Anda di halaman 1dari 10

BAB XI

PENGUJIAN CEMENT BOND LOG DAN VARIABLE DENSITY LOG

11.1. TUJUAN PERCOBAAN


1. Menentukan kualitas semen setelah diinjeksikan kedalam sumur
menggunakan alat log.

11.2. DASAR TEORI


Untuk mengetahui kualitas semen apakah baik atau buruk dan dapat
berfungsi semestinya perlu melakukan evaluasi semen. Evaluasi ini bertujuan
untuk mengetahui kualitas melekatnya cement pada casing/formasi dan
mengevaluasi panjang isolasi cement vertikal yang baik. Namun, evaluasi semen
hanya bisa dilakukan apabila semen sudah mengeras didalam sumur. Untuk
mengatasi permasalahan ini, maka dapat digunakan alat bantu yaitu peralatan
logging. Alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi semen adalah cement
bond log dan variable density log. Untuk mengevaluasi cement digunakan:
 Cement Bond Log (CBL)
 Circumferential Acoustic Scanning Tool (CAST-V)
 Ultra Sonic Imaging Tool (USIT)
a. Cement Bond Log (CBL)
CBL terdiri dari acoustic transmitter (sumber bunyi) dan acoustic
receiver. Transmitter membangkitkan pulsa suara yang merambat melalui casing
arrival, formation arrival, dan fluid arrival sebelum mencapai receiver. Ketika
mengevaluasi kualitas melekatnya cement, yang diperiksa adalah kualitas cement
setebal satu inch pertama yang mengelilingi casing. CBL biasanya digabung
dengan Gamma Ray (GR), Casing Collar Locator (CCL), dan Variable Density
Log  (VDL). Prinsip kerja CBL diawali dengan penembakan suara oleh acoustic
transmitter melewati fluida yang ada di dalam lubang sumur menuju casing,
cement dan formasi. Selanjutnya gelombang suara akan memantul dan ditangkap
oleh signal receiver dan amplitudonya akan menunjukkan kualitas ikatan dari
cement. Kalau amplitudonya rendah, berarti ikatan cement dengan casing atau
formasi cukup bagus. Tetapi jika pipa yang kosong diberi getaran suara maka pipa
akan mengeluarkan amplitudo suara yang tinggi. Analisa kualitatif pada CBL log
adalah jika amplitudo lebih kecil dari 10 mv menandakan penyemenan bagus. Jika
amplitudo sekitar 10-60 atau 10-70 menandakan adanya channeling. Sementara
jika amplitudo sekitar 70-80 menandakan free pipe. Dalam perhitungan signal,
jika pipa yang kosong diberi getaran suara maka pipa akan mengeluarkan
amplitudo suara yang tinggi. Jika pipa dikelilingi dengan cement maka
amplitudonya akan rendah. Jadi jika amplitudonya rendah, berarti
ikatan cement dengan casing atau formasi bagus, dan jika tinggi maka
ikatan cement tidak bagus seperti contoh gambar di bawah ini.
Quality control CBL:
 Pastikan CBL on-depth dengan mengkorelasikan pada mark log atau log
sebelumnya
 Free pipe amplitude harus sesuai dengan estimate free pipe amplitude 
pada tabel di atas
 Transit time harus sesuai dengan estimate transit time pada table.
 Bacaan amplitude harus sama antara main log dengan repeat section
b. Variable Density Log (VDL)
Pembacaan cement bond selain dari amplitude dari CBL dapat juga
ditentukan dari Varible Density Log (VDL). VDL juga berfungsi untuk menilai
kualitas penyemenan pada annulus VDL digunakan untuk menentukan cement
bond dari casing ke semen dansemen ke formasi. Pembacaan casing to cement
(chart casing arrival), bacaan VDL di sebelah kiri agak kabur, putih untuk HLS
log dan abu-abu untuk schlumberger log. Sementara cement to formation (chart
formation arrival), bacaan VDL di sebelah kanan tidak lurus, biasanya mengikuti
pola gamma ray. VDL ini mengevaluasi ikatan antara semen dengan formasi dan
semen dengan casing. Ada 4 kriteria yang didapatkan dari pembacaan VDL, yaitu
bad to formation, good to formation, bad to casing dan good to casing.
Penyemenan yang bagus menandakan good to casing dan good to formation. VDL
mencatat amplitudo gelombang suara dan biasanya berpasangan dengan CBL.
Pencatatan dilakukan pada receiver yang terletak 5 ft dari sonic transmitter.
Perubahan amplitudo dari gelombang suara menunjukkan variasi dari penembusan
yang terekam pada log. Warna gelap atau terang dan bergelombang menunjukkan
evaluasi dari VDL.

