineral : (A) Bentuk mineral yang euhedral. (B) Bentuk mineral yang
subhedral. (C) Bentuk mineral yang anhedral.

Gambar 2.2. Beberapa bentuk mineral secara tiga dimensi (A) Bentuk prismatik amfibol, (B) bentuk
prismatik piroksen (C) bentuk tabular, (D) bentuk kubik, (E) bentuk lath-like,

2.1.3. Belahan
Dalam arti sifat, belahan adalah kecenderungan dari mineral/kristal untuk
terbelah sejajar dengan salah satu atau lebih arah didalam kristal. Belahan dari
mineral tidak terlepas dari struktur dalam atau sistem kristal yang dimiliki dari
masing-masing mineral. Tidak semua mineral memiliki belahan dan belahan pada
mineral tertentu akan mempunyai sifat tertentu pula. Belahan yang dimiliki oleh
mineral ada beberapa arah, seperti :

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 3


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

a. Belahan satu arah, misal : Muskovit, Topaz, Biotit.


b. Belahan dua arah, misal : Piroksen, Hornblende, Feldspar.
c. Belahan tiga arah, misal : Kalsit, Dolomit.
d. Belahan empat arah, misal : Intan, Klorit, Spinel, Fluorit.
e. Belahan lima arah, misal : Sfalerit.
Berdasarkan kenampakan garis-garis belahannya, belahan dapat dibedakan
atas:
a. Belahan sempurna (Perfect cleavage), bila garis belahan terlihat menerus
atau berupa garis-garis lurus didalam mineral (belahan terlihat jelas)
b. Belahan Baik (good cleavage), bila garis belahan secara umum
membentuk garis lurus (sebagian ada terputus)
c. Belahan Jelek (poor cleavage),bila garis belahan dari mineral terlihat
terputus-putus atau tidak tampak jelas.

2.1.4. Indeks Bias


Indeks bias merupakan suatu angka (konstanta) yang menunjukkan
perbandingan antara sinus sudut datang dan sinus sudut pantul (hukum sinilus
dalam perjalanan cahaya atau sinar yang terbias). Indeks bias juga merupakan
fungsi dari sinar didalam medium.
Pengukuran indeks bias mineral dibawah mikroskop dapat dilakukan dengan
cara berikut:
1. Menentukan Indeks Bias secara Relatif
a. Metode Garis Becke
Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua
media yang saling bersentuhan, disebabkan oleh adanya perbedaan indeks
bias dari kedua media tersebut. Penentuan harga indeks bias relatif pada
dasarnya adalah membandingkan secara relatif antara harga indeks bias
mineral yang diamati dengan harga indeks bias Balsem Kanada.
Untuk melihat garis Becke, tutuplah sebagian dari diafragma iris
(kurangi intensitas cahaya), pada kondisi ini garis becke akan tepat berada
pada batas mineral (berimpit, warna putih keabuan). Agar pergerakan garis
becke terlihat, maka gerakanlah tubus mikroskop (dinaik turunkan). Bila

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 4


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

tubus dinaikkan atau dijauhkan dari meja objek, garis becke akan bergerak
kearah media yang indeks biasnya lebih besar. Dengan kata lain bila tubus
dinaikkan :
- Garis becke bergerak kearah dalam, maka indeks bias mineral (N)
lebih besar dari indeks bias Balsem Kanada (n) atau N > n.
- Garis becke bergerak kearah dalam, maka indeks bias mineral (N)
lebih kecil dari indeks bias Balsem Kanada (n) atau N < n.
Catatan :
✓ Cara tersebut diatas untuk mikroskop model Olimpus (skrup
pengatur fokus diputar kearah atas)
✓ Untuk mikroskop model Zeiss, maka meja objek dijauhkan dari
lensa objektif (skrup pengatur fokus) diputar kearah bawah.

