Anda di halaman 1dari 62

PEREKAHAN HIDRAULIK

Dr. Ir. Sudjati Rachmat, DEA


EVALUASI PEREKAHAN HIDRAULIK

1. Analisa Kenaikkan PI

2. Perbandingan Indeks Produktivitas


2.1 Metoda Prats
2.2 Grafik Tinsley
2.3 Grafik McGuire Sikora
2.4 Grafik Tannich Nierode
2.5 Perbandingan Indeks Produktivitas pada Sumur yang
Damage
2.6 Perbandingan Indeks Produktivitas untuk Aliran Unsteady
State

3. Mencari Harga Xf dari Transien Pressure Analisis


EVALUASI PEREKAHAN HIDRAULIK

4. Pengukuran Tinggi Rekahan


4.1 Temperatur Logging
4.2 Gamma Ray Logging
4.3 Spectral Gamma Ray
4.4 Multiple Isotope Tracking
4.5 Metode Seismik
4.6 Seismik Selama Perekahan Berlangsung
4.7 Metode Seismik Setelah Perekahan
4.8 Borehole Televiewer
4.9 Formation Micriscanner
4.10 Noise Logging
4.11 Spinner Survey
Evaluasi Perekahan Hidraulik

Dalam Bab ini akan dibicarakan mengenai evaluasi dari perekahan hidraulik,
yaitu untuk mengetahui apakah oelaksanaan perekahan hidraulik berhasil untuk
menaikkan produktivitas sumur. Secara mudahnya ukuran dari setiap stimulasi
adalah bila index produktivitas akan naik seperti yang tersirat dalam Gambar 1.

Dari Gambar 1 dapat dilihat, bilamana index produktivitas PIH (setelah


perekahan) > PIi (sebelum perekahan), maka perekahan termasuk berhasil.
Diskusi selanjutnya nanti akan membicarakan analisa kenaikkan PI sumur
minyak dan gas, menghitung panjang rekahan dengan Pressure Transient
Analysis dan yang terakhir mengenai pengukuran tinggi rekahan.
Tekanan Statik, Ps

PIi
PIH

Laju Aliran, q, B/D

Gambar 1
Perbandingan Langsung PI Sebelum dan Sesudah Perekahan dari IPR (Nind)
Analisa Kenaikan PI

Gambar 1 di atas hanya merupakan gambaran sederhana mengenai prinsip


untuk mengetahui kenaikkan index produktivitas dalam evaluasi hasil perekahan
hidraulik. Untuk sumur minyak, index produktivitas, menurut Gilbert, PI atau J,
dapat ditulis sebagai :

J = qo/(Ps - Pwf)

Dari persamaan aliran pseudo steady state untuk sumur minyak,

Jadi, untuk aliran pseudo steady state minyak,


Analisa Kenaikan PI

Untuk sumur gas, bentuk aliran pseudo steady state adalah :

di mana pa,s adalah tekanan yang diajust (dirubah untuk gas), dalam hal ini

Dalam term tekanan saja, suatu pendekatan untuk persmaan aliran pseudu
steady state adalah :
Analisa Kenaikan PI

di mana

Jadi untuk aliran gas, persamaannya adalah :

Dengan mengatur persamaan menjadi :


Analisa Kenaikan PI

Jadi untuk gas pada aliran pseudo steadu state, grup akan
konstan,

dan dianggap di sini sebagai suatu indeks produktivitas untuk gas, sperti juga
qo/(Ps - Pwf) di sumur minyak. Untuk mempermudah pada sumur gas,
didefinisikan J sebagai qg/(Ps - Pwf) tetapi untuk perhitungan yang lebih teliti grup
ini tidak akan konstant dan sangat tergantung tekanan tidak seperti di sumur
minyak dan akan kita lihat :

untuk lebih teliti lagi, maka grup konstant yang harus digunakan
untuk

menghitung kemampuan aliran gas untuk suatu harga penurunan tekanan


Perbandingan Indeks Produktivitas

Baik untuk sumur gas ataupun minyak, effek perekahan dapat dinyatakan
sebagai perbandingan antara indeks produktivitas sesuadah dan sebelum
perekahan. Persamaan yang umum dipakai untuk ini adalah dari Prats, Tinsley
et. al. dan McGuire & Sikora untuk sumur pada steady state dan pseudo steadu
state.

