Anda di halaman 1dari 42

REST OF SCHEDULE

Now 26 Okt
Next
2 November - Libur
9 November - Libur
16 November IATMI Symposium
23 November Pendesakan I
30 November Pendesakan II
7 Desember Segregation I
14 Desember Segregation II
(terakhir kuliah 16 Desember)
19 23 Desember UAS I
3 6 Januari UAS II

Water Coning, hal. 1

WATER CONING
Persoalan dalam water coning adalah:
Berapa LAJU ALIR KRITIS, yaitu laju alir maksimum agar tidak terbentuk kerucut
air
Bila kerucut air tidak bisa dihindari, berapa lama air akan sampai di perforasi, yaitu
perkiraan WAKTU TEMBUS AIR (tBT)
Bagaimana KINERJA RESERVOIR dengan kerucut air tersebut.

Water Coning, hal. 2

WATER CONING
Laju alir kritis dan waktu tembus air menyangkut:
daerah penyerapan sumur (drainage area),
sifat fisik fluida,
completion interval,
permeabilitas vertikal dan/atau horizontal.

Water Coning, hal. 3

PENENTUAN LAJU KRITIS


Metode penentuan laju alir kritis telah dilakukan oleh berbagai kalangan, diantaranya:
Meyer dan Garder
Chierichi et al.
Schols
Muskat dan Wyckoff
Wheatley
Piper dan Gonzalez
Hoyland et al.
Chaney et al.
Kuo dan DesBrisay (sama dengan metode Schols).

Water Coning, hal. 4

PENENTUAN LAJU KRITIS


Pada dasarnya, semua metode menggunakan persamaan yang sama, yaitu:
qc

0.003073 h2 k o
qDC
oB o

dimana:
qc = laju alir kritis minyak, STB/hari
ko = permeabilitas efektif terhadap minyak, md
h = tebal zone minyak, ft
D = ketebalan interval perforasi, ft
o = viskositas minyak, cp
Bo = factor volume formasi, bbl/STB
qDC = dimensionless critical rate
= w - o untuk system air-minyak dan = o - g untuk system minyak-gas.
Water Coning, hal. 5

PENENTUAN LAJU KRITIS

Yang membedakan kesemua metode tersebut pada umumnya adalah dalam hal
penentuan qDC dalam
0.003073 h2 k o
qc
qDC
oB o

Di bawah ini dijelaskan beberapa dari metode untuk menghitung laju alir kritis
tersebut.

Water Coning, hal. 6

Metode Meyer dan Garder


Dengan cara analitik untuk sistem isotropik, Meyer dan Garder mendefinisikan:
qDC

2 ln(r e / r w )

D 2
1 ( )
h

Sehingga laju alir kritik minyak untuk sistem air-minyak adalah:


0.001535( w o ) k o (h2 D2)
qc
oBo ln(r e / r w)

dimana:
w, o = masing-masing density air dan minyak, gm/cc

Water Coning, hal. 7

Metode Chaney et al.

Asumsi yang digunakan oleh Meyer dan Garder sangat restriktif


Chaney et al. menawarkan metode alternative berdasarkan solusi analitik dan
eksperimental.
Metode Chaney et al. dapat digunakan untuk kerucut air maupun kerucut gas.
GOC
Gas coning

perforasi

WOC
Water coning

Water Coning, hal. 8

Metode Chaney et al. (lanjutan)


Menurut Chaney et al.:
qc

0.00333 qcurve k( w o )
oBo

dimana qcurve (critical rate dari kurva)


diperoleh secara grafis
qcurve merupakan fungsi dari
ketebalan zona produktif, interval
perforasi, dan jarak top perforasi ke
top formasi atau ke GOC (jika ada
gas cap).

qcurve

Kurva gas coning


untuk interval perforasi
yang berbeda

Kurva water coning


untuk interval perforasi
yang berbeda

Jarak top perforasi ke top formasi


atau GOC

Water Coning, hal. 9

Metode Bournazel dan Jeanson

qc

0.000717k h ( w o )h.hc
oB o

dimana:
kh = permeabilitas horizontal efektif terhadap minyak, md
hc = jarak antara perforasi terbawah dengan WOC awal

Water Coning, hal. 10

Metode Schols

Schols mengembangkan persamaan empirik yang telah diverifikasi oleh simulator.


