Anda di halaman 1dari 9

Yoisa lolong(20820009)

Pengamatan Nikol Silang

Pengamatan nikol silang dilakukan jika sayatan berada pada diagonal sumbu C, yaitu dengan
memasang prisma polarisasi bagian atas. Sifat-sifat optis mineral yang diamati pada posisi nikol
silang adalah birefringence (interference ganda), twinning (kembaran): tipe kembaran dan arah
orientasinya dan sudut gelapan: sejajar / miring pada sudut berapa.

1. Sifat Birefringence (BF)


Standardisasi sayatan tipis memiliki ketebalan 0,03 mm. Dalam sayatan
tipis, interference mineral harus dapat diamati, yang hanya dapat dalam sayatan tipis 0,03 mm.
Ct. warna interference kuarsa terrendah berada pada orde pertama putih (abu-abu) atau
mendekati warna kuning orde I. Warna interference dapat dilihat dari posisi horizontal sayatan.
Setelah warna interference diketahui, pengamatan dilanjutkan melalui garis diagonalnya hingga
didapatkan sifat birefringence (BF). Dari posisi birefringence, dengan meluruskan ke bawah
melalui garis diagonal ke perpotongannya, akan diketahui ketebalan standarnya, apakah lebih
tebal atau tidak dari 0,03 mm. Orde warna interference dan birefringence menggunakan tabel
warna Michel-Levy
Diagram Michel-Levy untuk mengetahui orde warna BF pada mineral; yaitu warna interferene
maksimum yang dapat dilihat setelah lensa Bertrand (keping/prisma gips) dipasang

Warna interferene maksimum yang dapat dilihat setelah lensa Bertrand (keping/prisma gips)
dipasang. Sifat BF juga bertujuan untuk mengetahui sifat anisotropi mineral.

2. Sifat Kembaran (Twinning)


Yaitu sifat yang ditunjukkan oleh mineral akibat pertumbuhan bersama kristal saat
pengkristalannya. Berbentuk kisi-kisi yang dibentuk oleh orientasi pertumbuhan kristalografi.
Sifat ini dapat diamati pada posisi pengamatan nikol silang. Berhubungan dengan sifat
pemadamannya.
Bentuk Kembaran berhubungan dengan bentuk simetri dari dua atau lebih bagian-bagian
(bayangan kembar, sumbu rotasi). Macam-macam kembaran:
1) Refleksi (berbentuk bidang kembar); Ct: model kembaran gypsum “fish-tail”, 102 dan 108
2) Rotasi dengan memutar meja obyektif (biasanya 180o) memiliki bentuk kembaran sumbu:
normal parallel. Ct: kembaran carlsbad, model 103
3) Inversi (kembaran ke pusat)
l Kembaran Multiple (> 2 segmen memiliki kesamaan sifat optis yang terulang)
l Kembaran Cyclic – kembaran berulang yang bidang-bidang kembarannya tidak parallel; ct:
kembaran polisintetik Albite pada plagioklas (Gambar III.6).
Jenis-jenis kembaran lain yang umum dijumpai dalam beberapa mineral adalah:

 Kembaran Albit: terbentuk oleh pertumbuhan bersama feldspar plagioklas dengan sistem
kristal: Triclinic; merupakan kembaran yang umum dijumpai pada plagioklas.

Kembran polisintetis juga dapat diamati dalam pengamatan megaskopis pada


Chrysoberryl dan Aragonit membentuk kembaran cyclic 
3. Sifat Gelapan (Extinction)
Adalah fungsi hubungan orientasi indikatrik dan orientasi kristalografik. Mineral anisotropik
menunjukkan gelapan pada posisi nikol silang dengan rotasi tiap 90 O. Gelapan muncul ketika
kedudukan salah satu vibrasi sejajar polarizer bawah. Dampaknya adalah seluruh sinar datang
ditahan oleh polarizer atas sehingga tidak membentuk getaran. Seluruh sinar yang melalui
mineral terserap pada polarizer atas, dan mineral terlihat gelap. Pada putaran posisi 45°,
komponen maximum dari sinar cepat dan sinar lambat mampu dirubah menjadi vibrasi pada
polarizer atas. Hanya perubahan warna interference saja yang menjadi lebih terang atau lebih
gelap saja, warna sebenarnya tidak berubah.
Banyak mineral secara umum membentuk butiran memanjang dan dengan mudah dikenali
kedudukan belahannya, ct. biotit, horenblenda, plagioklas. Sudut pemadaman adalah sudut
antara panjang atau belahan mineral dan kedudukan vibrasi mineral. Nilai sudut pemadaman
masing-masing mineral bervariasi mengikuti arah orientasi butirannya.

