Anda di halaman 1dari 20

DEFINISI LOGGING

Logging adalah metode atau teknik untuk mengkarakterisasi formasi di bawah permukaan dengan
pengukuran parameter parameter fisis batuan dalam lubang bor, sedangkan log adalah hasil rekaman
dalam fungsi kedalaman terhadap proses logging (Serra, 1984).
Logging dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis, yaitu Wireline Log dan Logging While
Drilling. Wireline log sendiri merupakan perekaman dengan menggunakan kabel setelah pengeboran
dilaksanakan dan pipa pengeboran telah di angkat. Sedangkan Logging-While-Drilling (LWD) adalah
pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan pada saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor.
Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur pemboran ke sensor di permukaan. Setelah
diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupa grafik log di atas kertas. LWD pada
dasarnya berguna untuk memberi informasi formasi (resistivitas, porositas, sonic dan gamma ray)
sedini mungkin pada saat pemboran.

Gambar 1. Wireline log dan Logging whire drilling


Tujuan dilakukannya logging adalah untuk mengetahui karakter fisik batuan di dalam lubang sumur
secara in-situ sehingga dapat mengetahui kondisi bawah permukaan seperti litologi, porositas, saturasi
air, permeabilitas, dan kandungan serpih yang ada dalam formasi.
Data data ini yang kemudian dapat diaplikasikan untuk tujuan tujuan tertentu seperti karakterisasi
reservoar, struktur, dan perhitungan volumetrik hidrokarbon.

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

Umumnya well logging menggunakan pengukuran yang memanfaatkan prinsip prinsip fisika,
seperti resistivitas, radioaktif, gelombang akustik, konduktifitas dll. Dengan bantuan peralatan
tersebutlah kegiatan eksplorasi geosaintis dapat lebih optimal. Pada kegiatan well logging secara
konvensional, maka peralatan logging akan mengukur secepatnya setelah peralatan pengeboran tidak
lagi berada didalam lubang bor. Pengukuran tersebut biasanya dilakukan dengan sampling rate sebesar
setengah feet atau 6 inchi, walaupun untuk kasus tertentu, sampling rate tersebut bisa didetilkan lagi
hingga 2.5 mm.
Well logging pertama kali digunakan adalah oleh Conrad dan Marcel Schlumberger yang merupakan
pendiri perusahaan Schlumberger pada tahun 1926. saat itu, mereka mengapilkasikan sonde geolistrik
yang biasa dipakai dalam mencari prospek biji mineral untuk aplikasi bawah permukaan dalam dunia
migas. mereka menggunakan perekaman tersebut untuk mengetahui resistvitas formasi yang ada di
bawah permukaan. sehingga log yang pertama kali digunakan dalam sejarah industri adalah log
resistivitas.
Data log yang diperoleh, kemudian dilakukan evaluasi/analisa. Dalam perspektif luas, sesungguhnya
evaluasi data log mencakup beberapa bidang kajian yang saling terkait; Geologi, Geofisika,
Petrofisika, Geokimia, Matematika, Ekonomi, dll, dimana dari serangkaian panjang eksplorasi
hidrokarbon pada akhirnya membawanya pada kesimpulan berdasarkan nilai ekonomisnya, dan
evaluasi data log menjadi salah satu inti kajiannya.Terdapat beberapa kajian pokok di dalam evaluasi
data log, antara lain untuk :

Identifikasi porositas dan permeabilitas batuan reservoar.

Perhitungan porositas dan saturasi air.

Identifikasi jenis fluida (gas, minyak, air) dan kontak di antaranya.

