Anda di halaman 1dari 16

Menentukan Porositas

BAB VII
PENENTUAN POROSITAS

Log yang dapat menentukan Porositas adalah :


• Log Sonic
• Log Density
• Log Neutron
• Combination Neutron-Density Log

I. Porositas dari Log Sonic

I.1. BATU PASIR KOMPAK DAN TERKONSOLIDASI

Persamaan Wyllie et al (1958) untuk menghitung porositas sonic dapat dipakai untuk
menentukan porositas pada batupasir terkonsolidasi dan karbonat dengan porositas
intergranular (grainstone) atau porositas interkristalin (sucrosic dolomite).
Persamaan Wyllie :
∆t log − ∆t ma
φsonic =
∆t f − ∆t ma
dimana :φsonic = Porositas sonic , ∆tma = interval transit time matriks
∆tlog = interval transit time formasi , ∆tf = interval transit time fluida dalam
sumur (fresh mud = 189, salt mud = 185)
Rumus Wyllie berlaku dengan mengasumsikan :
• porositas antar butir seragam
• formasi mengandung air
• formasi terkompaksi (padat)
• formasi bersih (tak mengandung serpih)

Tabel 7-1. Kecepatan Sonic dan interval transit time (∆t) untuk beberapa jenis matriks,
dipakai pada persamaan porositas sonic (after Schlumberger, 1972).

Analisis Well Log 7-1


Menentukan Porositas
Batuan Vma ∆tma ∆tma (µsec/ft)
(ft/sec) (µsec/ft) yang biasa
Digunakan

Batupasir 18000 – 19500 55.5 - 51.0 55.5

Batugamping 21000 - 23000 47.6 - 43.5 47.6

Dolomit 23000 - 26000 43.5 - 38.5 43.5

Anhidrit 20000 50.0 50.0

Garam (Halit) 15000 66.7 67.0

Casing (besi) 17500 57.0 57.0

I.2. UNTUK BATUPASIR TAK KOMPAK (TAK TERKONSOLIDASI)

Batuan reservoir yang tak kompak memberikan travel time yang lebih panjang
dibanding dengan batuan kompak untuk porositas yang sama. Travel time yang lebih
panjang ini akan menyebabkan porositas terhitung yang lebih tinggi dari yang
sebenarnya. Maka faktor kompaksi empiris (Cp) harus ditambahkan pada persamaan
Wyllie (1958) ;

⎛ ∆t − ∆t ⎞ 1
φsonic = ⎜⎜ ⎟⎟ ×
log ma

⎝ ∆t f − ∆t ma ⎠ Cp
dimana : Cp = Faktor kompaksi
Sedangkan faktor kompaksi didapatkan dengan persamaan berikut ;
∆t sh × C
Cp =
100
dimana: Cp = Faktor Kompaksi , ∆tsh = Interval transit time adjacent shale
C = Konstanta 0.8 – 1.3, umumnya digunakan 1.0 (Hilchie, 1978)
Persamaan diatas dapat juga diselesaikan dengan gambar 7-1 untuk batupasir. Interval
transit time (∆t) dari formasi bertambah dengan kehadiran hidrokarbon (hydrocarbon
effect). Jika efek hidrokarbon tersebut tidak dikoreksi, porositas sonic akan terlalu tinggi.
Hilchie (1978) menyarankan koreksi empiris untuk efek hidrokarbon.
φ = φsonic x 0.7 (gas) dan φ = φsonic x 0.9 (minyak)

Analisis Well Log 7-2


Menentukan Porositas

Gambar 7-1. Chart untuk mengkonversi interval transit time (∆t) menjadi porositas
sonic. menggunakan harga dari log sonic. (Schlumberger)

Cara menggunakan chart tersebut, masukkan travel time dari log pada garis dasar, tarik
garis vertikal yang memotong garis tebal untuk matrix (contoh 55,5 mikrodetik/ft. untuk
batu pasir). Dari titk potong , tarik garis horizontal ke kiri yang memotong skala
porositas formasi bersih. Pada batu pasir bersih terkonsolidasi umum nya efek
hidrokarbon pada pengukuran dapat diabaikan.

