Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI

LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

ANALISA PROFIL
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Salah satu cara untuk menentukan lingkungan pengendapan dan mendapatkna
gambaran mengenai paleografinya yaitu dengan menggunakan cara analisa profil,
analisa profil sangat penting dalam mempelajari lingkungan pengendapan karena
yang kita ketahui bahwa suatu lingkungan tertentu akan mempunyai mekanisme
pengendapan yang tertentu pula.
Urutan batuan secara vertikal yang berbeda dalam kondisi normal akan
mempunyai kharakteristik tertentu dan tersendiri dengan demikian dari suatu profil
akan diketahui perkembangan dari proses pengendapan yang terjadi dan sekaligus
sangat ditafsirkan perkembangan cekungannya, dari suatu profil yang diperoleh
dilapangan dengan menggunakan salah satu cara (logging) yang ada, maka kita dapat
menganalisis data tersebut dengan kita bandingkan data-data lainnya menggunakan
metode logging yang berbeda pula namun pada lokasi yang sama, dengan data-data
yang ada tersebut dapat diperoleh informasi mengenai berbagai macam litologi yang
ada dibawah permukaan bumi dengan kedalam tertentu, sifat permeablenya, serta
kita dapat mengetahui ada atau tidaknya kandungan air, gas maupun minyak pada
lokasi tersebut dengan menganalisa profil.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dilaksanakannya praktikum prinsip stratigrafi acara anlisa profil adalah
untuk mengenal dasar-dasar analisa profil, agar kami dapat mengetahui dan mengerti
mengenai hal tersebut.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuannya yaitu agar kami dapat mengetahui dan mengenal tentang:
1. Mengukur butir dari masing-masing batuan
2. Struktur sedimen yang terdapat pada batuan
3. Jenis biota yang terdapat dalam batuan
4. Perbedaan antara Finning Upward (Fu) dan Coarsening Upward (Cu)
5. Lingkungan pengendapan dari batuan tersebut.
1.3 Alat dan Bahan
FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

1.3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.
2.
3.
4.

ATM (Alat tulis menulis)


Penggaris 30 cm
Pensil warns
Drawing pen 0,1 , 0,2 dan 0,3.

1.3.2 Bahan
Adapun bBahan yang digunakan adalah:
1. Kertas A4
2. Kertas kalkir grafik ukuran A4

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Stratigrafi
Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal dari
bahasa

Latin,

Strata

(perlapisan,

hamparan)

dan

Grafia

(memerikan,

menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari


tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan
batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah
bumi.
Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan dan
kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu. Dalam arti

FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

sempit adalah ilmu pemerian lapisan-lapisan. Beberapa hal yang terkaitan dengan
stratigrafi adalah korelasi, litologi dan fosil serta horizon. Korelasi adalah
penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan
stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu. Horison adalah suatu bidang
(lapisan tipis di muka bumi atau bawah permukaan) yang menghubungkan titik-titik
kesamaan waktu.
Penggolongan Stratigrafi ialah pengelompokkan bersistem batuan menurut
berbagai cara, untuk mempermudah pemerian, aturan dan hubungan batuan yang satu
terhadap lainnya. Kelompok bersistem tersebut di atas dikenal sebagai Satuan
Stratigrafi. Satuan Stratigrafi terbagi menjadi enam yaitu satuan litostratigrafi, satuan
litodhemik,

satuan

stratigrafi

gunungapi,

satuan

biostratigrafi,

satuan

sikuenstratigrafi dan satuan kronostratigrafi.


Penelitian geologi dan seismik permukaan mungkin mampu memberikan
dugaan potensi hidrokarbon dibawah tanah, akan tetapi sampai saat ini belum ada
satupun solusi nyata selain melakukan penggalian lubang sumur serta mengadakan
serangkaian pengukuran didalam sumur dan evaluasi data hasil rekaman untuk
memastikan ada tidaknya kandungan hidrokarbon dibawah tanah. Evaluasi formasi
batuan adalah suatu proses analisa ciri dan sifat batuan didalam tanah dengan
menggunakan hasil pengeboran lubang sumur. Pengukuran pada lubang sumur ini
dapat digolongkan menjadi 4 kategori, yakni:
1. Log operasi pengeboran : Log lumpur (mud logs) dan MWD dan LWD (logging
While Driling)
2. Analisis batu inti
3. Log sumur dengan kabel, antara lain mencakup: elektrik, akustik, radiaktiv
elektromagnetik,

ultrasonic,

medan

magnet,

NMR

(Nuclear

Magnetic

Resonance), temperatur dan tekanan, dan pengambilan sampel batu inti dan
fluida.
4. Uji produksi kandungan lapisan
Karena faktor teknis ataupun ekonomi tidak semua jenis pengukuran diatas
dapat diterapkan pada setiap sumur. Misalnya pengambilan batu inti dan sistem LWD
memerlukan biaya yang relativ besar dibandingkan jenis pengukuran yang lain,
sehingga penggunaan dan pengambilan batu inti sangat terbatas pada sumur-sumur
eksplorasi taruhan.
FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