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

Dalam kegiatan pemboran, akan digunakan suatu lumpur pemboran khusus (mud filtrate) yang
digunakan dan diinjeksikan selama pemboran berlangsung. Lumpur pemboran ini memiliki berbagai
fungsi, yaitu guna memindahkan cutting, melicinkan dan mendinginkan mata bor, dan menjaga
tekanan antara bor dan formasi batuan. Densitas lumpur tersebut dijaga agar tetap tinggi supaya
tekanan pada kolom lumpur selalu lebih besar daripada tekanan formasi. Perbedaan tekanan ini
menyebabkan terdorongnya sebagian lumpur untuk merembes ke dalam formasi batuan. Rembesan
fluida lumpur tersebut kemudian mengakibatkan adanya tiga zona di sekitar lubang pemboran yang
mempengaruhi pengukuran log, khususnya pengukuran log yang berdasarkan prinsip kelistrikan (log
SP, dan log Resistivitas). Tiga zona tersebut, yaitu :
1. Zona Terinvasi (Flushed Zone); zona yang umumnya diasumsikan bahwa air formasi telah
tergantikan seluruhnya oleh mud filtrate.
2. Zona Transisi (Transition Zone); zona yang mengandung sebagian air formasi dan sebagian
hidrokarbon yang tergantikan mud filtrate.
3. Zona Jauh/Tidak Terinvasi (Undisturbed Zone); zona yang tidak terpengaruh oleh mud
filtrate.

Penampang lingkungan sekitar lubang pemboran.


Zona terinvasi memiliki diameter df, ketebalan sekitar 6 inch, dan mengandung mud filtrate dengan
nilai resistivitas Rmf, serta mengandung residual hydrocarbon dengan nilai resistivitas Rxo.
Sedangkan zona transisi dengan diameter dj dan rentang beberapa kaki. Untuk zona jauh memiliki
resistivitas air Rw, resistivitas formasi Rt, dan nilai saturasi air Sw.

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

PEMBAHASAN
JENIS-JENIS LOG MEKANIK
Berdasarkan kemampuan, kegunaan, dan prinsip kerja maka jenis logging ini dibagi menjadi :
A. Log Listrik

1. Log SP (Spontaneous Potensial Log)

B. Log Radioaktif

2. Log Resistivity
1. Log Gamma Ray (GR Log)
2. Log Densitas (Density Log)
3. Log Neutron (Neutron Log)

C. Log Akustik (Log Sonic)


A. Log Listrik
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang ditembus lubang bor dengan
kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai variasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke
dalam lubang bor. Untuk batuan yang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan
menghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan
dengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air tawar. Oleh karena itu lumpur pemboran yang
banyak mengandung garam akan bersifat konduktif dan sebaliknya.
Pada umumnya log listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Spontaneous Potensial Log (SP Log)
2. Resistivity Log
1. Spontaneous Potensial Log (SP Log)
Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat logging karena adanya perbedaan
potensial antara elektroda yang bergerak dalam lubang sumur dengan elektroda tetap di permukaan
terhadap kedalaman lubang sumur. Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang
terdiri dari dua buah elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (M) diturunkan kedalam
lubang sumur dan elektroda yang lain (N) ditanamkan di permukaan. Disamping itu masih juga
terdapat sebuah baterai dan sebuah potensiometer untuk mengatur potensial diantara kedua elektroda
tersebut. Bentuk defleksi positif ataupun negatif terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara
kandungan dalam batuan dengan lumpur. Bentuk ini disebabkan oleh karena adanya hubungan antara
arus listrik dengan gaya-gaya elektromagnetik (elektrokimia dan elektrokinetik) dalam batuan.
Gambaran skematis dari gejala SP pada formasi degan resistivity tinggi dapat dilihat pada gambar 3.1.
21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

Gambar 1. Gambaran Skematis dari Gejala SP pada Formasi dengan


Resistivity Tinggi
(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8,
Jakarta, 1 Mei 1997)
2. Resistivity Log (Log Tahanan Jenis)
Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi beserta isinya, yang
mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon
dalam pori-pori batuan. Gambar resistivity log dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 2. Kurva Resistivity Log


(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8,
Jakarta, 1 Mei 1997)
B. Log Radioaktif
Log radioaktif dapat digunakan pada sumur yang dicasing (cased hole) maupun yang tidak dicasing
(open hole). Keuntungan dari log radioaktif ini dibandingkan dengan log listrik adalah tidak banyak
dipengaruhi oleh keadaan lubang bor dan jenis lumpur. Dari tujuan pengukuran, Log Radioaktif dapat
dibedakan menjadi: alat pengukur lithologi seperti Gamma Ray Log, alat
21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

