Anda di halaman 1dari 31

SECONDARY RECOVERY

• Dengan makin menipisnya cadangan minyak bumi di dunia dan makin


sulitnya menemukan sumber minyak baru, sementara kebutuhan akan
minyak bumi semakin meningkat, maka produksi lapangan-lapangan
minyak dituntut untuk dapat berproduksi sebesar-besarnya dari dalam
batuan reservoir.
• Dengan metoda natural flow dan juga artificial lift, hanya mampu
memperoleh maksimal sekitar 30% dari cadangan yang ada di dalam
reservoir.
• Setidaknya 2/3 minyak masih tertinggal di reservoir dengan primary
recovery.
• Sehingga diperlukan metoda-metoda lain yang dapat meningkatkan
perolehan lapangan minyak.
• Berbagai metoda tersebut dilakukan tanpa merusak formasi dari reservoir
yang ada, sehingga faktor perolehan dari sumur produksi tersebut
meningkat.
Metoda Produksi Migas
A. Primary Recovery
• Pada tahap ini, minyak mentah akan masuk ke dalam sumur
produksi dengan mengandalkan tekanan reservoir saja.
• Primary recovery dibedakan menjadi:
1. Natural flow
Tekanan reservoir masih mampu mendorong fluida untuk masuk ke sumur
produksi dan terus ke permukaan.
2.Artificial lift
Tekanan reservoir hanya mampu mendorong minyak mentah sampai ke
sumur produksi.
Pergerakan minyak ke permukaan membutuhkan alat bantu seperti SRP,
ESP, gas lift, dan hydraulic lift.
B. Secondary Recovery
• Apabila tekanan reservoir sudah tidak mampu mendorong minyak ke
sumur produksi dan/atau ke permukaan sehingga perlu diberikan
tekanan tambahan.
• Tekanan tambahan yang diberikan bergantung pada kedalaman sumur.
• Metode yang biasa digunakan antara lain:
1. Water injection (water flooding)
Air bertekanan diinjeksikan ke dalam sumur injeksi sehingga minyak mentah yang
kental pecah (menjadi encer) dan terdorong ke dalam sumur produksi. Metode
ini digunakan pada sumur dengan kedalaman 2000-3000 ft untuk minyak ringan.
2.Pressure Maintenance
Prinsip metode ini sama dengan water injection, hanya saja yang diinjeksikan
adalah gas atau air untuk menjaga tekanan sumur agar minyak tersapu naik ke
permukaan.
• Pada umumnya mengunakan metoda secondary recovery ini, dapat
membantu menambah produksi maksimal sekitar 20% dari primary
recovery.
• Namun tidak semua reservoir dapat diterapkan metoda ini.
C. Tertiary Recovery
• Konsep tertiary recovery bertujuan untuk memobilisasi sisa
minyak di reservoir.
• Konsep ini dilakukan dengan menurunkan viskositas minyak
atau mengurangi gaya kapiler (tegangan permukaan) agar
minyak semakin mudah mengalir dan tersapu ke permukaan.
• Diperkirakan sekitar 60-70% original oil in place (OOIP) dapat
diangkat ke permukaan dengan metode ini.
• Teknik ini terbagi ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Thermal (hot water, steamflood, in-situ combustion)
2. Miscible gas (CO2, miscible solvent)
3. Chemical (surfactant, polymer, caustic)
4. Others (microbial, electrical, mechanical)
• Tertiary recovery sering disebut enhanced oil recovery (EOR)
SECONDARY RECOVERY
Injeksi Air (Water Flooding)
• Pada lapangan yang sudah melewati batas primary
recovery-nya, dilakukan optimasi produksi dengan
cara lain salah satunya adalah injeksi air (water
flooding).
• Mekanisme kerjanya adalah dengan menginjeksikan
air  ke dalam formasi yang berfungsi untuk mendesak
minyak menuju sumur produksi sehingga akan
meningkatkan produksi minyak ataupun dapat juga
berfungsi untuk mempertahankan tekanan reservoir
(pressure maintenance).
Sejarah Penggunaan Waterflooding
• Penemuan minyak mentah oleh Edwin L. Drake di Titusville pada
tahum 1859 menandai dimulainya era industri minyak bumi.
• Eksperimen waterflood pertama tercatat dilakukan di lapangan
Bradford, Pennsylvania pada tahun 1880-an.
• Di awal abad 1900-an mulai diapikasikan metoda water flooding
dibeberapa tempat di USA.
• Signifikansi waterflood mulai terjadi pada akhir 1940-an, ketika
sumur-sumur produksi mulai mencapai batasan ekonomis (economic
limit)nya dan memaksa operator berpikir untuk
meningkatkan producable reserves dari sumur-sumur produksi.
• Dibandingkan dengan masa sekarang, penerapan waterflood pada
masa dahulu boleh dibilang sangat sedikit. Salah satu faktor
penyebabnya adalah karena pada zaman dahulu pemahaman tentang
waterflood masih sangat sedikit. Selain itu, pada zaman dahulu
produksi minyak cenderung berada diatas kebutuhan pasar.
• Injeksi air ini sangat banyak digunakan, alasannya antara lain:
– Air mudah didapatkan
– Biaya relatif murah
– Berat kolom air dalam sumur injeksi turut memberikan tekanan,
sehingga cukup banyak mengurangi tekanan injeksi yang perlu
diberikan di permukaan
– Mudah tersebar ke daerah reservoir, sehingga efisiensi
penyapuannya cukup tinggi
– Memiliki efisiensi pendesakan yang sangat baik
• Penginjeksian air bertujuan untuk memberikan tambahan
energi ke dalam reservoir.
• Pada proses pendesakan, air akan mendesak minyak
mengikuti jalur-jalur arus (stream line) yang dimulai dari
sumur injeksi dan berakhir pada sumur produksi
Kedudukan Air Sepanjang Jalur Arus
(a) sebelum dan (b) sesudah Tembus Air Pada Sumur Produksi
PERTIMBANGAN PEMILIHAN METODE INJEKSI AIR
Faktor Teknis
• Injeksi air diutamakan pada kasus dimana tidak terdapat pembatas dimana rasio mobilitas
yang tinggi.
• Selain itu pada reservoir yang mengandung under saturated oil  yang tinggi, injeksi air
sangatlah sesuai karena perbandingan gas dan minyak yang rendah akan berhasil hanya
didalam volume yang kecil dari gas yang tersedia untuk injeksi gas.
• Pada reservoir yang  mengandung saturasi minyak, air sangat cocok sebagai fluida injeksi
selama permeabilitas airnya cukup tinggi. Namun, pada reservoir yang mengandung volatile
oil metode injeksi gas sangatlah diutamakan dalam melakukan recovery.

Faktor Ekonomis
• Dalam melakukan recovery selain memperhitungkan efisiensi dari metode recovery yang
digunakan perlu dipertimbangkan juga biaya dari proyek injeksi tersebut. Unsur – unsur yang
perlu dipertimbangkan misalnya;
– Biaya study dan eksperimen laboratorium
– Biaya penggalian sumur tambahan
– Biaya dari  peralatan operasi seperti pompa, filter dan lain – lain.
• Pemilihan air sebagai metode ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor ekonomis sbb :
– Ketersediaan air yang melimpah dan mudah didapat.
– Mobilitas air yang tinggi.
– Harga pembelian air yang sangat murah.
PERENCANAAN WATER FLOODING
Penentuan Lokasi Sumur Injeksi-Produksi
• Pada umumnya dipegang prinsip bahwa sumur-sumur yang
sudah ada sebelum injeksi dipergunakan secara maksimal
pada waktu berlangsungnya injeksi nanti.
• Jika masih diperlukan sumur-sumur baru maka perlu
ditentukan lokasinya. Pada daerah yang sisa minyaknya masih
besar mungkin diperlukan lebih banyak sumur produksi
daripada daerah yang minyaknya tinggal sedikit.
• Peta isopermeabilitas juga membantu dalam memilih arah
aliran supaya penembusan fluida injeksi (breakthrough) tidak
terjadi terlalu dini.
Penentuan Pola Sumur Injeksi-Produksi
• Salah satu cara untuk meningkatkan faktor perolehan minyak adalah dengan
membuat pola sumur injeksi-produksi, yang bertujuan untuk mendapatkan pola
penyapuan yang seefisien mungkin.
• Tetapi kita harus tetap memegang prinsip bahwa sumur yang sudah ada sebelum
injeksi harus dapat digunakan semaksimal mungkin pada waktu berlangsungnya
injeksi nanti.
• Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan pola sumur injeksi produksi
tergantung pada:
– Tingkat keseragaman formasi, yaitu penyebaran permeabilitas ke arah lateral maupun ke
arah vertikal.
– Struktur batuan reservoir meliputi patahan, kemiringan, dan ukuran.
– Sumur-sumur yang sudah ada (lokasi dan penyebaran).
– Topografi.
– Ekonomi.
• Pada operasi waterflood, sumur-sumur injeksi dan produksi umumnya dibentuk
dalam suatu pola tertentu yang beraturan, misalnya pola garis lurus, empat titik,
lima titik, tujuh titik, dan sebagainya.
• Pola sumur dimana sumur produksi dikelilingi oleh sumur-sumur injeksi disebut
dengan pola normal. Sedangkan bila sebaliknya yaitu sumur-sumur produksi
mengelilingi sumur injeksi disebut dengan pola inverted.
Penentuan Debit dan Tekanan Injeksi
• Debit injeksi yang akan ditentukan di sini adalah untuk sumur-sumur dengan
pola tertutup dengan anggapan bahwa mobility ratio (M) sama dengan satu.
Besarnya debit injeksi tergantung pada perbedaan tekanan injeksi di dasar
sumur dan tekanan reservoirnya.

Konsep Interaksi Batuan dan Fluida


• Pada waterflood dalam skala mikro, efesiensi pendesakan dipengaruhi oleh
faktor interaksi fluida dan media yang di tempatinya. Karena di reservoir
terdapat lebih dari satu fasa, maka secara alamiah telah terjadi interaksi
antara batuan dan fluida di reservoir yang sekaligus mempengaruhi
pendesakan fluida. Karena itulah, pemahaman tentang sifat-sifat dasar
batuan reservoir perlu dilakukan
• Karena interaksinya dengan fluida, sifat-sifat batuan reservoir ini menjadi
terbagi atas dua kelompok :
– Sifat absolut dari batuan itu sendiri, antara lain porositas, permeabilitas, dan
distribusi ukuran pori.
– Sifat batuan reservoir akibat interaksi batuan dengan fluida reservoir yang bersifat
statis, antara lain tekanan kapiler, wettability, dan contact angle.
– Sifat batuan reservoir akibat interaksi batuan dengan fluida reservoir yang bersifat
dinamis, diantaranya mobilitas, dan permeabilitas relatif
Enhanced Oil Recovery (EOR)
Tujuan EOR adalah :
• Meningkatkan faktor perolehan minyak
• Mengurangi saturasi minyak residual (Sor)
• Menurunkan viskositas minyak yang terdapat dalam reservoir
• Mengurangi tekanan kapiler pada sistem fluida-batuan
reservoir
• Memberikan driving force pada laju produksi minyak yang
sudah rendah
• Meningkatkan areal sweep efficiency (bergantung pada
karakteristik reservoir)
INJEKSI THERMAL
• Injeksi termal dilakukan dengan menginjeksikan fluida panas yang temperatur
jauh lebih besar jika dibandingkan temperatur fluida reservoir.
• Injeksi Termal berfungsi menurunkan viskositas minyak atau membuat minyak
berubah ke fasa uap, sambil juga mendorong minyak ke sumur-sumur produksi.
• EOR tipe ini pertama kali diterapkan di Venezuela pada tahun 1960
• Jenis-jenis Injeksi termal antara lain:
1. Stimulasi uap (steam soak, huff and puff)
Yang diinjeksikan biasanya campuran uap dan air panas dengan komposisi yang berbeda-
beda.   
2.Pembakaran di tempat (In-situ Combustion)
Menginjeksikan udara dan membakar sebagian minyak ini akan menurunkan viskositas,
mengubah sebagian minyak menjadi uap dan mendorong dengan pendesakan gabungan
uap, air panas dan gas.
3. Injeksi air panas.
Menginjeksikan air dengan temperatur yang cukup tinggi untuk memberikan efek panas ke
reservoir untuk mengurangi viskositas minyak sehingga minyak bumi tersebut memiliki
kemampuan mobilisasi/bergerak yang lebih baik. Peningkatan panas ini akan menurunkan
tegangan permukaan minyak dan meningkatkan permeabilitasnya. Minyak bumi yang
dipanaskan ini juga akan menguap dan terkondensasi dengan kualitas yang lebih baik.
INJEKSI GAS TERLARUT (Miscible Displacement)
• Merupakan sebuah proses menginjeksikan fluida pendorong ke dalam sumur minyak
yang kemudian akan bercampur dengan minyak tersebut. Fluida yang digunakan
misalnya larutan hidrokarbon, gas hidrokarbon, CO2 ataupun gas nitrogen.
• Ketika fluida ini bercampur dengan minyak, maka tekanan pada reservoir dapat
terjaga dan akan meningkatkan kemampuan mobilitas minyak karena tegangan
antara air dan minyak akan berkurang.
• Gas yang umum diinjeksikan biasanya karbondioksida karena gas ini dapat
menurunkan viskositas minyak dan harganya relatif lebih murah daripada LPG.
• Pertama kali digunakan di Amerika Serikat pada awal 1970-an di Texas. Hampir
setengah dari EOR yang digunakan di AS adalah bentuk injeksi gas.
• Gas CO2 mudah larut dalam minyak bumi namun sulit larut pada air.
• Mekanisme dasar injeksi CO2 adalah bercampurnya CO2 dengan minyak dan
membentuk fluida baru yang lebih mudah didesak daripada minyak pada kondisi
awal di reservoir.
• Ketika minyak bumi terjenuhi oleh injeksi CO2 , maka akan :
1. Menurunkan viskositas minyak dan menaikkan viskositas air.
2. Menaikkan volume minyak dan menurunkan densitas minyak
3. Memberikan efek pengasaman pada reservoir karbonat.
4. Membentuk fluida bercampur dengan minyak karena ekstraksi, penguapan, dan
pemindahan kromatografi, sehingga dapat bertindak sebagai solution gas drive.
INJEKSI GAS TERLARUT (CO2)
• Ada 4 jenis mekanisme pendesakan injeksi CO2 :
1. Injeksi CO2 secara kontinyu selama proses EOR.
2. Injeksi slug CO2, diikuti air.
3. Injeksi slug CO2 dan air secara bergantian.
4. Injeksi CO2 dan air secara simultan.
Injeksi CO2 dan air secara simultan terbukti merupakan mekanisme pendesakan yang
terbaik di antara keempat metode tersebut (oil recovery-nya sekitar 50%).
• Agar tercapai pencampuran antara CO2 dengan minyak, maka tekanan di reservoir
harus melebihi MMP (Minimum Miscibility Pressure), harga MMP dapat diperoleh dari
hasil percobaan di laboratorium atau korelasi.
• Sumber CO2 alami adalah yang terbaik, baik dari sumur yang memproduksi gas CO2
yang relatif murni atau dari pabrik yang mengolah gas hidrokarbon yang mengandung
banyak CO2 sebagai kontaminan.
• Sumber yang lain adalah kumpulan gas (stack gas) dari pembakaran batubara (coal-
fired). Alternatif lain adalah gas yang dilepaskan dari pabrik amoniak.
• Perhitungan yang dilakukan dalam injeksi CO2 ke reservoir minyak adalah
– menentukan banyaknya air yang digunakan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga
proses pencampuran CO2 dengan minyak dapat berlangsung,
– menentukan tekanan injeksi CO2 ke reservoir yang tidak melebihi tekanan formasi.
INJEKSI KIMIA
• Pada metode ini diinjeksikan bahan kimia berupa surfactant atau bahan polimer
untuk mengubah properti fisika (misalnya, tegangan permukaan dan tegangan
kapiler) dari minyak ataupun fluida yang dipindahkan.
• Hasilnya, minyak dapat lebih mudah mengalir. Akan tetapi, penggunaan metode ini
masih dilakukan secara terbatas karena dana yang dibutuhkan untuk membeli
bahan kimia relatif mahal.
• Beberapa komponen yang diinjeksikan dalam injeksi kimia
1. Surfactant
Surfactant berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan, tekanan
kapiler (campuran polimer, alkohol, sulfonate), menaikkan efesiensi pendesakan
dalam skala pori, mikropis.
2. Polymer
Polymer berfungsi untuk memperbaiki perbandingan mobilitas minyak-air dan
menaikkan efesiensi pengurasan secara luas.
Sering dipakai berselang-seling dengan surfactant. Injeksi Polymer efektif
untuk reservoir dengan viskositas minyak tinggi (sampai 200 cp). Jenis-jenis
polimer yang paling sering dipakai:
- polycrylamide
- polysacharide 
PEMILIHAN METODA EOR 
Dari beberapa metoda EOR yang ada, harus ditentukan metoda mana yang
paling tepat yang sesuai dengan karakteristik reservoir.

Besaran yang harus diperhatikan dalam pemilihan metoda EOR :


1. Kedalaman
• Kedalaman reservoir merupakan faktor penting dalam menentukan
keberhasilan suatu EOR dari segi teknik maupun ekonomi.
• Dari sudut pandang teknis, jika reservoir cukup dangkal, tekanan injeksi
yang dapat dikenakan pada reservoir juga kecil karena dibatasi oleh
tekanan rekah.
2.  Kemiringan
• Kemiringan memiliki arti yang penting jika perbedaan densitas yang
didesak cukup besar. Jika kecepatan pendesakan besar sekali, pengaruh
kemiringan tidak terlalu besar. Jika fluida pendesaknya air, maka
cenderung untuk maju lebih cepat di bagian bawah.
3. Tingkat Heterogenitas Reservoir
• Heterogenitas reservoir ditentukan oleh :
– Tingkat ketidakseragaman ukuran pori
– Stratigrafi / jenis batuan
– Kontinuitas yang dipengaruhi oleh struktur
4.  Sifat Petrofisik
• Besaran petrofisik yang mempengaruhi keberhasilan metode EOR adalah :
– Porositas
– Permeabilitas
– Permeabilitas efektif sebagai fungsi saturasi (krodan krw)
– Tekanan kapiler
– Wettabilitas
5.  Mekanisme Pendorong
• Peranan mekanisme pendorong sangat penting artinya dalam EOR.
Misalnya, jika suatu reservoir memiliki tenaga pendorong air (waterdrive
mechanism) yang kuat, maka injeksi air atau kimiawi tidak akan memberi
dampak yang berarti.
6.   Saturasi Minyak Tersisa (Sor)
• Besarnya saturasi minyak tersisa menentukan sulit mudahnya pendesakan
atau pengurasan yang dilakukan oleh fluida injeksi. Hal ini disebabkan oleh
dua hal, yaitu pengurasan minyak akan memerlukan metode yang mahal
dan jumlah minyak yang harus menanggung biaya pengurasan makin
sedikit.
8.  Viskositas Minyak
• Viskositas minyak penting dalam pemilihan metode EOR dan juga dalam
penentuan keberhasilan metode tersebut. Minyak dengan viskositas yang
tinggi tidak mungkin menggunakan waterflood saja.
Mobilitas Fluida
• Mobilitas merupakan suatu ukuran kemudahan suatu fluida untuk mengalir
melalui media berpori dengan suatu gradient tekanan tertentu.
• Mobilitas fluida merupakan perbandingan antara permeabilitas efektif fluida
tersebut terhadap viskositasnya pada kondisi reservoir.
         
 λ = kf/μf       ……………………………………………..(1)

dengan :
          λ        = mobilitas fluida, md/cp
          kf      = permeabilitas efektif, md
          μf        = viskositas fluida, cp
Persamaan ini berlaku baik untuk air, minyak, dan gas.
Perbandingan Mobilitas Fluida
• Besaran ini menghubungkan antara mobilitas air yang berada di belakang kontak
air-minyak (front) dengan mobilitas minyak yang berada di dalam oil bank. 
• Apabila harga dari perbandingan mobilitas fluida ini semakin kecil, maka bagian
yang tersapu oleh fluida injeksi akan semakin besar.

M=(k/μ)pendesak/(k/μ)didesak                                

dengan :
          M      = perbandingan mobilitas
          k       = permeabilitas efektif fluida, md
          μ       = viskositas fluida, cp
• Bila proses pendesakannya merupakan pendesakan fluida yang bercampur
(miscible), maka permeabilitas efektif fluida pendesak dan fluida yang didesak
sama, sehingga secara lebih sederhana yang dibandingkan hanya viskositas
kedua fluida tersebut saja.
Efisiensi Penyapuan (EA)
• Efisiensi penyapuan didefinisikan sebagai perbandingan antara luas daerah hidrokarbon yang
telah terdesak di depan front dengan luas daerah hidrokarbon seluruh reservoir.

Efisiensi Pendesakan (ED)


• Didefinisikan sebagai jumlah fraksi hidrokarbon (minyak atau gas) yang dapat didesak setelah
dilalui oleh front dan zona transisinya.

• Bila dianggap suatu kasus pendesakan linier pada suatu sampel media berpori yang
berbentuk silinder, kemudian semua pori – pori yang terletak di belakang front dapat diisi
oleh fluida pendesaknya, maka sesuai dengan definisi, efisiensi volumetriknya akan mencapai
100% dan hubungan yang menunjukkan efisiensi pendesakan adalah sebagai berikut :

ED=(Soi - Sor)/Soi

dimana :
          ED     = efisiensi pendesakan, fraksi
          Soi     = saturasi minyak mula – mula (pada saat awal pendesakan)
          Sor     = saturasi minyak sisa
Tantangan Metoda EOR

• Biaya yang mahal


• Belum ada chemmical produksi lokal
• Kompleksitas pemodelan proses EOR
• Tahapan dari studi sampai dengan
implementasi cukup lama
Penerapan EOR di Indonesia
• EOR sudah diterapkan oleh PT.CPI di Lapangan Minas sejak akhir 2012.
• Metode yang digunakan adalah injeksi kimia dengan surfactant-polymer
tahap 2 (SFT-2).
• Selain itu juga dilakukan injeksi uap di Duri Utara
• Dengan pendekatan teknologi dan investasi, Chevron bisa
memperpanjang usia Lapangan Duri dan mampu meningkatkan jumlah
produksi minyak yang dihasilkan.
• Lapangan Duri menjadi salah satu lapangan minyak dengan injeksi uap
terbesar di dunia.
• Injeksi kimia telah dilakukan di Lapangan Tanjung (Kaltim) dan Kaji-
Semoga (Sumsel) milik Pertamina sejak 2013. Laju aliran produksi minyak
sebelumnya sebesar 300 barel per hari dan saat ini telah mencapai 700
barel per hari.

Anda mungkin juga menyukai