1. Metode Prats

Metode Prats (1961) adalah yang pertama, sederhana, kelemahannya adalah


dianggap semua keadaan ideal,

di mana Lf = setengah panjang rekahan yang dua sayap.


Perbandingan Indeks Produktivitas

Anggapan dalam pers. Prats adalah steady state, di daerah silinder,


inkompressible, konduktivitas rekahan tak terhingga dan tinggi rekahan sama
dengan tinggi formasi. Suatu contoh di mana Lf = 500 ft, re = 2106 ft (spasi
sumur 320 acres, segi empat), rw = 0.354 ft menghasilkan J/Jo = 4.08 untuk
pers. 10 di atas.
Perbandingan Indeks Produktivitas

2. Grafik Tinsley

Tinsley menggunakan electrolytic model untuk membuat grafik J/Jo dan bisa
untuk bermacam-macam ketinggian rekahan. Gambar 2 dan 3 memperlihatkan
hasil pekerjaannya yang juga menganggap steady state, reservoir silindris,
fluida incompressible dan re/rw di model dianggap sama dengan di lapangan
(effek perbedaan diabaikan). Tinsley juga melakukan studi perekahan setengah
tebal formasi dan menganggap suluruh rekahan terisi proppant. Sebagai contoh
kalau dari soal contoh Prats tadi ditambah data A = 320 acres, k = 0.1 md, dan h
= 50 ft = lebar rekahan hf Le = jarak ke sisi segi empat = 1867 ft, dan radius
lingkaran dengan luas yang sama re = 2106 ft. Jadi Lf/re = 500/2106 = 0.237.
Relative kapasitas = (0.00159) (wkf/k) (hf/h) ln(re/rw) (10/A)1/2 = 0.00159
(2200/0.1) (50/50) ln(2106/0.354) (10/320)1/2 = 53.742. Dari Gambar 2, untuk
hf/h = 1.0, J/Jo = 2.9.
Gambar 2
Korelasi Tinsley et.al.
Untuk Perbandingan Indek Produktivitas dengan hf/h = 1 (SPE)
Gambar 3
Korelasi Tinsley et.al.
Untuk Perbandingan Indeks Produktivitas dengan hf/h = 0.5 (SPE)
Perbandingan Indeks Produktivitas

3. Grafik McGuire Sikora

Dengan menggunakan studi electric analog dibuat analogi perekahan di


lapangan. Grafik ini adalah yang paling umum digunakan. Anggapannya adalah
aliran pseudo steady state laju aliran konstant dengan tanpa aliran luar batas re,
daerah pengguanaan pengurasan segi empat sama sisi, aliran inkompressible,
dan rekahan sama lebar dengan formasi. Perbandingan produktivitas untuk
aliran stabil Pwf konstant adalah seperti pada pseudo steady state. Absis dari
grafik McGuire - Sikora adalah konduktivitas relatif, 1/2(wkf/k) (40/A)1/2 dan
ordinatnya adalah skala tingkat kenaikkan produktivitas, (J/Jo) [7.13/{ln(0.472
Le/rw)}]. Faktor skala tingkat digunakan untuk merubah daerah pengurasan
selain dari 40 acre (16 ha) dan harga Le/rw untuk lapangan yang dianalisa.
Gambar 4 menunjukkan Grafik mereka.
Gambar 4
Grafik McGuire - Sikora untuk Menunjukkan Kenaikkan Produktivitas dari Perekahan
(SPE)
Perbandingan Indeks Produktivitas

Beberapa kesimpulan bisa didapat dari grafik McGuire Sikora tersebut

1. Pada permeabilitas rendah (dengan perekahan yang konduktivitasnya


tinggi), maka hasil kenaikkan produktivitas akan makin besar terutama
karena panjang rekahan dan bukan dari konduktivitas relatif rekahan.

2. Untuk suatu panjang rekahan Lf, akan ada konduktivitas optimal.


Menaikkan konduktivitas rekahan lebih lanjut tidak akan menguntungkan.
Misalnya untuk harga Lf/Le = 0.5, kenaikkan lebih lanjut tak ada artinya untuk
harga relative conductivity di atas 105.