Persamaan Schols diperoleh setelah ia mendapatkan:
0.14
1

D 2 r e
1 ( )
qDC 0.432
2
ln(r e / r w)
h h

sehingga laju alir kritis:


0.14
0.003073 h2 k o 1

D 2 r e
0.432
1 ( )
qc
oB o
2
ln(r e / r w)
h h

Water Coning, hal. 11

Metode Schols (lanjutan)


Atau, untuk sistem air-minyak, biasanya ditulis sebagai berikut:
qc A B C

dimana
A

( w o ) k o ( h 2 D 2)
(2049) o B o

B 0.432

r
C e
h

ln(r e / r w )

0.14

Water Coning, hal. 12

Contoh 1: Menghitung Laju Alir Kritis


Untuk harga-harga variabel suatu reservoir bottom water berikut, hitung laju alir kritis menggunakan metode Meyer dan Garder, Chaney et al.,
Sobocinski dan Cornelius (untuk metode ini lihat penjelasan di bawah), dan Bournazel dan Jeanson. Data: k o = 100 md, h = 50 ft, D = 10 ft, w =
1.05 gr/cc, o = 0.8 gr/cc, o = 1.0 cp, Bo = 1.2 bbl/STB, re = 745 ft, rw = 0.25 ft.
Penyelesaian:
Metode Meyer dan Garder:

0.001535( w o ) k o (h 2 D 2)
qc
o Bo ln(r e / r w )
qc

0.001535(1.05 0.8)(100)(50 2 10 2)
9.6 STB/hari
(1.0)(1.2) ln(745 / 0.25)

Metode Chaney et al.:

qc
qc

0.00333 q curve k ( w o )
o Bo
0.00333 ( 280)(100)(1.05 0.8)
19.4 STB/hari
(1.0)(1.2)

Catatan: qcurve = 280 diperoleh dari kurva untuk h = 50 ft, rw = 3 in., radius pengurasan sumur = 1000 ft, dengan interval perforasi = 10 ft
(asumsi perforasi di top dari zona minyak yaitu sejauh mungkin dari WOC). Kurva ini tersedia dalam Ref. Smith, Tracy, dan Farrar
halaman 13-8 (Figure 13-3).
Metode Sobocinski dan Cornelius:
Dengan Z = 3.5 berdasarkan formulasi (td)BT dari Kuo dan Des Brisay maka:

Water Coning, hal. 13

qc

0.000877( w o )(k h )(h h c )


o Bo

qc

0.000877(1.05 0.8)(100)(50)(50 10)


36.5 STB/hari
(1.0)(1.2)

Metode Bournazel dan Jeanson:


qc

0.000717k h ( w o )h.h c
o Bo

qc

0.000717(100)(1.05 0.8)(50)(50 10)


29.9 STB/hari
(1.0)(1.2)

Catatan:
Terlihat bahwa perbedaan antara harga-harga qc hasil perhitungan berbagai metode di atas cukup signifikan. Menurut Tracy, harga q c yang
dihasilkan oleh metode Bournazel dan Jeanson merupakan yang paling dekat dengan kenyataan di lapangan dibandingkan dengan harga hasil
metode lainnya. Namun demikian, terlepas dari perbedaan harga q c masing-masing metode tersebut, keempat metode kenyataannya memprediksi
qc yang relatif terlalu rendah secara ekonomis.