(a) Garis becke bergerak (b) Garis Becke bergerak


kedalam (N > n) keluar (N < n)

Gambar 2.3. Penentuan Indeks bias dengan metode garis becke


b. Metode Oblique illumination
Pada metode ini dilakukan dengan cara menutup sebagian jalan sinar
yang masuk (cermin) dengan kartu. Batasan :
- Bila bayangan gelap (dark shadow) terjadi pada pihak yang sama
dengan penutupan sinar (jalan sinar yang ditutup), maka indeks bias
sinar (jalan sinar yang ditutup), maka indeks bias mineral < dari indeks
bias balsem kanada (N < n)

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 5


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

N>n
N<n

Kartu

Gambar 2.4. Penentuan Indeks Bias dengan metode Oblique Illumination

2. Penentuan Indeks Bias secara Absolute


Penentuan indeks bias cara ini dengan menggunakan immersion oil
(minyak imersi), dimana harga indeks biasnya sudah tertentu. Metode yang
digunakan adalah metode garis becke. Adapun cara melakukannya adalah :
a. Mineral yang akan ditentukan indeks biasnya diletakkan diatas gelas
preparat (tidak ditutup cover glass).
b. Tetesi dengan minyak imersi yang diketahui harga indeks biasnya
(misal ...n1).
c. Dengan metode garis becke tentukan harga indeks biasnya apakah N >
n atau N < n.
d. Bila hasil (3) N > n, maka minyak imersi diganti dengan minyak imersi
yang harga indeks bias n2 lebih besar dari n1 (n2 > n1) atau sebaliknya.
e. Lihat lagi dengan metode garis becke.
f. Demikian selanjutnya sampai garis becke tidak bergerak yang berarti
harga N = n dengan demikian harga indeks bias mineral (N) diketahui
harganya.

2.1.5. Relief
Relief adalah kenampakan yang timbul karena adanya perbedaan harga
indeks bias mineral dengan media sekitarnya. Pengamatan relief pada dasarnya
pengamatan terhadap kenampakan bidang atau garis batas dari mineral, apakah
terlihat jelas atau tidak jelas kenampakan bidang atau garis batas mineral.
Kenampakan dari relief sangat tergantung pada besarnya perbedaan harga indeks

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 6


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

bias dari mineral yang saling bersinggungan. Berdasarkan hal tersebut pengamatan
relief dibedakan atas :
✓ Relief rendah, bila bidang atau garis batas antara mineral yang
bersinggungan mempunyai harga indeks bias yang relatif sama atau garis
batas mineral relatif tidak terlihat.
✓ Relief sedang, bila harga indeks bias dari mineral yang saling
bersinggungan berbeda (tidak terlalu jauh harga perbedaannya) atau
bidang atau garis batas mineral sangat terlihat jelas.
✓ Relief kuat, bila perbedaan harga dari indeks bias dari mineral yang
bersiggungan sangat besar, maka bidang atau garis batas mineral sangat
terlihat jelas.
Untuk melihat kenampakan relief dari mineral, bukalah diafragma iris
selebar-lebarnya (intensitas cahaya dibuat maksimum) sehingga akan terlihat
kenampakkan relief yang lemah, sedang maupun kuat.

2.1.6. Pleokroik
Pleokroik merupakan gejala perubahan warna saat meja objek diputar,
disebabkan oleh adanya perbedaan daya serap atau absorbsi dari sumbu-sumbu
kristal. Kenampakan pleokroik juga tergantung pada posisi penyayatan mineral
terhadap sumbu C kristal. Berdasarkan hal tersebut pleokroik dibedakan atas :
✓ Nokroik, bila meja diputar tidak terjadi perubahan warna.
✓ Dikroik, terjadi dua kali perubahan warna saat meja diputar 0-90.
bisa dimiliki oleh mineral yang mempunyai sistem kristal tetragonal,
trigonal dan heksagonal.
✓ Trikoik, terjadi perubahan warna tiga kali saat meja diputar sejauh
0-90. biasa dimiliki oleh mineral yang bersistem kristal ortorombik,
monoklin dan triklin.
Berdasarkan sifat atau kecepatan perubahan warnanya, plekroik dibedakan
atas plekroik lemah, sedang dan kuat.

2.1.7. Perting

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 7


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

Perting merupakan kecenderungan dari beberapa zat yang bersifat kristalin


untuk terbelah sejajar dengan bidang-bidang yang rata (tidak selalu sejajar dengan
bidang-bidang kristal atau permukaan kristal). Perting bersifat tidak tetap dan
sering dikontrol oleh kembaran atau kungkungan yang terorientasi secara teratur
sehingga menghasilkan bidang-bidang yang mudah terbelah.

2.1.8. Pecahan (Fracture)


Pecahan adalah kecenderungan dari mineral untuk pecah dengan cara
tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom. Contoh pecahan gelass yang
biasanya berbentuk Subconcoidal. Pecahan ada yang bersifat memotong dan
biasanya pecahan tegak lurus terhadap sumbu C. Contoh : olivin, ortopiroksen dan
nefelin yang dominan memperlihatkan pecahan dibandingkan dengan belahannya
sendiri, dimana biasanya pecahannya tidak menerus.

