Anda di halaman 1dari 44

CONFIDENTIAL

LEMBAR PENGESAHAN
(APPROVING SHEET)

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


ANALISA SEMEN PEMBORAN
(DRILLING CEMENTING ANALYSIS GUIDELINES BOOK)

LABORATORIUM TEKNIK PERMINYAKAN


(LABORATORY OF PETROLEUM ENGINEERING)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


(PETROLEUM ENGINEERING DEPARTMENT)

FAKULTAS TEKNIK
(ENGINEERING FACULTY)

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU, 16 DESEMBER 2022

Idham Khalid, S.T., M.T


Dosen Pengampu Prak. Teknik Pemboran II
PENDAHULUAN
CONFIDENTIAL
(INTRODUCTION)

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas konstruksi lubang sumur


adalah sejauh mana kualitas semen yang digunakan. Maka untuk kepentingan
tersebut perlu dilakukan studi laboratorium untuk mengetahui komposisi dan sifat
fisik semen. Diharapkan dengan kualitas semen yang baik, konstruksi sumur dapat
bertahan lebih dari 20 tahun. Adapun fungsi-fungsi dari semen dalam operasi
pemboran minyak dan gas adalah sebagai berikut :
1 Melekatkan casing pada dinding lubang sumur.
2 Melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu operasi
pemboran seperti getaran.
3 Melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi.
4 Memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain di belakang casing.

Secara umum dan sesuai dengan tujuannya, operasi penyemenan dapat dibagi
dua, yaitu :
a) Primary Cementing
Adalah penyemenan yang dilakukan setelah pertama kali casing
diturunkan. Penyemenan pada konduktor Casing dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi fluida formasi dengan pemboran.
Penyemenan pada Surface Casing bertujuan melindungi air tanah agar tidak
tercemar oleh fluida pemboran. Sedangkan penyemenan pada Intermediet
Casing adalah untuk menutup tekanan formasi abnormal dan mengisolasi
daerah lost circulation. Dan penyemenan pada Production Casing bertujuan
mencegah aliran formasi yang tidak diinginkan.

b) Secondary Cementing
Adalah penyemenan ulang untuk menyempurnakan Primary Cementing
yang tidak sempurna. Adapun yang termasuk dalam Secondary Cementing
adalah Squeeze Cementing yaitu untuk mengurangi water-oil ratio, water-gas

1 CONFIDENTIAL
2

ratio atau gas-oil ratio, memperbaiki Primary Cementing yang mengalami


kerusakan. Re-cementing bertujuan untuk memperluas perlindungan casing
diatas top semen. Plug-Back Cementing bertujuan untuk menutup sumur,
menutup zona air dibawah zone minyak dan sebagai landasan whipstock pada
directional drilling.

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas dari penyemenan. Untuk itulah


perlu dilakukan studi laboratorium untuk mengetahui komposisi dan sifat fisik
semen. Diharapkan dengan kualitas semen yang baik konstruksi sumur dapat
bertahan lebih dari 20 tahun atau sesuai dengan perencanaan produksi..
Standar minimum yang harus dimiliki dari perencanaan sifat-sifat semen
didasarkan pada Brookhaven National Laboratory dan API Spec 10 “Specification
for Material and Testing for Well Cementing”.
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :
a. Pembuatan suspensi semen dan cetakan sampel
b. Pengujian densitas suspensi semen.
c. Pengujian rheologi suspensi semen.
d. Pengujian thickening time.
e. Pengujian free water.
f. Pengujian filtration loss.
g. Pengujian compreeive strength.
h. Pengujian shear bond strength.
i. Pengujian initial dan final seting time
Uji sifat-sifat fisik batuan semen pemboran sedikit berbeda dengan uji yang
lainnya, karena batuan semen yang terjadi merupakan fungsi waktu. Dengan
demikian sifat-sifat tersebut akan berbeda tergantung dari waktu
pengkondisiannya baik terhadap temperatur ataupun waktunya.
DAFTAR ISI
(CONTENTS)

Halaman
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
(INTRODUCTION)
PERCOBAAN I PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN, .............................. 3
CETAKAN SAMPEL DAN PENGUJIAN
DENSITAS SUSPENSI SEMEN
(EXPERIMENT I PREPARATION OF CEMENTS SUSPENSION,
SAMPLE AND EXAMINATION OF CEMENTS
SUSPENSION DENSITY)
PERCOBAAN II PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN ............... 13
(EXPERIMENT II EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION
RHEOLOGY)
PERCOBAAN III PENGUJIAN THICKENING TIME SUSPENSI ............. 19
SEMEN
(EXPERIMENT III EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION
THICKENING TIME AND EXAMINATION OF
INITIAL & FINAL SETTING TIME)
PERCOBAAN IV PENGUJIAN FREE WATER .......................................... 23
(EXPERIMENT IV EXAMINATION OF FREE WATER)
PERCOBAAN V PENGUJIAN FILTRATION LOSS ................................. 26
(EXPERIMENT V EXAMINATION OF FILTRATION LOSS)
PERCOBAAN VI PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH .................. 30
DAN SHEAR BOND STRENGTH SUSPENSI SEMEN
(EXPERIMENT VI EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION
COMPRESSIVE STRENGTH AND SHEAR BOND
STRENGTH)

