Abstrak
Lokasi penelitian merupakan daerah penambangan yang memiliki potensi bencana longsor.
Lokasi penelitian termasuk kedalam Formasi Kebo Butak berumur Oligosen – Miosen
dengan litologi berupa batupasir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan
potensi terjadinya longsor serta bentuk mitigasi bencana di daerah tersebut. Pengambilan
data menggunakan metode scanline dengan data yang diambil berupa jenis litologi, arah
kemiringan bidang diskontinuitas, arah bidang, dan kondisi bidang diskontinuitas bidang
berupa kemenerusan, kekasaran, bukaan, isian, luahan air dan tingkat perlapukan. Hasil
pengambilan data lapangan kemudian dianalisis untuk mendapatkan kinematik dan kualitas
kestabilan lereng menggunakan proyeksi stereografis dan parameter Rock Mass Rating
(RMR) serta Slope Mass Rating (SMR). Hasil penelitian menunjukkan lereng dimungkinkan
terjadinya longsoran berjenis Wedges dengan nilai RMR sebesar 67. Hasil tersebut
kemudian dikoreksi dengan metode SMR yang menunjukkan nilai sebesar 74,5 dan masuk
kedalam kelas II (kondisi bagus) dengan probabilitas terjadinya longsor 0,2.Bentuk
penanggulangan bencana longsor pada lereng penelitian adalah dengan pemasangan Rock
Anchor untuk menahan gaya-gaya eksternal yang bekerja.
Kata Kunci : Ngawen, Rock Mass Rating, Slope Mass Rating, Longsor
1. PENDAHULUAN
Kegiatan pertambangan yang dilakukan pada daerah lereng memiliki banyak resiko
yang perlu diperhatikan. banyak masalah yang perlu dikaji lebih dalam agar suatu lereng
dapat dinyatakan aman untuk ditambang. Kestabilan lereng merupakan hal yang wajib
diperhitungkan agar bencana longsor pada lereng tidak terjadi. Terdapat banyak parameter
yang perlu ditentukan sebelum suatu lereng dapat dikatakan aman. Daerah penelitian terletak
didaerah Ngawen, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah penelitian ini
termasuk kedalam formasi Semilir yang litologi penyusunnya didominasi oleh batupasir dan
tuff. Material tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan baku
bangunan. Namun, dalam melakukan kegiatan penambangan faktor keselamatan masih
kurang diperhatikan sehingga dirasa perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam
mengenai kestabilan lereng didaerah tersebut.
Kestabilan suatu lereng pada kegiatan penambangan dipengaruhi oleh kondisi
geologi daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah
setempat, faktor luar seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi
dan juga dari teknik yang digunakan dalam pembuatan lereng. Salah satu parameter yang
dapat digunakan untuk menganalisa ketahanan suatu lereng adalah Slope Mass Rating (SMR)
yang merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yaitu Rock Mass Rating (RMR).
Untuk menentukan lereng stabil secara cepat, digunakan pembobotan massa lereng yaitu
Slope Mass Rating (SMR) yang berdasarkan pada pembobotan massa batuan Rock Mass
Rating (RMR). Metode pengklasifikasian tersebut menggunakan parameter-parameter yang
mudah untuk dilakukan dilapangan.
2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah agar didapatkan nilai yang dapat
mereprentasikan potensi bahaya longsor pada daerah pertambangan tersebut. Selain itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk mencari perlakuan yang tepat pada lereng agar bencana
longsor tidak terjadi di kemudian hari.
4. METODE PENELITIAN
a) Analisa Kinematika Lereng
Dalam penelitian ini, analisa kinematika lereng digunakan untuk mengetahui
kemungkingan ketidakstabilan lereng. Analisa kinematika lereng mengacu pada studi
pergerakan, tanpa mengacu pada kekuatan batuan yang menyusun lereng tersebut
(Hudson & Jhon, 2005).
