Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM PETROGRAFI
ACARA I : PENGENALAN MINERAL

LAPORAN

OLEH :
ALDINU AKBAR
D611 12 274

MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara kepulauan, sehingga beberapa pulau tidak
berada dari satu sumber yang sama. Hal tersebut diketahui dari hasil penelitian yang
menyimpulkan bahwa pulau Sumatera berasal dari pecahan benua asia, sedangkan
sebagian pulau Sulawesi berasal dari benua Australia, tepatnya pada daerah Buton,
Sulawesi Tenggara.
Berbicara mengenai asal muasal pulau Indonesia, berarti tidak jauh
mengenai pembahasan Geologi, yaitu salah satu ilmu yang mempelajari mengenai
seluruh yang terdapat pada permukaan bumi maupun di bawah permukaannya serta
proses pembentukannya.
Dalam ilmu geologi terdapat salah satu cabang ilmu, yaitu Petrografi,
dimana ilmu ini mempelajari mengenai cara menginterpretasi suatu batuan
berdasarkan sifat optik beberapa mineral yang menyusun batuan ini dalam keadaan
sayatan tipis.
Pada ilmu petrografi, diajarkan mengenai cara menentukan jenis suatu
batuan berdasarkan komposisi atau presentase mineral penyusunnya, dimana untuk
mengetahui hal tersebut dilakukan pengamatan di bawah mikroskop polarisasi
dengan menggunakan sayatan tipis suatu batuan.

Pada acara pengenalan mineral praktikan diajarkan untuk mengenali jenis


suatu mineral, sehingga kedepannya dapat lebih mudah dalam menginterpretasi
suatu jenis batuan.
1.2

Maksud dan Tujuan


Maksud dari diadakannya praktikum untuk mengetahui sifat optik dari
beberapa mineral, baik dalam keadaan nikol sejajar maupun dalam keadaan nikol
silang,
Tujuan dari diadakannya praktikum ini diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sifat optik mineral dalam keadaan nikol sejajar.
2. Untuk mengetahui sifat optik mineral dalam keadaan nikol silang.
3. Dapat menginterpretasi jenis mineral berdasarkan sifat optiknya.

1.3

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam acara ini yaitu antara lain :
Mikroskop polarisasi.
Lap kasar dan lap halus.
Alat tulis.
Kertas A4s.
Lembar kerja praktikum.
Pensil warna.
Preparat sayatan tipis
Buku penuntun.
Referensi.

1.4

Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mineral optik acara Ortoskop Nikol Silang
yaitu :

1. Menyiapkan alat dan bahan, kemudian mengatur perbesaran lensa yang


digunakan (lensa okuler 10 kali dan lensa obyektif 5 kali). Selanjutnya mengatur
skala bukaan diafragma (0,1). Setelah itu, menentukan kedudukan mineral.
Kedudukan mineral dapat dilihat pada skala absis (sumbu X) dan skala ordinat
(sumbu Y). Lalu menentukan ukuran mineral dengan mengalikan nilai yang
terlihat pada benang silang dengan bilangan skala yang dihasilkan dari
1/perbesaran total.
2. Melakukan pengamatan sifat optik mineral (warna, pleokroisme, intensitas,
relief, belahan, pecahan, inklusi, bentuk mineral, TRO, sudut gelapan, dan
indeks bias).
3. Menentukan pleokroisme dilakukan dengan mengamati perubahan warna yang
terlihat pada mineral saat meja objektih diputar 90. Relief dapat diamati dengan
melihat kedudukan mineral tersebut terhadap mineral lain di sekitarnya.
4. Menentukan indeks bias mineral dengan cara menutup sebagian jalan masuknya
cahaya kedalam mineral dengan menggunakan benda yang tidak tembus cahaya.
Apabila bayangan gelap nampak pada posisi yang berlawanan dengan arah
posisi penutupnya, maka n min < n cb. Sebaliknya jika terlihat bayangan gelap
nampak pada posisi yang searah dengan arah penutup datangnya sinar, maka n
min> n cb.
5. Menentukan sudut gelap dengen cara memutar meja objek ke kiri hingga terang
maksimum dan mencatat skala noniusnya. Memutar lagi meja objek ke kanan
6.
7.
8.
9.

hingga gelapnya maksimum dan mencatat skala noniusnya.