Contoh log sonic dengan log gamma ray dan caliper lihat bab IV hal.80
Data :

Analisis Well Log 7-3


Menentukan Porositas
Vma = 26000 ft/sec. (Vma adalah kecepatan sonic untuk matriks, dalam hal ini
dolomit, Tabel 7-1), ∆t (dari log) = 63 µsec/ft pada kedalaman 9310 ft.

Prosedur :
Tentukan harga interval transit time (∆t) diambil dari sonic log (pada contoh ini 63
µsec/ft) pada skala bagian bawah chart.
Ikuti harga tersebut secara vertikal hingga berpotongan dengan garis diagonal yang
mewakili 26000 ft/sec (dolomit)
Dari titik tersebut, ikuti garis horizontal ke kiri, dan baca harga porositas dari skala (pada
kasus ini harga porositasnya (φ) = 16.1 %)
.

Pada lapisan shaly (berserpih) , porositas log Sonik perlu dikoreksi

Jika shalenya berlaminasi :


Pada consolidated shaly sand: ∆t – ∆tma ∆tsh - ∆tma
Ø = _____________ - Vsh ______________
∆tf – ∆tma ∆tf - ∆tma
Pada uncosolidated shaly sand : ∆t – ∆tma 1 ∆tsh - ∆tma
_____________ . __ ______________
Ø= - Vsh
∆tf – ∆tma Cp ∆tf - ∆tma
Jika shalenya dispersed :
Respon log sonik dalam shaly sand bila clay menyebar,secara umum :

∆t – ∆tma
___________
Ø= - Vsh
∆tf – ∆tma
Pada uncosolidated shaly sand : ∆t – ∆tma 1
_____________ . __
Ø= - Vsh
∆tf – ∆tma Cp

Penyebaran clay yang melebihi 40 % dari total volume pori menyebabkan


permeabilitas menjadi rendah.

Contoh Soal
Hitung porositas di dalam pasir gas tak terkompaksi dengan data sebagai berikut:
- travel time lempung : 120 mikrodetik/ft.
- travel time formasi batupasir : 110 mikrodetik/ft.
Penyelesaian:
Dari persamaan diatas dengan mengasumsikan c = 1,

Analisis Well Log 7-4


Menentukan Porositas
Cp = 120 x (1/100) = 1.2
atau dengan menggunakan gambar 7-1 untuk menghitung porositas dari log akustik,
didapat porositas = 34 %, ⇒ suatu zona gas yang mungkin sangat tinggi.
Periksa zona air yang berdekatan. Bila zona tersebut mempunyai porositas yang lebih
rendah maka harus dikoreksi terhadap efek gas ,
≈ 34 % x 0.7 = 24 %

I.2. KARBONAT

Pada batuan karbonat yang mempunyai porositas homogen atau intergranular


persamaan Wyllie dan gambar (7-1) memberikan hasil porositas yang bagus.
Sedangkan jika ada rekahan atau gerohong, porositas sonik sering disebut porositas
sekunder dan bila porositas formasi rekahan bisa diperoleh dari sumber yang lain,
misalnya diri log Neutron, maka porositas skunder dari rekahan dapat dihitung :

Indeks Porositas Sekunder (SPI) = Ø – Øs

II. POROSITAS DARI LOG DENSITY

Densitas bulk formasi (ρb) merupakan fungsi dari densitas matrik, porositas, dan densitas
fluida pada pori (salt mud, fresh mud, atau hidrokarbon). Untuk menentukan porositas
densitas dengan chart, atau dengan persamaan, densitas matrik (tabel 7-2) dan jenis
fluida dalam lubang bor harus diketahui. Persamaan untuk menghitung porositas densitas
adalah :
ρ ma − ρ b
φden = dimana : φD = porositas densitas
ρ ma − ρ f
ρma = densitas matriks (tabel 7-2) ρb = densitas bulk formasi
ρf = densitas fluida (1.1 salt mud, 1.0 fresh mud, dan 0.7 gas)

Tabel 7-2. Densitas matriks untuk litologi umum. Harga yang ditampilkan dipakai pada
persamaan porositas densitas (after Schlumberger, 1972).
Mineral Kisaran ρma ρma yang dipakai

Analisis Well Log 7-5


Menentukan Porositas
(gm/cc) (gm/cc)
Batupasir 2.648 – 2.710 2.65
Batugamping 2.710 2.71
Dolomit 2.830 – 2.890 2.87
Anhidrit 2.940 – 3.00 2.98
Garam 2.032 2.03

