Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438

VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018


http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

PENGARUH PENAMBAHAN “BARITE”, “HEMATITE”, DAN “MECOMAX”


TERHADAP THICKENING TIME, COMPRESSIVE STRENGTH, DAN RHEOLOGI
BUBURR SEMEN PADA VARIASI TEMPERATUR (BHCT) DI LABORATORIUM
PEMBORAN DAN PRODUKSI

Afdhal Huda*, Abdul Hamid**, dan Djoko Sulistyanto***

*) Mahasiswa Jurusan Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti


**) Dosen Pembimbing I Jurusan Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti
***) Dosen Pembimbing II Jurusan Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti

ABSTRAK
Problem yang sering terjadi pada perencanaan kegiatan penyemenan adalah penentuan
campuran bubur semen yang tepat dan sesuai dengan kondisi sumur yang menjadi target penyemenan.
Bubur semen terlebih dahulu dirancang sedemikian rupa dan juga diuji tingkat kelayakannya sebelum
digunakan untuk penyemenan, sehingga sesuai dengan karakteristik sumur target
penyemenan.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi tiga zat
additive yang berperan sebagai weighting agent, yaitu Barite, Hematit, dan Mecomax, yang dilakukan
pada variasi temperatur BHCT (30°C dan 50°C) terhadap thickening time, compressive strength, dan
rheology bubur semen. Tes laboratorium dilakukan dengan bahan dasar semen bubuk kelas G API
10A, air mineral dan tiga zat additive tersebut.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa penambahan zat additive wighting agent menurunkan
nilai thickening time penurunan ini disebabkan oleh faktor perubahan temperature,karena temperatur
50°C memiliki nilai lebih kecil dari temperature 30°C, dan juga memiliki pengaruh terhadap nilai
compressive strength yang cukup signifikan. Perubahan nilai compressive strength lebih disebabkan
oleh faktor perubahan temperatur, pada temperatur 50°C, nilai compressive strength akan lebih tinggi
daripada temperature 30°C. Terakhir, penambahan weighting agent juga berpengaruh terhadap
penurunan nilai yield point, akan tetapi tidak mempengaruhi nilai plastic viscosity secara signifikan.

Kata Kunci : Cementing, Additive, Wighting Agent

ABSTRACT
The most common problem with cement planning planning is the determination of the right
mixture of cement slurry and in accordance with the well condition that is the target of cementing.
The cement slurry is first designed in such a way and also tested the feasibility level before being used
for cementing, so as to fit the well characteristics of cementing targets.This research was conducted
to determine the effect of adding the concentration of three additive substances that act as weighting
agent, Barite, Hematit, and Mecomax, performed on variations of BHCT temperature (30 ° C and 50
° C) to thickening time, compressive strength and rheology of slurry cement. Laboratory tests carried
out with the base material of class G-cement powder G API 10A, mineral water and the three additive
substances.
From this research, it is found that the addition of additive wighting agent decrease the
thickening time value of this decrease caused by temperature change factor, because temperature 50 °
C has smaller value than temperature 30 ° C, and also has significant compressive strength. The
change of compressive strength is caused by temperature change factor, at 50 ° C, compressive
strength value will be higher than temperature 30 ° C. Finally, the addition of the weighting agent
also affects the decrease in yield point value, but does not affect the value of plastic viscosity
significantly.

Keywords : Cementing, Additive, Wighting Agent

Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018 47


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

PENDAHULUAN Parameter-parameter yang sudah


Cementing merupakan bagian penting ditetapkan, divariasikan pengujiannya terhadap
dalam suatu kegiatan pemboran. Penyemenan konsentrasi weighting agent (2%, 4%, 6%, 8%,
yang kurang tepat akan menyebabkan dan 10%) dan temperatur BHCT (30°C, dan
terbentuknya channeling pada semen, adanya 50°C). Variasi daripada jenis weighting agent,
produksi atau gas yang tidak diinginkan, serta konsentrasi weighting agent dan temperatur
korosi pada pipa. Untuk menghindari problema BHCT ini diuji pengaruhnya terhadap
tersebut maka dibutuhkan perhitungan- thickening time, compressive strength, dan
perhitungan sebelum melakukan operasi rheology bubur semen.
penyelesaian sumur (well completion).
Sebelum dilakukan operasi penyemenan TEORI DASAR
terlebih dahulu dilakukan rancangan terhadap Kegiatan cementing atau penyemenan
komposisi bubur semen. Dalam perancangan adalah proses pendorongan bubur semen
bubur semen, terdapat tiga komponen utama (cement slurry) ke dalam lubang sumur,
yaitu bubuk semen, air dan additive sebagai zat kemudian didiamkan sampai bubur semen
atau campuran tambahan yang bekerja untuk tersebut mengeras. Pendorongan bubur semen
mengontrol sifat dari bubur semen. ke dalam sumur melalui casing, kemudian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bubur semen didorong terus naik ke annulus
pengaruh tiga zat additive yang berperan antara casing dengan dinding lubang ataupun
sebagai weighting agent, yaitu “Barite”, ke annulus antara casing dengan casing, dan
“Hematite”, dan “Mecomax”. Tiga zat additive selanjutnya bubur semen didiamkan sampai
weighting agent ini kemudian divariasikan semen tersebut mengeras hingga mempunyai
konsentrasinya dan diuji pengaruhnya terhadap sifat melekat baik terhadap casing maupun
sifat-sifat semen pemboran, diantaranya formasi.
thickening time, compressive strength, dan Proses pendorongan bubur semen
rheology. menggunakan drill pipe atau tubing ke dalam
Compressive strength didefinisikan lubang, dan bubur semen naik ke annulus
sebagai kekuatan semen dalam menahan antara casing dengan dinding lubang.
tekanan tekanan yang berasal dari formasi Kegagalan dalam operasi penyemenan akan
maupun dari casing. Strength minimum yang menimbulkan banyak permasalahan, antara
direkomendasikan oleh API untuk dapat lain; menyebabkan kerusakan pada formasi
melanjutkan operasi pemboran adalah 1000 psi. produktif, kehilangan sirkulasi lumpur,
Thickening time merupakan waktu yang kecilnya laju produksi, dan masih banyak lagi.
diperlukan bubur semen mencapai konsistensi
100 Bc, nilai 100 Bc merupakan batasan bagi 2.1 Fungsi Penyemenan
bubur semen masih dapat dipompa lagi. Fungsi utama penyemenan adalah untuk
Rheology merupakan parameter aliran fluida menyekat lubang annulus antara dinding
(bubur semen) dalam proses sirkulasinya. formasi dengan casing. Dilakukannya operasi
Metodologi yang dilakukan dalam penyemenan pada casing sumur-sumur minyak,
penelitian ini adalah dengan melakukan tes gas bumi dan panas bumi, secara umum
laboratorium. Tes dilakukan dengan komposisi bertujuan:
bubur semen kelas G sebagai bahan dasar a. Menyekat casing dengan formasi batuan,
semen, air mineral sebagai fluida pencampur agar casing kokoh dan kuat sehingga dapat
dan tiga jenis additive weighting agent yaitu berfungsi dengan sempurna.
“Barite”, “Hematite”, dan “Mecomax”. b. Melindungi casing dari tekanan dan
Campuran bubuk semen dan air (neat temperatur formasi pada pengeboran.
cement) yang telah jadi terlebih dahulu di uji c. Mencegah korosi pada casing akibat kontak
kelayakan sesuai dengan standar API 10A dengan fluida formasi.
mengenai spesifikasi semen dan bahan-bahan d. Memisahkan zona-zona antar lapisan yang
dalam operasi penyemenan sumur. Dari tes berbeda.
berikut dapat di tentukan kelayakan bubur e. Memperbaiki casing yang pecah atau bocor
semen untuk diaplikasikan terhadap sumur (casing leaks) akibat korosi.
target penyemenan. f. Mengisolasi formasi yang tidak produktif
dengan lubang sumur.