2.2 Interpretasi Formasi Bersih


Jenis litologi dapat diamati dari berkas lumpur atau pengalaman pengetahuan
lokasi. Lapisan-lapisan prospek dapat didefenisikan dengan log dan lapisan-lapisan
tidak produktif dapat diabaikan. Lapisan serpih tak permeable sering ditunjukana
oleh:
1.
2.
3.
4.
5.

Tingginya aktivitas sinar gamma


Tidak adanya kerak lumpur, lubang bor sering (tapi tidak selalu) membesar
Pemisahan negativ pada kurva-kurva Mikrolog
Pembacaan alat resistivity-dalam hampir sama dengan resistivity-dangkal
Pembacaan porositas-tampak Neutron lebih tinggi dari densitas
Lapisan permeable dapat ditunjukan oleh :

1.
2.
3.
4.

Rendahnya aktivitas sinar gamma


Adanya kerak lumpur
Pemisahan positif pada kurva-kurva Mikrolog
Porositas sedang hingga tinggi
Lapisan yang mengandung hidrokarbon dapat ditunjukan oleh : pemisahan

yang lebih besar antara alat resistivitas mikro dan alat resistivitas-dalam. Lapisan
yang mengandung Gas dapat dibedakan dari minyak oleh : Porositas Neutron yang
jauh lebih rendah dibandingkan Porositas Densitas.
Ketebalan Lapisan
Tahap pertama dalam analisis log adalah mengenal lapisan-permeabel, dan
serpih yang tak permeable. Log yang digunakan untuk tujuan ini adalah Spontaneous
Potential (SP) dan Gamma Ray (GR) yang selalu direkam pada kolom 1 sebuah data
log. GR dan SP log membedakan serpih dari yang bukan serpih dengan cara yang
berbeda, SP adalah pengukuran secara elektrik, sedang sinar Gamma adalah
pengukuran nuklir keduanya bisa sangat berbeda dalam penampilan. Pada formasi
lunak, SP memberikan perbedaan yang lebih kontras antara serpih dan pasir dari
pada Sinar Gamma. Sebaliknya pada formasi karbonat yang keras perubahan SP
sangat kecil, sehingga tidak dapat membedakan formasi yang permeable dari yang
tak permeable. Dalam kondisi ini Sinar Gamma adalah yang trebaik, karena
memberikan resolusi lapisan yang baik pula.
1. SP (Spontaneous Potential)
Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda
dipermukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat didalam lubang bor yang
bergerak naik turun.

FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

Gambar 2.1 Contoh Log SP-Resistivitas

Gambar 2.2 Distribusi arus dan potensial didalam dan disekitar lapisan permeabel
Sebuah lubang sumur yang terdiri dari lapisan permeable dan tak permeable
secara alamiah karena perbedaan kandungan garam air, arus listrik hanya mengalir
FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