2.2. Pengamatan Mikroskopis Orthoscopic Cross Nicol

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 8


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

Sifat optis yang diamati pada pengamatan ini adalah sifat optis yang dihasilkan
dari perjalanan sinar atau cahaya yang masuk dari cermin, kemudian melalui
polarisator kemudian masuk melalui peraga dan akhirnya melalui analisator. Sifat
optis yang umum yang dapat diamati adalah : Bias rangkap, tanda rentang atau
orientasi dan pemadaman. Dan dalam pengamatan cross nicol analisator digunakan
(kondensor dan lensa betrand amici tidak dipergunakan).

2.2.1. Bias Rangkap


Bias rangkap adalah harga angka yang menunjukkan perbedaan antara indeks
ordiner dan ekstra ordiner yang maksimum. Atau harga beda lintasan yang terjadi
oleh adanya dua sinar yang bergerak kearah yang berbeda dengan kecepatan yang
berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan bias rangkap dapat
dilakukan dengan bantuan tabel Michel-levy, yaitu tabel warna interferensi. Cara
menentukan Bias rangkap :
✓ Meletakkan mineral pada posisi terang maksimum.
✓ Menentukan warnanya atau W.I. orde harga bias rangkap.
Cara membaca tabel W.I. :
✓ W.I. (warna bias rangkap) ditunjukkan oleh perpotongan antara garis
vertikal ketebalan sayatan (0,035mm) dengan garis horizontal warna
interferensi (disebut perpotongan titik X) dan lihat warnanya, maka itulah
warna bias rangkap mineral yang diamati.
✓ Orde dari bias rangkap diperoleh dengan mengikuti garis horizontal dari
perpotongan titik X kearah kiri sampai tepi tabel dan melihat masuk keorde
berapa warna bias rangkap titik X tertentu.
✓ Harga bias rangkap diperoleh dengan melihat perpotongan antara garis
miring yang melalui titik X. Garis miring yang melalui titik X tersebut
diikuti sampai memotong garis tepi tabel sebelah kanan, lalu baca bias
rangkap.
Berdasarkan ordenya bias rangkap dibedakan atas :
✓ Bias rangkap lemah, bila berada pada orde I bawah
✓ Bias rangkap sedang, bila berada pada orde I atas – orde II
✓ Bias rangkap kuat, bila berada pada orde III bawah – atas

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 9


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

✓ Bias rangkap ekstrim, bila berada pada orde IV

Gambar 2.5. Tabel Michel-levy Chart

Kolom Garis Ketebalan sayatan Kolom Harga


Orde Bias Rangkap
RIZKI MULYADI/13307041
0,035 mm | BAB II 10

Garis
[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

Gambar 2.6. Sketsa Tabel warna Interferensi dan cara membacanya dari gambar diperoleh bias
rangkap : W.I. = abu-abu ; Orde = II dan harga bias rangkapnya = P

2.2.2. Orientasi atau Tanda Rentang


Orientasi optik dari suatu mineral, secara umum menunjukkan hubungan
antara arah memanjangnya kristal terhadap arah getaran sinar cepat ataupun arah
getaran sinar lambat. Dengan ketentuan :

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 11


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

✓ Bila arah getaran sinar cepat terletak searah atau menyudut lancip terhadap
arah memanjangnya mineral, maka mineral memiliki orientasi atau tanda
rentang negatif (-) atau elongasi negatif atau elongasi cepat Length fast
orientation.
✓ Bila arah getaran sinar lambat terletak searah atau menyudut lancip
terhadap arah memanjangnya mneral, maka mineral memiliki orientasi
atau tanda rentang positif (+) atau elongasi positif atau elongasi lambat
Length Slow.
Dalam mengamati orientasi dibawah mikroskop digunakan keping
kompensator, baik dari keping gips maupun dari keping mika (sesuai kebutuhan),
yaitu dengan melihat perubahan warna interferensi (warna bias rangkap). Dengan
Ketentuan :
✓ Bila saat dimasukkan keping kompensator terjadi kenaikan warna
interferensi atau orde disebut gejala addisi atau orientasi atau tanda rentang
positif (+)
✓ Bila saat dimasukkan keping kompensator terjadi penurunan warna
interferensi atau orde, disebut gejala substraksi atau orientasi atau tanda
rentang negatif (-)
➢ Cara menentukan Orientasi
a. Letakkan mineral dengan sumbu c sumbu panjang sejajar (//) dengan
garis vertikal.
b. Putar meja sayatan hingga mineral pada posisi terang maksimum, catat
warna interferensi dan ordenya (seperti penentuan bias rangkap).
c. Pada posisi b, masukkan kompensator atau komperator, dengan
ketentuan :
✓ Bila bias rangkap lemah – sedang gunakan kompensator keping gips
( = 550)
✓ Bila bias rangkapnya kuat atau ekstrim gunakan keping mika ( =
147,3)
Lihat perubahan warna interferensi atau orde, tentukan orientasi apakah
positif (+) atau gejala addisi atau orientasi negatif (-) atau gejala subtraksi.

