UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM PETROGRAFI
ACARA I : PENGENALAN MINERAL
LAPORAN
OLEH :
ALDINU AKBAR
D611 12 274
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.4
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mineral optik acara Ortoskop Nikol Silang
yaitu :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Mineral
Mineral merupakan sebagian besar zat zat yang ada dalam bumi yang
terbentuk dari persenyawaan organik dan anorganik dan mengandung sifat sifat fisik
dan kimia tertentu.Untuk mengetahui jenis mineral dalam keadaan sayatan tipis dapat
dilakukan pendeskripsian sifat sifat optik mineral melalui alat bantu mikroskop
polarisasi.
B. Diameter Medan Pandang
Dalam mempelajari sifat mineral secara optik, salah satu yang diidentifikasi
adalah ukuran mineral. Penentuan ukuran mineral mempunyai cara yang berbeda untuk
setiap lensa objektif. Untuk mempermudah pengukuran, maka harus ditentukan
diameter medan pandang atau DMP setiap lensa objektif. Dengan mengetahui diameter
medan pandang, maka nilai skala yang tertera pada benang silang dapat dihitung.
Terdapat beberapa tahapan dalam menentukan diameter medan pandang suatu
mineral, pertama tama dilakukan pemfokusan medan pandang, selanjutnya mengatur
bukaan diafragma, kemudian dilakukan penentuan nilai skala dengan menggunakan
kertas kalkir, kemudian menghitung nilai tiap skala yang didapatkan, dan terakhir ialah
menghitung diameter medan pandang suatu mineral.
C. Nikol Sejajar
Pengamatan nikol sejajar ialah salah satu pengamatan mineral optik yang dalam
pengamatannya ditentukan beberapa sifat optik mineral, diantaranya :
Warna absorbsi
Warna absorbsi merupakan pencerminan dari kenampakan daya serap atau
absorbsi
panjang
gelombang
dari
cahaya
yang
masuk
pada
mineral
Pleokroisme
Pleokroisme merupakan gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa
nikol atau nikol sejajar bila meja diputar sejauh 90 o. Jenis jenis pleokroisme pada
mineral dapat dibagi ke dalam dua golongan, diantaranya dwikroik atau terjadi
perubahan warna sebanyak dua kali dan trikroik atau terjadi perubahan warna sebanyak
tiga kali.
Bentuk mineral
Pengamatan bentuk mineral secara optik dilakukan dengan melihat bentuk
mineral dalam kondisi dua dimensi.Sementara itu dengan adanya bidang belahan dari
mineral, maka dapat pula ditafsirkan struktur Kristal dari mineral tersebut.Bentuk
mineral diamati dengan melihat atau mengamati bidang bidang batas ataupun garis
batas dari mineral tersebut. Bentuk bentuk mineral dibagi ke dalam tiga kelompok,
diantaranya euhedral atau suatu kristal dibatasi dengan bidang kristalnya sendiri,
subhedral atau suatu kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri, dan
anhedral atau kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang kristalnya.
Belahan
Dalam suatu analisa mikroskopis mineral, belahan merupakan sifat yang penting
dimana tidak semua jenis mineral permukaan bumi ini mempunyai belahan. Belahan
suatu mineral sangat berhubungan dengan system kristal mineral itu sendiri. Dalam
mineral, belahan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu belahan satu arah, dua arah,
maupun tiga arah berdasarkan kenampakan belahan pada permukaan mineral.
Pecahan
Pecahan adalah adanya kenampakan bidang bidang kecil dari mineral tidak
lurus dengan arah yang tidak teratur pula oleh struktur atomnya. Dalam mineral sendiri,
pecahan dibagi menjadi dua jenis yaitu pecahan rata atau even dan pecahan tidak rata
atau uneven.
Indeks bias
Indeks bias suatu mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta)
yang menunjukkan perbandingan sinus sudut dating dengan sinus sudut bias atau
refraksi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias juga merupakan fungsi dari
perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.
