Anda di halaman 1dari 29

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Mineral merupakan suatu padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur dan terbentuk secara alami. Mikroskop polarisasi

digunakan untuk mengertahui jenis mineral tersebut secara detail atau mikroskopis berupa sayatan tipis. Sebelum disayat menjadi tipis, mineral diletakan pada preparat dengan Balsam Kanada. Batuan yang telah diletakan pada kaca ini kemudian ditipiskan hingga mencapai ketebalan kurang lebih 0.03 mm. untuk mencegah agar batuan yang telah di tipiskan tidak rusak maka ditutup dengan kaca penutup. Pengamatan mineral secara mikroskopis dilakukan untuk mengetahui sifatsifat optik suatu mineral. Pengamatan ini dilakukan pada ortoskop nikol silang, ortoskop nikol sejajar dan konoskop. Terkait dengan peranan mikroskop polarisasi dalam identifikasi sifat optik suatu mineral dan sifat-sifat cahaya dari mineral yang diamati maka dianggap perlu untuk mampu menggunakan mikroskop tersebut. Oleh karena itu diadakanlah praktikum untuk pengamatan nikol sejajar, nikol silang dan konoskop dalam acara pengenalan mineral. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari diadakannya praktikum mineral optik dengan acara pengamatan mineral adalah untuk mengidentifikasi mineral pada suatu batuan dengan mengggunakan mikroskop polarisasi.

Tujuan dari diadakannya praktikum mineral optik dengan acara pengamatan konoskop adalah, sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui sifat-sifat optik mineral pada suatu batuan. 2. Dapat menentukan nama mineral berdasarkan sifat optik dan sifat cahaya mineral tersebut.

1.3 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah : 1. Mikroskop polarisasi 2. Alat tulis menulis 3. Lap kasar dan lap halus 4. Pensil warna 5. Lembar kerja praktikum 6. Penuntun praktikum 7. Sampel mineral 1.4 Prosedur Kerja Pada saat praktikum, dilakukan beberapa tahapan dalam pengerjaannya, beberapa tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membuat bon alat, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan mikroskop sebelum ataupun setelah digunakan. 2. Menyalakan mikroskop dan menyentringkan mikroskop dan memfokuskan medan pandang 3. Meletakkan sampel batuan pada meja objek.

4. Mengatur kedudukan sampel sehingga silang mikroskop. 5. Mengfungsikan analisator, kemudian

berada pada perpotongan benang

memperhatikan

warna,

gejala

pleokroisme dari mineral pada saat diputar, menentukan bentuk mineral, indeks bias dengan menggunakan metode iluminasi miring, belahan, pecahan, relief, inklusi pada mineral, dan menentukan ukuran dari mineral . 6. Mengfungsikan polarisator lalu memperhatikan warna interfernsi maksimum, sudut gelapan, jenis gelapan, bias rangkap, sistem kristal dan komposisi kimia mineral yang diamati. 7. Memasukkan keping gips pada kompensator sehingga sejajar dengan objek dan amati perubahan warna yang terjadi sehingga kita dapat mengetahui TRO-nya. 8. Setelah data yang didapatkan cukup, maka selanjutnya menentukan nama mineral yang diamati. 9. Mengfungsikan lensa amici betrand lalu amati sumbu optik, tanda optik, dambar interferensi yang terdiri dari isogir, gelang warna dan sudut 2V, lalu menentukan nama mineral berdasarkan sifat cahaya mineral tersebut. 10. Mengganti sampel mineral dengan sampel mineral yang lain. 11. Melakukan langkah 5-langkah 7 untuk sampel mineral tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengamatan Ortoskop 2.1.1. Pengamatan Nikol Sejajar (Plane Polarized Light/PPL) a. Warna Warna mineral adalah pencerminan dari daya serap atau absorpsi panjang gelombang tertentu dari cahaya atau sinar yang masuk khususnya untuk mineral yang transparant yang bersifat anisotropik. b. Bentuk Pada pengamatan bentuk mineral secara optik mikroskopik, maka bentuk yang dapat kita amati adalah bentuk mineral dalam kondisi dua dimensi, tetapi dengan bantuan struktur dalam mineral yang dapat teramati seperti halnya bidang belah atau cleavage,maka kita dapat mentafsirkan akan struktur kristal dari mineral tersebut. Dengan demikian berdasarkan kenampakan bentuk mineral dalam kondisi 2 dimensi, maka kita dapat merefleksikannya kedalam bentuk kondisi 3 dimensi. Bentuk mineral yang dapat diamati: Perismatik : bila belahan tampak sejajar a. Prismatik euhedral b. Prismatik subhedral c. Prismatik anhedral Kubik :memliki sumbu 2 arah dan saling tegak lurus.