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 12


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

Sb. C Sb. C Sb. C

Sb. C Sb. C Sb. C

Gambar 2.7. Hubungan antara getaran/jalannya sinar dengan sumbu kristal pada orientasi negatif
(A) dan orientasi positif (B)

2.2.3. Pemadaman
Pemadaman atau gelapan terjadi bila sumbu indikatrik atau sumbu-sumbu
sinar (dua sumbu sinar) sejajar dan tegak lurus dengan bidang getar polarisator.
Atau dengan kata lain bahwa pemadaman terjadi bila bidang getar sumbu sinar yang
satu berada dalam bidang analisator dan sumbu sinar yang satu lagi bidang getarnya
berada dalam bidang polarisator. Hal tersebut menyebabkan tidak ada sinar yang
dibias ganda, sehingga tidak ada sedikitpun cahaya yang diteruskan kemata
sipengamat.
Berdasarkan hubungan antara sumbu-sumbu kristalografi dengan sumbu-
sumbu sinar, maka pemadaman dibagi atas tiga atau dari kenampakan dibawah

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 13


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

mikroskop, berdasarkan hubungan antara sumbu kristal terhadap benang silang,


yaitu :
✓ Pemadaman sejajar, mineral menjadi gelap bila sumbu-sumbu
kristalografi (sumbu c atau belahan kristal) sejajar dengan benang silang.
✓ Pemadaman miring, mineral menjadi gelap pada kedudukan arah
memanjang atau belahan kristal berada diantara benang silang (tidak
sejajar dengan salah satu benang silang).
✓ Pemadaman simetri, hanya dijumpai pada mineral yang mempunyai
bidang-bidang batas atau garis-garis belahan yang membentuk sufut
tertentu. Mineral menjadi padam pada saat benang silang membagi kedua
arah batas/bidang kristal menjadi dua sama besar atau benang silang
membagi kedua sudut yang dibentuk oleh belahan sama besar (simetri).

(A
)

(B (C
) )
Gambar 2.8. Jenis-jenis pemadaman, (A) Pemadaman Paralel, (B) Pemadaman Miring, (C)
Pemadaman Simetri

Cara untuk menentukan sudut pemadaman untuk pemadaman miring :


a. Posisikan mineral dengan sumbu c atau belahan mineral sejajar (//) dengan
benang vertikal (mineral terang maksimum), baca posisi ini dengan nonius
yang menunjukkan harga dimeja mikroskop misal : X

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 14


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

b. Putar meja objek sampai mineral tampak gelap maksimum, baca


kedudukan ini, misal : Y
c. Tentukan sudut pemadaman, dengan ketentuan
✓ Bila pada saat orientasi menunjukkan gejala addisi, maka sudut
pemadaman mineral atau Z = Y - X
✓ Bila saat orientasi menunjukkan gejala subtraksi, maka sudut
pemadaman mineral atau Z = 90 - (Y - X)