Setiap jenis mineral mempunyai indeks bias tertentu dan umumnya merupakan
salah satu cirri yang khas dalam suatu mineral. Pengukuran indeks bias dapat dilakukan
secara relatif, misalnya dengan menggunakan metode garis becke dan metode illuminasi
miring. Dapat pula ditentukan secara absolut dengan menggunakan minyak imersi.
Relief
Relief suatu mineral dapat diartikan sebagai suatu kenampakan yang timbul
akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada disekitarnya. Pada
sayatan batuan, relief dapat terlihat pada batas sentuhan antara kristal kristal. Dalam
hal ini dipengaruhi pula oleh harga indeks bias diantara dua media atau kristal tersebut.
D. Nikol Silang
Warna Interferensi
nilai selisih indeks biasnya, semakin besar pula retardasinya. Contohnya adalah warna
interferensi orange dengan orde dua dan retardasi 941 nm.
Gelapan
Sudut Gelapan
Sudut gelapan diperoleh dari warna interferensi maksimal kemudian meja objek
diputar pada sudut tertentuk hingga diperoleh gelapan. Gelapan dapat ditentukan apakah
suatu mineral memiliki gelapan yang sejajar, miring, simetris, bergelombang, atau
bintik-bintik. Mineral dengan gelapan yang sejajar memiliki sudut gelapan 0 3,
gelapan yang miring memiliki sudut gelapan 3 44, dan gelapan yang simetris
memiliki sudut gelapan 45. Untuk sudut gelapan bergelombang biasanya terdapat pada
mineral kuarsa dan sudut gelapan bintik-bintik biasanya terdapat pada mineral kalsit.
Kembaran
dari diagram Michael-Levy (penurunan orde), maka TRO mineral adalah substraksi (-).
Apabila mengalami penambahan orde, maka TRO mineral adalah adisi (+).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
3.1.1
Sampel Pertama
No. Urut
: 01
No. Peraga
Pembesaran Obyektif
: 5x
Perbesaran Okuler
: 10x
Perbesaran Total
: 5 x 10 = 50x
Bilangan Skala
: 1/50 = 0,02
Kedudukan
: (56 ; 16,3)
Warna Absobsi
: Tidak berwarna
Pleokroisme
: Dwikroik
Intensitas
: Kuat
Bentuk
: Euhedral
Indeks Bias
: N min > N cb
Belahan
: 1 arah
Pecahan
:-
Relief
: Tinggi
Inklusi
:-
Nikol Sejajar
Nikol Silang
T.R.O
Warna
Bentuk
Ukuran
:::-
Ukuran Mineral
: 30 x 0,02 = 0,6 mm
W.I. Maksimum
: Orange
Bias Rangkap
Kembaran
: Tidak ada
Sudut gelapan
: 450
Jenis gelapan
: Simetris
T.R.O
Nama Mineral
: Augit
: 02
No. Peraga
: A6. Plagioklas
Pembesaran Obyektif
: 5x
Perbesaran Okuler
: 10x
Perbesaran Total
: 5 x 10 = 50x
Bilangan Skala
: 1/50 = 0,02
Kedudukan
: (55,3 ; 16,3)
Warna Absobsi
: Tidak berwarna
Pleokroisme
: Monokroik
Intensitas
: Sedang - Tinggi
Bentuk
: Euhedral - Subhedral
Indeks Bias
Nikol Sejajar
Nikol Silang
T.R.O
Belahan
: Tidak ada
Pecahan
: Tidak rata
Relief
: Tinggi
Inklusi
:-
Warna
Bentuk
Ukuran
:::-
Ukuran Mineral
: 70 x 0,02 = 1,4 mm
W.I. Maksimum
: Abu-abu
Bias Rangkap
Kembaran
:-
Sudut gelapan
: 350
Jenis gelapan
: Miring
T.R.O
Nama Mineral
: Andesin
:3
No. Peraga
Pembesaran Obyektif
: 5x
Perbesaran Okuler
: 10x
Perbesaran Total
: 5 x 10 = 50x
Bilangan Skala
: 1/50 = 0,02
Kedudukan
: (53; 9,8)
Nikol Sejajar
Warna Absobsi
: Tidak berwarna
Pleokroisme
: Monokroik
Intensitas
: Kuat
Bentuk
: Euhedral - subhedral
Indeks Bias
Belahan
: Tidak ada
Pecahan
: Konkoidal
Relief
: Rendah
Inklusi
:-
Warna
Bentuk
Ukuran
Nikol Silang
:::-
Ukuran Mineral
: 80 x 0,02 = 1,6 mm
W.I. Maksimum
: Abu-abu
Bias Rangkap
Kembaran
:-
Sudut gelapan
: 10-30
Jenis gelapan
: Bergelombang
T.R.O
Nama Mineral
: Kuarsa
3.2
T.R.O
Pembahasan
Langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini dimulai dari menyentringkan
mikroskop dan memfokuskan medan pandang. Lensa objektif yang digunakan pada
praktikum ini memiliki perbesaran 10x, dengan perbesaran ini maka bukaan difragma
yang dipakai adalah 0.1. Kemudian menentukan Bilangan skala dengan rumus BS =
1/perbesaran total yaitu 0,01
3.2.1
Sampel Pertama
Pengamatan kedua dilakukan dengan mengamati objek berupa sayatan tipis
mineral dengan kedudukan mineral (61 ; 16,3) dan ukuran mineral 0,6 mm.