a. Rhombik : sumbu-sumbunya dapat saling tegak lurus atau tidak,bentuknya biasanya segienam. b. Polygonal :bentuk dan belahan tidak karuan panjang sisi tidak sama. c. Pleokroisme Pleokroisme merupakan warna yang terjadi (bila meja mikroskop diputar 360 ), karena adanya perbedaan daya absorpsi dari sumbu-sumbu kristal terhadap kedudukan analisator dan polarisator. Jenis-jenis pleokroisme diantaranya adalah sebagai berikut: Dwikroik : biasanya dimiliki oleh mineral-mineral yang mempunyai sistem krista; trigonal dan hexagonal pada perputaran antara 0 -90 terjadi 2 kali. Trikroik : biasanya dimiliki oleh mineral-mineral yang mempunyai

sistem kristal orthorombik, triklinik, monoklin. warna pleokroik ini tergantung pada sumbu X,Y,Z. d. Indeks Bias Indeks bias adalah suatu angka (konstanta) yang menunjukan

perbandingan antara sinus sudut datanh dan sinus sudut pantul; (n=sin i/sin r =l/v). indeks bias juga merupakan fungsi dari sinar didalam medium yang berbeda. Pengukuran indeks bias dapat dilakukan secara relatif dengan memperhatikan relief dan dibandingkan dengan pergerakan garis becke,atau secara absolut dengan menggunakan minyak imersi. Semua kristal yang

bersistem isometrik tergolong sebagai zat isotropik dengan demikian mempunyai satu harga indeks bias (n dan n ), sedangkan yang bersistem orthorombik, monoklin, atau triklin,mempunyai tiga harga indeks bias [n n ,dan n. e. Relief Relief merupakan kenampakan yang timbul akibat perbedaan indeks bias antara suatu media dengan media yang mengitarinya. Dengan kata lain, bahwa cahaya yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke media lain yang mempunyai harga indeks bias yang berbeda, maka akan mengalami pembiasan/pemantulan pada batas sentuhan antara kedua media tersebut. Semakin besar perbedaan indeks bias kedua bahan, kama semakin jelas/ menonjol bidang batas antara keduanya.jika dua bahan tersebut, mempunyai harga indeks biasnya sama, maka bidang batasnya akan tidak nampak sama sekali. 2.1.2. Pengamatan Nikol Silang (Cross Polarized Light/XPL) a. Bias Rangkap (Bire Fringence) Bias rangkap adalah angka yang menunjukan perbedaan indek bias sinar ordiner dan extraordiner. Faktor yang mempengaruhi: a. Macam sayatan (//c atau hampir // c ). b. Ketebalan sayatan c. Macam sinar yang masuk,dimana setiap sinar yang msuk mempunyai panjang gelombang yang berbeda.

b. Orientasi Orientasi mineral merupakan hubungan antara arah-arah sumbu optik dengan sumbu-sumbu kristallografinya. Penentuan orientasi mineral ini digunakan untuk dapat mengetahui kedudukan sumbu-sumbu indikatriks di dalam suatu mineral. Macam-macam orientasi berdasarkan tingkat perbedaan kecepatan cahaya yang merambat didalam mineral yang anisotopik. 1. Orientasi length slow berarti bahwa sumbu terpanjang indikatrik getaran sianr lambat () sejajar (//) sumbu C sebagai arah sumbu terpanjang kristal. 2. Orientasi length fast berarti bahwa sumbu terpanjang indikatrik () tegak lurus sumbu C atau () hampir tegak lurus sumbu C.adanya 2 alternatif yaitu gejala addisi dan gejala substraksi.