Gambar 7-2. Chart untuk mengonversi densitas bulk menjadi porositas, dengan
menggunakan harga dari log densitas. (Schlumberger)

Contoh log density , gamma ray , caliper dan F bisa dilihat pada bab IV pada hal
84.
Nilai yang didapat dari log ini digunakan untuk mendapatkan harga porositas dengan
menggunakan gambar 7-2
Data :
ρma = 2.87 gm/cc (tabel 7-2, dolomit)
ρf = 1.1 gm/cc (konstanta densitas fluida untuk salt mud, lihat text)

Analisis Well Log 7-6


Menentukan Porositas
ρb = 2.56 gm/cc (pada kedalaman 9310)

Prosedur :
Tentukan harga densitas bulk (ρb) pada skala horizontal (bagian bawah chart), pada
contoh ini sebesar 2.56 gm/cc
Ikuti harga secara vertikal hingga berpotongan dengan garis diagonal yang mewakili
harga densitas matrik (ρma), pada kasus ini adalah 2.87 (dolomit)
Dari titik tersebut tarik garis horizontal ke kiri dan tentukan harga porositas dari
perpotongan garis tersebut dengan skala densitas fluida (ρf =1.1 gm/cc). Didapat harga
porositas (φ) sebesar 18 %.

Jika invasi pada formasi adalah dangkal, densitas rendah pada formasi hidrokarbon akan
menambah porositas densitas. Gas mempengaruhi porositas densitas, tapi minyak tidak.
Hilchie (1978) menyarankan menggunakan densitas gas 0.7 gm/cc untuk densitas fluida
pada persamaan porositas densitas, jika densitas gas tidak diketahui.
Contoh :
Gunakan gambar 7-2 untuk menentukan porositas dari densitas
Diberikan : - formasi adalah batupasir, dengan densitas 2.5 gm/cc
- porositas fluida dengan densitas 1.0 gm/cc adalah 9%.
- jika densitas fluida 1.1 (lumpur asin) porositasnya 10%
* jika formasi adalah batugamping dan lumpur fresh porositasnya 12.2% atau 12%

Jika tak ada atau hanya sedikit invasi, densitas yang ringan dari hidrokarbon dapat
mempengaruhi pengukuran densitas. Pengaruh minyak tidak begitu penting (densitas
minyak sekitar 0,8) dan ini sebagian diimbangi oleh densitas air formasi diatas 1.0
gm/cc. Gas mempunyai pengaruh yang tidak bisa diabaikan pada densitas formasi. Jika
densitas fluida diasumsikan 1, porositas yang dihitung akan terlalu tinggi dalam batu
pasir gas non-invaded. Dalam batupasir non-invaded densitas fluida menjadi
: ρ f = Sw ρ w + (1 − Sw) ρ h

dimana subscript w untuk air formasi dan h untuk hidrokarbon.Untuk mendapatkan


densitas fluida harus diketahui densitas hidrokarbon, densitas air formasi dan saturasi air.
Pendekatan densitas gas dapat dilakukan dengan gambar 7-2. Korelasi ini mengasum
sikan suatu gradien temperatur rata-rata pantai teluk dan gradien tekanan rata-rata. Jika
harga spesifik gravity gas tidak diketahui gunakan 0.7. Densitas air formasi dapat
dihitung dengan mudah bila diketahui resistivitasnya.
Tabel 7-3. Hubungan antara densitas dan salinitas untuk NaCl encer.

Analisis Well Log 7-7


Menentukan Porositas
Salinitas (ppm NaCl) Density (gm/cc)
0 1.0
20,000 1.01
50,000 1.03
100,000 1.07
150,000 1.11
200,000 1..15
250,000 1.19

Gambar 7-3. Pendekatan densitas gas, dengan asumsi korelasi antara gradien temperatur
rata-rata dengan gradien tekanan rata-rata.

Jika persamaan resistivitas dan densitas dikombinasikan


Rw
0,9 ( ρ w − ρ h ) + ρ ma − ρ h
Rt
φ=
ρ ma − ρ h
Solusi pendekatan untuk persamaan ini dapat dilakukan dengan gambar 7-4. Chart ini
akurat untuk harga Rw/Rt rendah. Persamaan diatas mengasumsikan tidak ada invasi.
Solusi sangat sensitif untuk setiap perubahan Sw.

