BAB III
HIDROLIKA PENYEMENAN
Gambar 3.2 Grafik perbandingan shear rate dan shear stress untuk fluida
Newtonian dan non-Newtonian.
Gambar 3.3 Apparent viscosity versus flow rate untuk fluida Newtonian dan
non-Newtonian.
35
Gambar 3.4 Flow rate versus tekanan untuk fluida Newtonian dan non-
Newtonian.
Shear rate merupakan fungsi kecepatan rotasi dan besarnya tergantung rotor
dan bob. Untuk instrument standart maka :
Sr ShearRate 1.703 Rpm .......................................................... 2)
Pemakaian perhitungan shear stress, shear rate dan apparent viscosity dapat
dilihat pada tabel 3.1 berikut
Fann Data
Sec 1
Shear Dial
2
Rotation Rate Reading
( Rpm ) ( sec ( lb / 100ft )
600 1,022 17
300 511 12
200 340 10
100 170 8
6 10.2 3.5
3 5.11 3
Shear Stress
2 2 Apparent
dynes/cm lb/ft Viscosity
( Cp )
86.7 0.181 8.49
61.2 0.128 11.99
51 0.107 15
40.8 0.085 24
17.9 0.037 175.1
15.3 0.032 299.6
Tabel 3.1
Perbandingan pembacaan Fann, shear stress dan shear rate dan apparent viscosity
37
rate dimana penekanan dimulai pada daerah stream line atau aliran laminer.
Persamaan Power law model lebih kompleks tetapi lebih akurat dari Bingham Plastic
model.
Konsep power law ini membutuhkan perhitungan shear rate didalam anullus.
Dengan memahami karakteristik grafik shear stress versus shear rate maka besar
apparent viscosity bubur semen di anullus atau pada shear rate yang ditentukan dapat
dihitung. Apparent viscosity dapat di hitung :
47880K 1Sr n 1 .................................................................................. 4)
Viskosity dalam power law ini samadengan dalam Bingham Plastic dan Fann V.G
meter juga digunakan dalam mencari data pada konsep ini.
Persamaan power law model :
Ss K 1 Sr .........................................................................................
1
n
5)
Dimana :
K’ : konsistensi index. Lbf sec n’ / ft²
= perpotongan grafik log Ss vs Sr pada sumbu shear stress.
N’ : slope dari grafik log Ss vs Sr, tak berdimensi
= Flow behavior index
n’ adalah slope dari garis lurus yang dibentuk 4 pembacaan itu dan K’ adalah
perpotongan garis lurus tadi pada unity rate of shear ( 1.0 sec ¯¹ ) ( lihat gambar 3.5.)
6)
Apabila dilapangan, model Fann Viscometer hanya mempunyai pembacaan 300 dan
600 rpm maka n’ dan K’ dapat dihitung sebagai berikut :
pembacaan600
n' 3.32 Log10
pembacaan300
....................................................... 7)
N pembacaan300 1.066
K '
100 511
n'
Dimana : n = range extension factor dari Fann torque spring ( biasnya 1.0 )
40
Tabel 3.2
Harga n’ dan k’ untuk berbagai klas semen
Dan akan berharga tetap sehingga fluidanya newtonian. Atau K '
47880
96V
Dimana Sr = , sec 1
D
b. Penentuan displacement velosity ( kecepatan pendesakan )
17.15 Qb 3.057 Qcf
Vd ............................................................ 10)
D2 D2
Dimana :
Vd : ft / sec
Qb : Laju pemompaan, bbl / menit
Qcf : Laju pemompaan, cuft / menit
D : diameter dalam pipa, in
Dimana :
Do : Diameter dalam dari pipa terluar atau diameter dalam dari lubang
bor, in
Di : Diameter luar dari pipa didalam, in
1.86 V 2 n"
N Re n'
96
K '
D
................................................................................ 12)
Dimana : NRe : Tak berdimensi
Þ : Density bubur semen , ppg
d. Penentuan casing / open hole annular area
2 2
A 0.7854 D1 D2 ...................................................................
13)
Dimana :
A : in²
D1 : Diameter lubang bor, in
D2 : Diameter luar ( OD ) casing, in
e. Penentuan Frictional Pressure Drop ( kehilangan tekanan akibat friksi )
0.039 L V 2 f
Pf ............................................................ 14)
D
Dimana :
∆Pf : Psi
L : Panjang pipa, ft
F : Fanning Friction factor, tak berdimensi ( lihat gambar 3.6. )
43
f. Penentuan velocity ( kecepatan ) pada saat turbulensi dimulai, yaitu pada NRe =
2100
n'
96
1129 K '
Vc 2 n ' D
1
96 2 n ' ...................................................................... 15)
n'
1129 k '
Vc D
Dimana :
D : Diameter dalam pipa, in
Vc : Kecepatan kritis, ft / sec
Dimana :
V : Velocity, ft / sec
NRe : Reynold Number specifik, tak berdimensi
Gambar 3.7.
Kehilangan tekanan akibat friksi didasarkan pada perhitungan dan observasi dan
berbagai kondisi bubur semen.
b. Pengaruh kehilangan tekanan diannulus dan drag stress ( tegangan tarik ) pada
permukaan semen lumpur. Pada daerah laminer, maka efisiensi pendesakan akan
naik sebagai akibat naiknya kehilangan tekanan diannulus (lihat gambar 3.8.).
Titik 1 sampai 12 pada bambar 14, menunjukkan banyaknya pengujian
yang dilakukan. Pengujian 1 – 7 pada daerah laminer sedang ( 2,8 dan 9 ) pada
daerah turbulen. Pada pengujian 10-12 memberikan effisiensi pendesakan paling
besar. Dari pembacaan Fann Rheology ( lihat tabel 3.3 ) terlihat bahwa kondisi
bubur semen pada 10-12 lebih encer ( thinner ) daripada pengujian ( 2, 8, dan 9 ).
Dari sini dapat diindikasikan bahwa semakin besar tingkat turbulensi
maka semakin tinggi drag stress ( tegangan tarik ) yang ada pada permukaan
semen lumpur .
47
Pipe standoff ialah kedudukan pipa dalam lubang bor, 100 % standoff = casing
tepat ditengah – tengah ( centered casing ), 0 % standoff = casing menempel
dinding lubang bor (lihat gambar 3.9.).
49
b. Membesarnya viscosity dan gel strength lumpur maka laju pendesakan akan
meningkat.
c. Pipa ( casing ) yang terletak tepat ditengah akan menambah pendesakan lumpur.
d. Kondisi lumpur yang mempunyai µp dan Y rendah akan menambah efisiensi
pendesakan lumpur.