Water Coning, hal. 14

PENENTUAN WAKTU TEMBUS AIR

Metode Sobocinski dan Cornelius

Metode Bournazel dan Jeanson

Metode Kuo dan DesBrisay

Water Coning, hal. 15

Metode Sobocinski dan Cornelius

Menentukan waktu tembus air ketika laju produksi lebih besar dari laju produksi
kritis.
Metode ini didasarkan pada studi eksperimental yang memodelkan aliran di dekat
sumur:

Media pasir
water breakthrough
Minyak
water
cone

Air

Air dan minyak


diinjeksikan
dengan warna
yang berbeda

Water Coning, hal. 16

Metode Sobocinski dan Cornelius (lanjutan)


Berdasarkan eksperimen tersebut, dapat ditentukan dimensionless cone height (Z) dan
dimensionless time (td):
Dimensionless cone height:
Z

0.00307( w o )(k h )(h hc )


oBo qo

Dimensionlees time:
td

0.00137( w o )(k h )(1 M ) t


o h Fk

Water Coning, hal. 17

Metode Sobocinski dan Cornelius (lanjutan)


dimana:
w , o =
kh
=
h
=
hc
=

masing-masing densitas air dan minyak, gr/cc


permeabilitas horizontal, md
ketebalan zona minyak, ft
ketinggian kerucut air pada saat breakthrough yaitu sama dengan jarak dari
WOC awal ke bagian bawah perforasi, ft
= viskositas minyak, cp
= porositas, fraksi
= konstanta, dimana untuk M 1 maka = 0.5, dan untuk M 1, = 0.6. M
adalah mobility ratio.

k
Fk h
kv

M w
o

td

t
t BT

Water Coning, hal. 18

Metode Sobocinski dan Cornelius (lanjutan)


Hubungan antara Z dan td ditunjukkan oleh kurva berikut:

Breakthrough curve
Z

Departure
curves

Basic buildup curve


td

Untuk menghitung time to breakthrough, tBT, maka digunakan kurva breakthrough.

Water Coning, hal. 19

Metode Sobocinski dan Cornelius (lanjutan)


Untuk menentukan time to breakthrough dilakukan prosedur berikut:
1. Hitung Z dengan persamaan di atas.
2. Dengan harga Z tersebut, gunakan breakthrough curve (lihat Ref. Smith, Tracy,
dan Farrar) untuk menentukan td.
3. Hitung tBT dengan persamaan di atas, dimana:
t BT

o h Fk t d

0.00137( w o )(k h )(1 M )

Water Coning, hal. 20

Metode Bournazel dan Jeanson

Bournazel dan Jeanson menghitung time to breakthrough yang selalu lebih kecil
dari yang dihitung oleh Sobocinski dan Cornelius.
Oleh karena itu, mereka melakukan modifikasi terhadap persamaan Sobocinski
dan Cornelius.
Perubahan yang mereka lakukan adalah:
1. Membuat persamaan td sebagai fungsi dari Z untuk menggantikan kurva
breakthrough (td)BT vs. Z dari Sobocinski dan Cornelius.
2. Menetapkan = 0.7 untuk semua harga M dalam interval 0.14 M 7.3.

Water Coning, hal. 21

Metode Bournazel dan Jeanson (lanjutan)


Jadi, menurut Bournazel dan Jeanson, time to breakthrough adalah:
t BT

o hFk ( t d )BT

0.00137( w o )(k h )(1 M 0.7 )

dimana:
t d BT

Z
3.0 ( 0.7) Z

Z = dimensionless cone height (Sobocinski dan Cornelius), yaitu:


Z

0.00307( w o )(k h )(h hc )


oBo qo

Water Coning, hal. 22

Metode Kuo dan DesBrisay

Kuo dan DesBrisay melakukan review terhadap hampir seluruh metode yang telah
dipublikasikan sebelumnya.
Selanjutnya, dengan menggunakan model coning numerik, mereka
mengembangkan korelasi untuk prediksi kinerja water coning, yaitu menghitung
water-cut.
Menurut Kuo dan DesBrisay, kurva breakthrough dari Sobocinski dan Cornelius
yang berbentuk hiperbolik dapat digantikan oleh persamaan:
Z (16 7Z 3 Z 2)
t d BT
4 ( 7 2Z )

Water Coning, hal. 23

Metode Kuo dan DesBrisay

Berdasarkan persamaan di atas terlihat bahwa untuk harga Z = 3.5 maka harga
(td)BT akan berharga infinite berarti laju alir yang terjadi adalah laju alir kritis
(Tracy).
Oleh karena itu, dengan memasukkan harga Z = 3.5 ke dalam persamaan
Sobocinski dan Cornelius diperoleh:
3.5

0.00307( w o )(k h )(h hc )


oB o q o

atau
qo qc

0.000877( w o )(k h )(h hc )


oB o

Namun, akan ditunjukkan bahwa Kuo dan DesBrisay menggunakan formulasi


Schols untuk menghitung laju alir kritis.