Menentukan sumbu optik.
Menentukan tanda optik mineral.
Menentukan gambar interferensi.
Semua hasil pengamatan dicatat pada Lembar Kerja Praktikum sekaligus
mengambil gambar kenampakan mineral dalam mikroskop.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Mineral
Mineral merupakan sebagian besar zat zat yang ada dalam bumi yang
terbentuk dari persenyawaan organik dan anorganik dan mengandung sifat sifat fisik
dan kimia tertentu.Untuk mengetahui jenis mineral dalam keadaan sayatan tipis dapat
dilakukan pendeskripsian sifat sifat optik mineral melalui alat bantu mikroskop
polarisasi.
B. Diameter Medan Pandang
Dalam mempelajari sifat mineral secara optik, salah satu yang diidentifikasi
adalah ukuran mineral. Penentuan ukuran mineral mempunyai cara yang berbeda untuk
setiap lensa objektif. Untuk mempermudah pengukuran, maka harus ditentukan
diameter medan pandang atau DMP setiap lensa objektif. Dengan mengetahui diameter
medan pandang, maka nilai skala yang tertera pada benang silang dapat dihitung.
Terdapat beberapa tahapan dalam menentukan diameter medan pandang suatu
mineral, pertama tama dilakukan pemfokusan medan pandang, selanjutnya mengatur
bukaan diafragma, kemudian dilakukan penentuan nilai skala dengan menggunakan
kertas kalkir, kemudian menghitung nilai tiap skala yang didapatkan, dan terakhir ialah
menghitung diameter medan pandang suatu mineral.

C. Nikol Sejajar
Pengamatan nikol sejajar ialah salah satu pengamatan mineral optik yang dalam
pengamatannya ditentukan beberapa sifat optik mineral, diantaranya :

Warna absorbsi
Warna absorbsi merupakan pencerminan dari kenampakan daya serap atau

absorbsi

panjang

gelombang

dari

cahaya

yang

masuk

pada

mineral

anisotropik.Pengamatan warna mineral secara megaskopis dengan contoh setangan


sangat berbeda dengan pengamatan warna secara mikroskopis. Hanya saja suatu
pendekatan teroritis bahwa pada umumnya mineral yang berwarna pucat sampai putih
dalam contoh setangan cenderung akan Nampak tidak berwarna atau transparan di
dalam sayatan tipis, sebaliknya mineral mineral yang berwarna gelap atau hitam
secara megaskopis akan Nampak berbagai variasi warna dalam sayatan tipis.

Pleokroisme
Pleokroisme merupakan gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa

nikol atau nikol sejajar bila meja diputar sejauh 90 o. Jenis jenis pleokroisme pada
mineral dapat dibagi ke dalam dua golongan, diantaranya dwikroik atau terjadi
perubahan warna sebanyak dua kali dan trikroik atau terjadi perubahan warna sebanyak
tiga kali.

Bentuk mineral
Pengamatan bentuk mineral secara optik dilakukan dengan melihat bentuk

mineral dalam kondisi dua dimensi.Sementara itu dengan adanya bidang belahan dari
mineral, maka dapat pula ditafsirkan struktur Kristal dari mineral tersebut.Bentuk
mineral diamati dengan melihat atau mengamati bidang bidang batas ataupun garis

batas dari mineral tersebut. Bentuk bentuk mineral dibagi ke dalam tiga kelompok,
diantaranya euhedral atau suatu kristal dibatasi dengan bidang kristalnya sendiri,
subhedral atau suatu kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri, dan
anhedral atau kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang kristalnya.

Belahan
Dalam suatu analisa mikroskopis mineral, belahan merupakan sifat yang penting

dimana tidak semua jenis mineral permukaan bumi ini mempunyai belahan. Belahan
suatu mineral sangat berhubungan dengan system kristal mineral itu sendiri. Dalam
mineral, belahan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu belahan satu arah, dua arah,
maupun tiga arah berdasarkan kenampakan belahan pada permukaan mineral.

Pecahan
Pecahan adalah adanya kenampakan bidang bidang kecil dari mineral tidak

lurus dengan arah yang tidak teratur pula oleh struktur atomnya. Dalam mineral sendiri,
pecahan dibagi menjadi dua jenis yaitu pecahan rata atau even dan pecahan tidak rata
atau uneven.

Indeks bias
Indeks bias suatu mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta)

yang menunjukkan perbandingan sinus sudut dating dengan sinus sudut bias atau
refraksi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias juga merupakan fungsi dari
perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.
Setiap jenis mineral mempunyai indeks bias tertentu dan umumnya merupakan
salah satu cirri yang khas dalam suatu mineral. Pengukuran indeks bias dapat dilakukan

secara relatif, misalnya dengan menggunakan metode garis becke dan metode illuminasi
miring. Dapat pula ditentukan secara absolut dengan menggunakan minyak imersi.