3. Maksimum kenaikkan perbandingan konduktivitas index teoritis untuk


sumur yang tidak damage (rusak) adalah 13.6.
Perbandingan Indeks Produktivitas

Holditch membuat simulasi dengan alat finite-difference reservoir simulator yang


lebih mutakhir dan membendingkannya dengan grafik McGuire dan Sikora.
Assumsinya sama, suatu sumur dengan pusat di tengah reservoir segi empat
sama sisi tanpa aliran di luar batasnya, agak kompressible alirannya, tinggi
rekahan sama dengan lebar formasi, dan alirannya pseudo steady state.
Hasilnya hampair sama dengan McGuire - Sikora walaupun ada beberapa
perbedaan detail. Di mana ada perbedaan, hasil Holditch adalah yang benar.
Gambar 5 memperlihatkan grafik simulator Holditch.
Gambar 5
Modifikasi Grafik McGuire Sikora Holditch
Perbandingan Indeks Produktivitas

Contoh untuk metoda McGuire-Sikora dan Holditch diberikan dengan


menyambung diskusi conoth sebelumnya, di mana Lf/Le 500/1867 = 0.268.
Dengan metode McGuire-Sikora, maka 12(wkf/k) (40/A)1/2 = (12) (2200/0.1)
(40/320)1/2 = 9.33 x 104, dengan grafik McGuire-Sikora,

J/Jo = [7.13/{ln(0.472 Le/rw)}] = 4.8 dan

J/Jo = 4.8 ln[(0.472) (1867)/(0.354)]/7.13 = 5.3.

Metode Holditch akan sama seperti di atas, akan didapat harga 5.3 juga
(setelah 4.8 ordinate). Metode Prats lumayan dekat, tetapi metode Tinsley agak
beda hasilnya.
Perbandingan Indeks Produktivitas

4. Grafik Tannich dan Nierode

Tannich dan Nierode membuat grafik seperti pada McGuire-Sikora tetapi untuk
gas, untuk dan effek non-Dracy dimasukkan. Metodenya menggunakan dua
grafik; yang pertama bagian dari stimulasi karena perubahan reservoir yang
hampir sama dengan McGuire-Sikora, dan yang kedua memberikan jumlah
stimulasi yang dihasilkan akibat pengurangan effek aliran radial. Dengan ini :

Jg/Jg,o = (jg/Jg,o) (Jg,o/Jg,o)

Bagian pertama yang menunjukkan perubahan pola aliran reservoir


diperlihatkan pada Gambar 6, di mana perbandingan indeks produktivitas
dikalikan dengan faktor skala yang mana merupakan fungsi dari panjang
rekahan tanpa dimensi dan konduktivitas aliran relatif non-Darcy, Cnr. Pers.12
menunjukkan harga Cnr yang meliputi aliran non-Darcy di rekahan melalui
koefisien turbulent, f.
Perbandingan Indeks Produktivitas

Menurut Cooke (JPT Sep.73) harga f dapat dikorelasikan dari laboratorium.


Gambar 6 menunjukkan Cnr sebagai absis dan bisa dihitung dari persamaan :

Sedangkan bagian kedua yang merupakan kontribusi dari pengurangan aliran


non-Darcy pada batuannya sendiri diberikan pada grafik Gambar 7.
Gambar 6
Rasio Stimulasi dari Modifikasi Pola Aliran di Sumur Gas (SPE)
Gambar 7
Kenaikkan Produktivitas dari Hilangnya Tahanan Aliran non-Darcy di Dekat Sumur (SPE)
Perbandingan Indeks Produktivitas

Kenaikkan produktivitas ditunjukkan sebagai fungsi kebalikan dari kemiringan, n,


dari grafik back pressure (tekanan balik) dan grup aliran non-Darcy formasi, Gnf.
Seperti yang terlihat pada pers.13, Gnf mengandung yaitu faktor non_darcy
formasi, yang mempengaruhi aliran Non-Darcy di batuan. Harga specifik dapat
dicari dari buku Katz (Handbook of Gas Engineering) :

Sering kali exponen dari gambar 7 diabaikan atau sering juga effek aliran non-
Darcy formasi telah hilang karena pengasaman matrix yaqng effisien atau
pengerjaan perekahan sebelumnya. Dalam hal ini yang diperhitungkan hanya
komponen dari modifikasi pola aliran reservoir saja.
Perbandingan Indeks Produktivitas