Pengamatan Konoskopik

Pengamatan secara konoskopik dilakukan sebagai langkah pengamatan lanjut apabila ada
mineral-mineral yang tidak dapat/sulit dibedakan dengan menggunakan nikol sejajar dan nikol
bersilang. Pengamatan secara konoskopik dilakukan dengan menggunakan lensa Amici-
Bertrand dan dengan perbesaran lensa obyektif yang sangat besar (~40x).

Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mendapatkan gambar interferensi dari suatu
mineral, yaitu suatu bayangan optik yang dihasilkan karena gejala bias ganda pada zat
anisotropik. Perbedaan antara pengamatan secara ortoskopik dengan pengamatan secara
konoskopik ditunjukkan oleh Gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1 Alur perjalanan cahaya di mikroskop polarisasi (Raith et.al., 2011)
Pengamatan secara konoskopik menghasilkan kenampakan mineral berupa gambar
interferensi. Kenampakan gambar interferensi dipengaruhi oleh jumlah sumbu mineral serta
arah sayatan. Pembentukan gambar interferensi diilustrasikan sebagaimana pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Ilustrasi asal mula gambar interferensi dalam pengamatan konoskopik (Raith
et.al., 2011)
II. Kompo nen Gambar Interferensi

Gambar 4.3 Komponen gambar interferensi

Pada pengamatan secara konoskopik dikenal istilah indikatriks optik. Indikatriks optik
merupakan bangun bayangan berbentuk bola atau elipsoid (lonjong) dengan jari-jari paralel
terhadap arah getar utama dari gelombang cahaya yang menembus mineral dan panjang
sumbu sebanding dengan indeks refraksi.
Indikatriks optik mineral secara 2D adalah sebagai berikut.
(a) (b)
Gambar 4.4 Ilustrasi indikatriks optik

Gambar 4.4 (a) merupakan indikatriks optik untuk mineral isotropik dalam 2D. Pada
mineral isotropik, indikatriks optiknya berbentuk lingkaran karena besar indeks refraksi kedua
sumbunya sama besar. Sedangkan pada mineral anisotropik indeks bias antara kedua
sumbunya tidak sama besar sehingga kecepatan gelombang cahaya yang merambat melaluinya
berbeda. Pada sumbu dengan indeks bias lebih besar, cahaya merambat lebih lambat dan
digambarkan dengan garis sumbu yang lebih panjang (Gambar 4.4 (b)). Indikatriks optik dalam
bentuk 3D untuk mineral isotropik adalah bangun bola, sedangkan mineral anisotropik adalah
elipsoid.

III. Penentuan Sumbu Optik

• Sumbu 1 (Uniaxial)

Bentuk isogir pada mineral uniaxial akan tetap lurus pada waktu diputar 0°- 45°.

Gambar 4.5 Bentuk isogir mineral uniaxial

• Sumbu 2 (Biaxial)

Bentuk isogir pada mineral biaxial akan memisah menjadi dua lengkungan pada
waktu diputar 0°- 45°.
Gambar 4.6 Bentuk isogir mineral biaxial

IV. Penentuan Gambar Interferensi

• Gambar Interferensi pada Mineral Uniaxial

 Gambar Interferensi Terpusat (Optic Axis Figure)

Jenis gambar interferensi ini terbentuk pada sayatan mineral uniaxial yang tegak
lurus sumbu c (Gambar 4.7). Bentuk isogir menyilang isometrik tepat di benang silang
dan tidak berubah bentuknya bila diputar 0°- 360°.

Gambar 4.7 Gambar interferensi terpusat mineral uniaxial

 Gambar Interferensi Tak Terpusat Bersudut Kecil (Slightly Off-Centre)

Jenis ini terbentuk pada sayatan mineral uniaxial yang miring lebih dari 45 o terhadap
sumbu c. Bentuk isogir tidak terlihat keseluruhan, tetapi melatop masih terlihat di
dalam medan pandang. Melatop akan bergeser konsentris bila meja diputar.

Gambar 4.8 Gambar interferensi tak terpusat bersudut kecil mineral uniaxial
 Gambar Interferensi Tak Terpusat Bersudut Besar (Way Off-Centre)

Jenis ini terbentuk pada sayatan mineral uniaxial yang miring kurang dari 45 o
terhadap sumbu c. Bentuk isogir tidak terlihat keseluruhan, melatop tidak tampak di
dalam medan pandang. Pergeseran terjadi secara vertikal dan horisontal.

Gambar 4.9 Gambar interferensi tak terpusat bersudut besar mineral uniaxial

 Gambar Interferensi Kilat (Flash Figure)

Isogir terlihat sangat tebal, bila diputar 0°- 30° biasanya tampak memisah menjadi dua
lengkungan, pada 45° hilang dari medan pandang.

Anda mungkin juga menyukai