Water Coning, hal. 24

PERAMALAN KINERJA RESERVOIR DENGAN KERUCUT AIR


Kuo dan DesBrisay telah mengembangkan metode untuk memperkirakan kinerja water-cut untuk reservoir bertenaga dorong bottom water.
Mereka menggunakan metode Bournazel dan Jeanson untuk menghitung time to breakthrough.
Berdasarkan model coning numerik yang mereka gunakan, Kuo dan DesBrisay memulai produksi air pada harga t BT sama dengan setengah harga
tBT dari Bournazel dan Jeanson, yaitu:
t *BT

1
t BT, ( Bournazel & Jeanson )
2

Kinerja yang dihitung adalah setelah tembus air karena produksi kumulatif total sampai waktu tembus air adalah sama dengan qo x tBT tanpa ada
air yang terproduksi.
Untuk penentuan kinerja water cut tersebut, Kuo dan DesBrisay mendefinisikan dua parameter dimensionless, td dan (WC)d sebagai berikut:
td

t
t BT

WC d

WC
WC lim it

WC lim it

Mh w
, dengan
Mh w h o

M w
o

dimana:
td = dimensionless time
t = waktu nyata, hari
tBT = time to breakthrough menurut Bournazel dan Jeanson, hari
(WC)d = dimensionless water cut
Water Coning, hal. 25

WC = water cut nyata, fraksi.


Untuk menghitung (WC)limit, diperlukan asumsi tambahan.
Asumsi tersebut adalah bahwa hanya terjadi aliran air pada arah vertikal dengan tekanan konstan dan luas permukaan konstan.
Dengan asumsi ini, maka dengan menggunakan material balance diperoleh:

Np
1 S wc

h o H o 1

N 1 S wc Sor

Np
1 S wc

h w H w H o

N 1 S wc Sor

dimana:
Ho = original oil zone thickness (antara WOC dengan top dari zone minyak), ft
Hw = original water zone thickness, ft
ho, hw = masing-masing ketebalan zone minyak dan air pada saat ini, ft
Swc = Saturasi air konat, fraksi
Sor = Saturasi minyak residual, fraksi
Np = Produksi minyak kumulatif, STB
N = Isi awal minyak di tempat, STB
Selanjutnya, hubungan antara dimensionless water cut (WC)d dengan waktu sebagai berikut :
(WC)d = 0

untuk td < 0.5

(WC)d = 0.94 log td + 0.29

untuk 0.5 td 5.7

(WC)d = 1.0

untuk td > 5.7

Water Coning, hal. 26

Water Coning, hal. 27

Metode peramalan water cut dengan metode Kuo dan DesBrisay ini dilakukan dengan cara coba-coba dengan prosedur sebagai berikut:
1. Tentukan laju produksi kritis menggunakan persamaan Bournazel dan Jeanson:
qc

0.000717(k h )( w o )(h )(h c )


STB/hari
o Bo

hc adalah jarak antara WOC dengan lubang perforasi terbawah, ft


Catatan: peramalan dilakukan ketika qT > qc, sehingga terjadi coning. Sebelum tembus air maka yang terjadi adalah qo = qT
2. Tentukan tBT dengan prosedur sebagai berikut:
Hitung Z dengan metode Sobocinski dan Cornelius:
Z