2.2.4. Kembaran (Twinning)


Kembaran ditunjukkan oleh adanya kenampakan terang dan gelap yang
dibatasi oleh garis atau bidang batas yang jelas dalam satu mineral. Secara genetis
kembaran dibagi atas :
1. Kembaran Tumbuh (grouth twinning), merupakan hasil dari proses
pertumbuhan dan terbentuk pada saat kristal sedang tumbuh.
a. Terbentuk dari dua kristal atau lebih yang tumbuh bersama-sama dan
saling mengikat, disebut juga kembaran penetrasi. Contoh : grafik
(tumbuh bersama-sama K-feldspar dengan kwarsa) dan mirmiketik
(tumbuh bersama antara plagioklas dan kwarsa)
b. Terbentuk karena satu bagian atau lebih dari suatu kristal mengalami
rotasi secara mekanis terhadap bagian yang berdampingan, disebut
juga kembaran singgung (contac twinning)
Contoh :
✓ Kembaran kalsbat (pada plagioklas, piroksin dan ortoklas)
✓ Kembaran Albit (pada plagioklas)
✓ Kembaran Kalsbat – Albit (pada plagioklas)
✓ Kembaran Periklin (pada plagioklas)
✓ Kembaran Cross hatch (pada mikroklin)

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 15


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

Kalsbat Albit Kalsbat-Albit

Periklin Cross hatch

Gambar 2.9. Kenampakan beberapa jenis kembaran

2. Kembaran Deformasi (deformation twinning), terbentuk oleh adanya


proses deformasi dan terjadi pada saat kristal sudah padat. Besar sudut
pemadaman dari kembaran Albit dan Kalsbat-Albit dapat digunakan untuk
menentukan jenis plagioklas.
Cara penentuan sudut pemadaman dan jenis plagioklas
a. Cara penentuan sudut pemadaman kembaran albit

Gambar 2.10. Cara menentukan pemadaman untuk kembaran albit

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 16


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

• Posisikan mineral dengan garis/bidang kembaran sejajar garis vertikal,


baca kedudukan di meja objek, misal aº
• Putar meja ke kanan sampai terjadi gelap maksimum pada sebagian
garis kembaran, baca kedudukan, misal bº, .......... maka X1 = bº - aº
• Kembalikan mineral pada posisi point ( 1 ), lalu putar kekiri sampai
terjadi terang meksimum pada bagian yang gelap meksimum saat
diputar kekanan (kenampakan gelap maksimum di kiri bergantian
dengan posisi saat di putar ke kakan atau lihat gambar), catat
kedudukan, misal cº, ........... maka X2 = cº - aº
• Besar sudut pemadaman dari kembaran albit adalah nilai rata-rata dari
X1 dan X2 atau Zº = (X1 + X2)/2. Dengan batasan selisih antara X1 dan
X2 harus lebih kecil atau sama dengan enam (6) atau (X1-X2)  6.
b. Penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman kembaran albit :
Untuk penentuan jenis plagioklas digunakan metode Michel-Levy, yaitu
dengan menggunakan kurva F.E Wright dengan cara sebagai berikut :

Gambar 2.11. Kurva F.E. Wright, untuk penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman
kembaran albit.

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 17


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

• Plotkan harga Zº pada garis/sumbu vertical, tarik garis sampai


berpotongan dengan garis kurva. Dari titik perpotongan tarik garis
vertikal ke arah bawah (cara matrik) sampai ke garis atau sumbu
horizontal, maka di dapat jenis dari plagioklas dengan kedudukan An
(baca di garis horizontal)
• Untuk harga Zº < 20º atau = 20º , terdapat dua kurva, maka batasanya:
- Bila N < n, digunakan kurva sebelah kiri dan bila N > n, digunakan
kurva kanan
- Atau bila mineral plagioklas bertanda optik positip, gunakan kurva
kiri dan bila bertanda optik negatip, gunakan kurva sebelah kanan.
c. Cara penentuan sudut pemadaman dari kembaran Kalsbat–Albit

Gambar 2.12. Cara penentuan sudut pemadaman untuk kembaran Kalsbat – Albit

• Pada kembaran Kalsbat – Albit, pada bagian yang terang (kanan) dan
bagian yang gelap (kiri) terdapat kembaran/garis-garis Albit.
• Penentuan besar sudut pemadaman sama dengan cara menentukan
besar sudut pemadaman untuk masing-masing kembaran albit (sebelah
kanan dan kiri) secara bergantian, sehingga akan diperoleh dua harga
besar sudut pemadaman, yaitu Xº dan Yº .
• Untuk Albit sebelah kanan, lakukan seperti cara penentuan besar sudut
pemadaman albit di atas, sehingga diperoleh : Yº = (Y1 + Y2)/2, dimana
: Y1 = bº - aº dan Y2 = cº - aº