c. Pemadaman Pemadaman merupakan proses penggelapan yaitu akibat perulangan pembiasan yang terjasi yang diperoleh dengan merubah-rubah posisi mineral terhadap kedudukan analisator dan polarisator. Jadi pemadaman dapat terjadi

apabila sumbu-sumbu indikatriks mineral sejajar atau tegak lurus dengan bidang-bidang getar polarisator dan analisator. Macam-macam pemadaman Berdasarkan posisi atau kedudukan pemadaman mineral terhadap analisator dan polarisator dapat dibagi atas: 1. Pemadaman paralel= Bila pemadaman terjadi pada posisi 45-90 (derajat) 2. Pemadaman miring= Bila pemadaman terjadi pada posisi <45 (derajat) 3. Pemadaman simetris= Bila pemadaman terjadi pada posisi 45 (derajat) d. Kembaran Kembaran yaitu sifat yang ditunjukkan oleh mineral akibat pertumbuhan bersama kristal saat pengkristalannya. Berbentuk kisi-kisi yang dibentuk oleh orientasi pertumbuhan kristalografi. Sifat ini dapat diamati pada posisi pengamatan nikol silang. Berhubungan dengan sifat pemadamannya, bentuk kembaran berhubungan dengan bentuk simetri dari dua atau lebih bagian-bagian (bayangan kembar, sumbu rotasi). Macam-macam kembaran diantaranya : 1) Refleksi (berbentuk bidang kembar); Ct: model kembaran gypsum fishtail, 102 dan 108. 2) Rotasi dengan memutar meja obyektif (biasanya 180o) memiliki bentuk kembaran sumbu: normal parallel. Ct: kembaran carlsbad, model 103. 3) Inversi (kembaran ke pusat) a. Kembaran Multiple (> 2 segmen memiliki kesamaan sifat optis yang terulang).

b. Kembaran

Cyclic

kembaran

berulang

yang

bidang-bidang

kembarannya tidak parallel; ct: kembaran polisintetik Albite pada plagioklas. Jenis-jenis kembaran lain yang umum dijumpai dalam beberapa mineral adalah: 1) Kembaran Albit: terbentuk oleh pertumbuhan bersama feldspar plagioklas dengan sistem kristal: Triclinic; merupakan kembaran yang umum dijumpai pada plagioklas 010.

Posisi nikol silang diputar 45o

Posisi nikol silang diputar 90o

Gambar 1. Kembaran Polisintetik Albit pada Plagioklas

Kembaran polisintetik juga dapat diamati dalam pengamatan megaskopis pada Chrysoberryl dan Aragonit membentuk kembaran cyclic.

Gambar 2. Kembaran polisintetik cyclic pada Chrysoberryl dan Aragonit

2) Kembaran sederhana, contoh pada piroksen posisi {100}

Gambar 3. Kembaran sederhana pada Clinopyroxene (augite) posisi {100}

Mineral-mineral prismatik panjang biasanya memiliki kembaran, sebagai contoh adalah plagioklas dan klinopiroksen. Kembaran yang umum dijumpai pada Plagioklas: Sederhana Carlsbad pada (010) Polysyntetic Albite pada (010) Pericline pada (101)

2.2 Pengamatan Konoskop Konoskop sering digunakan oleh mikroskop dengan suatu Bertrand lensa untuk pengamatan atas gambaran sifat-sifat cahaya yang diamati. Yang paling awal dengan penggunaan konoskop yaitu pengamatan yang dilakukan dengan