0.00307( w o )(k h )(h.h c )


o Bo q o

Berdasarkan harga Z tersebut, hitung waktu breakthrough dengan metode Bournazel dan Jeanson:

t d BT

Z
3.0 (0.7) Z

Hitung waktu breakthrough dengan metode Bournazel dan Jeanson, yaitu menggunakan persamaan Sobocinski dan Cornelius dengan =
0.7, yaitu:
t BT

o hFk ( t d ) BT
0.00137( w o )(k h )(1 M 0.7 )

dimana: Fk

kh
kv

3. Gunakan waktu tembus air tBT sama dengan setengah harga tBT dari Bournazel dan Jeanson di atas, yaitu:
t *BT

1
t BT
2

Water Coning, hal. 28

4. Hitung produksi kumulatif minyak sampai waktu tembus air berdasarkan batasan t *

BT di atas, sehingga:

Np

BT

= ( t*

BT ) qT , STB

5. Lakukan peramalan mulai dari waktu tembus air dengan anggapan pertambahan produksi minyak sebesar Np selama tang.

N p j1 N p

BT

Np

atau
nj+1 = nj + n, dimana n
j

Npj
N

6. Tentukan hw dan ho dengan menggunakan metode Kuo dan DesBrisay:

1 S wc

h w H w H o n j1
1 S wc S or

1 S wc

h o H o 1 n j1
1

wc
or

7. Hitung (WC)lim, dimana:

WC lim it

Mh w
Mh w h o

8. Tentukan (WC)d. Untuk ini diperlukan td dimana:

td

t *BT t
t *BT
Water Coning, hal. 29

Berdasarkan harga td ini pilih persamaan (WC)d berikut:


(WC)d = 0

jika td < 0.5

(WC)d = 0.94 log td + 0.29

jika 0.5 td 5.7

(WC)d = 1.0

jika td > 5.7

9. Tentukan water cut nyata dimana:


(WC) = (WC)d(WC)lim
dan gunakan definisi water cut, yaitu:
(WC) = fw
10. Hitung laju alir minyak dengan water cut di atas:
q oj 1 (1 f wj 1 )q T

Ingat bahwa sampai waktu breakthrough, yang terproduksi hanya minyak, sehingga laju alir minyak sampai waktu breakthrough adalah
q oj q o BT q T

Gunakan laju alir minyak rata-rata sebagai berikut:


qo

q oj1 q oj
2

11. Hitung waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan tambahan kumulatif minyak jika laju alir minyak adalah laju alir rata-rata:
t hit

Np
qo

12. Bandingkan thit dengan tang


t ang t hit
t ang

Bila memenuhi lanjutkan dengan selang produksi selanjutnya. Jika tidak memenuhi kembali ke Langkah 8.

Water Coning, hal. 30

Contoh 2: Peramalan Kinerja Reservoir Dengan Water Coning 1


Suatu reservoir minyak dengan bottom water drive dan berpotensi terjadi water coning memiliki data sebagai berikut:
Ho = 42 ft, Hw = 60 ft, qt = 100 STB/hari, kh = 90 md, Fk = kh/kv = 10, M = w/o = 3.27, N (volume minyak pada daerah pengurasan sumur) = 4.2
x 106 STB, Swc = 0.288, Sor = 0.331. Tembus air (breakthrough) terjadi pada t BT = 104.5 hari. Peramalan untuk t1 = 61 hari setelah tembus air
menghasilkan (Np)1 = 5000 STB dengan qo = 60.6 STB/hari. Jika peramalan selanjutnya yang menghasilkan (Np)2 = 5000 STB dengan
menggunakan anggapan t, (t)ang, = 92 hari, tentukan apakah anggapan tang = 92 hari tersebut sudah memenuhi kriteria:

t ang t hit
t ang

, dimana = 0.05.