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 18


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

• Untuk Albit sebelah kiri, lakukan cara penentuan besar sudut


pemadaman seperti di atas, sehingga diperoleh : Xº = (X1 + X2)/2,
dimana : X1 = dº - aº dan X2 = eº - aº
d. Penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman kembaran Kalsbat –
Albit, seperti halnya penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman
kembaran albit, penentuan jenis plagioklas dari kembaran Kalsbat – Albit
juga menggunakan metode Mechel-Levy, yaitu dengan kurva F.E
Wright, sebagai berikut :
• Plotkan harga sudut pemadaman yang bernilai kecil (dari Xº atau Yº)
ke dalam garis atau sumbu vertikal, dan harga sudut pemadaman yang
besar (dari Xº atau Yº) di plot pada kurva yang melengkung.
• Tentukan perpotongan kedua sudut pemadaman tersebut (secara
matrik), lalu tarik garis vertikal kearah bawah, sehingga di peroleh jenis
dari plagioklas dengan kedudukan An.

Gambar 2.13. Kurva F.E Wright, untuk penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman
kembaran kalsbat – albit (metode Michel Levy)

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 19


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

2.3. Pengamatan Mikroskopis Konoskopis


Pengamatan pada Mikroskopis konoskopis semua bagian pada mikroskop telah
digunakan atau dengan kata lain pengamatan cross nicol ditambah dengan
kondensor dan lensa betrand amici. Lensa objektif pada pengamatan ini diganti
dengan menggunakan pembesaran yang lebih besar, yaitu 40 X. Pada saat lensa
betrand amici diaktifkan (di “in” kan) maka dibawah mikroskop akan terlihat
gambar interferensi. Yang dimaksud dengan gambar interferensi adalah suatu
bayangan optik yang dihasilkan karena gejala bias ganda dari mineral yang bersifat
anisotrop. Pada setiap gambar interferensi terdiri dari dua unsur, yaitu :
✓ Gelang-gelang warna (isocromatic rings atau disebut isocrome), terlihat bila
menggunakan komperator keping kwarsa.
✓ Isogir-isogir (isogyres atau brushers) yang berwarna hitam atau abu-abu.
✓ Melatop, yaitu perpotongan antara isogir dan dari perpotongan tersebut akan
diperoleh empat kwadran.

Isocrome Isogir

Melatop
\

Gambar 2.14. Gambar Interferensi saat Pengamatan Konoskopis

- Dan dari gambar interferensi ini akan dapat ditentukan :


1. Tanda optik dari mineral-mineral yang bersumbu optik satu (uniaxial)
dan mineral-mineral bersumbu optik dua (biaxial)
2. Sudut 2 V dari mineral yang bersumbu optik dua (biaxial)

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 20


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

Kenampakan gambar interferensi dari mineral yang mempunyai sumbu


uniaxial dan biaxial berbeda yang sangat mempengaruhinya adalah arah penyayatan
mineral terhadap sumbu c.

2.3.1. Gambar interferensi


1. Gambar Interferensi Mineral Uniaxial
Mineral dengan sumbu optik terpusat mempunyai gambar interferensi
yang sempurna, dimana terlihat empat lengan isogir dan empat kwadran.
Sedangkan mineral yang tidak terpusat gambar interferensinya tidak terlihat
sempurna, dimana hanya terlihat dua atau satu lengan isogir dengan satu
atau dua kwadran. Pergerakan isogir dari mineral uniaxial dengan sumbu
optik tidak terpusat saat meja mikroskop diputar adalah sejajar dengan
analisator (bergerak kekanan dan kekiri) dan polarisator (bergerak keatas
dan kebawah).

Gambar 2.15. Gambar interferensi mineral uniaxial, A. Sayatan dengan sumbu optik terpusat
(sayatan ┴ sumbu C) dan B, sayatan dengan sumbu optik tidak terpusat (sayatan
miring/sembarang terhadap sumbu c)

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 21


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

2. Gambar Interferensi Mineral Biaxial


Seperti halnya mineral uniaxial, gambar interferensi mineral biaxial yang
disayat tegak lurus dengan sumbu C (sumbu optik terpusat) akan berbeda
dengan kenampakan mineral yang disayat miring/sembarang dengan sumbu
C (sumbu optik tidak terpusat).
Gambar interferensi dengan sumbu optik terpusat untuk mineral biaxial
berbeda dengan uniaxial, dimana gelang-gelang warna (isocromatic) ada
dua dibagian dalam dan semakin kearah luar menyatu dengan bentuk yang
tidak melingkar sedangkan bentuk isogirnya relatif sama.