memusatkan pada mikroskop polarisasi. Dengan pemasangan lensa amici bertrand, maka mikroskop dijadikan semacam teleskop dengan sudut lebar yang terfokus pada titik tidak terhingga. Sedangkan dengan pemakaian kondensor, maka cahaya yang terpolarisir akan sampai pada batas peraga dengan sudut sudut datang yang berbeda-beda. Dalam pengamatan dengan konoskop yang dicari adalah sifat cahaya. Cahaya pada kenampakan konoskop adalah cahaya konvergen, karena lensa kondensor akan menghasikan cahaya mengkuncup yang menghasilkan suatu titik yang terfokus pada sayatan mineral. Cahaya tersebut kemudian melewati sayatan kristal dan kemudian ditangkap oleh lensa obyektif. Dengan melakukan pengamatan pada gambar interferensi, maka dapat ditentukan: 1. Sumbu optik mineral 2. Tanda optik mineral 3. Sudut sumbu optik (2V) A. Sumbu Optik Cahaya terpolarisir yang melewati mineral anisotrop, akan dibiaskan menjadi dua sinar yang bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang berbeda. Tetapi pada arah sayatan tertentu sinar akan dibiaskan kesegala arah dengan kecepatan sama. Garis yang tegak lurus dengan arah sayatan tersebut di.kenal sebagai Sumbu Optik.

Pada mineral-mineral yang bersisitim kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal terdapat dua sumbu indikatrik (sumbu arah getar sinar), yaitu sumbu dari sinar ordiner (biasa) dan sinar ekstra ordiner (luar biasa). Pada mineral yang bersistim kristal tersebut, hanya ada satu kemungkinan arah sayatan, dimana sinar yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh karena itu, mineral-mineral yang bersistem kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal mempunyai sumbu optik satu (uniaxial).

Gambar 4. interferensi pada pengematan konoskop

Sedangkan pada mineral-mineral yang bersistem kristal orthorombik, monoklin dan triklin terdapat tiga macam sumbu indikatrik, yaitu: Sumbu indikatrik sinar X (paling cepat) Sumbu indikatrik sinar Y (intermedit) Sumbu indikatrik sinar Z (paling lambat) Pada mineral-mineral tersebut, terdapat dua kemungkinan arah sayatan dimana sinar yang terbias bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang sama. Oleh karena itu mineral-mineral yang bersistem kristal demikian mempunyai sumbu optik dua (biaxial).

B. Tanda Optik a. Tanda optik mineral sumbu satu (Uniaxial) Kecepatan sinar ordiner dan ekstra ordiner pada kristal sumbu satu (uniaxial) adalah tidak sama. Pada mineral tertentu sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner, tetapi pada mineral lain sinar ordiner bisa lebih cepat dari sinar ekstra ordiner. Untuk mempermudah pembahasan dari keragaman tersebut dibuat kesepakatan bahwa mineral uniaxial yang mempunyai sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner diberi tanda optik negatif (-). Sebaliknya untuk mineral uniaxial yang mempunyai sinar ordiner lebih cepat dari sinar ekstra ordiner diberi tanda optik positif (+). b. Tanda optik mineral sumbu dua (Biaxial) Pada mineral sumbu dua, kecepatan sinar X,sinar Y dan sinar Z adalah tertentu, artinya pada setiap mineral sinar X merupakan sinar yang paling cepat, sinar Y merupakan sinar intermediet dan sinar Z merupakan sinar paling lambat. Yang membedakan antara mineral satu dengan lainnya adalah kedudukkan/posisi dari sumbu indikatrik sinar-sinar tersebut dikaitkan dengan Garis Bagi Sudut Sumbu Optik. Mineral sumbu dua dikatakan nempunyai Tanda Optik Positif, jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Lancip (BSl) atau Centred Acute Bisectrix (Bxa) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt) atau Centred Obtuse Bisectrix (Bxo). Sebaliknya jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt)

dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi sudut Lancip (BSl), maka mineral tersebut mempunyai Tanda Optik Negatif C. Sudut Sumbu Optik (2V) Sudut Sumbu Optik (2V) adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu optik. oleh karena itu sudut sumbu optik hanya didapatkan pada mineral sumbu dua. pada sayatan tertentu, dengan memperhatikan gambar lnterferensinya, dapat dihitung besarnya sudut sumbu optik. D. Gambar Interferensi Ada beberapa kenampakkan gambar interferensi pada kristal sumbu satu. Kenampakkannya ini sangat bergantung pada arah sayatan terhadap sumbu optik. a. Gambar interferensi terpusat Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optiknya (sayatan isotropik). Memperlihatkan isogire dengan empat lengan, serta melatop tepat berada di tengah. Memperilhatkan gelang-gelang warna (isofase), banyaknya gelanggelang ini sangat bergantung pada harga bias rangkap masing-masing mineral. Makin besar harga bias rangkapnya, makin banyak gelanggelang warnanya. Bila meja obyek diputar 360, gambar interferensi tidak berubah sama sekali.

Gambar 1.2 interferensi terpusat, mineral dengan bias rangkap kuat (kiri) dan biasrangkap lemah (kanan)

Cara Penentuan Tanda Optik Gambar Interferensi Terpusat Komponen sinar luar biasa selalu bergetar di dalam bidang yang memotong bidang pandangan sebagai jari-jari. Untuk mengetahui apakah sinar luar biasa merupakan sinar lambat atau cepat, maka dipergunakan komparator. Jika kwadran l dan 3 menunjukan gejala adisi (warna biru), sedang kwadran 2 dan 4 menunjukkan gejala substraksi (warna kuningorange)berarti sinar luar biasa merupakan sinar lambat, maka kristal mempunyai tanda optik positip. Sebaliknya jika kwadran l dan 3 menunjukkan gejala substraksi, kwadran 2 dan 4 menunjukkan gejala adisi, mineral mempunyai tanda optik negatif.

Gambar 4.2. Penentuan tanda optic gambar interferensi terpusat sumbu satu

b. Gambar interferensi tidak terpusat Terdapat pada sayatan Kristal yang dipotong miring terhadap sumbu optik. Melatop dapat kelihatan dapat tidak (tetapi tidak ditengah-tengah). Penentuan tanda optik sama dengan gambar interferensi terpusat, tetapi harus terlebih dahulu menentukan posisi setiap kwadrannya.

Gambar 8.3 Kenampakan gambar interferensi tak terpusat dan cara penentuankuadrannya

Kenampakkan isogire pada gambar interferensi ini, bila meja obyek diputar akanbergerak secara tidak teratur untuk kemudian menghilang dari medan pandangan. Karenapergerakkannya yang tidak teratur maka gambar interferensi ini tdak bias untuk menentukan tanda optik mineral yang bersangkutan maupun sudut optiknya (2V). Tetapidalam kenyataannya gambar interferensi ini paling sering dijumpai, karena sayatan jenisini kemungkinannya paling banyak. Ciri-ciri gambar interferensi tidak terpusat adalah sebagai berikut : Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optik. Hanya menampakkan satu lengan isogir. Pergerakkan isogir berlawanan dengan pergerakan meja objek.

Pada Gambar interferensi ini paling baik untuk menentukan sudut sumbu optik ( 2V ).

c. Gambar interferensi kilat Gambar interferensi kilat terjadi pada sayatan yang sejajar sumbu-c. Sayatan ini mengandung arah getar sinar ekstraordiner sesungguhnya.

Gambar 4.4. Gambar interferensi kilat pada kristal sumbu satu. Arah pergerakanisogir adalah arah sumbu optik.

Ciri-ciri gambar interferensi kilat adalah sebagai berikut: Gambar interferensi pada posisi 0o hampir sama dengan sayatan terpusat. Perbedaannya pada isogir yang lebih lebar dan apabila meja objek diputar maka isogir akan pecah dan bergerak secara diagonal searah sumbu optiknya. Penentuan tanda optik caranya sana dengan sayatan yang lain, bedanyaharus ditentukan dulu arah sumbu optiknya(arah getar sinar luar biasasesungguhnya). Pada saat meja obyek diputar < 5, isogir akan terpecah dan bergerak menghilangdari medan pandangan (gambar kiri). Kuadran dimana isogir bergerak menghilangadalah kuadran dimana sumbu optic bergerak.