disekeliling perbatasan formasi didalam lubang bor. Dilapisan serpih dimana tidak
ada aliran listrik, sehingga potensialnya konstan dengan kata lain SP-nya rata.
Pembacaan ini disebut garis dasar serpih (Shale Base Line).
Medekati lapisan permeable, aliran listrik mulai terjadi, yang menyebabkan
beda potensial negativ (relative terhadap serpih). Penurunan kurva SP tidak pernah
tajam saat melewati dua lapisan yang berbeda, melainkan selalu punya sudut
kemiringan. Jika lapisan permeable itu cukup tebal maka SP menjadi konstan
mendekati nilai maksimumnya. Lapisan serpih lagi, situasi sebaliknya akan terjadi
dan potensial kembali ke nilai serpih secara teratur. Kurva SP biasanya tidak mampu
dengan tepat memberikan ukuran ketebalan lapisan, karena sifatnya yang malas
atau lentur.
Perubahan dari posisi garis dasar serpih ke garis permeable tidak tajam
melaninkan molor, sehingga garis batas antara lapisan tidak mudah dengan tepat
ditentukan. Garis batas tertentu tidak harus setengah dari garis lenturnya.
2. Sinar Gamma
Dalam dasawarsa terakhir, kemajuan besar telah dicapai dalam memahami
sifat sinar Gamma dan teknologi canggih telah memungkinkan kita mendeteksi
unsur-unsur sumber radioaktif dengan analisis spektra sinar gamma seperti alat NGT
(Natura Spectroscopy Gammaray Tool) misalnya. Prinsip log GR adalah suatu
rekaman tingkat radioaktiv alami yang terjadi karena 3 unsur Uranium, Thorium dan
Pottasium yang ada pada batuan. Pemancaran yang terus menerus terdiri dari
semburan pendek tenaga tinggi sinar gamma, yang mampu menembus batuan,
sehingga dapat dideteksi oleh detektor yang memadai.
Sinar Gamma sangat efektif dalam membedakan lapisan permeable dan yang
tak permeable karena unsur-unsur radioaktif cenderung berpusat didalam serpih yang
tak permeable, dan tidak banyak terdapat dalam batuan karbonat atau pasir yang
secara umum adalah permeable.
Kadangkala lumpur bor mengandung sejumlah unsur pottasium, karena zat
pottasium chlorida ditambahkan kedalam lumpur untuk mencegah pembengkakan
serpih. Radioaktiv dari lumpur akan mempengaruhi pembacaan log GR berupa
tingkatan latar belakang radiasi yang tinggi. Koreksi pengaruh unsur pottasium
lumpur ini hanya ada pada alat NGT.

FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

Koreksi kondisi lubang bor pada log porositas yaitu log densitas, log neutron
dan sonic, tidak ada koreksi yang dilakukan untuk kurva sonic, walaupun demikian
biasanya dipengaruhi oleh perubahan penempatan formasi disekeliling lubang bor,
yang akan menyebabkan kenaikan pada waktu transit, jarak sensor yang lebih
panjang memberikan pengukuran yang lebih baik. Kehadiran log densitas dan
neutron dalam reservoar batuan umumnya yang relativ bebas-lempung (kuarsa,
kalsit, gamping, anhidryt) metode yang paling mudah dan paling sesuai dalam
memberikan jawaban porositas yang paling handal melibatkan penggunaan teknik
tumpang tindih dengan menggunakan log densitas-neutron. Teknik ini paling
gampang digunakan jika diskala dengan baik.

Gambar 2.3 contoh ketidak cocokan kedalaman antara kurva log akibat damak letak
(sticking).
Penerapan log
1. Evaluasi Formasi
a. Komputasi dilapangan
b. Produk FLIC
2. Korelasi
a. Sumur ke sumur
b. Sebelum dan setelah pemasangan selubung baja
3. Deteksi daerah kelebihan tekanan
a. Log Sonic dan Log Densitas
b. Didaerah tertentu, log induksi
4. Kalibrasi Data Seismic
a. Seismogram-Sinetik menggunakan Log sonic, Log Densitas dan survey
seismic Reference (Survey Kelajuan)
FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

5. Mekanika Batuan
a. Kekuatan formasi
b. Landai (Gradien) tekanan rekahan
6. Kualitas Semen
a. Indeks penyemenan (Bond Index)
b. Volume semen
7. Lintasan sumur, survey Deviasi
2.3 Interpretasi
1. Densitas
Alat LDT mengirimkan pulsa-pulsa dari rangkaian elektronik sumbu-panjang
LS dan sumbu pendek SS ke computer dipermukaan. Pulsa-pulsa diterima oleh
computer dan dihitung per interval waktu disebut cacah biasanya CPS banyaknya
cacah perdetik, cacah ini digunakan untuk menghitung densitas. Hubungan antara
cacah detector sumbu panjang (LSCR) dan sumbu pendek (SSCR) dalam
menghitung densitas adalah:

Tetapan A dan B merupakan fungsi dari geometri alat, kekuatan sumber radiaktiv dan
sensitivitas detector.
2. Porositas
Bila densitas formasi pb yang benar telah ditentukan, maka dapat dihitung
porositasnya. Ketika mengukur densitas dari formasi, tidak hanya matriks formasi
yang diukur, tetapi juga kadar dalam ruang porinya, karena densitas dari fluida
formasi adalah berbeda dari densitas batuan, maka pembacaan densitas dari formasi
berpori tidak sama dengan pembacaan densitas dari batuan yang sama tanpa pori.
Sehingga bila LDT mengukur densitas formasi, nilai dari densitas yang diukur adalah
tergantung pada densitas batuan, jumlah ruang pori, matriks dan densitas fluida
pengisi ruang pori. Ini mencerminkan porositas, karena sebelum porositas belum
ditentukan harus diketahui terlebih dahulu densitas litologi dan densitas fluida yang
terkandung didalam formasi. Untuk formasi bersih berpori dengan densitas batuan

FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

yang diketahui,pma, diisi oleh suatu fluida dengan densitas rata-rata pf, densitas pb
adalah jumlah linear dari konstribusi densitas-densitas yang berurutan ;

Atau karena pb dibaca langsung dari log, porositas dapat dicari :

Gambar 2.4 Graft Por-5 untuk berbagai jenis filtrasi

FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

IV.

ANALISA PROFIL

HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil

FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

IV.2 Pembahasan
Dari hasil interpretasi data log yang diperoleh dengan menggunakan beberapa
cara logging, dapat diketahui bahwa:
1. Pada data log kolom pertama dengan kedalaman 5.450 kaki menggunakan
spontaneous potential logging dan gamma ray logging, dimana spontaneous
potential logging digunakan untuk mengukur tingkat permeabilitas dan
impermeabelitas dari batuan, pada olom data disimbolkan dengan garis tegas(
), semakin ke kanan data log berarti sifat batuan semakin impermeable,
dan semakin ke kiri data log berarti sifat batuan semakin permeable, sedangkan
untuk gamma ray logging digunakan untuk mengukur sifat keradioaktivan pada
batuan disimbolkan dengan garis putus-putus (---------) pada kolomdata,
semakin ke kanan data log (semakin tinggi) berarti batuan memeiliki sifat
keradioaktivan yang tinggi dan sebaliknya semkain kekiri data log (semakin
rendah) maka sifat keradioaktivan batuan semakin rendah.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa batuan dengan radioaktiv tinggi
adalah batuserpih dan batuan dengan sifat keradioaktivan rendah adalah
batupasir, dan jika dihubungkan dengan hasil spontaneous potential logging
dapat disimpulkan bahwa data logging ini itnggi adalah batuan serpih karena
sesuai dengan sifatnya yang impermeable dan sebaliknya data dengan
spontaneous potential rendah adalah batupasir karena sifat batupasir yang
permeable.
Data log yang didapatkan pada kedalaman 4.350 kaki sampai 4.700 kaki
diperoleh data yang sesuai, juga pada kedalaman 4.750 sampai 5.200 kaki,
demikian halnya juga pada kedalaman 5.265 sampai 5.325 kaki dan sampai
5.450 kaki data yang diperoleh sama, namun pada data-data tertentu yaitu pada
kedalaman 4.700 sampai 4.750 kaki, pada kedalam 5.200 kaki sampai 5.265
kaki dan juga pada kedalaman 5.325 sampai 5.400 kaki diperoleh data yang
tidak sesuai yaitu dimana dengan menggunakan spontaneous potential logging
diperoleh data batuan yang bersifat impermeable (batuserpih) namun jika
menggunakan gamma ray potential logging diperoleh data batuanyang bersifat
permeable (batupasir). Pada kedalaman tersebut diperoleh dua data yang
berbeda yaitu batupasir yang impermeable, dari hal tersebut dapat kita analisa
bahwa pada batuan tersebut terdapat material lempung, karena pada batuan

FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

lempung bersifat impermeable, jadi pada kedalam tersebut data litologi batuan
ditemukan batupasir lempungan.
2. Pada data kolom kedua dengan kedalaman yang sama namun menggunakan
pengambilan data log berbeda yaitu Resistivity Logging yakni untuk
mengetahui ada tidaknya unsur hidrokarbon atau air atau yang tidak
mengandung apapun, pada kolom tersebut ada dua data yang digunakan dimana
data yang pertama ialah LLD (Lateral Log Deep) disimbolkan dengan garis
putus-putus (----------) dan data yang kedua adalah LLS (Lateral Log Shallow)
yang disimbolkan dengan garis tegas (

