Anda di halaman 1dari 15

BATUAN INDUK

(SOURCE ROCK)
Disusun Oleh :

Fauzi Rachmat Setyadi 111.170.040


Dema Tata Laksmana 111.170.080 kalo gasalah
Ardhan Arana lupa dan map
Muhammad Azizan lupa juga maap
Cross Section Of A Petroleum System
(Foreland Basin Example)
Geographic Extent of Petroleum System
Extent of Prospect/Field Extent of Play

Stratigraphic
Extent of
Petroleum
Overburden Rock
System Essential

Sedimentary
Elements Seal Rock

Basin Fill
of
Reservoir Rock
Petroleum
Pod of Active System Source Rock
Source Rock
Underburden Rock
Petroleum Reservoir
Basement Rock
Fold-and-Thrust Belt Top Oil Window
(arrows indicate relative fault motion)
Top Gas Window

(modified from Magoon and Dow, 1994)


Environment of Deposition Rocks
Berdasarkan Kualitasnya Batuan Induk
Dibagi 3 (Waples ‘85) :
1. Batuan induk efektif adalah batuan induk yg telah
membentuk & mengeluarkan hidrokarabon
2. Batuan induk possible adalah batuan sedimen yg
belum pernah di evaluasi potensinya, tetapi
mempunyai kemungkinan membentuk &
mengeluarkan hidrokarbon.
3. Batuan induk potential batuan sedimen sedimen
belum matang, tetapi mempunyai kemampuan
membentuk & mengeluarkan hidrokarbon jika
kematangannya bertambah tinggi.
Source Rock & Hydrocarbon Generation
• Batuan induk adalah batuan sedimen berbutir halus
yg menghasilkan hidrocarbon, berwarna gelap, kaya
material organik, dan di endapkan dengan energi
rendah
• Hidrocarbon, terbentuk oleh pemanasan zat2 organik
yg ada didalam batuan sedimen yg terpanaskan/
termasakkan di dalam bumi untuk waktu yang lama
pada tekanan dan suhu tertentu
Tipe2 Material Organik Dlm Bat Induk
Material organik dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe
utama yaitu: Sapropelic & Humic (Potonie’08).
1. Sapropelic mrpkn hasil dekomposisi dari lemak, zat organik
lipid yg diendapkan dlm lumpur bawah air (laut & danau) pd
kondisi oksigen terbatas.
2. Humic mrpkn hasil dr pembentukan gambut, umumnya ber-
asal dr tumbuhan darat yg diendapkan pd rawa kondisi adanya
oksigen
Sapropelic Kerogen Humic Kerogen
Source Rock & Hydrocarbon Generation
• Generation – Suatu proses di mana btn induk mengalami
pemanasan & tekanan yg cukup untuk merubah material
organik menjadi hidrokarbon (HC)
• Hc: kandungan bhn organik pd bat induk yg tersusun oleh
± 80–99% kerogen, selebihnya adlh bitumen (Hunt,‘79),
• Kerogen: bhn organik tdr partikel yg ber-beda2 (maseral),
tdpt di bat sedimen yg menjadi mi-gas, akibat pematangan
(mengalami polimerisasi tinggi), & yg tdk dpt larut dlm
asam non oksidasi, basa, atau dlm pelarut organik biasa
• Mat-organik yg larut disebut bitumen atau extractable
organic matter (EOM)
• Bitumen & kerogen (crude oil) mengandung unsur yg sa-
ma ttp jmlhnya relatif berbeda. Dlm proses perubahan bitu
men ke kerogen sbgn NSO hilang atau berubah ke HC
Bitumen  Saturated hc, Resin, Asphalitnes, Aromatik
Kerogen  Saturated hc, Aromatik, Resin, Asphalitenes
Faktor Yg Mempengaruhi Komponen
Bitumen & Kerogen
1. Sumber & diagenesis
2. Kematangan
Ciri-ciri Kurang matang
– Unsur HC sedikit
– Unsur NSO banyak
– Rata-rata berat molekul besar
– API Gravity kecil
– Viskositas besar
3. Reservoir Transformation
Proses termal : cracking & deaspalting
Proses non termal : water washing & biodegradation
PROSES TERMAL (CRACKING & DEASPHALTING)
• Oil stabil di reservoir pada T < 90°C
• Memecahkan molekul yg besar menjadi lebih kecil
• Merubah heavy oil, kaya NSO menjadi lebih ringan
• Waxy oil  kurang waxy
• Api gravity menjadi lebih besar
• Viskositas menurun
• Pada cracking yg ekstrim, menghasilkan kondensates,
wet & dry gas
• Cracking juga menghasilkan deaspalting.
• Molekul aspaltene menjadi kurang larut apabila oil
menjadi ringan, shg terjadi pengendapan.
• Pengendapan aspaltenes menurunkan kandungan
sulfur & meningkatkan API Gravity minyak
Proses Non Termal
(Water Washing & Biodegradation)
Water Washing
• Water washing adalah hilangnya unsur2 yg mudah larut
di crude oil karena tercuci oleh air
• Molekul hidrokarbon yg terkecil dan aromatik seperti
benzene yang mudah larut
Biodegradation
• Pada kondisi tertentu, beberapa spesies bakteri
menghancur-kan unsur di crude oil
• Kondisi memerlukan adanya air (karena
mikroorganisme hidup di air)
• Biodegradasi mulai pada migrasi oil (karena
interaksi oil, air maksimal), & dpt juga terjadi di
reservoir
Tipe Kerogen Yi Tipe 1. berupa sedimen2 alga,
endp danau, mengandung mat-
organik diketemukan Sapropelic,
rasio atom H:C 1,6–1,8. Kero-
gen ini cenderung oil prone.