48 Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

g. Menutup zona lost circulation atau zona hasil reaksi antara CaO dan Al2O3.
dengan tekanan tinggi. Komponen ini berpengaruh terhadap
Untuk memenuhi berbagai tujuan di atas, rheology bubur semen, walaupun memiliki
semen pemboran yang baik harus memiliki kadar yang lebih sedikit dari komponen
sifat-sifat berikut ini: silikat (SiO2), yaitu berkisar antara 15%
a. Mudah dipompakan (mempunyai rheology pada semen high early strength dan 3% pada
yang baik) semen yang tahan terhadap sulfat. C3A
b. Nilai thickening time yang sesuai dengan tidak berpengaruh terhadap strength akhir
target penyemenan sumur. semen dan waktu terbentuknya dapat
c. Mempunyai kekuatan (strength) yang cukup dikontrol dengan penambahan gypsum.
besar dalam waktu tertentu, serta Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:
mempunyai daya ikat yang baik dengan 3CaO + Al2O3 → 3CaO.Al2O3
formasi batuan.
d. Kekuatan semen (strength) tersebut Tetracalcium Aluminoferrite (4CaO
hendaknya stabil dan tidak mudah berubah Al2O3 Fe2O3 atau C4AF)
dalam waktu beberapa tahun. Mineral tetracalcium aluminoferrite yang
dinotasikan sebagai C4AF yang terbentuk dari
2.2 Komposisi Mineral Bubuk Semen reaksi CaO, Al2O3 dan Fe2O3. Komponen ini
Bubuk semen Portland yang digunakan mempunyai panas hidrasi yang rendah dan
pada proses penyemenan mempunyai empat pengaruh yang sedikit pada strength semen.
komponen mineral utama, yaitu : API (American Petroleum Institute)
1. Tricalcium Silicate (3CaO.SiO3 atau C3S) menjelaskan bahwa untuk semen dengan
Mineral tricalcium silicate (3CaO.SiO2) ketahanan sulfat yang tinggi, kadar C4AF
yang dinotasikan sebagai C3S merupakan ditambah dengan dua kali kadar C3A tidak
hasil reaksi antara CaO dan SiO2. Mineral boleh lebih dari 24% karena penambahan
ini merupakan komponen terbanyak dalam oksida besi yang berlebihan akan menaikkan
semen Portland, pada semen yang lambat kadar C4AF dan menurunkan C3A, sehingga
pengerasannya (retarder) komposisinya berpengaruh menurunkan panas hasil reaksi
berkisar antara 40% – 45%. Sedangkan pada (hidrasi) C3S dan C2S. Reaksi kimia
semen yang cepat proses pengerasannya penambahan C4AF adalah:
(high early strength cement), komposisinya 4CaO + Al2O3 + Fe2O3 → 4CaO. Al2O3.
antara 60% – 65%. Mineral ini memberikan Fe2O3
kekuatan (strength) yang terbesar pada API membagi jenis semen berdasarkan
proses pengerasan awal semen. Reaksi komposisi keempat komponen mineral di atas.
kimianya adalah sebagai berikut: Bentuk akhir semen Portland mengandung
3CaO + SiO2 → 3CaO.SiO2 campuran lain seperti alkali sulfat, magnesium,
lime, dan gypsum.
2. Dicalcium Silicate (2CaO SiO2 atau C2S) Semen Portland terbuat dari bahan-bahan
Mineral dicalcium silicate (2CaO.SiO2) mentah tertentu, pemilihan bahan-bahan
yang dinotasikan sebagai C2S yang mentah tersebut sangat berpengaruh terhadap
merupakan hasil reaksi antara CaO dan komposisi bubuk semen yang diinginkan. Ada
SiO2. Komponen ini sangat penting dalam dua macam bahan mentah yang dibutuhkan
memberikan kekuatan (strength) akhir dalam menghasilkan semen Portland, yaitu :
semen, karena C2S mempunyai hidrasi
lambat sehingga tidak berpengaruh dalam Material Calcareous
setting time bubur semen. Yang termasuk material calcareous antara
Komposisi C2S dalam semen tidak lebih lain limestone hasil sedimentasi atau metamorf,
dari 20%. Reaksi kimianya adalah : koral (batu karang), batuan yang mengadung
2CaO + SiO2 → 2CaO.SiO2 fosil-fosil kerang laut dan “batuan semen”
(yang komposisinya sudah sama dengan semen
3. Tricalcium Aluminate (3CaO Al2O3 atau Portland secara alami). Serta material
C3A) calcareous buatan antara lain endapan calcium
Mineral tricalcium aluminate (3CaO.Al2O3) carbonate dan silika hasil pembuangan dari
yang dinotasikan sebagai C3A merupakan proses pabrik.

Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018 49


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

Meterial Argillaceous Tahap 2 (200°C-800°C)


Material argillaceous alami yang sering Tahap 3 (800°C-1100°C)
digunakan antara lain clay, shale, marl, batu Tahap 4 (1100°C-1300°C)
lumpur (endapan lumpur), slate, schist, debu Tahap 5 (1300°C - 1500°C - 1300°C)
vulkanik dan endapan lumpur alluvial. Ash Tahap 6 (1300°C - 1000°C)
atau abu dari hasil produksi pembakaran batu
bara merupakan bahan buatan yang cukup 2.3.3 Proses Pendinginan
penting. Proses pendinginan dimulai pada akhir
proses pembakaran, yaitu ketika temperatur
2.3 Proses Pembuatan Semen mulai turun dari clinkering temperature
Pembuatan semen Portland dilakukan (1500°C) pada tahap 5. Kualitas clinker dan
dengan melalui beberapa tahapan. Berawal dari semen bergantung dari laju pendinginan sekitar
peleburan bahan mentah, pembakaran 4-5°C sampai
campuran, proses pendinginan sampai akhirnya 1250°C, kemudian cepat sekitar 18- 20°C
campuran digiling kedalam bentuk yang sesuai. per menit. Saat laju pendinginan lambat C3A
dan C4AF dengan cepat mengkristal, Kristal
2.3.1 Proses Peleburan C2S dan C3S menjadi lebih teratur dan MgO
Proses peleburan bahan semen umumnya bebas juga mengkristal (disebut periclase).
dilakukan dengan dua macam cara, yaitu dry
process dan wet process. Pada awal dry 2.3.4 Proses Penggilingan
process, mineral clay dan limestone sama-sama Proses penggilingan menghasilkan sekitar
dihancurkan lalu dikeringkan di rotary dries. 97-99% energi yang masuk berubah menjadi
Hasilnya dibawa ke tempat penggilingan untuk panas, yang berasal dari bola-bola baja yang
dileburkan. Kemudian hasil leburan ini masuk terdapat pada fasilitas penggilingan. Oleh
ke tempat penyaringan, dan partikel-partikel karena itu diperlukan pendinginan, karena bila
yang kasar dibuang dengan sistem sentrifugal terlalu panas akan banyak gypsum yang
untuk digiling kembali. Hasil saringan ini menghidrasi menjadi kalsium sulfat hemihidrat
ditempatkan di beberapa silo dan setelah (CSH1/2) atau larutan anhidrit (CS) akibat suhu
didapat komposisi kimia yang diinginkan, yang terlalu panas.
kemudian akan melalui proses pembakaran di
Kiln. 2.4 Komposisi Bubur Semen
Pada wet process, material mentah Bubur semen terbuat dari pencampuran
dicampur dengan air terlebih dahulu, lalu antara fasa cair, bubuk semen dan additive
dimasukkan ke tempat penggilingan (Grinding yang disesuaikan dengan program kegiatan
Mill). Campuran ini kemudian dipompa penyemenan yang akan dilaksanakan. Bubur
melalui vibrating screen. Material-material semen yang dibuat harus disesuaikan sifat-
yang kasar dikembalikan ke penggilingan, sifatnya dengan kondisi formasi yang akan
sementara campuran yang lolos yang berupa disemen.
bubur ini ditampung pada suatu tempat
berbentuk kolom kolom. Di tempat ini, bubur 2.4.1 Fasa Cair
mengalami proses rotasi dan pemampatan Fasa cair yang dipergunakan pada
sehingga didapat campuran yang homogen. umumnya adalah air, namun dalam beberapa
Setelah didapatkan komposisi kimia yang kasus dan semen khusus digunakan minyak
diinginkan, suspense tersebut kemudian dibawa sebagai fasa cairnya. Tujuan penggunaan zat
ke tempat pembakaran (Kiln). cair adalah sebagai media agar bubuk semen
dapat saling berkaitan (bonding).
2.3.2 Proses Pembakaran
Setelah melewati proses peleburan, 2.4.2 Bubuk Semen
campuran dimasukkan ke tempat pembakaran Bubuk semen merupakan material padatan
(Kiln). Di kiln, campuran ini berputar putar yang mempunyai sifat mengikat. Bubuk semen
kemudian berubah menjadi clinker. Ada enam dikemas dalam karung atau sack, dimana berat
tahap yang harus dilalui campuran di kiln, tiap sack umumnya sekitar 94 lbs.
yaitu: American Petroleum Institute (API) telah
Tahap 1 (sampai 200°C) melakukan pengklasifikasian semen ke dalam