Analisis Well Log 7-8


Menentukan Porositas

Gambar 7-4. Chart untuk persamaan resistivitas-densitas.

Contoh :
Interpretasi log induksi listrik dan log densitas di dalam zona gas tanpa invasi.
Interval : - log listrik induksi : 4659 - 4665
- log densitas : 4653 - 4659
Data : - densitas : 1.9 gm/cc (dari log)
- Rt : 20 Ohm-m (dari log induksi)
- Rw : 0.028 dari adjacent formasi (@ 140o F)
ini memberikan salinitas air 170,000 ppm,dan densitas air = 1.125 (dari tabel 7-3),
densitas gas = 0.15 Rw/Rt = 0.0014 dengan demikian, porositas dengan gambar 7-3 =
31%. Porositas dengan persamaan = 31.3% Saturasi air adalah 10%.

Analisis Well Log 7-9


Menentukan Porositas
III. POROSITAS DARI LOG NEUTRON

Neutron log adalah log porositas yang mengukur konsentrasi ion hidrogen dalam
formasi. Pada formasi bersih dimana porositas diisi oleh air atau minyak, neutron log
mengukur porositas yang diisi cairan. Jika pori terisi gas maka porositas neutron akan
rendah. keadaan ini karena konsentrasi hidrogen dalam gas lebih sedikit daripada dalam
air atau minyak. Menurunnya porositas neutron karena gas disebut gas affect.

Sidewall dan Compensated Neutron Log dapat merekam pada unit porositas batu
gamping, batupasir, atau dolomit. Jika formasinya batu gamping, neutron log merekam
dalam unit porositas semu batu gamping, porositas semu setara dengan porositas
sesungguhnya. Sedangkan bila formasinya adalah batupasir atau dolomit, porositas harus
dikoreksi ke porositas sebenarnya.

Data :
Litologi adalah dolomit. Porositas semu batugamping adalah 15 %, harga ini
dibaca langsung pada SNP (hanya contoh harga, log tidak ditampilkan)

Prosedur :
1. Tentukan harga porositas semu batugamping (dari SNP log) pada skala horizontal
(bagian bawah chart), pada contoh ini = 15%
2. Ikuti harga secara vertikal hingga berpotongan dengan garis diagonal yang
mewakili dolomit
3. Dari titik tersebut tarik garis horizontal ke kiri dan tentukan harga porositas
sebenarnya pada skala bagian kiri chart (12 %).

Data :
Litologi adalah batupasir. porositas semu batugamping adalah 20%, harga ini
dibaca langsung pada CNL (hanya contoh harga, log tidak ditampilkan).

Prosedur :
Tentukan harga porositas semu batugamping (dari log CNL) pada skala horizontal
(bagian bawah chart), pada contoh ini = 20 %
Ikuti harga secara vertikal hingga berpotongan dengan garis diagonal yang mewakili
batupasir
Dari titik tersebut tarik garis horizontal ke kiri dan tentukan harga porositas sebenarnya
pada skala bagian kiri chart (24 %).

Analisis Well Log 7 - 10


Menentukan Porositas

Gambar 7-5. Chart untuk mengkoreksi Sidewall Neutron Porosity Log (SNP)
dan
Compensated Neutron Log (CNL) untuk litologi tertentu.

IV. POROSITAS DARI COMBINATION NEUTRON-DENSITY LOG

Combination Neutron-Density Log merupakan gabungan log porositas. Disamping untuk


mengukur porositas, juga untuk menentukan litologi dan mendeteksi gas bearing zone.
seperti gambaran skematik dibawah ini

Analisis Well Log 7 - 11


Menentukan Porositas

Gambar 7-6. Contoh dari logging litologi umum dengan Combination Gamma Ray
Neutron-Density Log. Gambar ini menunjukkan hubungan antara respon
log dengan jenis batuan, dan juga menunjukkan perubahan respon log dari
oil atau water-bearing rock unit dibandingkan dengan gas-bearing unit.