pengukur porositas seperti Neutron Log dan Density Log. Hasil pengukuran alat porositas dapat
digunakan pula untuk mengidentifikasi lithologi dengan hasil yang memadai.
1. Gamma Ray Log
Prinsip pengukurannya adalah mendeteksi arus yang ditimbulkan oleh ionisasi yang terjadi karena
adanya interaksi sinar gamma dari formasi dengan gas ideal yang terdapat didalam kamar ionisasi
yang ditempatkan pada sonde. Besarnya arus yang diberikan sebanding dengan intensitas sinar
gamma yang bersangkutan. Didalam formasi hampir semua batuan sedimen mempunyai sifat
radioaktif yang tinggi, terutama terkonsentrasi pada mineral clay. Formasi yang bersih (clean formasi)
biasanya mengandung sifat radioaktif yang kecil, kecuali lapisan tersebut mengandung mineralmineral tertentu yang bersifat radioaktif atau lapisan berisi air asin yang mengandung garam-garam
potassium yang terlarutkan (sangat jarang), sehingga harga sinar gamma akan tinggi.
2. Neutron Log
Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan tanpa melihat atau memandang
apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun air formasi. Neutron terdapat didalam inti elemen,
kecuali hidrokarbon. Neutron merupakan partikel netral yang mempunyai massa sama dengan atom
hidrogen.

Gambar 3. Respon Gamma Ray pada Suatu Formasi


(Dewan, T.J.:Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation, Pennwell
Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, USA, 1983)
Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut, energi tinggi dari neutron dipancarkan secara
kontinyu dari sebuah sumber radioaktif yang ditempatkan didalam sonde logging yang diletakkan
pada jarak spacing pendek sekitar 10-18 inch dari detektor gamma ray. Pada operasi logging, neutron
meninggalkan sumbernya dengan energi tinggi, tetapi dengan cepat akan

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

berkurang karena bertumbukan dengan inti-inti elemen didalam formasi. Semua inti-inti elemen turut
serta dalam pengurangan energi ini, tetapi yang paling dominan adalah atom dengan massa atom yang
sama dengan neutron yaitu hidrogen. Setelah energi neutron banyak berkurang kemudian neutron
tersebut akan menyebar didalam formasi tanpa kehilangan energi lagi sampai tertangkap dan
terintegrasi dengan inti-inti elemen batuan formasi, seperti klorine dan silikn. Inti-inti ini akan
terangsang untuk memancarkan sinar gamma. Kemudian detektor sinar gamma akan merekam radiasi
sinar gamma tersebut. Bila kerapatan dialam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung air,minyak dan
gas atau didalam lapisan shale maka energi neutron akan diperlambat pada jarak yang sangat dekat
dengan sumber dan akibatnya hanya sedikit radiasi sinar gamma yang direkam oleh detektor. Hal ini
yang menjadi dasar hubungan antara jumlah sinar gamma per detik dengan porositas. Hubungan ini
menunjukkan apabila jumlah sinar gamma per detik cukup tinggi maka porositasnya rendah.
3. Density Log
Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan mengukur density bulk batuan,
disamping itu dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya hidrokarbon atau air, digunakan
besama-sama dengan neutron log, juga menentukan densitas hidrokarbon (h) dan membantu didalam
evaluasi lapisan shaly.

Gambar 4. Proses Pelemahan Partikel Neutron


(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8,
Jakarta, 1 Mei 1997)
Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma dari sumber radiasi sinar
gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada saat sinar gamma menembus batuan, sinar
tersebut akan bertumbukkan dengan elektron pada batuan tersebut, yang mengakibatkan sinar gamma
akan kehilangan sebagian dari energinya dan yang sebagian lagi akan dipantulkan kembali, yang
kemudian akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas sumber radiasi. Intensitas sinar gamma
yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan formasi.

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

C. Sonic Log
Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas, selain density log dan
neutron log dengan cara mengukur interval transite time (t), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh
gelombang suara untuk merambat didalam batuan formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic log
menggunakan sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua buah receiver (penerima).
Jarak antar keduanya adalah 1 ft. Bila pada transmitter dipancarkan gelombang suara, maka
gelombang tersebut akan merambat kedalam batuan formasi dengan kecepatan tertentu yang akan
tergantung pada sifat elastisitas batuan, kandungan fluida, porositas dan tekanan formasi. Kemudian
gelombang ini akan terpantul kembali menuju lubang bor dan akan diterima oleh kedua receiver.
Selisih waktu penerimaan ini direkam oleh log dengan satuan microsecond per feet (sec/ft) yang
dapat dikonversikan dari kecepatan rambat gelombang suara dalan ft/sec.Interval transite time (t)
suatu batuan formasi tergantung dari lithology dan porositasnya. Sehingga bila lithologinya diketahui
maka tinggal tergantung pada orositasnya. Pada tabel III-2. dapat dilihat beberapa harga transite time
matrik (tma) dengan berbagai lithologi.

