Anda di halaman 1dari 47

WELL TEST

(PENGUJIAN SUMUR)
TUJUAN

Menentukan kemampuan suatu formasi


untuk berproduksi, sehingga jika well test
ini direncanakan dengan baik dan
hasilnya dianalisa secara baik, maka akan
diperoleh informasi yang sangat
berharga, seperti : permeabilitas formasi,
kerusakan formasi disekitar lubang
sumur, dan tekanan reservoar rata-rata.
PRINSIP WELL TEST

Memberikan gangguan kesetimbangan


tekanan terhadap sumur yang diuji, yaitu
meliputi :

Uji tekanan :
Drill Stem Test (DST)
Pressure Build-up Test (PBU)
Pressure Drawdown Test (PDD)

Uji Aliran :
Multiple-rate Flow Test
Two-rate Flow Test
Drill Stem Test (DST)

Dilakukan pada zona potensial pada sumur yang


sudah selesai dibor. DST ini memberikan komplesi
sementara dari interval test, dimana drillstring
sebagai flowstring.

Dari DST dapat dihasilkan : sampel fluida reservoar,


indikasi laju aliran, tekanan statik, dan tekanan alir
dasar sumur. Selanjutnya dari hasil analisa tekanan
dapat diperkirakan sifat-sifat formasi & wellbore
storage.
Penentuan zona test didasarkan pada prtunjuk
adanya minyak dari analisa cuting dan logging.
Untuk melakukan pengetesan zona tersebut,
maka rangkaian peralatan DST disambungkan
dengan rangkaian drill string kemudian
diturunkan sampai zona test. DST ini
merupakan temporary completion dan zona test
diisolasi untuk menghilangkan pengaruh
tekanan hidrostatik lumpur, sehingga
memungkinkan fluida formasi mengalir melalui
drill pipe dan secara kontinyu mencatat tekanan
selama test berlangsung.
Cara kerja / operasi Pelaksanaan Test
Pada prinsipnya cara kerja atau prosedur
pelaksanaan tes dibagi menjadi lima bagian,
yaitu :
A. Going in Hole
Prosedur Going in Hole ini adalah
mempersiapkan lubang bor untuk dilakukan test
:
Sebelum alat dimasukkan kedalam lubang bor,
diadakan sirkulasi untuk membersihkan lubang
bor.
 Catat data-data sumur meliputi :
a. Kedalaman sumur serta interval pengujian.
b. Tebal lapisan yang akan diuji.
c. Diameter sumur, baik sudah dicasing
maupun belum.
d. Berat jenis lumpur pemboran yang
digunakan.
e. Karakteristik umum lapisan yang akan diuji.
Hal ini dilakukan untuk menentukan jenis alat
yang akan dipergunakan, misalnya berapa
panjang anchor, dimana packer diletakkan
dan sebagainya.
 Turunkan alat secara pelan-pelan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya break
down formation.
 Pasang flow line yang akan mengalir fluida
hasil pengujian ke separator test.
B. Making Test
Prosedur making test adalah sebagai berikut :
Setelah mencapai lapisan yang akan diuji,
kembangkan packer dan buka tester valve.
Fluida yang masuk kedalam lubang bor akan
mendesak bantalan air (water cushion) serta udara
diatasnya
Bila aliran udara telah habis, maka kerangan dibuka
untuk mengalirkan fluida formasi menuju separator
test. Laju aliran diukur pada separator test. Bila tidak
terjadi semburan udara berarti terjadi kelainan pada
sistem kerja alat penguji atau bila aliran terhenti
berarti tekanan reservoir tidak mampu mengangkat
fluida reservoir ke permukaan.
C. Taking Closed in Pressure
Setelah tahapan Making Test maka langkah
berikutnya adalah sebagai berikut :
Bila laju aliran tidak stabil, maka operasikan “Closed
in Valve” untuk mengakumulasikan tekanan reservoir.
Pada saat ini terjadi suatu “Pressure Build Up” dari
tekanan.