Setelah meja obyek diputar padaposisi 45 , isogire menghilang, dan kemungkinan yang Nampak adalah isokrom,yang memperlihatkann bentuk konkap kearah luar.

Gambar 4.5 Penentuan tanda optik gambar interferensi kilat

d. Gelang warna Gelang-gelang warna merupakan kenampakan akibat dari harga beda lintasan/retardasi yang berbeda-beda pada daerah medan pandangan yang berlain-lainan.Jumlah warna pada suatu gambar tergantung pada ketebalan sayatan dan harga indeks bias.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pengamatan ortoskop nikol sejajar sampel mineral yang diamati menggunakan mikroskop polarisasi, perbesaran lensa yang digunakan adalah 10 kali dan lensa objektif adalah 5 kali, sehingga didapatkan bahwa perbesaran totalnya adalah 50 dan bilangan skalanya adalah 0,02.

3.1 Sampel Mineral 1 Pada sampel mineral pertama, memiliki kedudukan x yaitu 41 mm dan y yaitu 24,3 mm. Secara mikroskopil pada pengamatan nikol sejajar mineral tersebut menampakkan warna kuning kecoklatan, pada saat meja objek diputar sebesar 900, maka mineral tadi menampakkan gejala pleokroisme, dimana terjadinya dua perubahan warna sehingga disebut dwikroik. Melihat dari perubahan warna yang jelas, maka intensitas perubahan warnanya adalah kuat. Pada saat di bawah mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang bervariasi antara euhedral sampai subhedral, bentuk euhedral-subhedral tadi menjelaskan bahwa mineral ini mengalami proses kristalisasi yang lama dan terjadi pada suhu dan temperature yang tinggi, adanya kenampakkan bentuk mineral yang euhedralsubhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang lebih besar dari pada indeks bias kanada balsam, (Nmin>Ncb) ini dibuktikan juga dengan menggunakan metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian illuminator ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah dengan arah datangnya bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton. Kenampakkan

bentuk mineral yang euhedral-subhedral dan indeks bias mineral yang sedang mengakibatkan bidang tepi mineral terlihat sangat jelas, sehingga dapat ditentukan bahwa relief dari mineral yang diamati adalah tinggi. Pada saat dibawah mikroskop, mineral ini tidak memberikan adanya kenampakkan belahan dengan pecahan yang tidak rata dengan ukuran 1,4 mm. Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah kuning kemerahan pada bias rangkap 0,19 orde II. Sudut gelapan pada mineral ini adalah 35o, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah gelapan miring. Kembaran tidak terlihat ketika meja objek pada pengamatan mineral ini diputar. Sistem kristal pada mineral ini berupa monoklin dengan komposisi kimia (Ca,Na)(Mg,Fe,Al,Ti)(Si,Al)2O6. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat lambat dengan adanya pengurangan orde sehingga mineral ini tergolong mineral yang Substraksi-Length Slow. Berdasarkan ciri-ciri sifat optik yang telah didapatkan dari hasil pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah Augite. Pada pengamatan konoskopik lensa amici betran dan kondensor digunakan. Sumbu optik yang terdapat pada mineral ini berupa biaxial yng didasarkan pada sumbu optiknya yang monoklin. Pada pengamatan, kuadran I dan III mengalami penambahan orde ketika meja objek di putar, sehingga tanda optiknya berupa positif (+). Gambar interferensi yang terlihat tidak menampakkan adanya isogir. Warna yang terdapat pada pengamatan ini sebanyak dua warna yaitu kuning dan merah sehingga dapat dikatakan bahwa mineral ini memiliki gelang warna dengan bias ganda lemah. Dengan memperhatikan sifat-sifat mineral dari pengamatan konoskop

dapat diinterpretasikan bahwa nama mineral ini adala Augite. No. Urut No. Peraga Perbesaran objektif Perbesaran okuler Perbesaran total Bilangan skala Kedudukan Warna absorbsi Pleokroisme Intensitas Bentuk Indeks bias Belahan Relief Pecahan Inklusi Bentuk Warna Ukuran :1 : M30 : 5X : 10X : 50X : 0,02 : (x ; y) (41;24,3) : Kuning kecoklatan : Dwikroik
0 100 0 100