Pada pengamatan mineral didapatkan warna absorbsi tidak berwarna, dimana
warna absorbsi adalah kenampakan yang ditimbulkan oleh mineral ketika terkena
cahaya yang melewati analisator. Selanjutnya sampel ini memiliki pleokroisme
dwikroik, yaitu gejala perubahan warna pada mineral ketika diputar 90 0 dan pada
mineral ini terjadi peruahan warna atau disebut dwikroik. Sampel ini memiliki intensitas
kuat, yaitu kemampuan mineral ini untuk meneruskan cahaya dengan baik. Bentuk
yang dimiliki oleh mineral ini yaitu euhedral, dimana terlihat bidang-bidang batas
mineralnya. Kemudian indeks bias dari mineral ini yaitu N.min > N.cb. Mineral ini
memiliki belahan satu arah. Adapun pecahan mineral ini yaitu tidak rata, dimana
pecahan yang terjadi tidak secara menyeluruh pada mineral ini. Relief mineral yang
diamati yaitu tinggi, dimana kenampakan mineral yang muncul akibat adanya perbedaan
indeks bias mineral terhadap objek sekitarnya terlihat dengan jelas dan tidak didapatkan
inklusi pada mineral ini.
Selanjutnya pada pengamatan nikol silang didapatkan warna interferensi orange,
dimana warna ini didapatkan akibat mineral terkena cahaya yang melewati polarisator.
Bias rangkap lemah berada pada orde II (Orde I 0,019 0.020) bias rangkap ini
didapatkan dengan memperhatikan warna interferensi mineral dan kemudian
disesuaikan pada kurva Michel Levy. Kembaran tidak ada, Sudut gelapan 450 dan jenis
gelapan simetris, sudut dan jenis gelapan didapatkan dengan menggunakan rumus yang
telah dijelaskan diatas. T.R.O adisi lenght fast, dimana T.R.O. didapatkan dengan
melihat perubahan warna yang terjadi ketika mineral diamati pada keping gips, apabila
terjadi penambahan warna maka disebut adisi dan apabila perubahan warna terjadi
secara lambat maka disebut length slow.
3.2.2
Sampel Kedua
Pengamatan pertama dilakukan dengan mengamati objek berupa sayatan tipis
mineral dengan kedudukan mineral (59,3 ; 16,3) dan ukuran 1,4 mm.
Pada pengamatan mineral didapatkan warna absorbsi tidak berwarna, dimana
warna absorbsi adalah kenampakan yang ditimbulkan oleh mineral ketika terkena
cahaya yang melewati analisator. Selanjutnya sampel ini memiliki pleokroisme
monokroik, yaitu gejala perubahan warna pada mineral ketika diputar 900 dan mineral
ini tidak memiliki pleokroime atau disebut monokroik. Sampel ini memiliki intensitas
sedang-tinggi, yaitu kemampuan mineral ini untuk meneruskan cahaya dengan baik.