50 Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

beberapa kelas guna mempermudah pemilihan 10.000 ft dengan kondisi tekanan dan
dan penggolongan semen yang akan digunakan. temperatur formasi yang tinggi (antara 80–
Pengklasikasian ini didasarkan atas kondisi 130°C). Semen kelas ini tersedia dalam dua
sumur dan sifat-sifat semen yang disesuaikan varian ketahanan sulfat, yaitu Moderate Sulfate
dengan kondisi sumur tersebut. Kondisi sumur Resistent (MSR) dan High Sulfate Resistent
tersebut meliputi kedalaman sumur, temperatur, (HSR).
dan tekanan operasi.
Selain itu, klasifikasi tersebut juga Kelas E
menggolongkan semen berdasarkan Merupakan semen yang digunakan untuk
ketahanannya terhadap sulfat seperti tipe penyemenan sumur mulai dari kedalaman
ordinary (O), moderate sulfate resistance 6.000 ft (1830 meter) hingga pada kedalaman
(MSR), dan high sulfate resistance (HSR). 14.000 ft (4270 meter) dengan kondisi
Klasifikasi tersebut dimuat dalam API temperatur (77–143°C) dan tekanan formasi
standards 10A “Spesification for Oil-Well tinggi. Tersedia dalam tipe Moderate Sulfate
Cements and Cements Additives”. Spesifikasi Resistent (MSR) dan High Sulfate Resistent
10A tersebut secara berkala terus diperbarui (HSR).
dand direvisi sesuai perkembangan industry
perminyakan. Kelas F
Standardisasi untuk klasifikasi bubuk Merupakan semen yang digunakan untuk
semen pemboran yang dibuat oleh penyemenan dari kedalaman 10.000 ft hingga
API tersebut adalah sebagai berikut: 16.000 ft dengan kondisi temperatur (130–
160°C) dan tekanan formasi yang sangat tinggi.
Kelas A Tersedia dalam tipe Moderate Sulfate Resistent
Merupakan semen yang digunakan untuk (MSR) dan High Sulfate Resistent (HSR).
penyemenan dari permukaan hingga kedalaman
6000 ft dengan temperatur hingga 80°C dan Kelas G
tidak tahan terhadap sulfate. Tersedia hanya Merupakan semen yang digunakan sebagai
dalam tipe Ordinary (O), pada umumnya semen dasar pada penyemenan sumur dengan
digunakan untuk sumur dangkal ketika tidak kedalaman mencapai 8000 ft (2440 meter)
dibutuhkan sifat semen tertentu atau dalam dengan temperatur hingga 90°C. Tersedia
kondisi normal. dalam tipe Moderate Sulfate Resistent (MSR)
dan High Sulfate Resistent (HSR).
Kelas B
Adalah semen yang digunakan untuk Kelas H
penyemenan dari permukaan hingga kedalaman Merupakan semen yang digunakan sebagai
6000 ft dan temperatur hingga 80°C, dalam semen dasar, digunakan pada jarak kedalaman
formasi yang banyak mengandung sulfat dari permukaan hingga 8000 ft dengan
sehingga perlu ketahanan terhadap sulfat. temperatur hingga 95°C. Pada dasarnya
Tersedia dalam tipe Ordinary (O) dan Moderate memiliki kesamaan dengan kelas G, namun
Sulfate Resistent (MSR). yang membedakan adalah ukuran butirannya
lebih besar. Tersedia dalam tipe Moderate
Kelas C Sulfate Resistent (MSR) dan High Sulfate
Merupakan semen yang digunakan untuk Resistent (HSR).
penyemenan dari permukaan hingga kedalaman Semen kelas A sampai kelas F merupakan
6000 ft dan temperatur hingga 80°C, semen yang jarang ditambahkan dengan
mempunyai sifat highearly strength (waktu additive dalam penggunannya, sedangkan
proses pengerasan semen yang cepat). Tersedia untuk kelas G dan H ditambahi dengan additive
dalam tipe Ordinary (O), Moderate Sulfate bila diperlukan, semen dengan jenis ini sangat
Resistent (MSR) dan High Sulfate Resistent umum digunakan dalam operasi penyemenan
(HSR). karena sifatnya yang lebih stabil terhadap
kondisi formasi dan compatible terhadap
Kelas D berbagai additive. Penggunaan semen kelas H
Merupakan semen yang digunakan untuk dikhususkan dalam mendapatkan nilai densitas
penyemenan dari kedalaman 6000 ft hingga yang lebih besar daripada semen kelas G.

Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018 51


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

2.4.3 Additive Suatu bubur semen yang ditempatkan pada


Additive merupakan bahan-bahan yang interval zona tertentu, harus mempunyai
ditambahkan dalam membuat bubur semen, strength tertentu, dan harus dengan syarat
untuk mendapatkan sifat-sifat bubur semen strength formasi yang akan disemen. Strength
sesuai dengan kondisi formasi. Terdapat bubur semen dapat dinilai cukup baik untuk
banyak jenis additive yang bisa digunakan berbagai standar operasi, jika telah mencapai
untuk dicampurkan ke dalam bubur semen tekanan sebesar 500 psi.
pemboran. Sedangakan ubur semen yang dibuat
dari bubuk semen dan air saja disebut neat 2.5.2 Water Cement Ratio (WCR)
cement. Water cement ratio adalah perbandingan
antara volume air dan semen yang dicampurkan
2.5 Sifat-Sifat Semen Pemboran dengan bubuk semen di waktu membuat bubur
Bubur semen yang digunakan dalam semen. Kadar air minimum adalah jumlah air
operasi penyemenan, dirancang dan yang dicampurkan tanpa menyebabkan
diformulasikan dengan ketentuan tertentu, yang consistensy dari bubur semen lebih dari 30
disesuaikan dengan kondisi formasi yang poise. Bila air yang ditambahkan lebih kecil
menjadi target penyemenan. Sifat-sifat bubur dari kadar minimumnya maka akan menaikkan
semen yang di maksud adalah sebagai berikut : densitas bubur semen yang akan menimbulkan
gesekan (friksi) yang cukup besar di annulus
2.5.1 Strength sewaktu bubur semen dipompakan yang
Strength pada semen terbagi menjadi dua, akhirnya akan menaikkan tekanan di annulus.
yaitu compressive strength dan shear stregth. Bila formasi yang dilalui tidak bahan maka
Compressive strength didefinisikan sebagai formasi bias rekah.
kekuatan semen dalam menahan tekanan- Aturan penambahan air untuk masing
tekanan yang berasal dari formasi maupun dari masing additive dalam membuat bubur semen
casing, sedangkan shear strength didefinisikan tidak dibahas secara spesifik pada subab ini.
sebagai kekuatan semen dalam menahan berat Sehingga volume air total yang diperlukan
casing. Jadi compressive strength menahan dalam membuat bubur semen adalah volume
tekanan-tekanan dalam arah horizontal dan air yang diperlukan untuk mencampur bubuk
shear strength menahan tekanan-tekanan pada semen ditambah dengan volume yang
arah vertikal. diperlukan untuk membasahi additive yang
Nilai compressive strength dipengaruhi digunakan.
oleh temperatur pengkondisian, tekanan
pengkondisian, kadar air semen (WCR), 2.5.3 Densitas
kehalusan butiran semen dan lamanya waktu Densitas bubur semen adalah
pengkondisian. Dalam mengukur strength perbandingan total berat bubuk semen, air
semen seringkali yang diukur adalah pencampur, dan additive yang digunakan,
compressive strength, sedang shear strength terhadap total volume bubuk semen, air
kurang diperhatikan. Nilai compressive pencampur, dan additive. Penambahan air dan
strength bernilai 8-10 kali lebih besar dari nilai additives akan berpengaruh pada densitas
shear strength. bubur semen. Pada umumnya densitas bubur
Pengujian compressive strength di semen dibuat lebih besar dari densitas lumpur,
laboratorium dilakukan dengan menggunakan hal ini mengingat bahwa kontaminasi lumpur
alat Hydraulic Prsesure Machine. Hydraulic akan meningkat dengan densitas yang relatif
Pressure Machine merupakan mesin pemecah sama yang mengakibatkan bubur semen akan
semen yang sudah mengeras dalam curing masuk kedalam rekahan yang terjadi.
chamber. Strength minimum dirokemendasikan Densitas bubur semen sangat berpengaruh
oleh API untuk dapat melanjutkan operasi terhadap tekanan hidrostatis bubur semen di
pemboran adalah 1000 psi. Sedang shear dalam lubang sumur. Bila formasi tidak
strength yang baik tidak kurang dari 100 psi, sanggup menahan tekanan bubur semen, maka
sehingga casing dapat terikat dengan kokoh. akan menyebabkan formasi pecah, sehingga
Dalam keadaan ini pemboran sudah dapat terjadi lost circulation.
dilanjutkan.