5. Perbandingan Indeks Produktivitas pada Sumur yang Damage

Bilamana sumur mulanya memang mengalami damage, maka hasil kenaikkan


produktivitas akan jauh di atas harga yang diberikan oleh McGuireiSikora.
Padahal dalam hal permeabilitas besar, damage sangat mungkin terjadi karena
mud filtrate loss selama pemboran dan perekahan hidraulik adalah salah satu
cara yang paling baik kalau damagenya dalam (selain tidak bereaksi negatif
dengan formasi). Raymond dan Binder (JPT Jan.67) menurunkan persamaan
untuk sumur damage yang distimulasi dengan asumsi bahwa rekahannya
terbatan, pseudo steady state dan silidris daerah pengurasannya,
Perbandingan Indeks Produktivitas

Persamaan ini cukup baik untuk Lf/Le 0.5, seperti yang telah dibandingkan
oleh mereka dengan grafik McGuire-Sikora. Harga k/kd dan rd/rw dapat dicari
dari PBU (UKL) dari harga sbb :

s = [(k/kd) - 1] ln (rd/rw)

dan rd bisa diestimasi atau bila dari laboratorium didapat pendekatan untuk kd/k,
aka didapat dari harga rd.
Perbandingan Indeks Produktivitas

6. Perbandingan Indeks Produktivitas untuk Aliran Unsteady State

Pada formasi dengan permeabilitas rendah dan rekahan panjang, aliran steady
state atau pseudo steady state tidak akan dicapai sampai waktu lama, bisa
berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Dalam hal ini maka metoda McGuire-Sikora tidak dapat dipakai. Untuk itu aliran
unsteadi state sebelum stabil harus diperhitungkan. Morse dan von Gonten
(JPT, July 72) membuat studi mengenai fluida agak kompressible untuk kasus
tekanan alir dasar sumur konstant dan laju aliran konstant. Gambar 8
memperlihatkan suatu perbandingan antara J sesaat (instanteneous, selama
unsteady state laju aliran konstan) dengan Jo (PI sebelum direkahkan dan stabil
laju produksi/tekanannya). Perbandingan ini diplot terhadap dimensionless time,
yaitu :
Perbandingan Indeks Produktivitas

dengan parameter Lf/Le (perbandingan panjang rekahan dengan radius


pengurasan) bervariasi dari 0 ke 1.0 hasilnya dibuat untuk daerah pengurasan
segi empat sama sisi dan rekahan dengan konduktivitas tak terhingga. Pada
Gambar 8 harga J/Jo akan mencapai harga stabil pada harga tLeD 0.25 tak
tergantung dari panjang rekahannya. Terlihat bagaimana harga J/Jo yang besar
mula-mula, makin panjang rekahan, makin besar J/Jo vs. waktu pada mula-
mulanya. Hal ini dibuat lebih nyata pada Gambar 9, yang menyatakan harga J/Jo
vs. waktu untuk panjang rekahan yang tetap (Lf/Le = 0.5), beberapa harga
permeabilitas dengan parameter lainnya tetap. Terlihat bahwa J stabil pada
waktu kurang dari 1 hari untuk k = 100 md tetapi butuh waktu 10,000 hari (27.4
tahun) untuk stabil pada 0.01 md.

Gambar 10 sama seperti Gambar 8 tetapi dinyatakan dalam harga Pwf yang
konstan. Di sini J/Jo akan stabil pada tLeD 0.25 juga. Waktu dan ukuran effek
unsteadi state bisa dilihat pada Gambar 11 untuk parameter-parameter reservoir
tertentu dan harga permeabilitas yang bervariasi.
Perbandingan Indeks Produktivitas

Sebagai contoh, masih dengan data contoh yang lalu, pada Gambar 12 terlihat
suatu plot transient J/Jo vs. waktu. Misalkan untuk t = 0.121 hari, = 0.08 dan
viskositas = 0.0278 cp, dan ct = 9.71 x 10-5, maka :

dari Gambar 8 untuk Lf/Le = 0.268, J/Jo = 80, yang cukup dekat dengan
pengamatan di lapangan sebesar 87.7 (lihat Tabel 1).
Gambar 8
Perbandingan Produktivitas vs. Waktu Dimensionless, Laju aliran Constant
Gambar 9
Perbandingan Produktivitas vs. Waktu Sebenarnya, Laju tetap
Gambar 10
Perbandingan Produktivitas Dimensionless time, Pwf Konstant (SPE)
Gambar 11
Perbandingan Produktivitas, Pwf Konstant (SPE)
Gambar 12
Kenaikkan J pada Contoh Soal
Tabel 1
Harga J Setelah Perekahan (Morse & von Gonten)
Perbandingan Indeks Produktivitas