Nikol Sejajar
A

Nikol ASilang

: Kuat : Euhedral-Subhedral : Nmin>Ncb : Tidak ada : Tinggi : Uneven ::::: 70 X 0,02 = 1,4 mm : Kuning kemerahan

Ukuran mineral WI maksimum

Bias Rangkap (Orde) : II, 0,19

Sudut Gelapan

: 25o+45o = 35o

T.R.O
A

2 Jenis gelapan Kembaran Sistem kristal T.R.O. Komposisi kimia Nama mineral : Miring
0 100

:: Monoklin : Subtraksi-Length Slow : (Ca,Na)(Mg,Fe,Al,Ti)(Si,Al)2O6 : Augite

Pengamatan Konoskopik

Perbesaran objektif Perbesaran okuler Perbesaran total Sumbu Optik Tanda Optik

: 5X : 10X : 50X : Biaxial : (+) Gelang warna

Gambar Interferensi : Isogir :-

Gelang warna : Bias ganda lemah Sudut 2V :: Augite

Nama mineral

3.2 Sampel Mineral 2

Pada sampel mineral pertama, memiliki kedudukan x yaitu 47,5mm dan y yaitu 13,5 mm. Secara mikroskopil pada pengamatan nikol sejajar mineral tersebut menampakkan warna kuning kecoklatan, pada saat meja objek diputar sebesar 900, maka mineral tadi menampakkan gejala pleokroisme, dimana terjadinya dua perubahan warna sehingga disebut dwikroik. Melihat dari perubahan warna yang jelas, maka intensitas perubahan warnanya adalah kuat. Pada saat di bawah mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang bervariasi antara euhedral sampai subhedral, bentuk euhedral-subhedral tadi menjelaskan bahwa mineral ini mengalami proses kristalisasi yang lama dan terjadi pada suhu dan temperature yang tinggi, adanya kenampakkan bentuk mineral yang euhedralsubhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang lebih besar dari pada indeks bias kanada balsam, (Nmin>Ncb) ini dibuktikan juga dengan menggunakan metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian illuminator ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah dengan arah datangnya bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton. Kenampakkan bentuk mineral yang euhedral-subhedral dan indeks bias mineral yang sedang mengakibatkan bidang tepi mineral terlihat sangat jelas, sehingga dapat ditentukan bahwa relief dari mineral yang diamati adalah tinggi. Pada saat dibawah mikroskop, mineral ini tidak memberikan adanya kenampakkan belahan dengan pecahan yang tidak rata dengan ukuran 0,44 mm. Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah hijau kebiruan pada bias rangkap 0,021 orde II. Sudut gelapan pada mineral ini adalah 30o. Penentuan sudut gelapan dengan cara menentukan selisih sudut dari

gelap ke terang maksimum dan dari terang ke gelap maksimum. Selisih kedua sudut tersebut kemudian di jumlahkan dan di bagi dua. Dari sudut gelapan kita dapat menentukan jenis dari gelapan mineral yang diamati. Pada mineral ini, sudut gelapannya adalah 30o sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah gelapan miring. Kembaran tidak terlihat ketika meja objek pada pengamatan mineral ini diputar. Sistem kristal pada mineral ini berupa monoklin dengan komposisi kimia NaFe3+Si2O6. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat cepat dengan adanya penambahan orde sehingga mineral ini tergolong mineral yang Addisi-Length Fast. Berdasarkan ciri-ciri sifat optik yang telah didapatkan dari hasil pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah Aegirine. Pada pengamatan konoskopik lensa amici betran dan kondensor digunakan. sumbu optik yang terdapat pada mineral ini berupa biaxial yng didasarkan pada sumbu optiknya yang monoklin. Pada pengamatan, kuadran I dan III mengalami penambahan orde ketika meja objek di putar, sehingga tanda optiknya berupa positif (+). Gambar interferensi yang terlihat tidak menampakkan adanya isogir Warna yang terdapat pada pengamatan ini sebanyak dua warna yaitu kuning dan biru sehingga dapat dikatakan bahwa mineral ini memiliki gelang warna dengan bias ganda lemah. Dengan memperhatikan sifat-sifat mineral dari pengamatan konoskop dapat diinterpretasikan bahwa nama mineral ini adala Aegirine. No. Urut No. Peraga Perbesaran objektif :2 : M30 : 5X