52 Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

2.5.4 Thickening Time sifat aliran yang diuji adalah viskositas, yield
Thickening time adalah waktu yang point dan plastic viscosity. Pada prinsipnya,
dibutuhkan bubur semen untuk mencapai terdapat dua tipe fluida, yaitu fluida Newtonian
konsistensi 100 Bc. Harga 100 Bc ini dan Non-Newtonian.
merupakan batas bubur semen masih dapat Fluida Newtonian adalah fluida yang
dipompakan lagi sehingga thickening time memiliki viskositas yang konstan terhadap laju
sering juga disebut dengan pumpability. Dalam geseknya (shear rate) contohnya air, sedangkan
hidrasinya semakin lama semen mengeras fluida NonNewtonian contohnya semen,
maka viskositasnya semakin meningkat. memiliki viskositas yang berubah dengan
Viskositas pada semen disebut konsistensi adanya laju gesekan hingga pada titik
karena semen merupakan fluida yang non- kulminasi, kemudian viskositasnya konstan.
newtonian. Viskositas ini disebut dengan viskositas plastis
Besarnya thickening time yang diperlukan (plastic viscosity), serta timbul gel strength dan
adalah tergantung dari kedalaman penyemenan, dan yield point sebelum terjadi aliran fluida.
volume bubur semen yang akan dipompakan Hal ini disebabkan karena adanya tahanan
serta jenis penyemenan. Umumnya thickening geser (shear stress) antara partikel padatan yang
time adalah 3–3,5 jam untuk penyemenan tersuspensi dalam fluida Newtonian. Pengujian
dengan kedalaman 6.000 – 18.000 ft. Waktu sifat rheology bubur semen dapat dilakukan
tersebut termasuk waktu pembuatan bubur dengan Fann VG Meter.
semen sampai penempatan semen di belakang
casing, sedangkan pada penyemenan yang lebih 2.6 Additive Bubur Semen
dalam dimana tekanan dan temperature tinggi Additives merupakan material-material
sehingga diperlukan additive untuk yang ditambahkan dalam pembuatan bubur
memperlambat pengerasan (thickening time). semen untuk mendapatkan sifat-sifat bubur
Waktu pemompaan (pumpability time) semen sesuai dengan yang diinginkan. Bubur
yang maksimum umumnya disamakan dengan semen yang dibuat berbahan bubuk semen dan
thickening time dengan pertimbangan factor air saja disebut dengan neat cement. Additives
keamanan. Waktu pemompaan yang diperlukan berperan penting dalam perencanaan bubur
dipengaruhi oleh tinggi kolom dan volume semen karena secara umm fungsi dari additive
bubur semen yang harus dipompakan, ini adalah:
kecepatan laju alir pemompaan dan temperatur  Mempercepat atau memperlambat
operasi sumur tersebut (temperatur statik dan thickening time.
temperatur sirkulasi).  Memperbesar strength.
 Menaikkan atau menurunkan densitas bubur
2.5.5 Waiting On Cement (WOC) semen.
Waiting on cement atau waktu yang  Menaikkan volume bubur semen.
digunakan untuk menunggu bubur semen  Mencegah lost circulation.
mengeras adalah waktu yang dihitung saat  Mengurangi fluid loss.
menunggu pengerasan bubur semen setelah  Menaikkan sifat tahan lama (durability).
semen selesai ditempatkan. WOC dapat  Menekan biaya.
dihitung ketika set cement cap diturunkan
hingga kemudian cement cap dibor kembali 2.6.1 Accelerator
untuk operasi selanjutnya. WOC ditentukan Accelerator adalah additive yang dapat
oleh faktor-faktor seperti tekanan dan mempercepat proses pengerasan bubur semen
temperatur sumur, WCR, compressive strength sehingga thickening time dapat diperpendek.
dan additive yang dicampurkan ke dalam bubur Selain itu dapat juga mempercepat naiknya
semen. WOC berdasarkan API adalah jika strength semen dan mengimbangi additive lain
compressive strength mencapai 500 psi yang (seperti dispersant dan fluid-loss control agent),
pada umumnya diambil waktu 6-12 jam. agar tidak tertunda proses pengerasan bubur
semennya. Sumur yang dangkal sering
2.5.6 Rheology menggunakan accelerator karena temperatur
Rheology merupakan disiplin ilmu yang dan tekanan yang umumnya rendah.
mempelajari tentang sifat-sifat aliran pada Contoh additive yang berlaku sebagai
berbagai jenis fluida. Pada fluida semen sifat- accelerator adalah kalsium klorida, sodium

Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018 53


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

klorida, gypsum, sodium silikat dan air laut. tersebut. Additive ini dapat digunakan pada
Berikut dijelaskan sebagian bahan-bahan yang bottomhole temperatures (BHT) antara 27°C
bertindak sebagai accelerator: dan 288°C. Additive Pozmix-A dapat
digunakan pada seluruh tipe kelas pada semen.
Kalsium Klorida
Penambahan kalsium klorida antara 2–4 % CMHEC
saja ke dalam bubur semen dapat mempercepat CMHEC atau Carboxymethyl
thickening time dan menaikkan compressive Hydroxyethyl Cellulose merupakan
strength. polisakarida yang terbentuk dari kayu dan tetap
stabil bila terdapat alkalin pada bubur semen.
Sodium Klorida CMHEC tetap efektif sebagai retarder hingga
Sodium klorida atau natrium klorida temperatur 121°C (250°F). CMHEC
dengan kadar sampai 10 % BWOMW (by membutuhkan banyak air dalam
weight on mix water) berlaku sebagai pencampurannya.
accelerator.
2.6.3 Extender
2.6.2 Retarder Extender adalah additive yang berfungsi
Retarder adalah additive yang dapat untuk menaikkan volume bubur semen, yang
memperlambat proses pengerasan bubur semen berhubungan dengan mengurangi densitas
sehingga bubur semen mempunyai waktu yang bubur tersebut. Pada umumnya penambahan
cukup untuk mencapai kedalaman target yang extender ke dalam bubur semen akan diikuti
diinginkan atau dengan kata lain thickening dengan penambahan air. Penurunan densitas
timenya lebih panjang. Retarder sering bubur semen akan mengurangi tekanan
digunakan dalam penyemenan casing pada hidrostatis selama penyemenan. Adapun yang
sumur-sumur yang dalam, sumur-sumur yang termasuk extender antara lain adalah bentonite,
bertemperatur tinggi atau untuk kolom sodium silikat, dan pozzolan.
penyemenan yang panjang.
Bentonite
Gilsonite Bentonite merupakan extender yang umum
Additive Gilsonite adalah hidrokarbon digunakan dan bersifat banyak menghisap air,
asphaltene yang berupa butiran. Gilsonite sehingga volume bubur semen bisa menjadi 10
selain sebagai retarder biasanya digunakan kalinya.
untuk mengontrol lost circulation dan akan Bila di tambahkan ke dalam bubur semen
bekerja maksimal pada BHT antara 20°C akan membentuk filter cake yang bertindak
hingga 110°C. Tipikal konsentrasi berkisar 5- sebagai film dalam menutupi permukaan
50lb/sk dari semen. Berat jenis gilsonite yang formasi yang porous dan permeable. API
rendah membantu menurunkan densitas dari merekomendasikan bahwa setiap penambahan
bubur semen dan membantu meningkatkan 1 % bentonite ditambahkan pula 5,3 % air
kemampuannya mengendalikan lost circulation. (BWOC), yang berlaku untuk seluruh kelas
semen. Pengaruh lainnya adalah yield semen
Hydrated Lime naik, kualitas perforasi lebih baik, compressive
Hydrated Lime (Calcium Hydroxide) strength menurun, permeabilitas naik,
merupakan senyawa anorganik dengan rumus viskositas naik dan biaya lebih murah. Untuk
kimia Ca(OH)2. Berbentuk Kristal yang tidak temperatur di atas 110°C, penambahan
berwarna atau bubuk putih yang dihasilkan bentonite akan menurunkan compressive
ketika kapur (calcium oxide) dicampur dengan strength dan menaikkan permeabilitas semen.
air. Dengan kandungan kapur yang tinggi,
Hydrated Lime mampu memperlambat Sodium Silikat
pengerasan bubur semen. Sodium silikat dengan kadar 0,2 – 3 %
BWOC dapat menurunkan densitas bubur
Pozmix-A semen dari 14,5 ppg menjadi 11 ppg. Dan
Pozmix-A merupakan bahan additive umumnya dengan bertambahnya kadar sodium
untuk meringankan bubur semen dan silikat tersebut maka compressive strength
menaikkan nilai pumpability bubur semen semen akan turun.