Terlihat pada teD 0.25, J/Jo mencapai harga stabil sekitar 5.3 pada Gb.8.
Pada saat stabil waktu dalam hari adalah :

Dalam kenyataannya sumur sudah stabil pada sekitar 300 hari.

Dalam rencananya, suatu perekahan hidraulik hanya menginginkan kanaikkan


laju produksi, sehingga menaikkan harga bersih keuntungan sekarang. Dalam
kenyataannya ternyata objek ini bisa menambah reserves atau cadangan
terutama untuk sumur berpermeabilitas rendah. Lemon cs. (SPE paper 5111).
Mencari Harga Xf dari Transient Pressure Analysis

Untuk mencari harga xf dari analisa tekanan, pers. linier flow tadi dapat ditulis

Dengan memplot (Cartesian biasa) grafik p vs. t1/2 akan memberikan


kemiringan mlf, dan perpotongan di pskin.

Dari kemiringan inilah kita bisa menghitung xf jika permeabilitas formasi


diketahui (SPE).
Mencari Harga Xf dari Transient Pressure Analysis

Contoh Soal

Suatu sumur minyak yang direkahkan mempunyai data sbb :

Lebar rekahan rata-rata 0.41 (bisa dihitung dari lebar maksumum yang didapat
dari misalnya botton televiewer). Tebal foemasi 25. Laju produksi setelah
perekahan = 1800 b/d. Porositas 28 %. Permeabilitas formasi 140 md.
Viskositas 1 cp. ct = 10-5 psi-1. Bo = 1.12 bbl/STB. Gambar 13 di bawah ini
menunjukkan grafik p vs. t1/2. Berapa jauhkah panjang satu sayap rekahan ?
Gambar 13
Contoh Soal Plot pwf vs. t1/2
Mencari Harga Xf dari Transient Pressure Analysis

Jawab :

Dari plot di atas didapatkan bahwa harga mlf = 236 psi/jam1/2. Jadi dari pers. 23 :

Harga 70 ini yang didapat dari transient pressure test lebih menyatakan harga
effektiof rekahan satu sayap dan tergantung dari konduktivitas relatif terhadap
permeabilitas formasinya, mungkin akan lebih pendek dibanding dengan
perhitungan dengan menggunakan model rekahan. Untuk reservoir gas, semua
tekanan harus diajust seperti pada pers. 4 sehingga plotnya juga adjusted
pressure

vs. adjusted time


Pengukuran Tinggi Rekahan

Pengukuran tinggi rekahan adalah penting untuk mengetahui keeffektifan dari


pelaksanaan pekerjaan perekahan, untuk menghitung kelakuan produksi
sumurnya dan mencek ketelitian model yang digunakan (PKN, KGD, Radial, dll.)
yang bisa dipakai untuk pekerjaan lain di lapangan tersebut di masa mendatang.
Juga dengan tahu tinggi rekahan, bisa dihitung panjang rekahan dengan lebih
baik, jadi juga produktivitasnya nanti. Dan juga bila terjadi perbedaan mencolok
antara model dan hasil pengukuran sebenarnya maka bisa digunakan untuk
mendisain yang akan datang.
Pengukuran Tinggi Rekahan

Alat pengukur yang dipakai pada masa kini adalah :


1. Temperature Logging
2. Gamma Ray Logging
3. Metode Seismic
4. Borehole Televiewer
5. Formation Microscanner
6. Noise Logging
7. Spinner Survey

Teknik di atas mungkinlangsung mengukur ataupun harus diinterpretasikan


dahulu dan beberapa diantaranya hanya jelas pada lubang selubung (casing).
Pengukuran Tinggi Rekahan

1. Temperature Logging

Log Temperatur dilakukan sebelum dan sesudah perekahan untuk melihat


interval yang didinginkan oleh injeksi fluida perekahan. Thermal konduktivitas
batuan akan mempengaruhi hasilnya. Dobkins (1981) menganjurkan sirkulasi
sebelum adanya perekahan dan Gambar 14 menunjukkan hasil dari survey
temperatur tsb. Untuk sumur sangat dangkal kadang-kadang temperaturnya
akan tidak jelas bedanya.