Tabel III-I. Transite Time Matrik untuk Beberapa Jenis Batuan


(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8,
Jakarta, 1 Mei 1997)

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

ANALISA KUALITATIF LOG SUMUR PEMBORAN


Analisa data log sumur pemboran dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara
kualitatif, praktisnya adalah dengan menganalisa karakteristik grafik data log, untuk langkah awal
identifikasi dan zonasi reservoar hidrokarbon. Sedangkan analisa secara kuantitatif, yaitu dengan
perhitungan menggunakan persamaan-persamaan tertentu, untuk identifikasi tahap lanjut terhadap
tingkat porositas, permeabilitas batuan reservoar, dan saturasi air. Di dalam industri jasa survey
eksplorasi Minyak dan Gas Bumi.
1. Log Gamma Ray
Dalam analisa kualitatif, log Gamma Ray (GR Log) dapat digunakan untuk identifikasi dan korelasi
litologi serta estimasi tingkat kelempungan, karena prinsip kerjanya yang mengukur tingkat
radioaktivitas alami (sinar gamma) dari unsur-unsur tertentu pada mineral mika, glaukonit, dan
potasium feldspar, yang umum ditemukan pada batu serpih (shale) dan lempung (clay). Secara umum
(konvensional), kegiatan eksplorasi dilakukan untuk mencari hidrokarbon pada batuan reservoar yang
memiliki porositas dan permeabilitas yang baik, yaitu batupasir dan batugamping. Karena
karakteristik batu serpih dan lempung yang memiliki porositas dan permeabilitas yang kecil
(kemudian dianggap sebagai batuan non-reservoar), dan bersifat menyerpih dalam suatu tubuh
batuan, maka dengan analisa log Gamma Ray ini dapat dilakukan identifikasi litologi, membedakan
zona reservoar dengan zona non-reservoar.
Batupasir dan batugamping yang clean (bebas kandungan serpih), pada umumnya akan memiliki
kandungan material radioaktif yang rendah, sehingga akan menghasilkan pembacaan nilai GR yang
rendah pula. Seiring dengan bertambahnya kandungan serpih dalam batuan, maka kandungan material
radioaktif akan bertambah dan pembacaan nilai GR akan meningkat. Teknik interpretasinya, secara
sederhana yaitu dengan membuat suatu garis batas (cut off) antara shale base line (yang menyatakan
nilai GR tertinggi) dengan sand base line (yang menyatakan nilai GR terendah). Sehingga diperoleh
zona di sebelah kiri cut off sebagai zona reservoar, dan zona non-reservoar di sebelah kanan garis cut
off.

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

Gambar. (1)Respon Gamma Ray di berbagai litologi, (2)Analisa kualitatif log GR.
Pengukuran log Gamma Ray memiliki kelemahan, terutama apabila terdapat batuan selain serpih dan
lempung yang memiliki radioaktivitas alami tinggi, seperti tuff. Sehingga identifikasi litologi
umumnya diperkuat dengan pengukuran Spectral Gamma Ray, yang mampu mengetahui sumber
radiasi.
2. Log Spontaneous Potential
Dari prinsip kerjanya, log SP ini dapat digunakan untuk identifikasi batuan permeable, identifikasi
lapisan serpih (non-reservoar) dan non-serpih (reservoar), membantu korelasi litologi, dan
menghitung nilai salinitas fluida formasi (Rw). Pengukurannya berdasarkan adanya beda potensial
karena perbedaan salinitas antara lumpur pemboran (Rmf) dengan fluida formasi (Rw), dimana pada
dasarnya nilai salinitas berbanding terbalik dengan resistivitas.

Gambar. Teknis pengukuran log SP, beserta responnya.