Gambar 2.16. Gambar interferensi mineral biaxial dengan sumbu optik terpusat

Gambar interferensi dengan sumbu optik tidak terpusat (disayat miring atau
sembarang terhadap sumbu C) dibedakan atas :
1. Isogir sejajar dengan salah satu benang silang, dimana :
✓ Isogir berbentuk lurus diposisi : 0°, 90°, 180°, 270°
✓ Bidang sumbu optiknya (BSO) sejajar dengan benang silang

BSO

BSO BSO

BSO 90˚ 180 270


0˚ ˚ ˚
Gambar 2.17. Isogir sejajar dengan benang silang di 0°, 90°, 180°, 270°

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 22


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

2. Isogir Diagonal, dimana :


✓ Isogir berbentuk melengkung diposisi 45˚, 135˚, 225˚, 315˚.
✓ Bidang sumbu Optik (BSO) tegak lurus pada isogir dan memotong
isogir pada melatop.

BSO BSO

BSO BSO

45˚ 135˚ 225˚ 315˚

Gambar 2.18. Gambar Interferensi dengan isogir diagonal di 45˚, 135˚, 225˚ dan 315˚

3. Bidang Sumbu Optik (BSO = 45˚)


✓ Isogir berbentuk melengkung di kwadran 1 dan 3 dan dikwadran 2
dan 4

BSO BSO

Gambar 2.19. Gambar Interferensi biaxial dengan BSO = 45˚

Pergerakan isogir dari mineral biaxial sumbu optik tidak terpusat berbeda
dengan mineral uniaxial, dimana isogirnya bergerak berlawanan arah jarum jam
saat meja mikroskop diputar searah jarum jam dan pergerakannya terkesan bergerak
dari satu titik (pergerakan terpusat).

2.3.2. Tanda Optik


Tanda optik suatu mineral dinyatakan dalam bentuk positif (+) atau negatif (-
), dengan batasan-batasan sebagai berikut :
a. Tanda optik positif (+) bila :

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 23


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

✓ Kecepatan sinar biasa (B) atau sinar ordiner lebih besar dibanding sinar
luar biasa (L) atau sinar ekstraordiner (B > L) atau
✓ Indeks bias sinar ekstraordiner (nє) lebih besar dari indeks bias sinar
ordiner (nω) atau nє > nω
b. Tanda optik negatif (-), bila :
✓ Kecepatan sinar luar biasa (L) atau sinar ekstraordiner lebih besar
dibanding sinar biasa (B) atau ordiner (L > B) atau
✓ Indeks bias sinar ordiner (nω) lebih besar dari indeks bias sinar
ekstraordiner (nє) atau nω < nє.
1. Tanda Optik Mineral Uniaxial
Dibawah mikroskop penentuan tanda optik mineral uniaxial dilakukan
dengan melihat perubahan warna interferensi disetiap kwadran pada saat
dimasukkan kompensator, dengan batasan-batasan sebagai berikut :
✓ Tanda optik positif (+), bila terjadi perubahan warna interferensi
atau gejala addisi dikwadran 1 dan 3 dan gejala substraksi dikwadran 2
dan 4.
✓ Tanda optik negatif (-), bila terjadi penurunan warna interferensi
atau gejala substraksi dikwadran 1 dan 3 gejala addisi dikwadran 2 dan
4.
Kenampakan perubahan warna interferensi sangat tergantung pada jenis
kompensator yang digunakan, yaitu :
▪ Komperator Keping Gips, gejala addisi warna interferensinya biru dan
gejala substraksi berwarna kuning.
▪ Komperator keping Mika, gejala addisi warna interferensinya kuning dan
gejala substraksi berwarna abu-abu.
Cara menentukan tanda optik uniaxial
• Posisikan mikroskop cross nicol
• Putar meja sampai terang maksimum
• Ganti lensa objektif dengan perbesaran 40x
• Gunakan lensa betrand amici (betrand di “in” kan) lalu fokuskan dengan
skrup pemusat halus.