Tipe 2. Mrpkn tipe intermediate,


umumnya mrpkan endpn2 tepi
laut. Mat-organiknya mrpkan
campuran ant maseral asal da-
rat & laut, rasio H: C ± 1,4. Tipe
ini menghasilkan oil prone.

Tipe 3 tipe ini mrpkn intermediat,


mrpkan endpn2 tepi laut. Mat-
organiknya mrpkan campuran
antr mat-organik asal darat &
laut, rasio H : C ± 1,4. Tipe ini
menghasilkan oil prone.

Tipe 4. Berasal dr berbagai sumber,


namun tlh mengalami oksidasi, daur
ulang/ teralterasi. Bahan organiknya yg
lembam (inert) miskin hydrogen (rasio
H:C < 0,4) & tdk menghasilkan hc.
Tipe Kerogen (Waples ‘85) :
Kerogen Tipe I
− Berasal dr alga danau, terbatas pada danau yg anoksik
− Memiliki kandungan hidrogen yg tertinggi.
− Mengandung O2 yg jauh lebih rendah dibandingkan tipe III & IV
− Adanya kecenderungan menghasilkan oil prone
Kerogen Tipe II
− Berasal dr sedimen laut dgn kondisi reduksi
− Dari bbrp sumber yg berbeda, yi alga laut, polen, spora, lapisan lilin tanaman
& fosil resin, & juga dari lemak tanaman (lipid).
− Mempunyai kandungan. H relatif tinggi
− Menghasilkan oil prone
Kerogen Tipe III
− Asal mat-organik darat, sedikit mengandung lemak (fatty) atau zat lilin (waxy)
− Selulosa & lignin adlh penyumbang terbesar kerogen tipe III, shg kandungan
O>>. kandungan H <<, menghasilkan gas prone
Kerogen Tipe IV
− Terdr dr material yg teroksidasi , berasal dr berbagai sumber, mengandung
sejmlh besar oksigen
− Tdr aromatik & mempunyai kandungan H <<, biasanya tdk menghasilkan hc
Evaluasi Batuan Induk
1. Analisis Jumlah Material Organik
2. Analisis Tipe Material Organik
3. Analisis Kematangan Material Organik
1. Analisis Jumlah Material Organik
a. Karbon organik total (TOC) digunakan Leco Carbon
Analyzer Klasifikasi (Peters & Cassa ‘94)
b. Potential Yield (S1+S2) mrpkan hasil dr proses
pirolisis.
a Petroleum TOC in Shales Generation (S1+S2)
Potensial
b
(wt%) Potential (mg/g)
Poor 0,0 – 0,5 Poor <2
Fair 0,5 – 1,0
Good Fair 2-6
1,0 – 2,0
Very good 2,0 – 4,0 Very good >6
Excellent >4,0
2. Analisis Tipe Material Organik
• Alat yg digunakan adlh Rock Eval pirolisis
• Selama pemanasan, 2 jenis hc dikeluarkan dari bat.
• Hc yg I keluar  250º C, mrpkan hc yg sudah ada di
dlm bat, digambarkan dlm bentuk S1
• Pd temp  350º C, jenis hc yg ke II mulai muncul, &
mencapai maksimum pd temp 420 - 460º C. Hc ini
disebut S2. Temp maksimum pd saat S2, disebut
Tmaks
• CO2 juga dikeluarkan dr kerogen, & ditangkap oleh
detektor ke II, & direkam sbg S3.
• Indeks Hidrogen (HI) adalah S2 / TOC
• Indeks Oksigen (OI) adalah S3 / TOC
3. Analisis Kematangan Mat-Organik
a. Kerogen yg tlh matang akan membawa perubahan pd
vitrinit & akan diiringi dgn kemampuan partikel tsb untuk
memantulkan cahaya yg jatuh pdnya. Tingkat
kematangan yg teramati dr nilai Ro ini akan bertambah scr
teratur dgn bertambahnya kedlman.(Pemantulan Vitrinit/
Ro)
b. Pd temp  350ºC, jenis hc yg ke 2 mulai muncul, &
mencapai maksimum ketika temp 420 & 460º C. (Hs 
S2). T emp pd saat S2, disebut Tmaks
a. Klasifikasi Kematangan b. Klasifikasi: Tmaks, & Production Index
(Peters & Cassa, ‘94)
Thermal Tmaxs PI
Thermal Maturity Ro(%) Maturity (0C)

Anda mungkin juga menyukai