Relief
Relief suatu mineral dapat diartikan sebagai suatu kenampakan yang timbul

akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada disekitarnya. Pada
sayatan batuan, relief dapat terlihat pada batas sentuhan antara kristal kristal. Dalam
hal ini dipengaruhi pula oleh harga indeks bias diantara dua media atau kristal tersebut.
D. Nikol Silang

Warna Interferensi

Warna interferensi merupakan warna yang muncul ketika mengamati mineral


pada nikol silang. Beberapa mineral memiliki perubahan warna apabila meja objek
diputar. Warna interferensi suatu mineral diperoleh apabila meja objek diputar hingga
diperoleh warna dengan terang yang maksimal.
Setelah mendapatkan warna interferensi, selanjutnya adalah penentuan orde dan
retardasi. Orde diperoleh dengan cara mencocokkan warna interferensi dengan diagram
buatan Michael-Levy kemudian dilihat apakah warna interferensi tersebut merupakan
orde satu, orde dua, atau orde tiga. Setelah menentukan orde, selanjutnya adalah
retardasi. Retardasi merupakan perbedaan kecepatan rambat sinar cepat dan lambat.
Nilai retardasi berupa nilai panjang gelombang yang dapat dilihat di bagian bawah dari
diagram. Nilai retardasi ditentukan pula oleh selisih indeks bias (n 1 n2). Semakin besar

nilai selisih indeks biasnya, semakin besar pula retardasinya. Contohnya adalah warna
interferensi orange dengan orde dua dan retardasi 941 nm.

Gelapan

Kedudukan gelapan yang terlihat pada nikol silang dapat diimplementasikan


dengan kedudukan sayatan yang tampak gelap apabila meja objek diputar melalui
360.Untuk mineral yang sifatnya anisotropik apabila meja objek diputar 360, maka
terdapat empat kedudukan gelapan, yaitu kedudukan 0, 90, 180, dan 270.
Hal yang menyebabkan terbentuknya gelapan tersebut hingga terlihat gelap oleh
pengamat adalah karena tidak adanya gejala bias ganda, dimana arah getaran cahaya
sejajar dengan arah polarisator dan sejajar dengan arah salah satu dari kedua sinar dari
kristal itu sendiri. Dampaknya adalah seluruh sinar datang ditahan oleh polarizer atas
sehingga tidak membentuk getaran. Seluruh sinar yang melalui mineral terserap pada
polarizer atas dan mineral terlihat gelap.Gelapan dapat ditentukan apakah suatu mineral
memiliki gelapan yang sejajar, miring, simetri, bergelombang, atau bintik-bintik.

Sudut Gelapan

Sudut gelapan diperoleh dari warna interferensi maksimal kemudian meja objek
diputar pada sudut tertentuk hingga diperoleh gelapan. Gelapan dapat ditentukan apakah
suatu mineral memiliki gelapan yang sejajar, miring, simetris, bergelombang, atau
bintik-bintik. Mineral dengan gelapan yang sejajar memiliki sudut gelapan 0 3,
gelapan yang miring memiliki sudut gelapan 3 44, dan gelapan yang simetris

memiliki sudut gelapan 45. Untuk sudut gelapan bergelombang biasanya terdapat pada
mineral kuarsa dan sudut gelapan bintik-bintik biasanya terdapat pada mineral kalsit.

Kembaran

Kembaran merupakan efek warna yang ditimbulkan mineral akibat pertumbuhan


bersama kristal saat pengkristalannya. Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi
tekanan dan temperatur tinggi, dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara
simetri. Simetri intergrown inilah yang dikenal sebagai kembaran.
Pada pengamatan nikol bersilang biasanya kenampakannya berupa perselingan
antara warna hitam dan putih pada saat meja objek diputar.