D. Equalizing
Tahapan ini terjadi setelah periode penutupan
akhir selesai, adapun langkahnya adalah membuka
“Equalizer Valve” untuk mengimbangkan tekanan
diatas dan dibawah packer.
E. Reversing
Merupakan tahapan terakhir dari test sebelum
rangkaian dicabut, perlu diadakan sirkulasi lumpur,
sehingga kondisi lubang sebelum dan sesudah
pangujian adalah sama. Kemudian cabut alat pelan-
pelan untuk menghindari terjadinya “swab effect”.
Maka pengujian lapisan telah selesai.
Pressure Test
Prinsipnya adalah mengukur perubahan tekanan
terhadap waktu selama perioda penutupan atau pada
perioda pengaliran. Penutupan sumur dimaksudkan
untuk mendapatkan keseimbangan tekanan diseluruh
reservoir, perioda pengaliran dilakukan sebelum atau
sesudah perioda penutupan dengan laju konstan.
Parameter yang diukur adalah tekanan statik
(Pws), tekanan aliran dasar sumur (Pwf), tekanan awal

reservoir (Pi), skin factor (S), permeabilitas rata-rata

(k), volume pengurasan (Vd) dan radius pengurasan

(re). Sedangkan metoda pressure test yang umum


ada dua macam, yaitu: "Pressure Build-Up" dan
“Pressure Draw-down".
1. Pressure Build-Up Test
Pressure Build-Up Test adalah suatu teknik
pengujian tekanan transien yang paling dikenal dan
banyak dilakukan orang. Pada dasarnya, pengujian ini
dilakukan pertama-tama dengan memproduksi sumur
selama suatu selang waktu tertentu dengan laju aliran
yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut
(biasanya dengan menutup kepala sumur di
permukaan). Penutupan sumur ini menyebabkan
naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu
(tekanan yang dicatat ini biasanya adalah tekanan
dasar sumur).
Dari PBU Test dapat diperoleh :
1. Permeabilitas formasi (k)
2. Faktor skin (S)
3. Flow Efficiency (FE)
4. Tekanan rata-rata reservoir
2. Pressure Draw-down Test
Pressure drawdown testing adalah suatu
pengujian yang dilaksanakan dengan jalan membuka
sumur dan mempertahankan laju produksi tetap
selama pengujian berlangsung. Sebagai syarat awal,
sebelum pembukaan sumur tersebut, tekanan
hendaknya seragam diseluruh reservoir yaitu dengan
menutup sumur sementara waktu agar dicapai
keseragaman tekanan di reservoirnya.
Mengingat hal tersebut diatas, waktu yang paling
ideal untuk melakukan pressure drawdown test
adalah pada saat-saat pertama suatu sumur
diproduksi. Namun tentu saja bahwa tes ini tidak
hanya terbatas pada sumur-sumur baru saja. Jadi
pada dasarnya, pengujian ini dilakukan pada :
a) Sumur baru.
b) Sumur-sumur lama yang telah ditutup sekian lama
hingga dicapai keseragaman tekanan reservoir.
c) Sumur-sumur produktif yang apabila dilakukan
build-up test, sumur tersebut akan sangat
merugikan.
Dari hasil PDD test ini diperoleh :
1. Permeabilitas formasi (k)
2. Skin Faktor (S)
3. Volume pori yang terisi fluida
4. Bentuk daerah pengurasan

Keuntungan ekonomis melakukan pengujian jenis ini


adalah dapat memperoleh produksi minyak selama
pengujian (tidak seperti dalam pressure build-up
test), sedangkan keuntungan secara secara teknis
adalah kemungkinan dapat memperkirakan volume
reservoir. Tetapi kelemahan yang utama adalah,
sukar sekali mempertahankan laju aliran tetap
selama pengujian berlangsung.
Dalam pengujian sumur terdapat alat yang digunakan
yang disebut dengan EMR (Electrical Memory Recorde ).
Alat tersebut digunakan untuk mengtahui Gauge dan
Temperature Gauge. pada prinsip nya EMR ini disusun
menjadi satu rangkaian dimana rangkaian tersebut dari :

1.      EMR ( Electrical Memory Recorder)


Dimana alat ini berfungsi sebagai penyimpanan dan
penerimaan data-data yang ada didalam sumur.
2.      Battery Unit
Dimana dalam alat ini digunakan sebagai sumber
tenaga yang dipasang pada rangkaian EMR Merupakan
perangkat yang digunakan untuk melakukan pengujian
tekanan sumur yang terdiri dari beberapa peralatan
wire yang digunakan melalui drum unit terhubung
sampai kepada sumur.