Jika tidak, lakukan perhitungan dengan menggunakan:

t *ang

t ang t hit
2

Penyelesaian:
Secara skematik reservoir bottom water tersebut jika terjadi water coning terlihat sebagai berikut:

Water Coning, hal. 31

perforasi
Ho = 42 ft
WOC
Hw = 60 ft

Dalam melakukan peramalan untuk timestep yang kedua maka gunakan data hasil peramalan timestep pertama:
Dari data pada timestep pertama diketahui:
Anggap t *

*
BT = 104.5 hari, maka produksi kumulatif minyak sampai waktu tembus air berdasarkan batasan t BT di atas adalah:

N p BT = ( t *BT ) qT , STB
Np

BT

= (104.5)(100) = 10,450 STB

sehingga dengan pertambahan produksi minyak Np = 5000 STB selama t = 61 hari dengan qo = 60.6 STB/hari.

Np j Np Np
BT
N p j 10,450 + 5000 = 15,450 STB

Water Coning, hal. 32

atau

nj

Npj
N

15,450
4.2x 10 6

3.68x 10 3

Sekarang, untuk peramalan pada timestep kedua dengan pertambahan produksi minyak Np = 5000 STB selama tang = 92 hari .

N p j1 N p j N p
2
N p j1 15,450 + 5000 = 20,450 STB

atau

n j 1

N p j1
N

20,450
4.2 x 10 6

4.87 x 10 3

Maka diperoleh hw dan ho setelah timestep kedua:

1 S wc

h w H w H o n j1
1 S wc S or

1 0.288


h w 60 42 4.87 x 10 3
60.39 ft
1 0.288 0.331

1 S wc

h o H o 1 n j1
1

wc
or

1 0.288


h o 42 1 4.87 x 10 3
41.61 ft
1 0.288 0.331

Sehingga

Water Coning, hal. 33

WC lim it

Mh w
Mh w h o

WC lim it

(3.27)(60.39)
0.826
(3.27)(60.39) 41.61

dan karena

td
td
td

t *BT t
t *BT
t *BT t1 t 2
t *BT
104.5 61 92
2.464

104.5
, yaitu berada pada selang 0.5
td
5.7

maka:
(WC)d = 0.94 log td +0.29
(WC)d = 0.94 log (2.464) + 0.29 = 0.658
Dengan demikian water cut nyata dapat dihitung, dimana:
(WC) = (WC)d(WC)lim
(WC) = fw = (0.658)(0.826) = 0.5435
Sehingga:
q oj 1 (1 f wj 1 )q T
q oj 1 (1 0.5435)(100) 45.65

Sampai waktu breakthrough, yang terproduksi hanya minyak:


Water Coning, hal. 34

q oj 1 q o BT q T 100

STB/hari

Sedangkan setelah breakthrough berdasarkan data pada timestep pertama:


q oj q o afterBT 60.6

STB/hari

Sehingga laju alir minyak rata-rata:


qo

q oj1 q oj
2

qo

45.65 60.6
53.1 STB/hari
2

dan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan tambahan kumulatif minyak sebesar N p = 5000 STB jika laju alir minyak rata-rata = 53.1
STB/hari adalah:
t hit

Np
qo

t hit

5000
94.16 hari
53.1

dan bila dibandingkan dengan tang


92 94.16
92

0.0235 , yaitu memenuhi kriteria ketelitian < 0.05.

Contoh 3: Peramalan Kinerja Reservoir Dengan Water Coning 2


Suatu reservoir minyak dengan bottom water drive dan berpotensi terjadi water coning memiliki data sebagai berikut:
Ho = 42 ft, Hw = 60 ft, hc = 21 ft, q t = 100 STB/hari (konstan dari sebelum sampai sesudah breakthrough), k h = 90 md, Fk = kh/kv = 10, M = w/o
= 3.27, Swc = 0.288, Sor = 0.337, = 0.25, D = 21 ft, re = 1053 ft, rw = 0.29 ft, o = 1.44, w = 1.095 gr/cc, o = 0.861 gr/cc, Bo = 1.102
bbl/STB, = 0.05.
Lakukan peramalan kinerja reservoir menggunakan prosedur Kuo dan DesBrisay.