Seme
n

Casin
g Forma
Gambar 11.1
si
Good to Casing, Bad to Formation
(Rudi Rubiandini, Teknik Operasi Pemboran)

Semen

Casing Gambar 11.2


Form
Bad to Casing, Good to as i
Formation
(Rudi Rubiandini, Teknik Operasi Pemboran)
Casin Seme
Gambar
Form11.3
asi
g n
Good to Casing, Good to Formation
(Rudi Rubiandini, Teknik Operasi Pemboran)

Formasi
Casin
g Gambar 11.4
Bad to Casing, Bad to Formation
Free pipe
(Rudi Rubiandini, Teknik Operasi Pemboran)
Gambar 11.5
Analisa CBL Secara Kuantitatif
(Sumber : scumbleger)

Analisa CBL chart secara kualitatif diawali dengan mengetahui data


amplitude sesuai kedalaman yang diinginkan. Setelah itu ditarik garis miring
hingga berpotongan dengan garis casing size. Lalu ditarik garis ke kiri hingga
berpotongan dengan garis atenuasi. Didapatkan nilai atenuasi pada kedalaman
tersebut. Setelah itu dapt mencari nilai BI (Bond Index) dengan menggunakan
persamaan :
Atenuasi Zona Interest
BI= …………………………….....……(11.1)
Atenuasi Zona Very Good

Harga BI lebih besar dari 0.8 menandakan penyemenan bagus. Sementara


BI = 1, menandakan penyemenan sempurna.
Dari garis atenuasi yang tadi, ditarik garis lurus menuju garis casing
thickness dan berpotongan dengan angka sesuai dengan casing thickness yang
dipakai. Garis lurus tadi ditarik berkelanjutan sampai bertemu garis compressive
strength. Didapatkan harga compressive strength. Jadi dapat disimpulkan semakin
kecil amplitudo, semakin besar compressive strength begitu pula sebaliknya.
Sementara pada VDL, analisa yang dapat dilakukan hanya kualitatif. VDL
tidak bisa digunakan untuk menganalisa kuantitatif. Contoh analisa kualitatif yang
dilakukan sesuai dengan gambar berikut.

Gambar 11.6
Hasil Pembacaan Log CBL dan VDL 1
(Rudi Rubiandini, 2004. Teknik Operasi Pemboran)

Pada hasil pembacaan pada Gambar 11.6, menandakan amplitudo kecil,


dan sinyal yang didapat dari VDL kuat. Pada chart VDL menunjukkan good to
casing (ditandai dengan garis putus-putus dan buram di bagian kiri chart) dan
good to formation (ditandai dengan garis berkelok-kelok mengikuti pola gamma
ray). Menandakan penyemenan bagus.
Gambar 11.7
Hasil Pembacaan Log CBL dan VDL 2
(Rudi Rubiandini, 2004 . Teknik Operasi Pemboran)

Pada hasil pembacaan pada Gambar 11.7, menandakan amplitudo tinggi,


dan tidak adanya sinyal dari formasi ditandai dengan garis lurus pada chart VDL.
Menandakan terjadinya free pipe. Diperlukan untuk squeeze cementing.

Gambar 11. 8
Hasil Pembacaan Log CBL dan VDL 3
(Rudi Rubiandini, 2004. Teknik Operasi Pemboran)

Pada hasil pembacaan pada Gambar 11.8, menandakan amplitudo rendah


dan sedang. Pada VDL chart garis lurus pada bagian kiri dan bergelombang di
bagian kanan, tetapi terdapat sinyal yang hilang. Menandakan terjadinya partial
cement (channeling). Diperlukan untuk squeeze cementing jika channeling
banyak.
Gambar 11.9
Hasil Pembacaan Log CBL dan VDL 4
(Rudi Rubiandini, 2004. Teknik Operasi Pemboran)

Pada hasil pembacaan pada Gambar 11.9, menandakan amplitudo sedang.


Pada VDL chart garis lurus pada bagian kiri dan bergelombang di bagian kanan.
Supaya akurat, log diulangi dan menandakan good cement padahal terjadi
microannulus pada semen. Tidak diperlukan untuk squeeze cementing.

Gambar 11.10
Hasil Pembacaan Log CBL dan VDL 5
(Rudi Rubiandini, 2004. Teknik Operasi Pemboran)

Pada hasil pembacaan pada Gambar 11.10, menandakan amplitude kecil.


Tetapi tidak ada sinyal dari casing dan formasi, yang ada hanyalah sinyal dari
mud cake. Menandakan tidak ada ikatan semen dengan formasi. Diperlukan
squeeze cementing.
Oleh karena itu CBD (Cement Bond Log) dan VDL (Variable Density
Log) sangat penting dilakukan untuk mengevaluasi penyemenan. Sehingga dapat
direncanakan untuk dilakukannya squeeze cementing.
11.3. ALAT DAN BAHAN
11.3.1. Alat
1. CBL-VDL Logging Tool
11.3.2. Bahan
1. Semen Kelas A
11.3.3. Gambar Alat

Gambar 11.11.
CBL-VDL Log Tools
(Sumber : http://www.ingenieriadepetroleo.com/cbl-log/)

Anda mungkin juga menyukai