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 24


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

• Amati kenampakan gambar interferensi. Bila gambar interferensi terlihat


seperti gambar 2.10 (sumbu optik terpusat) akan terlihat empat lengan
isogir dengan empat kwadran. Masukkan komperator yang sesuai (jenis
sama dengan jenis komperator saat mengamati orientasi). Lihat
perubahan warna interferensinya dimasing-masing kwadran dan
tentukan tanda optiknya dengan ketentuan seperti diatas.
• Bila gambar interferensinya berupa sumbu optik tidak terpusat (gambar
2.10 B), akan terlihat satu atau dua lengan isogir. Amati kwadran berapa
yang terlihat, dengan cara memutar meja mikroskop dan amati
pergerakan isogir Seperti terlihat pada gambar (2.14):
✓ Bila saat meja diputar isogir bergerak kearah kanan (// analisator),
maka kwadran yang terlihat adalah kwadran 3 dan 2
✓ Bila saat meja diputar isogir bergerak kearah kiri (// analisator), maka
kwadran yang terlihat adalah kwadran 1 dan 4
✓ Bila saat meja diputar isogir bergerak kearah bawah (// Polarisator),
maka kwadran yang terlihat adalah kwadran 4 dan 3
✓ Bila saat meja diputar isogir bergerak kearah atas (// polarisator),
maka kwadran yang terlihat adalah kwadran 2 dan 1
Selanjutnya masukkan komperator yang sesuai lihat perubahan warna
dimasing-masing kwadran dan tentukan tanda optiknya.

Gambar 2.20 Pergerakan Isogir Mineral Uniaxial

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 25


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

Gambar 2.21. Kenampakan Tanda Optik Mineral uniaxial sumbu optik terpusat dengan
menggunakan komperator gips (A), mika (B) dan kwarsa (C)

2. Tanda Optik Mineral Biaxial


Seperti halnya mineral uniaxial, penentuan tanda optik biaxial dibawah
mikroskop dilakukan dengan cara melihat perubahan warna interferensi
saat komperator digunakan. Penentuan tanda optik biaxial dengan sumbu
optik terpusat sama dengan penentuan tanda optik uniaxial sumbu optik
terpusat. Sedangkan penentuan tanda optik sumbu optik tidak terpusat
adalah sebagai berikut :
a) Isogir tegak lurus BSO (BSO = 90˚), dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
✓ Mikroskop pada posisi konoskopis
✓ Posisikan isogir di 225˚
✓ Masukkan komperator yang sesuai
✓ Tentukan tanda optik dengan batasan :

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 26


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

- Tanda optik Positif (+), bila terjadi penambahan warna interferensi


atau gejala addisi disebelah cembung dan gejala substraksi
disebelah cekung
- Tanda optik negatif (-) bila terjadi pengurangan warna interferensi
atau gejala substraksi disebelah cembung dan gejala addisi
disebelah cekung.
✓ Bila posisi isogir tidak di 225˚ (di 135˚ atau 315˚), maka penentuan
tanda optiknya berlawanan dengan tanda optik diposisi 225˚ atau :
- Tanda optik Positif (+), bila terjadi pengurangan warna interferensi
atau gejala substraksi disebelah cembung dan gejala addisi
disebelah cekung
- Tanda optik negatif (-) bila terjadi Penambahan warna interferensi
atau gejala addisi disebelah cembung dan gejala Substraksi
disebelah cekung.

Gambar 2.22. Kenampakan Tanda Optik Mineral biaxial sumbu optik tidak terpusat diposisi 315˚,
komperator dari jenis gips (A), Miak (B), dan Kwarsa (C).

b) BSO = 45˚
✓ Tanda optik untuk isogir dikwadran 1 dan 3 :

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 27


[Laporan Praktikum Mineral Optik 2015/2016

- Tanda optik positif (+), bila terjadi pengurangan warna interferensi


atau gejala substraksi disebelah cembung dan gejala addisi
disebelah cekung.
- Tanda optik negatif (-) bila terjadi Penambahan warna interferensi
atau gejala addisi disebelah cembung dan gejala Substraksi
disebelah cekung.
-Tanda Optik untuk isogir dikwadran 2 dan 4
a. Tanda optik Positif (+), bila terjadi penambahan warna
interferensi atau gejala addisi disebelah cembung dan gejala
substraksi disebelah cekung
b. Tanda optik negatif (-) bila terjadi pengurangan warna
interferensi atau gejala substraksi disebelah cembung dan gejala
addisi disebelah cekung.

Gambar 2.23. Kenampakan tanda optik mineral biaxial sumbu optik tidak terpusat, isogir dikwadran

1 dan 3, komperator gips (A), Mika (B), Kwarsa (C)

RIZKI MULYADI/13307041 | BAB II 28

Anda mungkin juga menyukai