Water Coning, hal. 35

Penyelesaian:
Prosedur peramalan memerlukan data N yang terhitung sebagai:

(r e2 r 2w )h(1 S wc)
N
5.615 B o
N

STB

(1053 2 0.29 2)(42)(0.25)(1 0.288)


4.21x 10 6 STB
5.615(1.102)

Dengan mengikuti prosedur peramalan dari Kuo and DesBrisay, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
1. q c
2. Z

0.000717(90)(1.095 0.861)(42)(21)
8.4 STB/hari
(1.44)(1.102)

0.00307(1.095 0.861)(90)(42)( 21)


0.359
(1.44)(1.102)(100)

t d BT
t BT

3.

t *BT

4.

Np

0.359
0.131
3.0 (0.7)(0.359)
(1.44)(0.25)(42)(10)(0.131)

0.00137(1.095 0.861)(90)(1 3.27 0.7 )

208.5 hari

1
( 208.5) 104.5 hari
2

BT

= (104.5) (100) = 10,450 STB

5. Anggapan Np = 5000 STB selama tang = 40 hari:


Untuk timestep pertama setelah breakthrough

Water Coning, hal. 36

N p j N p BT = 10,450 STB, sehingga

N p j1 N p N p 10,450 5000 15,450


j
n j 1

15,450
4.21x 10 6

STB, atau

0.00367

1 0.288


60.29 ft
6. h w 60 42 0.00367
1 0.288 0.337

1 0.288


h o 42 1 0.00367
41.71 ft
1 0.288 0.337

7.

8.

WC lim it
td

(3.27)(60.29)
0.825
(3.27)(60.29) 41.71

104.5 40
1.383

104.5
, yaitu berada pada selang 0.5
td
5.7, sehingga

(WC)d = 0.94 log (1.383) + 0.29 = 0.421


9. (WC) = fw = (0.421)(0.825) = 0.348
10. q oj1 (1 0.348)(100) 62.2 STB/hari
Untuk timestep pertama setelah breakthrough:
q oj q o BT 100

qo

STB/hari, sehingga

100 62.2
81.1 STB/hari
2

11. t hit

5000
61.7 hari
81.1

Water Coning, hal. 37

12.

40 61.7
40

0.54 , yaitu lebih besar dari kriteria ketelitian = 0.05.

13. Gunakan anggapan baru dimana tang = thit = 61.7 hari. Kembali ke Langkah 8.
8.

td

104.5 61.7
1.590

104.5
, yaitu berada pada selang 0.5
td
5.7, sehingga

(WC)d = 0.94 log (1.590) + 0.29 = 0.479


9. (WC) = fw = (0.479)(0.825) = 0.395
10. q oj 1 (1 0.395)(100) 60.5 STB/hari
Untuk timestep pertama setelah breakthrough:
q oj q o BT 100

qo

100 60.5
80.25 STB/hari
2

11. t hit
12.

STB/hari, sehingga

5000
62.3 hari
80.25

61.7 62.3
61.7

0.0097 , yaitu memenuhi kriteria ketelitian = 0.05.

13. Lanjutkan peramalan, yaitu kembali ke Langkah 5. Begitu seterusnya. Tabel berikut adalah contoh hasil peramalan tersebut. Bagaimanakah
perhitungan tersebut jika Np = 1000 STB?
Tabel: Hasil Perhitungan Metode Kuo dan DesBrisay Untuk Contoh 3
j

t (hari)