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

Dalam interpretasinya, apabila data log SP menunjukkan kurva lurus (tidak ada perubahan nilai) maka
mengindikasikan salinitas fluida formasi sama dengan salinitas lumpur pemboran, atau dapat juga
sebagai indikasi lapisan batuan yang pejal (tight) atau impermeable. Sedangkan apabila terdapat
defleksi grafik/perubahan nilai log SP, maka menunjukkan adanya perbedaan salinitas, adanya lapisan
batuan permeable, dan dapat diasumsikan sebagai reservoar. Dan apabila lapisan permable tersebut
mengandung saline water maka nilai Rw << Rmf, dan akan terjadi perubahan nilai SP yang negatif,
sedangkan lapisan yang mengandung fresh water memiliki nilai Rw >> Rmf, mengakibatkan
perubahan nilai SP positif.
3. Log Resistivitas
Log Resistivitas dapat digunakan untuk membedakan lapisan reservoar dan non-reservoar, identifikasi
jenis fluida (air formasi dan hidrokarbon) dan batas kontak fluidanya, menghitung nilai resistivitas air
formasi dan salinitas air formasi.
Terdapat dua macam pengukuran log resistivitas, yaitu Lateral Log; meliputi Lateralog Deep (LLD),
Lateralog Shallow (LLS), Micro Spherically Focused Log (MSFL), dan Induction Log; yang meliputi
Inductionlog Deep (ILD), Inductionlog Shallow (ILS), Micro Spherically Focused (MFS). Mengacu
dari adanya perbedaan zona di sekitar dinding lubang pemboran, zona terinvasi dapat terindikasi dari
rekaman log MSFL atau SFL. Sedangkan untuk zona transisi dapat terindikasi dari rekaman log LLS
atau ILM. Untuk zona jauh dapat terbaca dari log LLD atau ILD.

Gambar. Rekaman log Resistivitas.


Dalam teknik interpretasinya, analisa log resistivitas, utamanya adalah untuk mengetahui indikasi
batuan yang porous dan permeable yang mengandung fluida hidrokarbon atau air. Nilai-nilai
LLD/ILD, LLS/ILS, dan MSFL umumnya ditampilkan pada satu kolom grafik, dab berdasarkan
21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

karakteristik grafiknya, indikasi hidrokarbon ditunjukkan oleh adanya perubahan nilai/defleksi grafik
LLD/ILD yang relatif berada di kanan terhadap defleksi grafik LLS/ILM dan MSFL. Sedangkan
defleksi grafik LLD yang relatif lebih negatif terhadap LLS/ILM dan MSFL akan mengindikasikan
adanya kandungan fluida air. Namun apabila ketiga grafik tersebut menunjukkan grafik yang saling
berhimpit tanpa adanya separasi yang jelas maka dapat mengindikasikan suatu zona yang
impermeable atau tight.
4. Log Densitas
Log Densitas dapat digunakan untuk perhitungan densitas, perhitungan porositas, dan identifikasi
kandungan fluida. Dengan memanfaatkan pancaran sinar gamma dan prinsip Hamburan Compton,
prinsip kerjanya yaitu dengan mengukur densitas bulk batuan, yang merupakan fungsi dari densitas
elektron dalam batuan. Secara teori, batuan berpori (umumnya berupa batupasir atau batugamping)
akan memiliki kandungan elektron yang lebih sedikit dibandingkan dengan batuan pejal (tight). Untuk
batupasir (densitas = 2,65 gr/cc) dan batugamping ( = 2,71 gr/cc) yang mengandung fluida gas
akan memiliki densitas bulk yang tinggi. Sedangkan serpih akan memiliki nilai densitas bulk yang
sangat tinggi apabila memiliki kandungan air terikat (clay-bound water).

Gambar. Respon log Densitas di berbagai litologi.


Interpretasi log Densitas dilakukan dengan mengamati karakteristik grafik yang akan mengalami
defleksi ke nilai yang lebih rendah apabila melalui suatu yang mengandung fluida berupa gas,
sedangkan akan mengalami defleksi ke arah nilai yang lebih tinggi apabila melalui suatu yang
mengandung fluida air maupun fluida minyak.

