lumpur dan formasi yang dibor harus mempunyai efek yang minimal pada
formasi. Ini sangat penting untuk mempertahankan lubang terbuka (open
hole) dan menyelesaikan operasi pemboran.
Lumpur pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu water-based mud, oilbased mud dan udara.
c. Pengeboran on shore & offshore
Pengeboran minyak dan gas bumi dapat dilakukan di daratan (on shore)
atau pun di lepas pantai (offshore). Pengeboran on shore dan offshore
mempunyai beberapa perbedaan. Pada suatu pengeboran offshore yang
dilakukan pada air laut yang dangkal, hanya memerlukan sedikit saja
modifikasi dari pengeboran on shore. Namun hal ini tidak berlaku bagi
pengeboran offshore, khususnya yang dilakukan pada kedalaman air laut
yang dalam. Hal ini dikarenakan dalam pengeboran offshore banyak sekali
faktor yang harus dipersiapkan terlebih dahulu, seperti adanya platform dan
juga teknologi yang tinggi jika pengeboran tersebut berlangsung pada laut
yang dalam, dan juga factor keselamtan kru yang tinggal di platform harus
diperhatikan.
d. Komponen rig pengeboran
Komponen rig pemboran dapat dikelompokkan atas hoisting system,
rotating system, circulating system, power system dan blowout preventer
d.1 Hoisting system
Hoisting system adalah
tenaga
listrik
DC
pada
rig
elektrik.
Tenaga
dilaksanakan
dengan
menggunakan
seperangkat
alat
pemboran yang disebut drilling rig. Secara umum, rig dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu land rig (onshore rig) dan off shore rig. Hampir semua land
rig mempunyai bentuk dan susunan yang sama, sedangkan untuk offshore
rig terdapat 5 jenis yang masing-masing didesain khusus didesain untuk
lingkungan perairan yang berbeda. Berbagai tipe daripada rig offshore adalah
barges, submersibles, platforms, jackups, dan floaters.
e.1 Barge
Barge rig didesain untuk bekerja pada air yang dangkal (kurang dari 20
ft) seperti rawa atau danau. Rig mengambang di atas lokasi pemboran
sementara bagian bawahnya (lower hull) menancap pada dasar laut. Bagian
bawah (lower hull) dengan permukaan yang luas ini dapat mempertahankan
rig dari amblas ke bagian lumpur yang lunak dan memberikan suatu
platform pemboran yang stabil. Semua peralatan pemboran ditempatkan
pada perahu yang dapat berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Untuk
keseimbangan pada saat pemboran, barge ini dilengkapi dengan jangkar.
e.2 Submersible
Submersible rig adalah suatu tongkang (barge) yang didesain untuk
bekerja pada air yang lebih dalam (sampai 50 ft). Alat ini mempunyai
perpanjangan (extension) yang akan dapat menaikkan bagian atasnya (upper
hull) di atas ketinggian air (water level).
e.3 Platform
Platform menggunakan suatu jaket (suatu jaringan kerangka besi yang
tabular yang ditancapkan pada dasar samudera) untuk mendukung peralatan
produksi pada permukaan, tempat tinggal dan rig pemboran. Berbagai
directional well dibor dari platform ini menggunakan rig dengan struktur
yang dapat dipindah-pindahkan. Setelah semua sumur selesai dibor, maka
bagian rig pemboran dipindah dari platform. Platform yang lebih kecil
menggnakan rig jackup untuk mengebor sumur.
e.4 Jackup
Jackup adalah sama deengan platform kecuali kaki-kaki penyangganya
tidak secara permanen ditancapkan ke dasar laut. Berat dari rig mencukupi
untuk alat ini tetap pada lokasinya. Kaki-kakinya dapat diturunkan ketika
membor dan dapat dinaikkan untuk pindah ke lokasi baru.
e.5 Floater
Rig pemboran yang tidak menancap pada dasar laut dinamakan floater.
Rig ini dapat membor deengan kedalaman yang lebih daripada jackup atau
platform. Beberapa cirri yang lain yaitu:
-
Drill string dan raiser dilindungi dari pergerakan arus oleh motion
compensator
Muka sumur dan BOP diletakkan pada dasar laut dan dihubungkan ke rig
dengan menggunakan riser untuk melakukan sirkulasi lumpur pemboran.
Terdapat dua kategori dari floater, yaitu semisubmersible dan drill ship.
f. Operasi pengeboran
Sebelum dilakukan operasi pengeboran maka diperlukan adanya suatu
rencana yang matang untuk suatu kesuksesan operasi pengeboran.
Perencanaan suatu sumur adalah proses kerjasama antara staff teknik dan
geosains meliputi akses beberapa database dan komunikasi yang jelas.
Beberapa yang harus dievaluasi antara lain:
1. Apakah target yang akan dievaluasi?
2. Bagaimana sumur dapat dibor sampai mencapai target?
3. Bagaimana target dapat dievaluasi?
Setelah beberapa pertanyaan di atas jelas, maka proses pengeboran dapat
diteruskan.
Pengeboran dilakukan dilakukan dan selama proses pengeboran harus
dilakukan dan diawasi secara seksama oleh wellsite geologist, mud logger
ataupun tenaga ahli lainnya. Sesuai dengan tugas masing-masing, mereka
harus mengawasi pelaksanaan pengeboran agar tujuan yang telah ditetapkan
dapat dicapai.
Sebagai contoh, well site geologist harus dapat melakukan justifikasi
geologi tentang proses pengeboran yang berlangsung. Seperti misalnya
menentukan pay zone yang telah diantisipasi sebelumnya. Mud logger
bertugas memonitor dan mencatat data yang berkaitan dengan lubang bor
dan proses pengeboran. Tugas mud logger meliputi analisis gas dan cutting
untuk menciptakan suatu evaluasi formasi yang kontinyu sementara sumur
dibor.
Selama proses pengeboran juga dimungkinkan melakukan proses logging
dengan menggunakan alat LWD (logging while drilling). Dengan
menggunakan alat ini, maka pelaksanaan logging dapat dilakukan bersamaan
deengan saat pengeboran sehingga formasi yang dievaluasi masih dalam
keadaan belum terganggu dan masih fresh.
Terkadang ahli paleontologi juga ambil bagian dalam proses pengeboran
ini. Ahli paleontologi ini mengambil sampel-sampel batuan dan fosil yang
terdapat di dalam lumpur pemboran untuk dianalisa. Terkadang analisa dari
ahli ini sangat penting dalam menentukan proses pemnegboran selanjutnya.
g. Casing & cementing
dapat
terkelupas
(slough
off).
Tekanan
struktural
juga
dapat