4/2009
I. PENDAHULUAN
Pada umumnya lapangan yang masih baru
memiliki tekanan reservoir yang cukup besar
untuk mengalirkan minyak dari reservoir ke
permukaan. Dengan kata lain terdapat cukup
energi untuk mengalirkan minyak dari dasar
sumur ke permukaan sumur secara alamiah.
Seiring berjalannya waktu, tekanan reservoir
akan mengalami penurunan sebagai akibat
diproduksikannya minyak dari dalam reservoir.
Penurunan tekanan ini tentu saja menyebabkan
penurunan energi yang dihasilkan untuk
mendorong minyak dari dasar sumur hingga ke
permukaan. Penurunan energi ini akan terus
terjadi hingga minyak tidak dapat mengalir dari
dasar sumur ke permukaan secara alamiah.
Sehingga diperlukan metode pengangkatan
buatan yang dikenal dengan artificial lift.
269
Reservoir
MangunJaya
terdapat
pada
kedalaman 200 sampai 700 meter (656-2297
ft-subsea). Ini semua berupa batupasir
(sandstone) di dalam formasi Palembang.
Kondisi reservoir yang muda dan dangkal
tersebut membuat permasalahan utama dalam
lapangan adalah kepasiran. Selain itu,
Reservoir ini termasuk banyak lapisan (multi
layers) yang terdiri tujuh lapisan produktif (A,
B, C, D, E, F, dan G) dimana lapisan B yang
paling subur dengan kontribusi 66% dari total
produksi di lapangan MangunJaya.
Dari laporan Conoco Phillips sebagai pemilik
lapangan tahun 2005, produksi rata-rata
lapangan tersebut selama tahun tersebut adalah
309 BOPD dari enam sumur produksi. Pada
tahun 2008, PETRA membuka kembali sumursumur yang telah lama di-shut in pada
lapangan tersebut untuk menambah produksi
minyaknya.
1.2 Sumur X-twin
Sumur ini dilakukan secara twin-well (TW)
artinya bahwa sumur ini dibor berjarak
beberapa meter dari sumur sebelumnya
bernama sumur-X yang telah lama ditutup.
Sumur ini memiliki kedalaman (TD) 633
mKB, dengan
zona produktif F1 pada
kedalaman 564-566 mKB dan zona F2 pada
kedalaman 571-573 mKB.
Di dalam lampiran D. terdapat ringkasan
pemboran (drilling program summary) dan
well service program. Di bawah ini adalah
diagram sumur.
Tabel 1. Diagram Sumur X-twin
Hole
size
Driven
12-
8-
Casing
size
133/8
9-5/8
7
Casing
ID
12.615
From
To
Range
25
25
8.921
6.366
25
212
212
625
187
413
Sementasi batuan
Merupakan keterikatan antar pori di dalam
formasi (matrix). Didalam konteks sumur
X-twin, kandungan clay (shale) pada
batuan reservoir secara teoritis menunjang
terhadap sementasi batuan, umumnya
mempunyai
kecenderungan
untuk
mengembang (swelling) jika kena air.
Clay yang mengembang tersebut akan
menyebabkan
penurunan
sementasi
batuan. Hal ini salah satu penyebab
kecenderungan dari partikel-partikel pasir
untuk terbawa bersama aliran fluida.
Persamaan yang menunjukan hubungan
antara derajat sementasi, porositas, dan
resistivitas batuan oleh Archie, sebagai
berikut:
(S w )n
F =
F .R w
Rt
(1)
5.
(2)
3.
Kekuatan formasi
Berhubungan dengan ketahanan formasi
dalam menahan gaya-gaya yang bekerja
padanya. Beban overburden dari lapisanlapisan diatasnya maupun gaya di
6.
7.
8.
271
D 40
0 . 137922
(3)
=
1 . 83
D 90
0 . 075438
Sumur-Y adalah
D 40
0 . 078
(4)
C =
=
5 .2
D 90
0 . 015
Hal ini menunjukan bahwa sumur X-twin
tersebut memiliki jenis pasir yang ukuran
pemilahan yang baik, well sorted formation
(D40/D90) < 3. Sebaliknya sumur-Y yang
berada dekat dengan sumur pengamatan
merupakan poorly sorted (D40/D90) > 5.
C =
BA = 4 * (D 50 ) = 0 . 508
(5)
BB = 8 * (D 50 ) = 1 . 016
(6)
I.
REKOMENDASI
Sesuai
dengan
status
dari
lapangan
MangunJaya yang telah berproduksi sangat
lama dan saat ini mengalami kepasiran.
Diperlukan suatu cara untuk menemukan
solusi yang efektif dalam control kepasiran.
Gravel-pack adalah salah satu cara yang
digunakan untuk mencegah kepasiran. Akan
tetapi sumur X-twin yang memiliki zona
perforasi yang pendek sehingga penggunaan
gravel-pack kurang efektif. Selain itu,
kegagalan penggunaan gravel-pack pada
sumur lain di lapangan MangunJaya membuat
metode ini tidak dipakai lagi.
Penanggulangan kepasiran dapat juga dengan
fracture pack. Tujuan untuk menghilangkan
kerusakan yang terjadi disekitar sumur dengan
membuat rekahan agar menghasilkan zone
yang kondusif dalam mengalirkan fluida. Akan
tetapi, biaya proses ini sangat mahal yang tidak
sesuai dengan cost effective dari PETRA.
Berdasarkan hasil sieve analysis bahwa sumur
tersebut memiliki pasir yang well sorted. Salah
satu cara yang cocok dengan stand alone
screen, dengan biaya ekonomis dan sesuai
dengan kondisi sumur. Prinsipnya dengan
hanya melapisi pipa produksi tubing (2.875
inci) dengan ukuran screen tertentu (0.012
inci) sehingga pasir tidak dapat masuk ke
dalam pipa produksi (daerah perforasi).
Panjang screen diletakan pada 1 joint End of
Tubing (EOT) pada daerah perforasi atau
sepanjang 2 m.
Pada saat ini, kurang baik apabila sumur Xtwin dibiarkan tutup terlalu lama karena dapat
terjadi akumulasi pasir pada lubang sumur. Hal
ini yang telah terjadi dimana pompa
mengalami kerusakan akibat tertimbun
sehingga perlu dilakukan pembersihan lubang
sumur dengan cara backsurge atau dengan
underbalance perforation.
272
Erosive failure
2.
3.
4.
5.
Screen collapse
bentuk screen tidak sempurna (tidak
lingkaran) akibat perbedaan tekanan yang
besar pada salah satu sisi. Hal ini tidak
kritis tetapi awal dari terbentuknya
erosive.
Screen plugging
terjadi penyumbatan sama seperti kasus
pada sumur X-twin.
Wrap failure
kerusakan pada susunan lapisan screen
(wrap). Potensial terjadi pada kasus sumur
pendek miring karena faktor gaya hambat
(drag) yang menyentuh permukaan luar
dari screen saat pemasangan.
Premature bridging
terjadi erosive karena pada saat
pemasangan gravel ke dalam formasi
terutama sumur miring. Maka gravel akan
mengisi bagian bawah terlebih dahulu
yang dapat terjadi ketidakseimbangan
pada annulus.
273
2.
3.
4.
5.
6.
7.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DAFTAR SIMBOL
BA
BB
C
D 40
D 50
D 90
F
m
n
Pr
Pwf
Rt
Rw
Sw
= Porositas; %
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
275
Cum. Weight, %
100
80
60
40
20
0
1
0.1
0.01
Grain Size, mm
Cum. Weight, %
80
60
40
20
0
1
0.1
Grain Size, mm
0.01
276