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui tipe longsoran yang mungkin terjadi pada
suatu lereng batuan serta arah longsoran dari lereng tersebut. Parameter yang gunakan
upada metode ini adalah orientasi struktur geologi, orientasi lereng, dan sudut geser
batuan yang kemudian diproyeksikan kedalam bentuk stereografis. Berdasarkan metode
ini, terdapat 4 jenis kegagalan lereng atau longsoran yang akan terjadi yaitu :
- (a) kegagalan jenis planar
- (b) kegagalan jenis baji/wedge
- (c) kegagalan jenis gulingan
- (d) kegagalan jenis rotasional
Gambar 2. Jenis-jenis kegagalan lereng menurut Hoek & Bray ( 1981)
Spasi Diskontinuitas
Spasi diskontinuitas merupakan jarak antara 2 diskontinuitas yang saling
berdekatan didalam Scanline. Nilai rata - rata dari spasi diskontinuitas didapatkan
dengan cara membagi total panjang scanline dengan jumlah diskontinuitas yang
ada sepanjang scanline.
Panjang 𝑠𝑐𝑎𝑛𝑙𝑖𝑛𝑒
Spasi diskontinuitas rata – rata = Jumlah Diskontinuitas ……….. (3)
Kondisi Diskontinuitas
Kondisi diskontinuitas ditentukan dari deskripsi tiap bidang diskontinuitas,
berupa tingkat pelapukan, kekerasan permukaan bidang diskontinuitas,
kemenerusan bidang diskontinuitas, lebar bukaan dan material pengisi bidang
diskontinuitas.
Kondisi Keairan
Air biasanya mengisi rongga antara Permukaan diskontinuitas. Keberadaan air
ini akan mengurangi kuat geser antara kedua permukaan diskontinuitas. Bobot
parameter airtanah dapat ditentukan dengan beberapa cara yaitu pengamatan
langsung di lapangan dan menentukan kondisi umum air, melakukan pengukuran
debit air atau mengukur tekanan air.
Setelah didapatkan nilai – nilai sesuai dengan kelima parameter
tersebut,digunakan klasifikasi RMR dan pembobotannya berdasarkan Bieniawski
(1989).
Tabel 1. Parameter klasifikasi RMR dan pembobotannya berdasarkan Bieniawski (1989)
5. HASIL ANALISIS
A. Data Diskontinuitas dan Analisa Kinematik Pada Lereng
Data diskontinuitas didapat dari hasil pengukuran secara sistematis bidang
diskontinuitas sepanjang garis pengamatan (scanline). Data yang didapat berupa kedudukan
bidang diskontinuitas, bukaan bidang diskontinuitas, panjang bidang diskontinuitas, jarak
antar bidang diskontinutas, dan keadaan keairan. Scanline dipilih pada daerah singkapan yang
secara keselamatan kerja dapat dilakukan pengukuran dengan aman.
Dari data pengamatan, pengukuran,dan analisis didapatkan litologi berupa batupasir
tuffan, berwarna putih kecoklatan, ukuran pasir sangat halus, kompak, dengan struktur
perlapisan sejajar, dengan keadaan umum keairan kering dan bidang diskontinuitas sebanyak
55 buah (Tabel 7.) Pengolahan data bidang Diskontinuitas menggunakan software Dips
dengan proses konturing memberikan hasil berupa dua kutub bidang diskontinuitas (Joint
Set)
Nilai SMR pada lereng dengan longsoran Wedge bernilai 74,5 dan berada pada kelas
II atau kondisi lereng bagus (61-80). Menurut Romana (1985), SMR kelas II memiliki nilai
probabilitas untuk longsor sebesar 0,2 yang tergolong sangat kecil. Kecilnya nilai probabilitas
longsoran jenis Wedge pada lereng penelitian dikarenakan arah plunge yang berbeda 186 o
dengan arah lereng yang menyebabkan kecilnya nilai F1.