Analisis Well Log 7 - 12


Menentukan Porositas

Gambar 7-7. Gambaran skematik dari respon neutron-densitas pada gas bearing
sandstone (mod. after Truman et al., 1972). Gambaran umum log neutron-
densitas menunjukkan bagaimana efek gas bervariasi terhadap kedalaman
invasi, porositas, densitas hidrokarbon, dan kandungan shale.

Dimana penambahan porositas densitas muncul bersama dengan penurunan porositas


neutron pada gas bearing zone, hal ini disebut gas effect. Gas effect timbul karena
hadirnya gas dalam pori batuan, menyebabkan bacaan porositas log densitas yang terlalu
tinggi (gas lebih ringan daripada air atau minyak), sedangkan bacaan porositas log
neutron menjadi rendah (contoh untuk gas yang mempunyai konsentrasi hidrogen yang
lebih rendah daripada minyak atau air). Efek ini sangat penting untuk seorang analis log
untuk membantu mendeteksi adanya gas bearing zone.

Analisis Well Log 7 - 13


Menentukan Porositas

Gambar 7-8. Chart untuk mengkoreksi porositas Neutron-Density Log untuk litologi
tertentu dimana freshwater drilling mud digunakan (Rmf > 3Rw).

Data :
ρf = 1.0 gm/cc (densitas fluida lumpur air tawar, lihat teks Density Log), φN = 24
%, dan φD = 9 %, pada kedalaman 9310 ft.

Prosedur :
Tentukan harga porositas neutron (24 %) pada skala bagian bawah, dan porositas
densitas (9 %) pada skala bagian kanan.
Tarik garis vertikal (porositas neutron) dan horizontal (porositas densitas) hingga
keduanya berpotongan. Pada contoh ini titik potong berada pada kurva dolomit dengan
harga porositas sebnarnya = 16.5 %.

Analisis Well Log 7 - 14


Menentukan Porositas

Gambar 7-9. Chart untuk mengkoreksi porositas Neutron-Density Log untuk litologi
tertentu dimana saltwater drilling mud digunakan (Rmf ≈ Rw).

Dari gambar 4 – 71; Pada kedalaman 9310 ft, dengan data ρf = 1.1 gm/cc (densitas
fluida lumpur air asin), φN = 24 %, dan φD = 9 %.
Porositas sebenarnya dapat ditentukan dengan membaca porositas semu batugamping
dari kurva neutron dan densitas dengan menggunakan gambar 7-9;

Prosedur :
Tentukan harga porositas neutron (24 %) pada skala bagian bawah, dan porositas
densitas (9 %) pada skala bagian kanan.
Tarik garis vertikal (porositas neutron) dan horizontal (porositas densitas) hingga
keduanya berpotongan. Pada contoh ini titik potong berada pada kurva dolomit dengan
harga porositas sebenarnya = 17 %.
Sedangkan pada kedalaman 9324 ft, dimana φN=8% dan φD=3.5%. Harga ini di-
crossplot-kan pada chart porositas neutron-densitas (gambar 7-8 dan 7-9) untuk

Analisis Well Log 7 - 15


Menentukan Porositas
mendapatkan porositas sebenarnya. Dari contoh tersebut diatas menunjukkan bahwa
litologinya adalah dolomit gampingan dengan harga porositas sebesar 6 %.
Metoda lain untuk menentukan porositas neutron den- sitas adalah menggunakan
persamaan :

φ N 2 + φD 2
φN − D =
2
dimana:
φN-D = Porositas neutron-densitas
φN = Porositas neutron (unit batugamping)
φD = Porositas densitas (unit batugamping)

Jika porositas neutron dan densitas (gambar 4-71, pada kedalaman 9324 ft) dimasukkan
pada persamaan diatas, kita mendapatkan porositas sebesar 6.2 %. Harga porositas hasil
perhitungan ini sebanding dengan harga yang didapat dari crossplot.

Bilamana Neutron-Density Log merekam porositas densitas kurang dari 0.0 harga
tersebut umumnya berada pada reservoir dolomit, anhidrit contoh gambar 4 – 71 pada
kedalaman 9328 ft. Maka persamaan dibawah ini dapat dipakai menentukan porositas
neutron densitas.
φN + φD
φN − D =
2
dimana
φN-D = Porositas neutron-densitas
φN = Porositas neutron (unit batugamping)
φD = Porositas densitas (unit batugamping)

Analisis Well Log 7 - 16

Anda mungkin juga menyukai