54 Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

Pozzolan gravity 2,63 maka densitas bubur semen yang


Pozzolan terbentuk dari material-material mengandung pasir Ottawa ini dapat mencapai
seperti aluminium dan silika yang bereaksi 18 ppg. Penggunaan pasir Ottawa ini biasanya
dengan kalsium hidroksida. Ada dua jenis digunakan untuk penyemenan lubang sebagai
pozzolan yaitu pozzolan alam seperti tempat pemasangan whipstock dan untuk plug
diatomaceous earth dan pozzolan buatan seperti job.
fly ashes. Diatomaceous earth sebagai extender
tidak memperbesar viskositas bubur semen, 2.6.5 Dispersant
sedangkan fly ashes dapat menaikan Dispersant adalah additive yang dapat
compressive strength. mengurangi viskositas bubur semen.
Pengurangan viskositas atau friksi terjadi
2.6.4 Weighting agent karena dispersant mempunyai kelakuan sebagai
Weighting agent adalah additive yang thinner (pengencer). Hal ini menyebabkan
berfungsi menaikkan densitas bubur semen. bubur semen menjadi encer, sehingga dapat
Umumnya weighting agent digunakan pada mengalir dengan turbulen walaupun
sumur-sumur yang mempunyai tekana formasi dipompakan dengan rate (laju) yang rendah dan
yang tinggi. Agar penggunaannya efektif, maka telah menggunakan weighting agent.
zat ini harus mempunyai ukuran partikel yang
sesuai dengan ukuran butiran semen dan tidak Polymelamine Sulfonate
banyak meresap air. Additive-additive yang Polymelamine sulfonate (PMS) dengan
termasuk di dalam weighting agent adalah kandungan 0,4% BWOC sering dicampurkan
hematite, ilmenite, barite dan pasir. dengan bubur semen sebagai dispersant.
Sampai dengan temperatur 85°C (185°F), PMS
Hematite akan tetap aktif karena unsur-unsur kimianya
Hematite adalah meterial berbentuk kristal masih stabil.
yang berwarna merah. Dengan mempunyai
specific gravity sebesar 4,5 maka hematite Polynaphtalena Sulfonate
termasuk paling efisien sebagai weighting Ploynaphtalena sulfonate adalah dispersant
agent. Densitas bubur semen bisa mencapai 19 yang umum dipakai, bila pada bubur semen
– 22 ppg bila ditambah hematite. berisi NaCl, maka ditambahkan PNS sebanyak
4 % BWOC.
Mecomax
Ilmenite merupakan additive yang terbaik Fluid-Loss Control Agent
sebagai weighting agent. Material ini Fluid-loss control agent adalah additive
merupakan inert solid dan tidak berpengaruh yang berfungsi mencegah hilangnya fasa liquid
terhadap thickening time. Dengan mempunyai semen ke dalam formasi, sehingga terjaga
specific gravity sekitar 4,8 maka bubur semen kandungan cairan pada bubur semen. Pada
bila ditambahkan ilmenite bisa mencapai primary cementing, fluid loss yang diizinkan
densitas lebih dari 20 ppg. sekitar 150– 250 cc yang diukur selama 30
menit dengan menggunakan saringan
Barite berukuran 325 mesh dan pada tekanan 1000
Barite merupakan additive yang paling psi. sedangkan pada squeeze cementing, fluid
umum digunakan sebagai weighting agent, baik loss yang diizinkan sekitar 55 – 65 cc.
untuk bubur semen maupun dalam lumpur Additive yang termasuk di dalam fluid-
pemboran. Penambahan barite harus disertai loss control agent diantaranya HEC, CMHEC,
pula dengan penambahan air untuk membasahi PVP dan latex. Bahan-bahan tersebut
permukaan partikel barite yang besar. Dengan menurunkan laju filtrasi dengan dua cara, yaitu
specific gravity 4,02 maka barite dapat membentuk film yang mengontrol aliran air
menaikkan densitas bubur semen hingga 19 dari bubur semen dan mencegah terjadinya
ppg. dehidrasi dengan serta memperbesar distribusi
ukuran partikel sehingga menjebak fluida tetap
Pasir di dalam bubur semen.
Pasir yang digunakan sebagai weighting
agent adalah pasir Ottawa. Dengan specific

Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018 55


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

Loss Circulation Control Agent namun pada additive Hematite plastic viscosity
Loss circulation control agent merupakan berubah secara signifikan.. Sedangkan pada
additive yang mengontrol hilangnya bubur pengujian yield point, penambahan konsentrasi
semen ke dalam formasi yang lemah atau weighting agent, mampu menaikan yield point,
bergua saat proses penyemenan berlangsung. namun hanya pada additive barite saja kenaikan
Biasanya material loss circulation control agent nya tidak tinggi..
yang dipakai pada lumpur pemboran digunakan Pengujian kedua yaitu thickening time,
pula dalam bubur semen. Jenis additive loss dilakukan dengan menambahakan tiga jenis
circulation control agent diantaranya bubur weighting agent dengan variasi konsentrasi
kayu, serbuk gergaji, gilsonite, plastik, mika, (2%,4%,6%,8%,10%) pada formulasi neat
cellophane flakes, gypsum, bentonite dan nut cement (semen kelas G dan air mineral).
shells yang berperan sebagai bahan penyumbat Kemudian digunakan variasi temperature
serta mengurangi densitasnya. BHCT Hasil yang didapat menunjukan bahwa
weighting agent berpangaruh dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN mempercepat waktu pengerasan semen. Dari
Penelitian dengan topik Pengaruh perbandingan tiga additive tersebut, pada suhu
Penambahan “Barite”, ”Hematite” dan yang sama pengaruh terhadap thickening time
“Micromax” Pada Variasi Temperatur (BHCT) pada bubur semen rata rata ketiga additive
Terhadap Thickening Time, Compressive mmiliki perubuhan nilai yang berbeda, tapi
Strength, dan Rheology Bubur Semen ini tidak terlalu signifikan. Penambahan konsetrasi
menggunakan bahan bubuk semen kelas G, air weighting agent pada suhu 30°C mnurunkan
mineral dan tiga jenis weighting agen sebagai waktu thickennng time rata-rata 2 sampai 4
campuran bubur semen. menit pada setiap additive, pnurunan waktu
Penggunaan tiga jenis weighting agent thickening time pada suhu 50°C rata-rata nilai
dimaksudkan untuk membandingan pengaruh nya 3 sampai 5 menit pada setiap additive,
penambahannya terhadap campuran bubur penuruna waktu thickening time ini
semen. Sehingga didapatkan weighting agent dipengaruhi oleh suhu karena pada suhu 50°C
jenis apa dan pada konsentrasi berapa yang terdapat waktu paling rendah yaitu, 90 menit.
memiliki pengaruh paling besar terhadap Pengujian yang ketiga yaitu compressive
rheology, thickening time dan compressive strength, dilakukan dengan menggunakan alat
strength bubur semen serta akan diketahui Hydraulic Pressure dengan menambahakan tiga
perendaman pada temperature berapa yang jenis weighting agent dengan variasi
memiliki hasil thickening time dan compressive konsentrasi (2%,4%,6%,8%,10%) pada
strength paling maksimal. formulasi neat cement (semen kelas G dan air
Pengujian pengaruh penambahan mineral). Kemudian ditambahkan variasi
konsentrasi menggunakan tiga jenis retarder temperatur BHCT (30°C, dan 50°C) dengan
yaitu Barite (SG=4.02), Hematite (SG=4.50), curing time selama 16 jam. Hasil pengujian
dan Mecomax (SG=4.80). Pengujian awal menunjukan bahwa, penambahan konsentrasi
dilakukan untuk verivikasi apakah bahan dasar weighting agent pada suhu yang sama terdapat
semen yang digunakan untuk penelitian perubahan nilai compressive strength, cukup
termasuk dalam spesifikasi API 10A. Pengujian signifikan. Pada suhu 30°C kenaikan rata-rata
tersebut dilakukan tanpa penambahan nilai compressive strength sebesar 169 psi
weighting agent apapun, sehingga dapat sampai 285 psi, namun akan turun pada
diketahui apakah hasilnya dapat diverivikasi penambahan konsentrasi 8% sebesar, 435 psi
dengan spesifikasi API 10A. sampai 800 psi. Pada suhu 50°C sebesar 166
Pengujian rheology menggunakan Fann psi sampai 249 psi, dan akan turun pada
VG meter dilakukan dengan menambahakan pnambahan konsentrasi 8% sebesar, 490 psi
tiga jenis weighting agent berbeda dengan sampai 498 psi.
ditambahkan variasi konsentrasi Peningkatan nilai compressive strength
(2%,4%,6%,8%,10%) pada formulasi neat lebih disebabkan oleh perubahan temperature
cement (semen kelas G dan air mineral). Pada perendamannya. Pengujian pada temperatur
penelitian ini, didapatkan hasil bahwa 50°C selama 16 jam, menghasilkan nilai rata-
penambahan konsentrasi weighting agent, tidak rata compressive strength terbesar. Pada
begitu berpengaruh pada plastic viscosity, temperature tersebut, rata-rata nilai