Perbesaran okuler

: 10X

Nikol Sejajar
A

Perbesaran total Bilangan skala Kedudukan Warna absorbsi Pleokroisme Intensitas

: 50X : 0,02 : (x ; y) (47,5 ; 13,5) : Kuning kecoklatan : Dwikroik : Kuat


0 100

Bentuk Indeks bias Belahan Relief Pecahan Inklusi Bentuk Warna Ukuran

: Euhedral-Subhedral : Nmin>Ncb : Tidak ada : Tinggi : Uneven ::::: 22 X 0,02 = 0,44 mm : Hijau kebiruan
0 0

Nikol Silang
A

100

T.R.O
A

Ukuran mineral WI maksimum

Bias Rangkap (Orde) : II, 0,021 Sudut Gelapan Jenis gelapan : 30o : Miring

100

Kembaran Sistem kristal T.R.O. Komposisi kimia Nama mineral

: Albit : Monoklin : Addisi-length fast : NaFe3+Si2O6 : Aegirine Gelang warna

Pengamatan Konoskopik

Perbesaran objektif Perbesaran okuler Perbesaran total Sumbu Optik Tanda Optik

: 5X : 10X : 50X : Biaxial : (+)

Gambar Interferensi : Isogir :-

Gelang warna : Bias Ganda Lemah Sudut 2V :: Aegirine

Nama mineral

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum acara pengenalan mineral, maka didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut: 1. Secara umum sifat optik mineral yang diamati memiliki warna absorbsi kuning kecoklatan, pleokroisme dwikroik, intensitas kuat, bentuk yang subhedral hingga anhedral, indeks bias mineral yang lebih besar dibandingkan indeks bias kanada balsam, tidak memiliki belahan, reliefnya tinggi, pecahan yang uneven, bias rangkap orde II, jenis gelapan miring, sistem kristal monoklin, sumbu optik biaxial, tanda optik positif serta bias ganda lemah.. Terkhusus pada mineral pertama orientasi mineralnya berupa substaksi-length slow dengan warna interferensi kuning kemerahan

sedangkan mineral kedua berupa Addisi-length fast dengan warna interferensi hijau kebiruan. 2. Berdasarkan sifat-sifat optik mineral yang diamati dapat diinterpretasikan bahwa nama sampel mineral pertama adalah Augite sedangkan sampel mineral yang kedua adalah Aegirine. 4.2. Saran 4.2.1. Saran Untuk Laboratorium Praktikan menyarankan agar peralatan laboratorium diperbanyak agar tidak menyusahkan mahasiswa dalam proses praktikum.

4.2.2. Saran Untuk Asisten Praktikan menyarankan agar setiap asisten mempunyai format yang sama dalam pembuatan laporan praktikum agar praktikan tidak bingung, terlebh bila laporan yang telah diterima oleh asisten di koreksi lagi pada saat pengumpulan laporan oleh asisten pembawa acara karena terdapat perbedaan pendapat.

DAFTAR PUSTAKA

Pada http://alfred8steven.wordpress.com/2012/10/22/mineral-optik/. Diakses pada tanggal 15 April 2014 pukul 12.28 WITA. Pada http://alfhadlyblog.blogspot.com/2012/04/mineral-optik.html. Diakses pada tanggal 15 April 2014 pukul 12.57 WITA. Ria, Ulva. 2014, Mineral Optik. Laboratorium Mineral Optik : Makassar.Simon, Schuster. 1978, Rocks and Minerals. Fireside: New York.

ASISTEN

PRAKTIKAN

(AFDAN PRAYUDI)

(CITRA ARYANI ANWAR)

Anda mungkin juga menyukai