Tanda Rentang Optik

Tanda Rentang Optik (TRO) merupakan istilah yang menunjukkan hubungan


antara kristalografi Sama seperti penentuan orde dan retardasi. Tanda Rentang Optik
(TRO) atau Birefringence (BF) dapat ditentukan dengan melihat diagram Michael-Levy.
BF ditentukan dengan refraksi ganda pada pantulan maksimum (warna orde
tertinggi). BF dapat diamati dengan cara memasang keping gips yaitu lensa Bertrand
yang umumnya keberadaannya sering terpisah dari mikroskop, hingga kita harus
memasangnya secara manual. Keping gips kemudian dipasang dibagian slot di atas
analyzer. Perubahan warna yang dihasilkan biasanya ditentukan oleh warna reliefnya
dan ketebalan sayatannya. Jika reliefnya rendah (tidak berwarna) maka memiliki sifat
BF tinggi.Apabila warna mineral setelah dipasang keping gips posisinya bergeser ke kiri

dari diagram Michael-Levy (penurunan orde), maka TRO mineral adalah substraksi (-).
Apabila mengalami penambahan orde, maka TRO mineral adalah adisi (+).

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

Hasil

3.1.1

Sampel Pertama

No. Urut

: 01

No. Peraga

: B.12 Kuarsa Trakit

Pembesaran Obyektif

: 5x

Perbesaran Okuler

: 10x

Perbesaran Total

: 5 x 10 = 50x

Bilangan Skala

: 1/50 = 0,02

Kedudukan

: (56 ; 16,3)

Warna Absobsi

: Tidak berwarna

Pleokroisme

: Dwikroik

Intensitas

: Kuat

Bentuk

: Euhedral

Indeks Bias

: N min > N cb

Belahan

: 1 arah

Pecahan

:-

Relief

: Tinggi

Inklusi

:-

Nikol Sejajar

Nikol Silang

T.R.O

Warna
Bentuk
Ukuran

:::-

Ukuran Mineral

: 30 x 0,02 = 0,6 mm

W.I. Maksimum

: Orange

Bias Rangkap

: Lemah (Orde II 0,019 0.20)

Kembaran

: Tidak ada

Sudut gelapan

: 450

Jenis gelapan

: Simetris

T.R.O

: Adisi (Length Fast)

Nama Mineral

: Augit

3.1.2 Sampel Kedua


No. Urut

: 02

No. Peraga

: A6. Plagioklas

Pembesaran Obyektif

: 5x

Perbesaran Okuler

: 10x

Perbesaran Total

: 5 x 10 = 50x

Bilangan Skala

: 1/50 = 0,02

Kedudukan

: (55,3 ; 16,3)

Warna Absobsi

: Tidak berwarna

Pleokroisme

: Monokroik

Intensitas

: Sedang - Tinggi

Bentuk

: Euhedral - Subhedral

Indeks Bias

: N.min > N.cb

Nikol Sejajar

Nikol Silang

T.R.O

Belahan

: Tidak ada

Pecahan

: Tidak rata

Relief

: Tinggi

Inklusi

:-

Warna
Bentuk
Ukuran

:::-

Ukuran Mineral

: 70 x 0,02 = 1,4 mm

W.I. Maksimum

: Abu-abu

Bias Rangkap

: Lemah (Orde I 0,003 0.004)

Kembaran

:-

Sudut gelapan

: 350

Jenis gelapan

: Miring

T.R.O

: Adisi (Length Fast)

Nama Mineral

: Andesin

3.1.3 Sampel Ketiga


No. Urut

:3

No. Peraga

: B.12 Kuarsa Trakit

Pembesaran Obyektif

: 5x

Perbesaran Okuler

: 10x

Perbesaran Total

: 5 x 10 = 50x

Bilangan Skala

: 1/50 = 0,02

Kedudukan

: (53; 9,8)

Nikol Sejajar

Warna Absobsi

: Tidak berwarna

Pleokroisme

: Monokroik

Intensitas

: Kuat

Bentuk

: Euhedral - subhedral

Indeks Bias

: N.min > N.cb

Belahan

: Tidak ada

Pecahan

: Konkoidal

Relief

: Rendah

Inklusi

:-

Warna
Bentuk
Ukuran

Nikol Silang

:::-

Ukuran Mineral

: 80 x 0,02 = 1,6 mm

W.I. Maksimum

: Abu-abu

Bias Rangkap

: Lemah (Orde I 0,004 0,005)

Kembaran

:-

Sudut gelapan

: 10-30

Jenis gelapan

: Bergelombang

T.R.O

: Adisi (Length Fast)

Nama Mineral

: Kuarsa

3.2

T.R.O

Pembahasan
Langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini dimulai dari menyentringkan

mikroskop dan memfokuskan medan pandang. Lensa objektif yang digunakan pada

praktikum ini memiliki perbesaran 10x, dengan perbesaran ini maka bukaan difragma
yang dipakai adalah 0.1. Kemudian menentukan Bilangan skala dengan rumus BS =
1/perbesaran total yaitu 0,01
3.2.1