3.      Drum Unit


Merupakan gulungan wire untuk mengangkat
peralatan yang akan digunakan untuk mngukur
tekanan sumur.
4.      BOP Stack
Merupakan alat pencegah terjadi semburan liar yang
ada didalam sumur saat melakukan pengujian sumur.

5.      Lubricator
Merupakan tempat masuk rangkaian EMR untuk
dilakukan pengujian sumur.
6.      Bean atau Jepitan 
Fungsi bean/jepitan adalah untuk menentukan
besarnya laju produksi suatu sumur dan akibat
perubahan diameter bean akan berpengaruh terhadap
besar kecilnya tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan
tekanan tubing (Pt), serta untuk mengatur laju
produksi yang diinginkan (BPD), untuk mencegah
masuk nya pasir kedalam sumur, mencegah terjadinya
gas / water coning, memproduksi pada laju yang
optimum.
Flow Test

Dilakukan karena uji tekanan (PBU


dan PDD) sulit untuk memenuhi
kondisi aliran yang konstan, maka
dikembangkan metoda flow test.

Dari analisa tekanan dari flow test


dapat diperoleh parameter
reservoar, seperti : tekanan statik
reservoar (Ps), permeabilitas (k),
dan Skin Faktor (S).
OIL WELL PRODUCTION
TESTING
• Drawdown Test : uji sumur dengan
membuka dan memproduksikan sumur
dengan laju tetap.
• Syarat awal tekanan harus seragam di
seluruh reservoar
• Keuntungan : produksi tetap
berlangsung dan volume reservoar dapat
diperkirakan.
OIL WELL PRODUCTION
TESTING
• Production Test : Untuk sumur-sumur
dengan laju produksi yang tidak bisa
dipertahankan secara mantap selama
Drawdown test
• Pengujian sangat peka terhadap data
produksi
• Dapat ditentukan : permeabilitas (k),
faktor skin (S) dan tekanan reservoar
rata-rata
GAS WELL TESTING

• Deliverability : berlangsungnya proses


depletion suatu reservoar gas
mengakibatkan penurunan laju produksi
seiring dengan penurunan tekanan
reservoar.
• Deliverability ini akan relatif konstan
selama masa produksi dari sumur
GAS WELL TESTING

• Deliverability dinyatakan melalui


hubungan
Qsc = C(PR2 - Pwf2)n
dimana Qsc adalah laju produksi gas pada
keadaan standar, PR adalah tekanan
reservoar rata-rata saat sumur ditutup,
Pwf adalah tekanan alir dasar sumur dan
C serta n adalah suatu konstanta ( n
berkisar dari 0.5 hingga 1 )
GAS WELL TESTING

• Gambar 10 menunjukkan contoh plot


log-log dari persamaan Deliverability.
• AOFP (Absolute Open Flow Potential) :
suatu besaran Deliverability dimana Pwf
adalah 0 :
AOFP = C(PR2)n
GAS WELL TESTING

• Metoda dalam memperoleh besaran


deliverability :
– Back Pressure Test ( Gbr. 11)
– Isochronal Test (Gbr. 12, 13 & 14)
– Modified Isochronal (Gbr. 15)
GAS WELL TESTING

• Penentuan parameter reservoar gas sama


seperti halnya pada reservoar minyak :
– Pressure Build Up Test (Gbr. 16)
– Drawdown Test (Gbr. 17)
– Multiple Rate Test

Anda mungkin juga menyukai