56 Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

compressive strength lebih besar dibanding θ 600 = Dial Reading pada 600 rpm
nilai rata-rata pengujian pada suhu 30°C . DS = Densitas suspensi semen, (ppg)
GC = Berat bubuk semen, (lbs)
KESIMPULAN DAN SARAN GW = Berat air, (lbs)
Penelitian laboratorium mengenai GA = Berat aditif, (lbs)
pengaruh penambahan konsentrasi retarder K = Permeabilitas, (md)
“Barite”, “Hematite”, dan “Mecomax” pada L = Panjang sampel, (cm)
variasi temperatur BHCT terhadap Thickening t = Waktu pengukuran, (menit)
Time, Compressive Strength dan Rheology Va = Volume aditif, (gallon)
bubur semen, menghasilkan kesimpulan Vbk = Volume bubuk semen, (gallon)
sebagai berikut : Vw = Volume air, (gallon)
1. Penambahan additive weighting agent tidak Yp = Yield Point, (lb/ 100ft2)
begitu berpengaruh pada Yield Point cement µ = Viskositas, (cp)
slurry, perubahan paling besar ada pada µp = Plastic Viscosity (cp)
additive Mecomax dan perubahan paling ΔP = Perbedaan tekanan, (psi)
kecil ada pada additive Barite..
2. Penambahan konsentrasi weighting agnt
tidak banyak mempengaruhi nilai Plastic DAFTAR PUSTAKA
viscosity bubur semen, perubahan terbesar American Petroleum Institute, API
hanya 7cp, pada Hematite.. Specification 10A, Specification for
3. Pada pengujian Thickening Time dengan Cement and Materials for Well
temperature 50°C, Mecomax memberikan Cementing, Washington, D.C. USA,
pengaruh terbesar, yang pada awal nya 118 1995.
menit menjadi 90 menit, menurunkan 28
Cementing Technology, Dowell Schlumberger.,
menit dari Thickening Time awal.
1984
4. Pada pengujin Thickening Time dengan
temperature 30°C nilai Thicknning lebih Diktat Kuliah Teknik Pemboran II, Jurusan
tinggi atau lebih lama mengeras nya Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi
dibandingkan dengan temperature 50°C Kebumian dan Energi, Universitas
5. Pada pengujian Thickening Time degan Trisakti.
temperature 30°C, Mecomax memberikan Halliburton Energy Services, “Halliburton
pengaruh terbesar, yang pada awal nya 125 Cementing Technology Manual”,
menit menjadi 107 menit, menurunkan 18 Halliburton Co. Duncan, Oklahoma.
menit dari Thickening Time awal. USA, 1993.
6. Pada pengujian Compressive Strength
temperature 30°C kenaikan terbesar didapat Nelson E.B., “Well Cementing”, Schlumberger
pada additive Mecomax 6% yaitu sebesar Educational Series, Houston-Texas,
850 psi dari harga awal. 1990.
7. Pada pengujian Compressive Strength Penuntun Praktikum Teknik Lumpur
dengan temperature 50°C kenaikan harga Pemboran, Laboratorium Teknik
terbesar didapat pada additive Mecomax 6% Pemboran dan Produksi, Jurusan Teknik
yaitu sebesar 896 psi dari harga awal. Perminyakan, Jakarta, 2001.
8. Kenaikan nilai Compressive Strength lebih
dipengaruhi oleh perbedaan BHCT, pada Santoso, Ade Ilham. 2010. Penelitian Mengenai
temperature 50°C, rata-rata nilai Pengaruh Penambahan Konsentrasi
Compressive Strength lebih besar dibanding Retarder “CT” Pada Variasi Temperatur
nilai rata-rata pengujian pada suhu 30°C dan (BHCT) Terhadap Thickening Time,
lebih besar. Compressive Strength, dan Rheology
Bubur Semen.
Specification for Material And Testing For Oil
DAFTAR SIMBOL Well Cement, API Specification 10. Fifth
A = Luas permukaan sampel, (inch2) Edition, 1990.
Bc = Konsistensi suspensi semen, (Uc)
θ 300 = Dial Reading pada 300 rpm

Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018 57


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 2, AGUSTUS 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

www.cement.org/cement-concrete-
basics/concrete-materials/cements
www.halliburton.com/en-
US/ps/cementing/materials-chemicals-
and-additives.page?node-id=hfqelabf

58 Jurnal Petro  Agustus, Th, 2018

Anda mungkin juga menyukai