Sampel Pertama
Pengamatan kedua dilakukan dengan mengamati objek berupa sayatan tipis

mineral dengan kedudukan mineral (61 ; 16,3) dan ukuran mineral 0,6 mm.
Pada pengamatan mineral didapatkan warna absorbsi tidak berwarna, dimana
warna absorbsi adalah kenampakan yang ditimbulkan oleh mineral ketika terkena
cahaya yang melewati analisator. Selanjutnya sampel ini memiliki pleokroisme
dwikroik, yaitu gejala perubahan warna pada mineral ketika diputar 90 0 dan pada
mineral ini terjadi peruahan warna atau disebut dwikroik. Sampel ini memiliki intensitas
kuat, yaitu kemampuan mineral ini untuk meneruskan cahaya dengan baik. Bentuk
yang dimiliki oleh mineral ini yaitu euhedral, dimana terlihat bidang-bidang batas
mineralnya. Kemudian indeks bias dari mineral ini yaitu N.min > N.cb. Mineral ini
memiliki belahan satu arah. Adapun pecahan mineral ini yaitu tidak rata, dimana
pecahan yang terjadi tidak secara menyeluruh pada mineral ini. Relief mineral yang
diamati yaitu tinggi, dimana kenampakan mineral yang muncul akibat adanya perbedaan
indeks bias mineral terhadap objek sekitarnya terlihat dengan jelas dan tidak didapatkan
inklusi pada mineral ini.
Selanjutnya pada pengamatan nikol silang didapatkan warna interferensi orange,
dimana warna ini didapatkan akibat mineral terkena cahaya yang melewati polarisator.
Bias rangkap lemah berada pada orde II (Orde I 0,019 0.020) bias rangkap ini
didapatkan dengan memperhatikan warna interferensi mineral dan kemudian
disesuaikan pada kurva Michel Levy. Kembaran tidak ada, Sudut gelapan 450 dan jenis

gelapan simetris, sudut dan jenis gelapan didapatkan dengan menggunakan rumus yang
telah dijelaskan diatas. T.R.O adisi lenght fast, dimana T.R.O. didapatkan dengan
melihat perubahan warna yang terjadi ketika mineral diamati pada keping gips, apabila
terjadi penambahan warna maka disebut adisi dan apabila perubahan warna terjadi
secara lambat maka disebut length slow.
3.2.2

Sampel Kedua
Pengamatan pertama dilakukan dengan mengamati objek berupa sayatan tipis

mineral dengan kedudukan mineral (59,3 ; 16,3) dan ukuran 1,4 mm.
Pada pengamatan mineral didapatkan warna absorbsi tidak berwarna, dimana
warna absorbsi adalah kenampakan yang ditimbulkan oleh mineral ketika terkena
cahaya yang melewati analisator. Selanjutnya sampel ini memiliki pleokroisme
monokroik, yaitu gejala perubahan warna pada mineral ketika diputar 900 dan mineral
ini tidak memiliki pleokroime atau disebut monokroik. Sampel ini memiliki intensitas
sedang-tinggi, yaitu kemampuan mineral ini untuk meneruskan cahaya dengan baik.
Bentuk yang dimiliki oleh mineral ini yaitu euhedral subhedral, dimana masih terlihat
bidang-bidang batas mineralnya. Kemudian indeks bias dari mineral ini yaitu N.min >
N.cb. Mineral ini tidak memiliki belahan. Relief mineral yang diamati yaitu sedang,
dimana kenampakan mineral yang muncul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral
terhadap objek sekitarnya terlihat tidak begitu jelas. Adapun pecahan mineral ini yaitu
tidak rata, dimana pecahan yang terjadi tidak terdapat menyeluruh, dan tidak terdapat
inklusi pada pengamatan mineral ini.
Selanjutnya pada pengamatan nikol silang didapatkan warna interferensi abuabu, dimana warna ini didapatkan akibat mineral terkena cahaya yang melewati