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

5. Log Neutron
Log Neutron dapat digunakan untuk perhitungan porositas batuan, evaluasi litologi, dan deteksi
keberadaan gas. Prinsipnya adalah dengan mengukur persentase pori batuan dari intensitas atom
hidrogen di dalamnya, yang diasumsikan bahwa hidrogen tersebut akan berupa hidrokarbon maupun
air. Hasil pengukuran log Neutron kemudian dinyatakan dalam Porosity Unit (PU).
Pada formasi yang mengandung minyak dan air, dimana kandungan hidrogennya tinggi maka
menyebabkan nilai Porosity Unit juga tinggi. Sedangkan pada formasi yang mengandung gas yang
memiliki kandungan hidrogen yang rendah menyebabkan nilai PU yang rendah pula. Rendahnya nilai
PU karena kehadiran gas kemudian disebut dengan gas effect.

Gambar. Respon log Neutron di berbagai litologi.


Suatu grafik log Neutron akan menunjukkan defleksi ke arah nilai yang lebih tinggi (ke arah kiri)
apabila melalui suatu zona berporositas tinggi, dan sebaliknya, grafik akan mengalami defleksi ke
kanan apabila melalui zona berporositas rendah.
Log Neutron, umumnya tidak terlepas dari log Densitas, karena kedua log tersebut memiliki korelasi
dalam menentukan jenis fluida yang terindikasi, antara gas, minyak, dan air, serta batas kontak antar
fluida tersebut. Grafik log Neutron dan log Densitas biasanya ditampilkan pada satu kolom, dan
berdasarkan karakteristik grafik keduanya, apabila terdapat suatu cross-over dengan jarak separasi
yang besar maka merupakan indikasi dari adanya gas. Sedangkan apabila jarak separasinya sempit
dapat mengindikasikan adanya minyak, lebih sempit lagi menunjukkan adanya fluida air.

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

Gambar. Analisa kualitatif log Neutron-Densitas untuk identifikasi jenis fluida hidrokarbon.

PEMBACAAN DAN INTERPRETASI DATA GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN


1. Gamma Ray Log (GR Log)
Letak

Disebelah kiri dari kolom kedalaman, umumnya bersama dengan Log Caliper

Prinsip

dan Log SP .
Alat Detektor Gamma Ray berfungsi untuk menangkap pancaran radioaktif

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

yang dipancarkan oleh formasi/batuan. Unsur-unsur yang ditangkap berupa


Thorium

(Th), Potasium (K), Uranium (U). Unsur-unsur tersebut

terutama K dan Th banyak terdapat pada lempung/shale.


Batuan yang mengandung unsur-unsur radioaktif tetapi bukan lempung/shale.

Kelemahan

Kegunaan

Contoh Alat
Teknik

reservoar)
Menentukan batas lapisan
Untuk korelasi antar sumur
Estimasi kelempungan
: Single GR Detector
: Batupasir dan Batugamping (permeable zone) diasumsikan jarang

Interpretasi

Untuk menentukan zona permeabel atau impermeabel (reservoar/non

mengandung unsur radioaktif (Th, K dan U), sehingga defleksi kurva

Data GR Log

Gamma Ray relatif kekiri/ defleksi Negatif.


Serpih/shale diasumsikan memiliki kandungan unsur radioaktif tinggi,

sehingga kurva Gamma Ray relatif kekanan/defleksi positif.


Tentukan batas shale-baseline dengan menarik garis lurus vertikal umumnya

mengikuti lapisan shale yang paling tebal


Tentukan sand-baseline dengan menarik garis lurus vertikal umumnya

mengikuti lapisan sand yang paling tebal


Pada tengah-tengah antara kedua baseline tersebut, buat garis lurus vertikal

(cut- off line)


Semua interval di Kiri garis cut-off line : batuan Reservoar

Kanan garis : batuan Non Reservoar.

Gambar 1. Respon GR Log terhadap berbagai formasi (Dewan, J.T., 1983)

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

2. Log Spontaneous Potensial (Log SP)


Letak

Disebelah kiri dari kolom kedalaman, umumnya bersama dengan Log Caliper dan

Prinsip

Log GR
Mengukur beda potensial arus searah antara elektroda yang bergerak di dalam
lubang bor dengan elektroda di permukaaan.
Beda potensial yang diukur merupakan fungsi dari salinitas air formasi.
Defleksi SP tergantung pada salinitas lumpur (Rmf) dan salinitas air formasi
(Rw). Ada 3 (tiga) kemungkinan : Rw < Rmf , Rw = Rmf dan Rw > Rmf.
Salinitas berbanding terbalik dengan Resistivity (Rw). Salinitas >> maka

Batasan

Resistivity << dan sebaliknya.