Tabel 6. Deskripsi dan pembagian kelas SMR berdasarkan Romana (1985)
6. PEMBAHASAN/DISKUSI
Penelitian mengenai stabilitas lereng merupakan hal yang sangat penting agar potensi
bencana tanah longsor dapat benar – benar di minimalisir. Berdasarkan hasil analisis pada
daerah penelitian, didapatkan nilai SMR sebesar 74,5 . Nilai tersebut menunjukan jika lereng
di daerah penelitian termasuk stabil dengan kemungkinan kegagalan berupa jatuhan blok –
blok batuan. Meskipun termasuk stabil, lereng pada daerah penelitian masih memiliki
kemungkinan terjadinya longsor sehingga tetap dibutuhkan bentuk pencegahan seperti yang
ditunjukan pada Gambar 5.
Gambar 5. Perdoman penanggulangan kegagalan lereng berdasarkan nilai SMR menurut Romana (1985)
Berdasarkan Gambar 5, lereng pada daerah penelitian dapat dipasang anchor untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya longsor. Rock Anchor merupakan salah satu metode
penguatan lereng pada batuan dengan pemasangan angkuran. Pengangkuran sering digunakan
dalam penggalian, sebagai bagian dari dinding penahan, ataupun untuk menahan gaya – gaya
(uplift, external force, dsb) pada suatu struktur, fondasi, maupun lereng. Fungsi utama dari
angkuran adalah untuk memodifikasi gaya normal dan geser dari baja ketika angkur melintasi
bidang. Pada Rock Anchors terdapat elemen baja yang akan dimasukan pada lubang yang
sudah dibuat pada lereng. Elemen baja tersebut akan menahan gaya – gaya yang bekerja pada
lereng tersebut. Terdapat 2 jenis angkuran yaitu tensioned rockbolt dan untensioned rockbolt
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Teknik Geologi UPN “veteran”
Yogyakarta atas bantuan selama penelitian yang telah diberikan kepada penulis. Kemudian
kepada rekan rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas diskusi selama kegiatan
penelitian berlangsung sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Hoek, E. Dan Bray, J. W. 2005. Rock Slope Engineering. 4th Edition, Taylor & Francis
Group
Hoek, Evert. 2006. Practical Rock Engineering. Canada. Notes. Evert Hoek Consulting
Engineer Inc.
International Society of Rock Mechanics. 1978. Suggested Methods for the Quantitative
Description of Discontinuities in Rock Masses. Int. J Rock Mech. Min,Sci &
Geomech. Vol 15, hal 319 – 368. Great Britain: Pergamon Press Ltd.
Pasha, Stefanus Rahadian. dkk. 2018. Analisis Potensi Longsor Menggunakan Metode
Kinematik Pada Tambang Terbuka Limestone Narogong PT. Holcim Indonesia Tbk,
Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Program Studi Teknik Geologi
FT UNPAK.
Romana, M. dkk. 2015. Slope Mass Rating (SMR) Geomechanics classification : Thirty
Years Review. . ISRM Congress 2015 Proceedings - International Symposium on
Rock Mechanics, Quebec, Canada
Rusydy, Ibnu dkk. 2017. Analisis Kestabilan Lereng Batu di Jalan Raya Lhoknga KM 17,8
Kabupaten Aceh Besar. Riset Geologi dan Pertambangan Vol 27, No.2. hal 145 – 155
Surono. 2009. Litotratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Jawa Tengah. J.S.D.Geol. Vol.19 No.3 Juni 2009, halaman 31 – 43.
Surono, Toha, B., dan Sudarno. 1992. Peta Geologi Lembar Surakarta – Giritontro. Bandung:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Wulandari, Agusti. dkk. 2016. Analisis Kestabilan Lereng Dengan Menggunakan Metode
Rock Mass Rating dan Slope Mass Rating Pada Tambang Batupasir di Samarinda
Seberang, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Teknologi Mineral FT
UNMUL, Vol. 4. No. 1. Hal 8 -14
LAMPIRAN