Bentuk yang dimiliki oleh mineral ini yaitu euhedral subhedral, dimana masih terlihat
bidang-bidang batas mineralnya. Kemudian indeks bias dari mineral ini yaitu N.min >
N.cb. Mineral ini tidak memiliki belahan. Relief mineral yang diamati yaitu sedang,
dimana kenampakan mineral yang muncul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral
terhadap objek sekitarnya terlihat tidak begitu jelas. Adapun pecahan mineral ini yaitu
tidak rata, dimana pecahan yang terjadi tidak terdapat menyeluruh, dan tidak terdapat
inklusi pada pengamatan mineral ini.
Selanjutnya pada pengamatan nikol silang didapatkan warna interferensi abuabu, dimana warna ini didapatkan akibat mineral terkena cahaya yang melewati
polarisator. Bias rangkap lemah berada pada Orde I (Orde I 0,003 0.004), bias rangkap
ini didapatkan dengan memperhatikan warna interferensi mineral dan kemudian
disesuaikan pada kurva Michel Levy. Sudut gelapan 350 dengan jenis gelapan miring,
sudut dan jenis gelapan ini didapatkan dengan menggunakan rumus :
( x 1x 0 ) +( x 2x 0)
Sudut gelapan=
2
Dimana :
x0 = titik mula-mula.
x1 = titik yang didapatkan pada warna gelap maksimum ketika diputar kekanan.
x2 = titik yang didapatkan pada warna gelap maksimum ketika diputar kekiri.
Mineral yang diamati tidak memiliki kembaran, T.R.O. pada mineral ini yaitu
adisi length fast, dimana T.R.O. didapatkan dengan melihat perubahan warna yang
terjadi ketika mineral diamati pada keping gips, apabila terjadi penambahan warna maka
disebut adisi dan apabila perubahan warna terjadi secara cepat maka disebut length fast.
3.2.3 Sampel Ketiga
Pengamatan kedua dilakukan dengan mengamati objek berupa sayatan tipis
mineral dengan kedudukan mineral (53 ; 9,8) dan ukuran mineral 1,6 mm.
Pada pengamatan mineral didapatkan warna absorbsi tidak berwarna, dimana
warna absorbsi adalah kenampakan yang ditimbulkan oleh mineral ketika terkena
cahaya yang melewati analisator. Selanjutnya sampel ini memiliki pleokroisme
monokroik, yaitu gejala perubahan warna pada mineral ketika diputar 900 dan mineral
ini tidak memiliki pleokroime atau disebut monokroik. Sampel ini memiliki intensitas
kuat, yaitu kemampuan
dimiliki oleh mineral ini yaitu euhedral - subhedral, dimana terlihat bidang-bidang batas
mineralnya. Kemudian indeks bias dari mineral ini yaitu N.min > N.cb. Mineral ini
tidak memiliki belahan, dimana ditandai dengan adanya garis yang memotong mineral.
Adapun pecahan mineral ini yaitu konkoidal. Relief mineral yang diamati yaitu rendah,
dimana kenampakan mineral yang muncul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral
terhadap objek sekitarnya terlihat tidak jelas dan tidak didapatkan inklusi pada mineral
ini.
Selanjutnya pada pengamatan nikol silang didapatkan warna interferensi abuabu, dimana warna ini didapatkan akibat mineral terkena cahaya yang melewati
polarisator. Bias rangkap lemah (Orde I 0,004 0,005) bias rangkap ini didapatkan
dengan memperhatikan warna interferensi mineral dan kemudian disesuaikan pada
kurva Michel Levy. Kembaran tidak ada, Sudut gelapan 10 - 30 dan jenis gelapan
bergelombang, sudut dan jenis gelapan didapatkan dengan menggunakan rumus yang
telah dijelaskan diatas. T.R.O adisi lenght fast, dimana T.R.O. didapatkan dengan
melihat perubahan warna yang terjadi ketika mineral diamati pada keping gips, apabila
terjadi penambahan warna maka disebut adisi dan apabila perubahan warna terjadi
secara lambat maka disebut length slow.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Saran
4.2.1
DAFTAR PUSTAKA