polarisator. Bias rangkap lemah berada pada Orde I (Orde I 0,003 0.004), bias rangkap
ini didapatkan dengan memperhatikan warna interferensi mineral dan kemudian
disesuaikan pada kurva Michel Levy. Sudut gelapan 350 dengan jenis gelapan miring,
sudut dan jenis gelapan ini didapatkan dengan menggunakan rumus :
( x 1x 0 ) +( x 2x 0)
Sudut gelapan=
2
Dimana :
x0 = titik mula-mula.
x1 = titik yang didapatkan pada warna gelap maksimum ketika diputar kekanan.
x2 = titik yang didapatkan pada warna gelap maksimum ketika diputar kekiri.
Mineral yang diamati tidak memiliki kembaran, T.R.O. pada mineral ini yaitu
adisi length fast, dimana T.R.O. didapatkan dengan melihat perubahan warna yang
terjadi ketika mineral diamati pada keping gips, apabila terjadi penambahan warna maka
disebut adisi dan apabila perubahan warna terjadi secara cepat maka disebut length fast.
3.2.3 Sampel Ketiga
Pengamatan kedua dilakukan dengan mengamati objek berupa sayatan tipis
mineral dengan kedudukan mineral (53 ; 9,8) dan ukuran mineral 1,6 mm.
Pada pengamatan mineral didapatkan warna absorbsi tidak berwarna, dimana
warna absorbsi adalah kenampakan yang ditimbulkan oleh mineral ketika terkena
cahaya yang melewati analisator. Selanjutnya sampel ini memiliki pleokroisme
monokroik, yaitu gejala perubahan warna pada mineral ketika diputar 900 dan mineral
ini tidak memiliki pleokroime atau disebut monokroik. Sampel ini memiliki intensitas
kuat, yaitu kemampuan

mineral ini untuk meneruskan cahaya baik. Bentuk yang

dimiliki oleh mineral ini yaitu euhedral - subhedral, dimana terlihat bidang-bidang batas
mineralnya. Kemudian indeks bias dari mineral ini yaitu N.min > N.cb. Mineral ini
tidak memiliki belahan, dimana ditandai dengan adanya garis yang memotong mineral.
Adapun pecahan mineral ini yaitu konkoidal. Relief mineral yang diamati yaitu rendah,
dimana kenampakan mineral yang muncul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral

terhadap objek sekitarnya terlihat tidak jelas dan tidak didapatkan inklusi pada mineral
ini.
Selanjutnya pada pengamatan nikol silang didapatkan warna interferensi abuabu, dimana warna ini didapatkan akibat mineral terkena cahaya yang melewati
polarisator. Bias rangkap lemah (Orde I 0,004 0,005) bias rangkap ini didapatkan
dengan memperhatikan warna interferensi mineral dan kemudian disesuaikan pada
kurva Michel Levy. Kembaran tidak ada, Sudut gelapan 10 - 30 dan jenis gelapan
bergelombang, sudut dan jenis gelapan didapatkan dengan menggunakan rumus yang
telah dijelaskan diatas. T.R.O adisi lenght fast, dimana T.R.O. didapatkan dengan
melihat perubahan warna yang terjadi ketika mineral diamati pada keping gips, apabila
terjadi penambahan warna maka disebut adisi dan apabila perubahan warna terjadi
secara lambat maka disebut length slow.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa:
1. Sifat optis mineral yang dapat diamati pada posisi nikol sejajar yaitu warna mineral,
pleokroisme, bentuk mineral, indeks bias, intensitas, belahan, pecahan dan relief.
2. Sedangkan sifat optis mineral yang dapat diamati pada posisi nikol silang yaitu
warna interferensi, bias rangkap, kembaran, sudut gelapan dan jenis gelapan.
3. Dalam penentuan nama mineral harus di perhatikan sifat-sifat optik yang di amati,
agar mempermuda dalam penentuan nama mineral.
4.2

Saran

4.2.1

Saran untuk Laboratorium


Perlu pengadaan alat mikroskop agar praktikum berjalan sesuai rencana. Karena

mikroskop-mikroskop yang digunakan di laboratorium kebanyakan sudah tidak layak


lagi, sehingga pengadaan alat perlu segera dilakukan.
4.2.2

Saran untuk Asisten


Asisten sangat membantu dalam pelaksanaan praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alfadli.2012. Laporan Mineral Optik.


http://alfhadlyblog.blogspot.com/2012/03/laporan-mineral-optik.html. diakses
pada tanggal 27 Maret 2015.
Graha, D.S,.1987. Mineral dan Batuan.NOVA : Bandung
Irvan, ulva,.2012. Mineral Optik. Laboratorium Petrografi Jurusan Teknik Geologi
Universitas Hasanuddin : Makassar
.Mumtaz A. 2013. Mineral Optik. https://tryfor3.wordpress.com/2013/11/22/mineralogioptik-mikroskop-polarisasi/. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai