Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

UJI SUMUR GAS

4.1.

Pengertian dan Tujuan Uji Sumur Gas


Tujuan utama dari suatu pengujian sumur gas adalah untuk menentukan

kemampuan suatu formasi untuk berproduksi. Tekanan merupakan data yang


sangat bermanfaat dan berharga di dalam reservoir engineering. Secara langsung
atau tidak langsung, tekanan masuk ke semua tahap perhitungan reservoir
engineering. Oleh karena itu, penentuan yang akurat terhadap parameterparameter reservoir adalah hal sangat penting. Apabila pengujian dilakukan
dengan baik dan kemudian hasilnya dianalisa dengan baik maka banyak informasi
yang sangat berharga diperoleh, seperti permeabilitas effektif fluida, kerusakan
atau perbaikan formasi disekeliling lubang sumur akibat pemboran ataupun pada
saat berproduksi, tekanan reservoir, batas-batas reservoir dan bentuk radius
pengurasan.
Pada prinsipnya pengujian ini dilakukan sangat sederhana yaitu dengan
memberikan gangguan kesetimbangan tekanan terhadap sumur yang akan di test.
Secara garis besar, terdapat dua jenis uji sumur untuk sumur gas, yang pertama
adalah uji deliveribilitas termasuk back pressure test, Isochronal test dan Modified
Isochronal test dan yang kedua adalah pressure test (pressure buildup dan pressure
drawdown).
4.2.

Uji Deliverabilitas
Pada pertama kalinya pengujian untuk menentukan kemampuan sumur gas

untuk berproduksi dilakukan dengan cara membuka sumur dan menghubungkan


sumur dengan tekanan atmosfer, dan harga AOF diukur langsung dengan
menggunakan impact pressure gauge yang dipasang dipermukaan. Penyajian
dengan cara ini hanya efektif untuk digunakan pada sumur yang dangkal,
sedangkan sumur gas yang dalam dengan ukuran tubing yang kecil akan
memberikan hasil yang tidak akurat. Pembukaan sumur yang relatif lama akan
menyebabkan pemborosan gas secara sia-sia, selain dapat menimbulkan
198

199

kerusakan pada formasi serta dapat menimbulkan bahaya lain yang tidak
diinginkan. Berdasarkan alasan diatas, maka mulai dikembangkan metoda uji
deliverability yang lebih modern dengan menggunakan laju aliran yang sesuai dan
dapat dikontrol, diantaranya yakni Back Pressure, Isochronal dan Modified
Isochronal.
Deliverabilitas adalah kemampuan dari suatu sumur gas untuk
2

pR
berproduksi, yang dinyatakan dalam bentuk grafik (

-pwf2) vs Qsc. Uji

deliverability merupakan suatu uji sumur yang umum digunakan untuk


menentukan produktivitas sumur gas. Uji ini terdiri dari tiga atau lebih aliran
dengan laju alir, tekanan dan data lain yang dicatat sebagai fungsi dari waktu.
Indikator produktivitas yang diperoleh dari uji ini adalah Absolute Open Flow
Potential (AOFP), yang didefinisikan sebagai kemampuan suatu sumur gas untuk
memproduksi gas ke permukaan dengan laju alir maksimum pada tekanan alir
dasar sumur (sandface) sebesar tekanan atmosphere ( 14,7 psia). Hal ini tidak
dapat diukur secara langsung tetapi dapat diperoleh dari uji deliverability.
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi deliverability sumur gas
juga sama dengan faktor yang mempengaruhi inflow performance relationship.
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh tersebut terdiri atas faktor teknis dan
nonteknis.
Faktor teknis terdiri dari :
1. Tekanan statik
Tekanan reservoir akan menurun jika diproduksikan untuk jangka waktu
tertentu, sehingga dengan demikian kemampuan produksi suatu sumur juga akan
berubah. Perubahan kemampuan produksi ini tidak merubah perolehan gas secara
komulatif (UR), sehingga tekanan abandonment tercapai.
2. Water coning
Yaitu ikut terproduksinya air yang semakin lama semakin tinggi. Hal ini
karena rate yang terlalu besar atau kesalahan perforasi yang terlalu dekat dengan
batas gas-air (GWC) dan biasanya dijumpai pada reservoir di bawah pengaruh air

200

yang kuat. Dengan demikian gas yang terproduksi semakin lama akan semakin
kecil, sedangkan produksi air akan semakin tinggi sehingga deliverability sumur
gas tersebut akan terpengaruh dan mengakibatkan sumur mati.
3. Skin efek
Kerusakan formasi dimana permeabilitasnya semakin mengecil dan
mengakibatkan aliran dari formasi ke lubang bor akan sedikit terhambat.
Pengurangan harga permeabilitas tersebut biasanya terjadi di sekitar lubang bor
yang diakibatkan oleh adanya kontaminasi filtrat lumpur pada formasi di daerah
zona invasi. Perubahan aliran yang disebabkan oleh pengurangan permeabilitas
tersebut akan mengurangi dari kemampuan sumur untuk berproduksi.
4. Jenis aliran
Pada tes sumur gas dan analisanya, biasanya dianggap alirannya adalah
laminar, yaitu untuk harga n = 1. Untuk aliran yang turbulen, dimana harga n tidak
sama dengan satu, persamaan yang digunakan akan berbeda, sehingga
deliverabilitynya juga akan berubah.
5. Jenis reservoir
Untuk tekanan reservoir yang berada di bawah depletion drive, tekanannya
akan cepat turun sejalan dengan waktu produksi dan hal ini dapat diamati setelah
selang waktu produksi tertentu. Untuk reservoir water drive, perubahan tekanan
reservoir dipengaruhi oleh air yang aktif, sehingga perubahan dari tekanan
reservoir tidak akan turun dengan cepat.
Faktor nonteknis yaitu :
Rate produksi dan tekanan produksi
Besarnya laju aliran berhubungan dengan tekanan aliran yang terdapat di
dalam lubang bor yang berupa drawdown terhadap tekanan reservoir (ps). Dengan
berubahnya tekanan alir dasar sumur (pwf), maka laju aliran yang dihasilkan juga
akan berubah, semakin kecil tekanan alir dasar sumur, maka laju aliran akan
semakin besar. Dengan demikian, apabila besarnya tekanan aliran dapat diatur laju
aliran juga akan bisa ditentukan, sehingga deliverability sumur gas juga akan
berpengaruh terhadap perubahan dari ke dua parameter tersebut.

201

Pada masa awal dari tes penentuan dari deliverabilitas ini sudah dikenal
persamaan empiris yang selaras dengan hasil pengamatan. Persamaan ini
menyatakan hubungan antara qsc terhadap p2 pada kondisi aliran yang stabil.
2

pR
qsc = C(

- pwf2)n

........................................................................(4-1)

dimana :
qsc = laju aliran gas Mscf/d
C = koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva deliverabilitas
yang setabil, Mscfd/psia2
n

= bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva


deliverability yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh faktor
inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga antara 0.5-1.
atau n = tan

pR

tekanan rata-rata reservoir, psia.

pwf = tekanan alir dasar sumur, psia

202

Gambar 4.1. Grafik Deliverabilitas


(Beggs, Dale. H; Gas Production Operations1990)
Harga n ini mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia turbulensi atas
aliran. Harga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak
(p2). Untuk aliran yang laminer akan memberikan harga n sama dengan 1, dan
bila faktor inersia- turbulensi berperan dalam aliran maka n < 1 (dibatasi sampai
harga paling kecil sama dengan 0,5). Pembuatan grafik dengan sistem koordinat
log-log berdasarkan Persamaan (4-1) akan menghasilkan hubungan yang linier.
log qsc = log C + n log p2

..........................................................(4-2)

pR
p2 = (

- pwf2)

.........................................................................(4-3)

Contoh grafis tersebut dapat dilihat pada Gambar ( 4.1).


Harga C dapat dilihat/dicari yaitu berdasarkan titik perpotongan grafik dan
satuannya dapat dinyatakan dalam :

(C)

q sc

2
R

kh
setabil

2 n
wf

1422 T g z g ln e 0.75 s
rw

MM SCF / hari

psia

2 n

203

Harga C ini tergantung dari sifat fisik batuan dan fluida yaitu, k dan .
Permeabilitas adalah saturasi liquid di dalam reservoir, sebagai penurunan tekanan
dari depletion. Gas yang tertinggal akan mengembang untuk menjaga Sg konstan.
Kecuali kondensat retrograd atau hadirnya water influx. Untuk gas kering,
perubahan k terhadap waktu tidak terlalu berpengaruh. Jika berada pada
permeabilitas tinggi maka harga C juga akan tinggi begitu juga sebaliknya,
tergantung dari klasifikasi permeabilitasnya. Harga dan z tergantung dari
perubahan harga tekanan reservoir. Satuan ukuran lainnya digunakan dalam
analisa deliverabilitas adalah absolut open flow potensial (AOF).
Besar potensial ini diperoleh, bila kedalam Persamaan (4-3) dimasukkan
harga pwf sama dengan nol.
2

pR
AOF

= C(

)n...(4-4)

Analisa deliverabilitas berdasarkan Persamaan (4-4) dikenal dengan analisa

konvensional. Analisa dengan menggunakan pseudo potensial,

, serta kondisi

aliran laminer-inersia-turbulensi (LIT) merupakan cara lain yang akan dijelaskan


lebih lanjut berikut ini.
4.2.1.

Metode Analisis Data Hasil Uji Deliverability

Analisa data hasil uji deliverability gas digunakan untuk menentukan


indikator produktivitas sumur gas, yaitu Absolute Open Flow Potential (AOFP).
Untuk keperluan tersebut, ada tiga metode analisa yang digunakan, yaitu:
1. Metode Rawlins-Schellhardt (Konvensional),
2. Metode Jones-Blount-Glaze, dan
3. Metode Laminer-Inertia Turbulence-Pseudo Pressure atau LIT ().
4.2.1.1. Metode Analisis Rawlins-Schellhardt
Pierce

dan

Rawlins

(1929)

merupakan

orang

pertama

yang

mengemukakan suatu metode uji sumur gas untuk mengetahui kemungkinan


sumur gas berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure),
sehingga dikenal pula sebagai uji back pressure. Tahun 1935, Rawlins-Schellhardt
mengembangkan suatu persamaan empiris yang menggambarkan hubungan antara

204

laju alir dan tekanan pada sumur gas. Hubungan tersebut dinyatakan dengan
persamaan dalam bentuk pendekatan tekanan kuadrat (square pressure), seperti
berikut ini:

2 n

q sc C p R p wf

..

(4-10)
keterangan :

q sc
= Laju alir gas, Mscf/d.
C

= Koefisien

performance

yang

menggambarkan

posisi

kurva

deliverability yang stabil, Mscfd/psia2.


n

= Bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva


deliverability yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh faktor
inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga antara 0.5 - 1

pR

= Tekanan rata-rata reservoir, psia.

p wf
= Tekanan alir dasar sumur, psia.
Persamaan 4-10 diatas dapat juga ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

log p R p wf

1
log q sc log C
n

(4-11)

n 1 slope
Harga eksponen n pada Persamaan 4-11 adalah
n

logq sc2 logq sc1


2

log p R p wf

log p R p wf

, atau:

..

(4-12)
Harga koefisien kinerja C dapat ditentukan dari persamaan berikut :

205

q sc
2
R

p wf

2 n

(4-13)
Harga koefisien C juga dapat ditentukan dengan melakukan ekstrapolasi

garis lurus pada

2
R

p wf

q sc
dan dibaca pada harga

q sc
harga AOFP adalah sama dengan harga
Metode

Analisis

. Sedangkan besarnya

p wf
pada harga

Rawlins-Schellhardt

sebesar 14.7 psi.

kurang

baik

karena

tidak

memperhatikan faktor deviasi gas, sehingga tidak cocok dengan real gas.
4.2.1.2. Metode Analisis Jones-Blount-Glaze
Metode plot data uji yang diperkenalkan oleh Jones dkk dapat digunakan
pada sumur gas untuk mendapatkan kinerja sumur pada masa sekarang. Metode
ini digunakan untuk menentukan koefisien turbulensi b dan koefisien laminar a.
Persamaan aliran radial semi-mantap dapat ditulis dalam bentuk:
2

p R p wf

12
1422 g z Tq sc 0.472 re
3.161 x 10 z T g q sc
ln
s
kh
rw
h2

(4-14)
keterangan:
pr

= Tekanan rata-rata reservoir, psia.

pwf

= Tekanan alir dasar sumur, psia.

= Temperatur dasar sumur, 0R.

= Viskositas gas, cp.

g
= Specific gravity gas, fraksi.
z

= Faktor deviasi gas, fraksi.

= Permeabilitas efektif, mD.

= Ketebalan formasi produktif, ft.

1 1


rw re

..

206

= Koefisien kecepatan aliran, ft-1 =


q

= Laju alir gas.

re

= Jari-jari pengurasan, ft.

rw

= Jari-jari sumur, ft.

= Faktor skin, dimensionless.

2.33x10

10

k 1.201

Persamaan 4-14 bila dibagi dengan qsc akan menghasilkan:


2

p R p wf
p2

a b q sc
q sc
q sc
.
(4-15)
dengan koefisien aliran laminar a adalah :

1422 g z T

ln

kh

0.472 re
s
rw

(4-16)

1 re
karena

amat kecil, maka dapat diabaikan, dan koefisisen aliran turbulen b :

3.161 x 10 12 z T g
h 2 rw
.

(4-17)

p 2 q sc
Bila diplot antara

vs qsc pada kertas grafik kartesian akan

memberikan suatu garis lurus dengan slope b yang menunjukkan derajat aliran
turbulen di dalam sumur dan intercept a yang menunjukkan kerusakan formasi.
Harga b akan berubah setiap waktu ketika adanya perubahan pola aliran ke
dalam lubang sumur. Efek dari perubahan ini dalam tahapan komplesi sumur
dapat dievaluasi dengan membandingkan kedua harga b:
2
b1 1 hP r w
=
b2 2 h2P r w
2

207

Jika hanya panjangnya komplesi yang berubah, maka


2
b1 h P
=
b2 h 2P

Untuk harga b = 0, maka P/q = a atau


q=C( p 2R p 2wf )
Harga laju produksi gas (qsc) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:

a a 2 4b p R p wf
q sc
2b

0.5

(4-18)

Slope = b

Intercept = a

208

Gambar 4.2. Grafik

p2
q

vs q

(Ikoku, Chi.; Natural Gas Reservoir Engineering1984)


Sedangkan besarnya harga AOFP adalah sama dengan qsc pada harga Pwf
sebesar 0 psi.

a a 2 4b p R
AOF
2b

0.5

Metode Analisis Jones-Blount-Glaze dapat diterapkan untuk real gas,


tetapi pada metode ini dibutuhkan dua data atau lebih uji aliran yang stabil, karena
untuk mendapatkan harga stabil dari koefisien laminar a diperlukan sekurangkurangnya dua uji aliran yang stabil.
4.2.1.3. Metode Analisis LIT
Metode LIT atau metode Eropa merupakan uji deliverability gas yang
menggunakan persamaan aliran laminar-inertial-turbulent (LIT) dalam bentuk

z
pendekatan pseudo-pressure dengan asumsi besarnya harga

akan tergantung

pada tekanan. Metode analisa tersebut untuk kisaran harga 2000<p<4000 psia,

namun demikian penggunaan metode

berlaku untuk semua harga tekanan.

Bentuk kuadrat dari persamaan aliran laminar-inertia-turbulence (LIT)


adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Tekanan (p)
p p R p wf a1 q sc b1 q sc

(4-19)
2. Pendekatan Tekanan Kuadrat (p2)
2

p p R p wf a2 q sc b2 q sc

.
(4-20)

209

3. Pendekatan Pseudo-Pressure

R wf a3 q sc b3 q sc

..
(4-21)
Bagian pertama ruas kanan (a.qsc) dari Persamaan 4-19, 4-20, dan 4-21
menunjukkan hubungan penurunan tekanan dalam bentuk tekanan, tekanan
kuadrat, atau pseudo-pressure yang disebabkan oleh pengaruh aliran laminar dan
kondisi lubang sumur. Sedangkan bagian keduanya (b.qsc2) merupakan hubungan
penurunan tekanan yang disebabkan oleh aliran inertial-turbulence.
Karena analisa pseudo-pressure dianggap lebih teliti dan dapat digunakan
pada semua kisaran tekanan reservoir, bila dibandingkan dengan analisa
pendekatan tekanan (p) atau analisa pendekatan tekanan kuadrat (p2), maka
pendekatan LIT menggunakan pseudo-pressure dan untuk selanjutnya disebut

sebagai pendekatan LIT

b q
2
sc

Dari Persamaan 4-21, plot antara

vs qsc pada kertas grafik log-

log akan memberikan garis lurus. Kurva ini merupakan garis deliverability yang
stabil, dimana harga a3 dan b3 dapat dicari dari persamaan berikut ini:
a3

q sc q sc q sc
2

N q sc q sc q sc
2

(4-22)

b3

N q sc q sc
N q sc q sc q sc
2

(4-23)
Dimana N = banyaknya poin-poin data.

210

Gambar 4.3. Plot Uji Deliverability-Metode Eropa


(Ikoku, Chi.; Natural Gas Reservoir Engineering1984)
Harga laju produksi gas dapat dihitung dengan menggunakan penyelesaian
persamaan kudrat berikut ini untuk berbagai harga :

a3 a3 4b3
q
2b3
2

0.5

..
(4-24)
Sedangkan besarnya AOFP sama dengan qsc pada harga sebesar 0 psi.
Metode Analisis LIT analisa dianggap lebih teliti karena menggunakan
pseudo-pressure dan dapat digunakan pada semua kisaran tekanan reservoir, bila
dibandingkan dengan analisa pendekatan tekanan (p) atau analisa pendekatan

211

tekanan kuadrat (p2). Metode ini dapat digunakan pada kondisi real gas dan hanya
membutuhkan satu data uji aliran stabil.
4.2.2.

Back Pressure Test

Convensional back pressure atau disebut juga flow after flow test, metode
ini pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui
kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back
pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari tes yang konvensional ini dimulai
dengan jalan menutup sumur, untuk menentukan harga p R. Selanjutnya sumur
diproduksi dengan laju sebesar qsc sehingga aliran mencapai stabil, sebelum
diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi tidak
didahului dengan penutupan sumur.
Gambar skematis dari proses back pressure test diperlihatkan pada
Gambar 4.4. Analisis deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil.
Untuk keperluan ini diambil tekanan alir di dasar sumur, p wf, pada akhir dari
periode suatu laju produksi.
Lama waktu pencapaian kondisi stabil dipengaruhi oleh permeabilitas
batuan. Waktu untuk mencapai kestabilan ini dapat diperkirakan berdasarkan
waktu mulai berlakunya aliran semi mantap.
tD = 0,25 reD

......................................................................................

(4-25)
Berdasarkan definisi tD, yaitu :

kt
2
C rw
tD = 2,63710-4

..

(4-26)
maka harga waktu mencapai kondisi stabil, ts, adalah :
2
C re 1000 C re
t s 948
k pR
k

(4-27)

......................................................

212

keterangan :

1
pR

= Viscositas pada p .
R

vis cos itas pada p R

Gambar 4.4.
Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Back Pressure Test
(Ikoku, Chi.; Natural Gas Reservoir Engineering1984)
Prosedur pelaksanaan Back Pressure Test adalah sebagai berikut:
1. Sumur ditutup hingga mencapai keadaan kesetimbangan statik, tekanan
pR

terukur dicatat sebagai tekanan rata rata reservoir (

).

2. Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) hingga mencapai tekanan
stabil dan catat laju alir serta tekanan alir sebagai q1 dan pwf1.

213

3. Kemudian ubah laju aliran menjadi q2 hingga mencapai tekanan stabil dan
catat laju alir serta tekanan alir sebagai q2 dan pwf2.
4. Ulangi langkah 2 dan 3, umumnya hingga empat kali.
5. Setelah diperoleh sejumlah perubahan laju aliran, sumur kemudian ditutup
4.2.2.1. Analisis Konvensional Pada Back Pressure
Pada analisis konvensional, penentuan deliverabilitas telah menggunakan
persamaan empiris yang selaras dengan hasil pengamatan, menyatakan hubungan
laju aliran qsc terhadap p2 pada laju aliran stabil yang telah diperlihatkan pada
Persamaan 4-1.
Tabel IV-1
Pengolahan Data Untuk Analisa Konvensional
(Abdassah, Doddy;Teknik Eksploitasi Gas Bumi)
qsc
0

p
pR

q1

pwf1

p2
2

pR
-pwf12)

(
q2

pwf2

pR
-pwf22)

(
q3

pwf3

pR
-pwf32)

(
q4

pwf4

pR
(

-pwf42)

Metoda analisa Rawlins-Schellhardt merupakan metoda yang sering


digunakan untuk menentukan kinerja produksi dari sumur gas. Garis lurus yang
2

p wf2

pR
didapat dari plot antara (

) vs qsc pada kertas log-log merupakan kinerja

sumur yang sebenarnya. Secara ideal garis lurus tersebut mempunyai slope atau

214

kemiringan 45 pada laju produksi rendah dan akan memberikan slope yang lebih
besar pada laju produksi tinggi. Hal ini terjadi akibat dari naiknya turbulensi di
sekitar lubang bor dan berubahnya faktor skin akibat peningkatan laju produksi.
Harga eksponen ditunjukkan oleh persamaan:

log q sc2 log q sc1


2

log p R p wf

log p
2

2
R

p wf

(4-28)
Harga koefisien kinerja C dapat ditentukan dari persamaan :
C

q sc
2
R

p wf

..

(4-29)

Gambar 4.5
Plot Test Konvensional untuk p2 vs qsc
(Ikoku, Chi.U.DR;Natural Gas Production Engineeing1984)
Harga koefisien C juga dapat ditentukan dengan melakukan ekstrapolasi

215

p R p wf2
garis lurus terhadap (
) = 1 dan dibaca pada harga qsc. Sedangkan
besarnya harga AOFP adalah sama dengan harga qsc pada harga pwf sebesar
tekanan atmosfer (14.7 psia).

AOFP C p R 14.7

2 n

(4-30)
2

pR
AOFP dapat diperoleh dari pembacaan harga qsc pada harga (

- 14.72).

4.2.2.2. Analisis LIT pada Back Pressure


Persamaan LIT memiliki tiga pendekatan analisis yaitu, pendekatan
tekanan (p), pendekatan tekanan kuadrat (p2), dan pendekatan pseudo pressure
(). Persamaan persamaan ini mempunyai anggapan-anggapan :
1. Di dalam reservoir berlaku keadaan isotermal.
2. Pengaruh gravitasi diabaikan.
3. Fluida yang mengalir hanya satu fasa.
4. Pori-pori homogen dan isotropik, serta porositas konstan tersebar merata.
5. Permeabilitas konstan dan tidak dipengaruhi tekanan.
6. Viskositas fluida dan faktor permeabilitas adalah konstan, kompresibilitas
dan gradien tekanan kecil.
7. Model aliran adalah radial slinder.
Pada analisis ini, kondisi yang diamati adalah kondisi aliran transien dan
aliran mantap semu.
Persamaan dasar aliran LIT dalam bentuk kuadrat tekanan adalah :
Keadaan transien

t
2
p 2 m log 3.23 0.869 s q sc 0.869 Dmq sc

(4-31)
Keadaan mantap semu (pseudo-steady-state)

216

0.472re
s
2

p 2 2m log
q sc 0.869mDq sc
rw 2.303

(4-32)
m

1632 Z T
kh

(4-33)

Crw

(4-34)
Tabel IV-2
Pengolahan Data Untuk Analisa LIT
(Abdassah, Doddy;Teknik Eksploitasi Gas Bumi)

q sc

qsc2

w1

w2

w2

w4

w1

R-

w3

w3

w4

q sc

q2

4.2.2.3. Prosedur Perhitungan


A. Persamaan Dasar Laminer Inertia Turbulen (LIT)
Pendekatan tekanan (p)
Keadaan transien :
p = atqsc + bqsc2
(4-35)

217

Keadaan semi mantap:


p = aqsc + bqsc2

(4-36)
Pendekatan tekanan kuadrat (p2)
Keadaan transient :
p2 = at qsc + bqsc2

..

(4-37)
Keadaan semi mantap:

p2 = a qsc + bqsc2

(4-38)
Pendekatan Pseudo-pressure m(p) atau
Keadaan transient:

= at qsc + bqsc2

..

(4-39)
Keadaan semi mantap:

= a qsc + bqsc2

(4-40)
Anggapan-anggapan dalam analisa LIT, bahwa at dan a dipengaruhi oleh
waktu, tetapi tidak dipengaruhi oleh laju aliran dan tingkatan tekanan tertentu,
sedangkan harga b bukan merupakan fungsi dari waktu aliran, sehingga tidak
dikoreksi terhadap keadaan reservoir heterogen dan gradient tekanan besar.
B. Penentuan at, a dan b dengan Pendekatan
Dalam penentuan harga-harga at, a, dan b dapat ditentukan dengan
beberapa cara, yaitu:
1. Metoda Least Square
Metoda ini berdasarkan hubungan laju produksi-tekanan yang didapat dari
hasil pengujian pada keadaan transient, yang dinyatakan oleh Kulczycki (1955),
sebagai berikut:

218

at

q q

2
sc

sc

q sc

N q sc q sc
2

N q sc

(4-41)

q sc

N q sc q sc
2

(4-42)
keterangan :

N = Jumlah data.

Harga a dapat ditentukan dari Persamaan 4-36, karena harga b telah didapatkan
dari Persamaan 4-42.
2. Metoda Grafik
Metoda ini dikembangkan oleh Willis (1965), prosedur perhitungannya
sebagai berikut:
1.

Plot pada kertas log-log 3x3, laju aliran sebagai absis dan sebagai
ordinat dengan skala sama.

2.

Dengan menggunakan Persamaan 4-35, bila at = b = 1, persamaan


menjadi:

= qsc + qsc2

(4-43)
berdasarkan data aliran transient, plot persamaan :

= qsc
= qsc2

..

(4-44)

(4-45)
akan didapatkan garis lurus, untuk jelasnya lihat Gambar 4.6.
3.

Untuk mendapatkan harga a pada keadaan transient (at), berdasarkan


perpotongan garis dari Persamaan 4-44. Dengan garis lurus, qsc berharga 1,
yang dibaca secara langsung seperti .

4.

Untuk mendapatkan harga b, berdasatkan perpotongan garis Persamaan


4-45 dengan garis lurus qsc = 1, yang dibaca secara langsung.

219

5.

Sedangkan untuk menentukan harga a, didapat dengan jalan memplot titik


stabil, kemudian melalui titik stabil ini dibuat garis berdasarkan
Persamaan 4-41, yang sejajar dengan butir 3, dan dengan memotongkan
garis ini, terhadap garis lurus qsc = 1, akan didapat harga a yang dibaca
secara langsung seperti .
Bila titiktitik plot yang merupakan garis, berdasarkan Persamaan 4-44

dan 4-45, tidak berpotongan terhadap garis qsc = 1, sebagai pengganti dapat dibaca
pada harga qsc, pada 10 atau 100, kemudian sebagai koreksi pembacaan pada ,
harus dibagi 10 atau 100.

Persamaan 4-44

Persamaan 4-45

Gambar 4.6. Penentuan at, a, dan b Berdasarkan Metoda Grafik


(ERCB, Theory and Practice of the of Gas Wells1975)

220

3. Metoda Plot p2/qsc terhadap qsc


p 2
q sc

Plot

vs qsc merupakan garis lurus. Berdasarkan Gambar 4.7 harga a t

didapat sebagai perpotongan garis berdasarkan Persamaan 4-46 dengan q sc = 0,


sedangkan harga b didapat sebagai slope.

p 2
at bq sc
q sc
.
(4-46)
p 2
qsc

Di dalam metode ini kesulitannya adalah, jika hasil plot dari

vs qsc,

bukan merupakan garis lurus, sehingga dalam penentuan at dan b sangat susah.

p2/qsc, psia2/Mcf/D

600
q4

400
q3
q2

200

100

q1
at

200

400

600
800
qsc, Mcf/D

Gambar 4.7
p 2
q sc

Penentuan at dan b Berdasarkan Plot


vs qsc
(Ikoku, Chi.; Natural Gas Reservoir Engineering1984)
C. Penentuan Deliverabilitas, AOF, dan AOFP
1. Metoda Pendekatan (p2)
Penentuan deliverabilitas, AOF, dan AOFP berdasarkan keadaan stabil,

221

dari Persamaan 4-38, merupakan persamaan kuadrat dalam bentuk laju aliran q sc,
salah satu akar yang memenuhi Persamaan 4-38 adalah sebagai deliverabilitas :
qdel

a a 2 4b p R pwf

0.5

2b

..

(4-47)
dan harga AOF apabila pwf = 0, yaitu :

2 0. 5

a a 2 4b p R
AOF
2b

.................................................................

(4-48)
dan harga AOFP apabila pwf = 14.7 psia :

a a 4b p R 14.7
AOFP
2b

0.5

..

(4-49)
Dari hasil di atas, bila dinyatakan dalam bentuk grafik, plot pada kertas
log-log (p2 bqsc2) terhadap qsc akan mendapatkan garis lurus berdasarkan
Persamaan 4-37 merupakan kurva stabilized deliverability (garis ini melalui titik
stabil). Harga AOF dan AOFP didapatkan dari garis stabilized deliverability,
dengan mengambil pwf = 0 atau pwf = 14.7 psia.
2. Metoda Pendekatan Pseudo Pressure ()
Penentuan deliverabilitas, AOF, dan AOFP berdasarkan keadaan stabil,
dari Persamaan 4-40, merupakan persamaan kuadrat dalam bentuk laju aliran q sc,
salah satu akar yang memenuhi Persamaan 4-40, yaitu (sebagai deliverabilitas) :

q sc

a a 2 4b R wf
2b

(4-50)
dan harga AOF apabila pwf = 0

0.5

........................................................

222

a a 2 4b R
AOF
2b

0.5

..

(4-51)
dan harga AOFP apabila pwf = 14.7 psia

AOFP

a a 4b R (14, 7 )
2b

0.5

(4-52)
Dengan diketahuinya harga at, a, dan b, plot grafik antara ( - bqsc2) vs
qsc akan mendapatkan garis lurus berdasarkan Persamaan 4-39 merupakan kurva
stabilized deliverabilitas (garis ini melalui titik stabil) seperti yang terlihat pada
Gambar 4.8.
Harga AOF dan AOFP didapat berdasarkan garis stabilized deliverabitas,
dengan mengambil harga (0) atau (14.7).
Persamaan yang mendukung pada analisa ini adalah persamaan aliran LIT
pendekatan pseudo pressure, perhitungan sedikit lebih kompleks, karena harus
menghitung harga faktor-z dan viskositas gas pada berbagai variasi tekanan, untuk
mendapatkan harga tekanan pseudo. Perhitungan yang dilakukan dengan metode
analisis Rawlins-Schellhardt dan metoda LIT (p2), yang secara teori sesuai untuk
diterapkan pada kisaran tekanan reservoir kurang dari 2000 psia. Sedangakan
pendekatan pseudo (m(p)), yang digunakan pada kisaran tekanan antara 2000
4000 atau bisa juga digunakan untuk semua kisaran tekanan.

223

(
- bqsc2)

1 10

0.1

224

Gambar 4.8. Plot Test Konvensional untuk ( - bqsc) vs qsc pada LIT
(Abdassah, Doddy;Teknik Eksploitasi Gas Bumi)
4.2.3.

Isochronal Test

Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila
dilangsungkan pada reservoir dengan permeabilitas tinggi. Sedang untuk reservoir
dengan permeabilitas rendah, akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk
mencapai kondisi yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur yang
belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup besar.
Bertolak

dari

kelemahan

back-pressure

test,

maka

Cullender

mengembangkan isochronal test guna memperoleh harga deliverability pada


sumur dengan permeabilitas rendah yang memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai kondisi stabil. Cullender juga mengusulkan suatu cara tes berdasarkan
anggapan, bahwa jari-jari daerah penyerapan yang efektif (efektive drainage
radius), rd, adalah fungsi dari tD dan tidak dipengaruhi oleh laju produksi. Ia
mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama, akan
memberikan grafik log p2 vs log qsc yang linier dengan harga eksponen n yang
sama, seperti pada kondisi aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai
pR

stabil,

, yang diusulkan dengan pembukaan sumur, sehingga menghasilkan

laju produksi tertentu selama jangka waktu t, tanpa menanti kondisi stabil.
Diagram laju produksi dan tekanan di dasar sumur dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Setiap perubahan laju produksi didahului oleh penutupan sumur sampai tekanan
pR

mencapai stabil,

. pada Gambar 4.9 ditunjukkan beberapa hal penting yang

berkaitan dengan urutan uji isochronal, yaitu :


1. Waktu alir, kecuali pengaliran yang terakhir, berlangsung dalam selang
waktu yang sama.
2. Perode penutupan berlangsung sampai p = pR, bukannya selang waktu
yang sama panjang.

225

3. Pada periode pengaliran terakhir, sumur dialirkan sampai mencapai


keadaan stabil, tetapi hal ini tidak mutlak.
Prosedur pelaksanaan dari isochronal test adalah sebagai berikut:
1. Sumur ditutup hingga mencapai keadaan keseimbangan statik, tekanan
terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata reservoir (pR)
2. Sumur diproduksikan dengan laju aliran q1 selama waktu t1, dan catat laju
aliran serta tekanan alir sebagai q1 dan pwf1
3. Sumur ditutup kembali selama waktu t, hingga mencapai kondisi
kesetimbangan statik (pR)
4. Sumur diproduksi selama waktu t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke
yang berbeda dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan pwf2.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai emapat
titik) dengan waktu alir t1.

Gambar 4.9.
Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Isochronal Test
(ERCB, Theory and Practice of the of Gas Wells1975)
4.2.3.1. Analisis Konvensional pada Isochronal Test
Pada analisis konvensional, penentuan deliverabilitas telah menggunakan

226

persamaan empiris yang selaras dengan hasil pengamatan, menyatakan hubungan


laju aliran qsc terhadap p2 pada laju aliran stabil yang telah diperlihatkan pada
Persamaan 4-1.
Metode analisa Rawlins-Schellhardt merupakan metode yang sering
digunakan untuk menentukan kinerja produksi dari sumur gas. Garis lurus yang
2

p R p wf2
didapat dari plot antara (
) vs qsc pada kertas log-log merupakan kinerja
sumur yang sebenarnya. Secara ideal garis lurus tersebut mempunyai slope atau
kemiringan 45 pada laju produksi rendah dan akan memberikan slope yang lebih
besar pada laju produksi tinggi. Hal ini terjadi akibat dari naiknya turbulensi di
sekitar lubang bor dan berubahnya faktor skin akibat peningkatan laju produksi.

Tabel IV-3
Data untuk Analisa Delaverabilitas Hasil dari Isochronal Test
(Abdassah, Doddy;Teknik Eksploitasi Gas Bumi)
Jenis
Kegiatan
Penutupan
Awal
Buka
Sumur (1)
Tutup
Buka
Sumur (2)
Tutup
Buka
Sumur (3)
Tutup
Buka
Sumur (4)
Aliran yang Stabil

Lama
Kegiatan
ts(1)
t1
t2
ts(2)
t1
t2
ts(3)
t1
t2
ts(4)
t1
t2
text

Tekanan
Dasar Sumur

Laju
Aliran

pR

pwf1 (1)
pwf2 (1)
pR

q1 (1)*
q2 (1)*
-

pwf1 (2)
pwf2 (2)
pR

q1 (2)
q2 (2)
-

pwf1 (3)
pwf2 (3)
pR

q1 (3)
q2 (3)
-

pwf1 (4)
pwf2 (4)
pwf (5)

q1 (4)
q2 (4)
q (5)

227

*Walaupun digunakan ukuran jepitan yang sama, mungkin laju produksi yang
diamati tidak sama. Bila perbedaannya tidak besar, maka harga q tidak dirataratakan bagi keperluan pembuatan grafik deliverabilitas.
Harga eksponen ditunjukkan oleh Persamaan 4-12 dan harga C
ditunjukkan oleh Persamaan 4-13. Sedangkan besarnya harga absolute open flow
potensial (AOFP) adalah sama dengan harga qsc pada harga pwf sebesar tekanan
atmosfer ( 14.7 psia) seperti yang diperlihatkan pada Persamaan 4-14.
Dari Gambar 4.10 terlihat bahwa harga C berubah-ubah, keadaan stabil
diperoleh dengan membuat garis lurus yang sejajar dengan grafik t 1 dan t2 melalui
titik yang diperoleh pada keadaan stabil.

228

Gambar 4.10
Hubungan p2 vs qsc Isochronal Test
(Beggs, Dale. H; Gas Production Operations1990)
4.2.3.2. Analisis LIT pada Isochronal Test
Persamaan LIT memiliki tiga pendekatan analisis, yaitu: pendekatan
tekanan (p), pendekatan tekanan kuadrat (p2), dan pendekatan pseudo pressure
(). Persamaanpersamaan ini mempunyai anggapan-anggapan :
1. Di dalam reservoir berlaku keadaan isotermal.
2. Pengaruh gravitasi diabaikan.
3. Fluida yang mengalir hanya satu fasa.
4. Media pori homogen dan isotropik, dan porositas konstan tersebar merata.
5. Permeabilitas konstan dan tidak dipengaruhi tekanan.
6. Viskositas fluida dan faktor permeabilitas adalah konstan, kompresibilitas
dan gradien tekanan kecil.
7. Model aliran adalah radial slinder.
Pada analisa ini kondisi yang diamati, adalah kondisi aliran transien dan
aliran mantap semu. Persamaan dasar aliran LIT dalam bentuk kuadrat tekanan,
telah diperlihatkan dari Persamaan 4-31 sampai dengan Persamaan 4-34.
4.2.3.3. Prosedur Perhitungan
A. Persamaan Dasar Laminer Inertia Turbulen (LIT)
Persamaan dasar laminer inersia turbulen telah diperlihatkan dari
Persamaan 4-35 sampai dengan Persamaan 4-40.
Anggapan-anggapan dalam analisa LIT, bahwa at dan a dipengaruhi oleh
waktu, tetapi tidak dipengaruhi oleh laju aliran dan tingkatan tekanan tertentu,
sedangkan harga b bukan merupakan fungsi dari waktu aliran, sehingga tidak
dikoreksi terhadap keadaan reservoir heterogen dan gradient tekanan besar.
B. Penentuan at, a dan b Pada Pendekatan
Dalam penentuan harga-harga at, a dan b dapat ditentukan dengan
beberapa cara, yaitu:
1. Metoda Least Square
Metode ini berdasarkan hubungan laju produksi-tekanan yang didapatkan

229

dari hasil pengujian pada keadaan transient, yang dinyatakan pada Persamaan 441 dan 4-42. Kemudian harga a ditentukan dari Persamaan 4-36, karena harga b
telah didapatkan dari Persamaan 4-42.
2. Metoda Grafik
Metoda ini dikembangkan oleh Willis (1965), lahkah-langkahnya sebagai
berikut :
1.

Plot pada kertas log-log 3x3, laju aliran sebagai absis


dan sebagai ordinat dengan skala sama.

2.

Dengan menggunakan Persamaan 4-35, bila diambil at =


b = 1, maka persamaannya menjadi Persamaan 4-43. Berdasarkan data
aliran transient, plot Persamaan 4-44 dan 4-45 akan didapatkan garis lurus,
untuk jelasnya lihat Gambar 4.6.

3.

Untuk mendapatkan harga a pada keadaan transient (a t),


berdasarkan perpotongan garis dari Persamaan 4-44. Dengan garis lurus,
qsc berharga 1, yang dibaca secara langsung seperti .

4.

Untuk mendapatkan harga b, berdasatkan perpotongan


garis Persamaan 4-45 dengan garis lurus qsc = 1, yang dibaca secara
langsung.

5.

Sedangkan untuk menentukan harga a, didapat dengan jalan memplot titik


stabil, kemudian melalui titik stabil ini dibuat garis berdasarkan
Persamaan 4-41, yang sejajar dengan butir 3, dan dengan memotongkan
garis ini, terhadap garis lurus qsc = 1, akan didapat harga a yang dibaca
secara langsung seperti .
Bila titiktitik plot yang merupakan garis, berdasarkan persamaan 4-44

dan 4-45, tidak berpotongan terhadap garis qsc = 1, sebagai pengganti dapat dibaca
pada harga qsc, pada 10 atau 100, kemudian sebagai koreksi pembacaan pada ,
harus dibagi 10 atau 100.
3. Metoda Plot p2/qsc Terhadap qsc

230

p 2
q sc
Plot

vs qsc merupakan garis lurus. Berdasarkan Gambar 4.7 harga at

didapat sebagai perpotongan garis berdasarkan Persamaan 4-46 dengan q sc = 0,


sedangkan harga b didapat sebagai slope. Didalam metode ini kesulitannya
p 2
q sc

adalah, jika hasil plot dari

vs qsc, bukan merupakan garis lurus, sehingga

dalam penentuan at dan b sangat susah sekali.


C. Penentuan Deliverabilitas, AOF, dan AOFP
1. Metoda Pendekatan (p2)
Penentuan deliverabilitas, AOF, dan AOFP berdasarkan keadaan stabil,
dari Persamaan 4-38, merupakan persamaan kuadrat dalam bentuk laju aliran q sc,
salah satu akar yang memenuhi Persamaan 4-38, sebagai Persamaan
deliverabilitas diperlihatkan pada Persamaan 4-47, harga absolute open flow
potensial (AOFP) diperlihatkan pada Persamaan 4-48.
Dari hasil di atas bila dinyatakan dalam bentuk grafik, plot pada kertas
log-log (p2bqsc2) terhadap qsc akan mendapatkan garis lurus berdasarkan
Persamaan 4-37 merupakan kurva stabilized deliverability (garis ini melalui titik
stabil). Harga AOF dan AOFP didapatkan berdasarkan garis stabilized
deliverability, dengan mengambil pwf = 0 atau pwf = 14.7 psia.
2. Metoda Pendekatan Pseudo Pressure ()
Penentuan deliverabilitas, AOF, dan AOFP berdasarkan keadaan stabil,
dari Persamaan 4-40, merupakan persamaan kuadrat dalam bentuk laju aliran q sc,
salah satu akar yang memenuhi Persamaan 4-40, sebagai persamaan
deliverabilitas diperlihatkan pada Persamaan 4-50, dan harga absolute open flow
potensial (AOFP) pada Persamaan 4-51.
Dengan diketahuinya harga at, a, dan b, plot grafik antara (-bqsc2) vs qsc
akan mendapatkan garis lurus berdasarkan Persamaan 4-39 merupakan kurva
stabilized deliverability (garis ini melalui titik stabil) seperti yang terlihat pada

231

Gambar 4.8.
Harga AOF dan AOFP didapat berdasarkan garis stabilized deliverabitas,
dengan mengambil harga (0) atau (14.7).
Persamaan yang mendukung pada analisa ini, adalah persamaan aliran LIT
pendekatan pseudo pressure, perhitungan sedikit lebih kompleks, karena harus
menghitung harga faktor-z dan viskositas gas pada berbagai variasi tekanan, untuk
mendapatkan harga tekanan pseudo. Perhitungan yang dilakukan dengan metoda
analisa Rawlins-Schellhardt dan metoda LIT (p2), yang secara teori sesuai untuk
diterapkan pada kisaran tekanan reservoir kurang dari 2000 psia. Sedangakan
pendekatan pseudo (m(p)), yang digunakan pada kisaran tekanan antara 2000
4000 psia atau bisa juga digunakan untuk semua kisaran tekanan.
4.2.4.

Modified Isochronal Test

Metoda

ini

merupakan

pengembangan

dari

metoda

isochronal,

perbedaannya terletak pada penutupan sumur tidak perlu mencapai kondisi stabil.
Pada reservoir yang ketat, penggunaan tes isochronal belum tentu menguntungkan
bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil. Katz dkk
(1959) telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil yang mendekati
hasil tes isochronal. Perbedaan metode ini dengan metode lain terletak pada
persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain dari itu,
selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.

232

Gambar 4.11.
Diagram Tekanan Dan Laju Produksi Selama Tes Modified Isochronal
(Ikoku, Chi.; Natural Gas Reservoir Engineering )
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas sama seperti pada metode
isochronal, kecuali untuk harga pR diganti dengan pws, yaitu harga tekanan yang
dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur. Dari Gambar 4.11. terlihat

bahwa untuk suatu harga q diperoleh pasangan p atau


2

dengan kondisi

sebagai berikut :
q1

= (pws1)2 - (pwf1)2

q2

= (pws2)2 - (pwf2)2

q3

= (pws3)2 - (pwf3)2

q4

= (pws4)2 - (pwf4)2

Sedangkan pengolahan kurva deliverabilitas yang stabil diperoleh dengan


jalan menggambarkan sebuah garis sejajar yang melalui (pws2 pwf2).

233

Prinsip Kerja Modified Isochronal Test

Sumur ditutup dan tekanan terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata


reservoir

pwf1 (=ps). Selama periode penutupan sumur, tekanan static

sumur akan membentuk beberapa harga pws yang mana harga pws ini akan
semakin kecil untuk periode aliran berikutnya.

Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) selama waktu t1 dan catat
laju aliran serta tekanan alir sebagai q1 dan pwf1.

Sumur ditutup kembali selama waktu t, dan catat tekanannya sebagai pwf2.

Sumur diproduksi selama t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke yang
berbeda, dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan pwf2.

Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai empat


titik) dengan waktu aliran dan waktu penutupan sama dengan t 1 hingga
mencapai kondisi extended flow.
4.2.4.1. Analisis Konvensional pada Modified Isochronal Test
Pada analisis konvensional, penentuan deliverabilitas telah menggunakan

persamaan empiris yang selaras dengan hasil pengamatan, menyatakan hubungan


laju aliran qsc terhadap p2 pada laju aliran stabil yang telah diperlihatkan pada
Persamaan 4-1.
Metode analisa Rawlins-Schellhardt merupakan metode yang sering
digunakan untuk menentukan kinerja produksi dari sumur gas. Garis lurus yang
didapat dari plot antara (pr2-pwf2) vs qsc pada kertas log-log merupakan kinerja
sumur yang sebenarnya. Secara ideal garis lurus tersebut mempunyai slope atau
kemiringan 45 pada laju produksi rendah dan akan memberikan slope yang lebih
besar pada laju produksi tinggi. Hal ini terjadi akibat dari naiknya turbulensi di
sekitar lubang bor dan berubahnya faktor skin akibat peningkatan laju produksi.
Harga eksponen ditunjukkan oleh Persamaan 4-12 dan harga C
ditunjukkan oleh Persamaan 4-13. Sedangkan besarnya harga absolute open flow
potensial (AOFP) adalah sama dengan harga q sc pada harga pwf sebesar tekanan
atmosfer ( 14.7 psia) seperti yang diperlihatkan pada Persamaan 4-14.

234

Gambar 4.12. Plot antara p2 vs qsc pada Modified Isochronal


(Beggs, Dale. H; Gas Production Operations)
4.2.4.2. Analisis LIT pada Modified Isochronal Test
Persamaan LIT memiliki tiga pendekatan analisis, yaitu : pendekatan
tekanan (p), pendekatan tekanan kuadrat (p2), dan pendekatan pseudo pressure
(). Persamaanpersamaan ini mempunyai anggapan sebagai berikut :
1. Di dalam reservoir berlaku keadaan isotermal.
2. Pengaruh gravitasi diabaikan.
3. Fluida yang mengalir hanya satu fasa.
4. Media pori homogen dan isotropik, dan porositas konstan tersebar merata.
5. Permeabilitas konstan dan tidak dipengaruhi tekanan.
6. Viskositas fluida dan faktor permeabilitas adalah konstan, kompresibilitas

235

dan gradien tekanan kecil.


7. Model aliran adalah radial slinder.
Pada analisa ini kondisi yang diamati, adalah kondisi aliran transien dan
aliran mantap semu. Persamaan dasar aliran LIT dalam bentuk kuadrat tekanan,
telah diperlihatkan dari Persamaan 4-31 sampai dengan Persamaan 4-34.
4.2.4.3. Prosedur Perhitungan
A. Persamaan Dasar Laminer Inertia Turbulen (LIT)
Persamaan dasar laminer inersia turbulen telah diperlihatkan dari
Persamaan 4-35 sampai dengan Persamaan 4-40.
Anggapan-anggapan dalam analisa LIT, bahwa at dan a dipengaruhi oleh
waktu, tetapi tidak dipengaruhi oleh laju aliran dan tingkatan tekanan tertentu,
sedangkan harga b bukan merupakan fungsi dari waktu aliran, sehingga tidak
dikoreksi terhadap keadaan reservoir heterogen dan gradient tekanan besar.
B. Penentuan at, a, dan b pada Pendekatan p2
Dalam penentuan harga-harga at, a, dan b dapat ditentukan dengan
beberapa cara, yaitu:
1. Metoda Least Square
Metode ini berdasarkan hubungan laju produksi-tekanan yang didapatkan
dari hasil pengujian pada keadaan transient, yang dinyatakan pada Persamaan 441 dan 4-42. Kemudian harga a ditentukan dari Persamaan 4-36, karena harga b
telah didapatkan dari Persamaan 4-42.
2. Metoda Grafik
Metoda ini dikembangkan oleh Willis (1965), lahkah-langkahnya sebagai
berikut :
1.

Plot pada kertas log-log 3x3, laju aliran sebagai absis


dan sebagai ordinat dengan skala sama.

2.

Dengan menggunakan Persamaan 4-35, bila diambil at =


b = 1, maka persamaannya menjadi Persamaan 4-43. Berdasarkan data
aliran transient, plot Persamaan 4-44 dan 4-45 akan didapatkan garis lurus,
untuk jelasnya lihat Gambar 4.6.

3.

Untuk mendapatkan harga a pada keadaan transient (a t),

236

berdasarkan perpotongan garis dari persamaan 4-44. Dengan garis lurus,


qsc berharga 1, yang dibaca secara langsung seperti .
4.

Untuk mendapatkan harga b, berdasatkan perpotongan


garis Persamaan 4-45 dengan garis lurus qsc = 1, yang dibaca secara
langsung.

5.

Sedangkan untuk menentukan harga a, didapat dengan


jalan memplot titik stabil, kemudian melalui titik stabil ini dibuat garis
berdasarkan Persamaan 4-41, yang sejajar dengan butir 3, dan dengan
memotongkan garis ini, terhadap garis lurus qsc = 1, akan didapat harga a
yang dibaca secara langsung seperti .
Bila titiktitik plot yang merupakan garis, berdasarkan persamaan 4-44

dan 4-45, tidak berpotongan terhadap garis qsc = 1, sebagai pengganti dapat dibaca
pada harga qsc, pada 10 atau 100, kemudian sebagai koreksi pembacaan pada ,
harus dibagi 10 atau 100.
3. Metoda Plot p2/qsc Terhadap qsc

p 2
q sc
Plot

vs qsc merupakan garis lurus. Berdasarkan Gambar 4.7 harga a t

didapat sebagai perpotongan garis berdasarkan Persamaan 4-46 dengan q sc = 0,


sedangkan harga b didapat sebagai slope. Didalam metode ini kesulitannya
p 2
q sc

adalah, jika hasil plot dari

vs qsc, bukan merupakan garis lurus, sehingga

dalam penentuan at dan b sangat susah sekali.


C. Penentuan Deliverabilitas, AOF, dan AOFP
1. Metoda Pendekatan (p2)
Penentuan deliverabilitas, AOF, dan AOFP berdasarkan keadaan stabil,
dari Persamaan 4-38, merupakan persamaan kuadrat dalam bentuk laju aliran q sc,
salah satu akar yang memenuhi Persamaan 4-38, sebagai Persamaan
deliverabilitas diperlihatkan pada Persamaan 4-47, harga absolute open flow
potensial (AOFP) diperlihatkan pada Persamaan 4-48.

237

Dari hasil di atas bila dinyatakan dalam bentuk grafik, plot pada kertas
log-log (p2bqsc2) terhadap qsc akan mendapatkan garis lurus berdasarkan
Persamaan 4-37 merupakan kurva stabilized deliverability (garis ini melalui titik
stabil). Harga AOF dan AOFP didapatkan berdasarkan garis stabilized
deliverability, dengan mengambil pwf = 0 atau pwf = 14.7 psia.
2. Metoda Pendekatan Pseudo Pressure ()
Penentuan deliverabilitas, AOF, dan AOFP berdasarkan keadaan stabil,
dari Persamaan 4-40, merupakan persamaan kuadrat dalam bentuk laju aliran q sc,
salah satu akar yang memenuhi Persamaan 4-40, sebagai persamaan
deliverabilitas diperlihatkan pada Persamaan 4-50, dan harga absolute open flow
potensial (AOFP) pada Persamaan 4-51.
Dengan diketahuinya harga at, a, dan b, plot grafik antara (-bqsc2) vs qsc
akan mendapatkan garis lurus berdasarkan Persamaan 4-39 merupakan kurva
stabilized deliverability (garis ini melalui titik stabil) seperti yang terlihat pada
Gambar 4.8.
Harga AOF dan AOFP didapat berdasarkan garis stabilized deliverabitas,
dengan mengambil harga (0) atau (14.7).
Persamaan yang mendukung pada analisa ini, adalah persamaan aliran LIT
pendekatan pseudo pressure, perhitungan sedikit lebih kompleks, karena harus
menghitung harga faktor-z dan viskositas gas pada berbagai variasi tekanan, untuk
mendapatkan harga tekanan pseudo. Perhitungan yang dilakukan dengan metoda
analisa Rawlins-Schellhardt dan metoda LIT (p2), yang secara teori sesuai untuk
diterapkan pada kisaran tekanan reservoir kurang dari 2000 psia. Sedangakan
pendekatan pseudo (m(p)), yang digunakan pada kisaran tekanan antara 2000
4000 psia atau bisa juga digunakan untuk semua kisaran tekanan.

Anda mungkin juga menyukai