Tinggi rekahan yang ditunjukkan oleh temperatur survey adalah tinggi rekahan
yang terjadi dan bukan yang diisi proppant. Kalau temperatur survey dilakukan
lama setelah perekahan selesai sering tidak jelas lagi. Dengan melakukan
berkali-kali temperatur survey bisa didapat gambaran agak lengkap mengenai
bentuk rekahannya (Gambar 15).
Gambar 14
Temperatur Log Sebelum dan Sesudah Perekahan (Dobkins)
Gambar 15
Beberapa Kali Survey Temperatur untuk Menggambarkan Situasi Perekahan (Nolte)
Pengukuran Tinggi Rekahan

2. Gamma Ray Logging

Zat radioaktif sering dimasukkan ke dalam fluida perekah atau propantnya diberi
zat tersebut sehingga nantinya mudah mendeteksi dengan gamma ray yang lalu
dibandingkan dengan gamma ray log sebelum perekahan. Kesulitannya adalah
kadang-kadang tidak jelas karena zat radioaktif ada yang tertinggal di sumur
dan untuk banyak zone sukar dibedakan kalau hanya menggunakan satu isotop.
Pada akhir-akhir ini digunakan spectral gamma log dan bisa mengecek
kalaupun ada banyak zone. Gambar 16 menunjukkan kombinasi survey Gamma
Ray dengan Temperatur Log.
Pengukuran Tinggi Rekahan

3. Spectral Gamma Ray


Karena isotop tunggal tak dapat membedakan material beradioaktif yang ada
dalam sumur, celah/rekahan semen ataupun rekahnya sendiri, maka
penggunaannya perlu dikombinasikan dengan alat lain (mis. Temp. Survey).
Anderson (1986) mendiskusikan penggunaan high-resolution, germanium
crystal, gamma ray spectroscopy tool yang bisa membedakan antara energi
yang dikeluarkan oleh masing-masing sumber. Gambar 17 memperlihatkan
suatu contoh di mana terlihat di situ rekahan dari 3800 - 4200 ft. Perhitungan
geometri rekahan dengan model 3D dan data sumur lain menunjukkan bahwa
rekahan adalah antara 4000 dan 4150 ft. Anderson menganjurkan bahwa
dengan menggunakan crossplot data dari photo sum vs. background window
count rate akan dapat dibuat crossplot gamma ray spectral dengan dua trend,
garis A dan B pada Gambar 18. Tend A menunjukkan data dari sumur dan
rekahan semen di sekitarnya, sedangkan data B besaral dari rekahan yang
dalam. Dengan memisahkan data yang tidak berhubungan dan memplot data B
saja, maka akan didapat Gambar19 yang mana memperlihatkan bahwa rekahan
antara 4090 s/d 4170, mendekati Model 3D.
Gambar 16
Gamma Ray Dikombinasikan dengan Temperatur Survey (Dobkins)
Gambar 17
Gamma Ray Sebelum dan Sesudah Perekahan (Anderson)
Gambar 18
Cross-Plot Gamma-Ray (Anderson)
Gambar 19
Log netto Untuk Menunjukkan Rekahan (Anderson)
Pengukuran Tinggi Rekahan

4. Multiple Isotope Tracking

Kemampuan untuk mendeteksi lebih dari satu material radio active akan sangat
berguna dalam menentukan misalnya 3 tingkat pelaksanaan perekahan, di
mana tiap tingkat diberi zat berlainan, misalnya antimon, iridium dan scandium.
Dengan setiap isotop memberi emisi yang berlainan, maka gamma ray
spectroscopy tool (dengan detektor Na iodide) akan dapat menghitung laju sinar
vs. kedalaman untuk ketiga perekahan tersebut. Gambar 20 memperlihatkan
dua isotop untuk dua tingkat perekahan. Pertama perekahan pada 6456 - 6483
dan dicek dengan scandium 46. Perforasi atas 6378 - 6384 direkahkan setelah
bride plug di pasang sedalam 6420 dan dicek dengan Iridium 192. Terlihat
bahwa perekahan kedua tidak merekahkan bagian bawah interval seperti yang
diinginkan (terbukti juga nantinya dari cara log lain).
Pengukuran Tinggi Rekahan