Kurva lurus/tidak ada defleksi, berarti salinitas lumpur (Rmf) = salinitas air
formasi (Rw). Dapat diasumsikan berupa lapisan lempung/shale (kompak)
Ada defleksi : berarti lapisan permeabel (sandstone / limestones
Untuk lapisan permeabel yang mengandung saline water maka Rw << Rmf dan
kurva defleksi ke kiri (-). Umumnya Gas atau Oil terdapat pada saline water
formation.
Untuk lapisan permeabel yang mengandung fresh water, maka Rw >> Rmf dan

Kegunaan

Kelemahan

Teknik
Interpretasi

kurva defleksi ke kanan (+). Gas/Oil dalam fresh water formation tidak umum.
Identifikasi lapisan permeabel /non permeabel
Penentuan batas lapisan
Menghitung harga Rw
Untuk korelasi
Tidak bisa digunakan pada
Sumur dengan oil-base mud atau non-conductive mud.
Pada lubang sumur kosong tanpa mud
Lubang sumur yang telah di-casing.
Lihat kurva, ada defleksi :
Ada : Zona porous & permeabel
Tidak ada : Lempung / shale / zona tight
Defleksi kemana ?

(+) : fresh water


(-) : saline water / HC

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

Gambar 2. Perbandingan Log SP dan Log GR (dari Applied Openhole Log Interpretation, Courtesy
D.W. Hilchie)
3. Log Caliper (Cali Log) dan Log Bit Size (BS Log)
Letak

Disebelah kiri kolom kedalaman, umumnya bersama dengan Log GR dan Log SP

Prinsip

: Log Caliper bekerja untuk mengamati kondisi lubang bor, terutama ukuran diameter

Kegunaan

lubang bor (hole diameter)


Log Bite Size menunjukkan ukuran bit (mata bor) yang digunakan dalam pengeboran.
: Log Caliper :

Bersama dengan BS Log mengkoreksi tanggapan alat logging kepada ukuran

diameter lubang bor.


Memberikan indikasi terjadinya penimbunan lumpur bor
Memberikan indikasi terjadinya pengikisan lubang bor.
Menghitung volume semen yang dibutuhkan dalam cementing program.
Menentukan titik untuk pengambilan sidewall core

Log Bit Size :


Bersama dengan Log Caliper mengkoreksi tangapan alat logging terhadap

perubahan ukuran lubang bor.


4. Log Resistivitas (Resistivity Log)
Letak

Di sebelah kanan dari log kedalaman, bersama dengan Log Densitas, Log Neutron

Prinsip

dan Log Sonic


: Mengukur tahanan jenis batuan/formasi dan fluida yang dikandungnya terhadap

arus listrik yang melaluinya


Sifat menghantarkan listrik terutama merupakan fungsi dari fluida yang berada

dalam pori-pori batuan


Ada 2 (dua) jenis Log Resistivitas, yaitu :
21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

1. Lateralog

2. Induction

Kegunaan

Interpretasi

Lateralog Deep (LLD)


Lateralog Shallow (LLS)
Micro Spherically Focused Log (MSFL)
Induction Lateralog Deep (ILD)
Induction Lateralog Medium (ILM)
Spherically Focused Log (SFL)
Menentukan tahanan jenis formasi
Membedakan lapisan reservoar dan non reservoar
Membedakan HC bearing zone dan Water bearing zone
Kombinasikan dengan GR Log dan SP Log dalam menentukan jenis litologi

dan fluida yang dikandungnya


Bandingkan harga MSFL/SFL, ILM/LLS dan ILD/LLD (defleksi ketiga kurva
tersebut)

5. Log Densitas (Density Log)


Letak

Di sebelah kanan dari log kedalaman, bersama dengan Log Resisitivitas, Log

Prinsip

Neutron dan Log Sonic.


: Menembakkan sinar gamma yang membawa partikel-partikel foton ke dalam
formasi batuan, partikel-partikel foton akan bertumbukan dengan elektron yang
ada dalam formasi. Banyaknya energi sinar gamma hilang setiap kali
bertumbukan menunjukkan densitas elektron di dalam formasi yang sekaligus

Batasan

mengindikasikan densitas formasi.


Menunjukkan besarnya densitas batuan (bulk density) yang ditembus lubang bor.

Log densitas umumnya digunakan dalam penentuan porositas total batuan.


Secara teoritis batuan berpori (umumnya sandstone atau limestone) akan
memiliki kandungan elektron yang lebih sedikit dibanding batuan yang tidak

berpori/tight. Batuan yang tight banyak mengandung elektron


Sandstone (p =2,65 gr/cc) dan limestone (p =2,71 gr/cc) yang mengandung fluida
gas akan memiliki bulk density yang rendah, sebaliknya jika mengandung fluida

Contoh

alat
Kegunaan

minyak atau air akan memiliki nilai bulk density yang tinggi.
Shale akan dapat memiliki harga bulk density yang sangat tinggi jika

mengandung air terikat (clay-bound water) di dalamya.


Compensated Density Log (CDL), Formation Density (FDC)

Mengukur densitas batuan


Mengukur porositas batuan
Menentukan kandungan fluida (X-plot dengan Log Neutron)

6. Log Neutron (Neutron Log)


Letak

Di sebelah kanan dari log kedalaman, bersama dengan Log Resisitivitas, Log

Prinsip

Densitas dan Log Sonic.


: Menembakkan partikel neutron berenergi tinggi ke dalam formasi, tumbukan

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

neutron dengan atom H (asumsi : atom H berasal dari HC atau air) akan
menyebabkan energi neutron melemah. Detektor dari alat akan menghitung
partikel neutron yang kembali dari formasi. Semakin banyak atom H dalam

Contoh

alat
Kegunaan

formasi, maka partikel neutron yang kembali akan makin sedikit.


Mengukur persentasi pori pada formasi dari banyaknya atom hidrogen dalam

formasi (dengan asumsi pori terisi oleh HC atau air)


Compensated Neutron Log (CNL), Dual Spacing Neutron (DSN)

Menghitung nilai porositas batuan


Jika dikombinasikan dengan Log Densitas dapat menekankan kepada litologi dan
mendeteksi zona gas.

Gambar 3. Perubahan litologi yang ditunjukkan oleh croosplot antara Neutron-Density Log
(Courtesy Schlumberger)
7. Log Sonik/Akustik (Sonic Log)
Letak

Di sebelah kanan dari log kedalaman, bersama dengan Log Resisitivitas, Log Densitas

Prinsip

dan Log Neutron.


: Sebuah transmitter melepaskan gelombang suara ke formasi, setelah melewati

formasi diterima oleh receiver.


Merupakan rekaman waktu yang diperlukan oleh gelombang suara untuk

merambat melalui formasi (waktu tempuh)


Waktu tempuh tiap meter terukur mengikuti persamaan sbb :
dimana : = porositas
t-fl = travel time of pore fluid
t-ma = travel time of matriks

Lamanya waktu rambat gelombang suara berbanding terbalik dengan kecepatan


rambat suara di dalam suatu formasi. Kecepatan suara di dalam formasi tergantung
pada elastisitas matriks batuan, porositas, kandungan fluida dan tekanan.

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

Contoh

Borehole Compensated Sonic Tool (BHC)

alat
Kegunaa

Kalibrasi data seismik


Menghitung porositas primer pada lapisan yang diketahui jenis litologinya
Evaluasi porositas sekunder (dikombinasikan dengan Log Neutron dan Log
Densitas)

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, M., 1973, Petroleum Reservoar Property Evaluation, John M. Campbell and Co.
International Institute Ltd., Oklohama, USA
Dewan, J.T., 1983, Essentials Of Modern Open Hole Log Interpretation, PenWell Publishing
Company, Tulsa, Oklohama, USA
Doll, H.G., 1984, The SP Log : Theoritical Analysis and Principles Interpretation, Society Of
Petroleum Engineers Richardson, New York.
Heysse. D., 1991, Openhole Log Analysis and Formation Evaluation, Haliburton Logging Service,
Houston, Texas, USA
Tixier, M. P., Alger, R.P. and Doh. C.A., 1986, Sonic Logging, Schlumberger Well Surveying
Corporation
https://geohazard009.wordpress.com/tag/logging/
https://www.academia.edu/4671664/TEORI_DASAR_LOGGING

21

PRAKTIKUM GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

Anda mungkin juga menyukai