Npj

hwj

hoj

( WC) jq j

BT

104.1

10,407

60.00

42.00

0.000

100.00

Water Coning, hal. 38

165.8

15,407

60.29

41.71

0.396

80.189

0.01058

260.5

20,407

60.39

41.61

0.549

52.746

0.00099

391.0

25,407

60.48

41.52

0.686

38.245

0.00182

597.1

30,407

60.58

41.42

0.830

24.204

0.00232

888.8

35,407

60.67

41.33

0.828

17.137

0.00023

1179.3

40,407

60.77

41.23

0.828

17.213

0.00007

1470.7

45,407

60.86

41.14

0.829

17.158

0.00003

1763.0

50,407

60.96

41.04

0.829

17.103

0.00015

2056.3

55,407

61.05

40.95

0.830

17.049

0.00007

10

2350.5

60,407

61.14

40.86

0.830

16.994

0.00008

Stabilitas Batas Minyak-Air


Pada awal bab ini telah disinggung tentang fenomena tembus air yang diakibatkan oleh kejadian fingering (atau tonguing). Fingering terjadi
akibat ketidakstabilan water-oil contact pada reservoir bottom water yang mempunyai kemiringan. Karena sumur produksi berada di atas wateroil contact (berada di bagian atas struktur) dari reservoir yang miring, dan mungkin pula ditambah oleh akibat gejala geologi dan/atau efek
kapileritas, maka water-oil contact juga dapat berada dalam keadaan tidak horizontal. Untuk melakukan analisis batas air minyak yang tidak
horizontal tersebut, tinjau skema berikut:

Water Coning, hal. 39

Perforasi
sumur

WOC

B
WOCi

Jika produksi dilakukan pada laju yang terlalu tinggi, maka water-oil contact dapat menjadi tidak stabil karena air bergerak menuju sumur
produksi pada bagian bawah struktur mendahului minyak yang berada pada bagian atas struktur. Akibatnya water-oil contact yang semula pada
posisi A-B menjadi A-B seperti terlihat pada gambar skematik di atas. Untuk reservoir yang mempunyai lapisan tunggal, hal ini hanya akan
terjadi jika terdapat keadaan unfavorable, yaitu mobility ratio, M, lebih besar dari 1.0. Dalam hal ini, air lebih mudah bergerak dibandingkan
dengan minyak. Karena pada umumnya densitas air lebih besar daripada densitas minyak maka gravity force akan menyebabkan air cenderung
tetap bergerak di bawah minyak. Akan tetapi jika laju alir sangat tinggi, maka akan terjadi ketidakseimbangan dinamis antara viscous force dan
gravity force sehingga dengan keadaan unfavorable (M > 1) water-oil contact menjadi tidak stabil. Sebaliknya, pada laju alir yang rendah maka
water-oil contact akan stabil dan bidang kontak bergerak secara horizontal. Jadi, yang dimaksud dengan water-oil contact stabil adalah sudut
antara bidang kontak dengan bidang struktur (yaitu sudut ) adalah konstan. Jika karena sesuatu hal seperti disebutkan di atas bidang kontak
tidak horizontal, maka water-oil contact yang stabil artinya sudut (yaitu sudut antara bidang kontak dengan bidang struktur) konstan. Dengan
kata lain, water-oil contact yang tidak stabil artinya sudut berkurang terhadap waktu yang dalam hal ini disertai keadaan dimana air
mendahului minyak. Penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini akan disampaikan pada Bab V: Segregation Drive.

Water Coning, hal. 40

Hubungan antara sudut , sudut , gravity forces, dan mobility ratio adalah:
tan

G (M 1) tan
G

dimana
G

0.488( w o ) k A k rw sin
q t w

k w / w k rw / w

k o / o k ro / o

Observasi:

Jika M = 1.0, maka water-oil contact akan tetap stabil, berapapun laju produksi

Jika M < 1.0, maka water-oil contact pasti stabil, tidak mungkin tidak stabil. Kenyataannya, sudut akan cenderung lebih besar dibandingkan
dengan sudut .

Jika G > (M-1), maka water-oil contact akan stabil.

Jika G < (M-1), maka water-oil contact akan tidak stabil

Jadi, ketidakstabilan hanya akan terjadi jika M > 1. Dengan asumsi M > 1, maka ketidakstabilan tersebut akan terjadi ketika G = (M-1). Oleh
karena itu, laju alir kritis, yaitu laju maksimum supaya water-oil contact tetap dalam keadaan stabil diperoleh dengan substitusi G = M 1
pada persamaan di atas untuk mendapatkan (qt)critical, yaitu:

0.488( w o )k A k rw sin
k rw / w
1
qtw
k ro / o
atau

Water Coning, hal. 41

q t critical

0.488( w o )kASin
o w

k ro k rw

Water Coning, hal. 42

Anda mungkin juga menyukai