), jika data LLD lebih besar dari

data LLS berarti pada kedalaman tersebut terdapat batuan yang mengandung
hydrokarbon, namun jika LLD lebih kecil dari LLS berarti terdapat batuan yang
mengandung air sedangkan apabila data LLD dan LLS berhimpit berarti lapisan
batuan tersebut tidak mengandung air maupun hydrokarbon atau bersifat
impermeable.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pada kedalaman 4.525 sampai
4.545 kaki, juga pada kedalaman 4.785 sampai 4.800 kaki yang mengandung
air, karena data LLS lebih besar dari data LLD. Sedangkan pada kedalaman
yang lainnya merupakan lapisan impermeable yang tidak mengandung apapun
karena data LLD dan LLS berhimpitan, sedangkan kandungan hydrokarbon
tidak ditemukan sama sekali, setelah dianalisis dari data yang dihubngkan.
3. Pada data log kolom ketiga dengan kedalaman yang sama namun menggunakan
pengambilan data yang berbeda yaitu dengan Bulk Density yang disimbolkan
dengan garis tegas (

) dan yang kedua adalah Neutron Porosity disimbolkan

dengan garis putus-putus (---------), logging ini digunakan untuk mengetahui


kandungan gas dimana kurva yang terlihat lebar, untuk yang mengandung
minyak kurva yang ditampilkan agak lebar dan untuk yang terkandung air
kurvanya berhimpitan atau ramping.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pada kedalaman 5.252 dan
4.785 kaki yang terkandung gas karena kurva yang ditunjukan melebar,
sedangkan pada kedalaman 4.540 terdapat minyak, dan kedalaman 4.550
terdapat air, dimana pada kedalaman 4.735 dan 4.780 kaki terdapat kandungan
minyak. Sedangkan pada kedalaman 4.800 sampai 4.900 kaki ditemukan adalah
kandungan air, pada kedalaman 5.200 sampai 5.400 kaki adalah kandungan air

FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

sedangkan pada kedalaman 4.900 sampai 5.450 kaki terdapat kandungan


minyak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada ketiga kolom hasil log ini pada jarak-jarak
tertentu terdapatnya anomali akibat struktur maupun ditemukannya batuan seperti
lempung yang memiliki permeabilitas baik yang kemudian terjadi ketidak cocokan
antar data log dengan keadaan yang semetinya.

FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikan, maka dapat disimpulkan bahwa pada data log yang
didapat dilapangan dikemukakannya batuan batuan sedimen yakni batu serpih yang
memiliki sifat impermeable (tidak dapat dilalui oleh apapun) yang baik dengan
ukuran butir 1/256 sehingga hanya karbon yang mampu melewati butiran pada batu
serpih. Sehingga dari data bor ditemukannya kandungan gas yang lebih dominan,
sedangkan untuk batuan yang memiliki sifat impermeable rendah adalah batupasir
(permeable) dan dapat dilihat kandungan air tinggi pada kolom resitivity untuk
batuan pasir ini. Tetapi pada bagian jarak tertentu terdapat anomaly yang tidak cocok
dengan lingkungan sekitarnya. Seperti ditemukan batuan pasir lempung pada
kedalaman yang seharusnya terkandung minyak, tetapi ditemukannya air.
Dimana untuk perbedaan coarseng upward dan finning upward ialah jika
pada coarseng upward mengindikasikan peningkaran dalam kekuatan arus
transportasi pada saat pengendapan sedangkan finning upward terjadinya penurunan
kekuatan arus transportasi pada saat pengendapan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan ialah agar sekiranya contoh data hasil
logging untuk analisa profil dapat ditambah agar dapat dimengerti perbedaan dari
segi hasilnya.

DAFTAR PUSTAKA

FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


LABORATORIUM DINAMIS
J URUSAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANALISA PROFIL

Koorps Asisten, 2015, Penuntun Praktikum stratigrafi, Universitas Muslim


Indonesia, Makassar.
Andry.geo.blogspot.com/2011/11/fasies-sedimen-fasies-merupakan-suatu.html?m=1
(diakses pada Minggu, 01 Oktober 2015)
http://geo-tek.blogspot.co.id/2009/05/analisa-profil04.html (diakses pada Minggu, 18
Oktober 2015)
Littlegeoambar.blogspot.com/2011/10/rekaman-stratigrafi-dan-manfaatnya.html?
m=1 (diakses pada Minggu, 01 Oktober 2015)

FIRA OKTAVIA. S
09320130044

ROBY MARDIAN SAFITRA

Anda mungkin juga menyukai