Contoh kedua pada Gambar 21 menggunakan dua isotop untuk satu tingkat
perekahan. Pad pertama menggunakan Scandium 46 dan proppant dengan
Iridium 192. Yang terukur hanya Iridium, karena scandiumnya masuk ke dalam
rekahan, hal yang memang seharusnya demikian kalau perekahan berjalan
dengan baik.
Gambar 20
Dua Isotop Digunakan Untuk Mencek Perekahan Dua Tingkat (Nolte)
Gambar 21
Dua Isotop Mencek Pad dan Slurry Apakah Berurutan (Nolte)
Pengukuran Tinggi Rekahan

5. Metode Seismik

Ada dua macam cara dalam metode seismik untuk mengukur tinggi rekahan
dan geometrinya. Yang pertama dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
perekahan dan yang kedua setelah perekahan selesai. Keduanya masih dalam
tingkat eksperimental.
Pengukuran Tinggi Rekahan

6. Seismik Selama Perekahan Berlangsung

Teknik pasive borehole seismik dilakukan dengan menurunkan alat seismik ke


sumur dengan kabel, seperti pada geophysik untuk vertikal profil seismik. Alat
diletatakan ke casing di bawah perforasi. Sementara perekahan berlangsung,
setiap 0.1 - 0.3 detik diukur microseismicnya. Karena orientasi alat dapat diukur,
maka gelombang microseismic akan dapat menentukan arah rekahan dan
geometrinya. Metode ini tidak akan baik untuk rekahan alamiah. Dobecki (1983)
memberikan keterangan interpretasi seismik ini. Setiap data dianalisa untuk
gelombang kejadian P dan S lalu dianalisa untuk menentukan sudut dan
perbedaan penerimaan P dan S. Interval waktu kemudian dikonversikan ke jarak
sumbernya, dalam hal ini shear failure batuan selama perekahan karena baik
kecepatan gelombang compressional maupun shear midianya telah diketahui.
Gambar 22 menunjukkan pekerjaan Dobecki tersebut.
Gambar 22
Pekerjaan Monitoring Selama Perekahan dengan Metode Seismik (Dobecki, 1983)
Pengukuran Tinggi Rekahan

7. Metode Seismik Setelah Perekahan

Metode ini bekerja seperti di atas tetapi dengan tambahan sumber suara. Martin
(1987) memberikan contoh di lapangan dengan metoda shear-wave polarization
dan splitting. Contoh lapangan menunjukkan bahwa polarisasi gelombang S dan
penundaan split shear tadi dapat digunakan untuk menghitung
azimuthanisotropi. Dengan ini orientasi rekahan dapat diketahui. Juga dengan
konsep ini bisa diketahui geometri dan tinggi rekahan.

8. Borehole Televiewer

Alat ini adalah yang paling teliti karena seakan-akan rekahan dipotret oleh alat
ini. Sayang tidak dapat melihat melalui casing. Alat lain seperti downhole video
camera telah diperkenalkan di Indonesia pada permulaan tahun 1996 tetapi juga
sukar melihat di belakang casing. Jadi hanya untuk oven hole.
Pengukuran Tinggi Rekahan

9. Formation Micriscanner

Dengan prinsip resistivity membuat bayangan (image) dari dinding sumur dan
dapat mengetahui ketinggian rekahan. Hanya untuk oven hole.

10. Noise Logging

Noise Logging digunakan untuk mengukur suara. Suara timbul dari adanya
gerakan fluida misalnya masuknya fluida ke sumur, sedang yang tidak ada
gerakan fluida tidak akan menimbulkan suara. Dengan ini bisa diperkirakan
ketinggian rekahan. Alat ini terutama untuk oven hole.
Pengukuran Tinggi Rekahan

11. Spinner Survey

Spinner survey dapat menunjukkan tempat di mana fluida masuk dari sumurnya.
Seperti noise log tersebut, maka alat ini untuk oven hole dan kurang teliti untuk
casing walaupun bisa untuk perforasi tetapi hanya menunjukkan perforasi mana
yang lewat rekahan dan bukan tinggi rekahan.

Anda mungkin juga menyukai