LAMPIRAN
i
CONFIDENTIAL PERCOBAAN I
(EXPERIMENT I)
PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN, CETAKAN SAMPEL DAN
PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN
(PREPARATION OF CEMENTS SUSPENSION, SAMPLE AND
EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION DENSITY)

1.1. Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui cara pembuatan suspensi semen pemboran dan
komposisi semen pemboran.
2. Untuk membuat cetakan sampel dalam pengujian Compressive Strength
dan Shear Bond Strength.
3. Mengetahui densitas suspensi semen dengan menggunakan alat mud
balance.
4. Mengetahui efek penambahan zat additif terhadap densitas suspensi
semen.

1.2. Teori Dasar


Pembuatan suspensi semen dimulai dengan persiapan peralatan dan
material semen, baik berupa semen portland, air dan additive.
Semen Portland merupakan semen yang banyak digunakan dalam industri
perminyakan karena semen ini termasuk semen hidrolis dalam arti akan mengeras
bila bertemu atau bercampur dengan air. Semen Portland memiliki 4 komponen
mineral utama, yaitu C3S, C2S, C3A, dan C4AF.
C3S atau Tricalcium Silicate merupakan komponen terbanyak dari semen
Portland, komponen ini memberikan strength yang terbesar pada awal pengerasan.
C2S atau Dicalcium silicate, komponen ini sangat penting dalam memberikan
final strength semen. C3A atau Tricalcium Alluminate walaupun kadarnya kecil
dari komponen silicate namun berpengaruh pada rheologi suspensi semen dan
membantu proses pengerasan awal pada semen. C 4AF atau Tetra Calcium
Alluminaferite, komponen ini hanya sedikit pengaruhnya pada strength semen.

CONFIDENTIAL
3
4

API (American Petroleum Institute) telah melakukan klarifikasi semen


kedalam kelas guna mempermudah pemilihan dan penggolongan semen yang
akan digunakan. Pengklarifikasian ini didasari atas kondisi sumur dan sifat -sifat
semen yang disesuaikan dengan kondisi sumur tersebut. Kondisi sumur tersebut
meliputi kedalaman sumur, temperatur, tekanan dan kandungan yang terdapat
pada fluida formasi (seperti sulfat dan sebagainya). Klasifikasi semen yang
dilakukan API terdiri dari:
a. Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan) sampai 6000 ft.
Semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type) saja.
b. Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan tersedia dalam
jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi (moderate dan
high sulfate resistant)
c. Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan mempunyai
sifat high-early strength (proses pengerasan cepat). Semen ini tersedia dalam jenis
, moderate dan high sulfate resistant.
d. Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai 12000 ft dan
untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi . Semen ini
tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
e. Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai 14000 ft, dan
untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi . Semen ini
tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
f. Kelas F
Semen kelas F digunakan dari kedalaman 10000 ft sampai 16000 ft dan untuk
kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi . Semen ini
tersedia juga dalam jenis high sulfate resistant.
5

g. Kelas G
Semen kelas G digunakan dari kedalaman 0 samapai 8000 ft dan merupakan
semen dasar. Bila ditambahkan retarder semen ini dapat dipakai untuk sumur yang
dalam dan range temperatur yang cukup besar. Semen ini tersedia dalam jenis
moderate dan high sulfat resistant.
h. Kelas H
Semen kelas H digunakan dari kedalaman 0 samapai kedalaman 8000 ft dan
merupakan pula semen dasar. Dengan penambahan accelerator dan retarder,
semen ini dapat digunakan pada range kedalaman dan temperatur yang besar.
Semen ini hanya tersedia dalam jenis moderate sulfat resistant.
Untuk mengkondisikan suspensi semen pada saat penyemenan pada lubang
bor, semen juga dapat diberi beberapa zat tambahan atau additive yang memiliki
fungsi bermacam-macam agar pekerjaan penyemenan dapat memperoleh hasil
yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Sampai saat ini lebih dari 100
additive telah dikenal, additive-additive tersebut dikelompokkan dalam 8 kategori
yaitu:
1. Accelerator
Yaitu additive yang dapat mempercepat proses pengerasan suspensi semen.
2. Retarder
Yaitu additive yang dapat memperlambat proses pengerasan suspensi semen.
3. Extender
Yaitu additive yang digunakan untuk mengurangi densitas dari suspensi
semen
4. Weighting Agent
Yaitu additive yang dapat menambah densitas dari suspensi semen.
5. Dispersant
Yaitu additive yang dapat mengurangi viscositas suspensi semen.
6. Fluid Loss Control Agent
Yaitu additive yang digunakan untuk mencegah hilangnya fasa liquid suspensi
semen kedalam formasi sehingga terjaga kandungan cairan pada suspensi
semen.
6

7. Lost Circulation Control Agent


Yaitu additive yang mengontrol hilangnya suspensi semen ke dalam formasi
yang lemah atau bergua.
8. Specially Additives
yaitu addictive khusus yang digunakan untuk suatu tujuan tertentu.

Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara


jumlah berat bubuk semen, air pencampur dan additif terhadap jumlah volume
bubuk semen, air pencampur dan additif.
Dirumuskan sebagai berikut:

Ws + Wadd + Wair
SGS =
Vs + Vadd + Vair

Dimana:
SGS = densitas suspensi semen
Ws = berat bubuk semen
Wadd = berat additif
Wair = berat air
Vs = volume bubuk semen
Vadd = volume additif
Vair = volume air

Densitas suspensi semen sangat berpengaruh terhadap tekanan hidrostatis


suspensi semen didalam lubang sumur. Apabila formasi tidak sanggup menahan
tekanan suspensi semen, maka akan menyebabkan formasi pecah sehingga akan
terjadi lost circulation.
Ada dua jenis zat additif yang berhubungan dengan control density, yaitu
Extender dan Weighting Agent. Extender adalah additif yang digunakan dalam
suspensi semen untuk mengurangi densitas semen dan juga berfungsi untuk
menambah yield slurry. Extender yang berupa clay juga dapat berfungsi
mengurangi air bebas (free water) dalam suspensi semen, selain itu dapat juga
7

berupa gas yang dilarutkan dalam suspensi semen seperti nitrogen/udara yang
hasilnya memberikan compressive strength yang cukup.

Weighting Agents adalah additif yang digunakan untuk menambah


densitas suspensi semen, berupa material dengan densitas lebih berat dari densitas
suspensi semen yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

▪ Distribusi ukuran partikel dari material additif harus cocok (compatible)


dengan ukuran partikel semen. Ukuran partikel additif yang lebih besar
dari partikel semen akan cenderung mengendap sedangkan partikel
berukuran lebih kecil memiliki kecenderungan menambah viskositas
suspensi semen
▪ Kadar air yang terkandung dalam material additif tidak banyak (unhidrous)
▪ Material additif harus sukar bereaksi (inert) dengan semen, baik pada saat
pencampuran dalam suspensi maupun saat proses hidrasi semen dan juga
compatible dengan additif lain yang mungkin dicampurkan dalam semen.
Densitas suspensi semen yang rendah sering digunakan dalam operasi
primary cementing dan remedial cementing guna menghindari terjadinya fracture
pada formasi yang lemah. Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan
menambahkan clay atau zat-zat kimia silikat jenis extender atau menambahkan
bahan-bahan yang dapat memperbesar volume suspensi semen, seperti pozzolan.
Sedangkan densitas suspensi semen yang tinggi digunakan bila tekanan
formasi cukup besar. Untuk memperbesar densitas dapat ditambahkan pasir
ataupun material-material pemberat kedalam suspensi semen, seperti barite.
Pengukuran densitas dilaboratorium berdasarkan dari data berat dan
volume tiap komponen yang ada dalam suspensi semen, sedangkan dilapangan
menggunakan alat pressurized mud balance.
8

1.3. Alat dan Bahan


1.3.1. Alat
1. Cement Mixer
2. Timbangan digital
3. Aluminium Foil
4. Gelas ukur
5. Cetakan sample kubik dan silinder
6. Stop watch
7. Mud balance

1.3.2. Bahan
1. Air
2. Semen Portland
3. Bentonite
4. Grease

Gambar 1.1. Cement Mixer


9

Gambar 1.2. Cetakan sampel silinder

Gambar 1.3. Cetakan sampel kubik


10

Gambar 1.4. Mud Balance

1.4. Prosedur Percobaan


A. Pembuatan Suspensi Semen Dan Cetakan Sample
1. Menimbang bubuk semen sebanyak 350 gram dengan timbangan
digital.
2. Mengukur air dengan WCR (Water Cement Ratio) yang diinginkan.
Harga WCR tidak boleh melebihi kadar air maksimum maupun kurang
dari kadar air minimum.
3. Menimbang additive bentonite sebanyak 6 gram
4. Mencampur bubuk semen dengan additive bentonite pada kondisi
kering
5. Memasukkan air sebanyak 213 ml kedalam blender, kemudian
menjalankan mixer pada kecepatan 4000rpm dan memasukkan
campuran semen dan additive bentonite kedalamnya tidak lebih dari 15
detik, lanjutkan pengadukan pada kecepatan tinggi 1200 rpm selama 35
detik
6. Mengoleskan grease kedalam cetakan kubik sedangkan untuk cetakan
silinder casing tidak diolesi grease
11

7. Menuangkan sampel suspensi semen dari mixer kedalam cetakan yang


telah tersedia untuk kemudian digunakan dalam pengujian compressive
strength dan shear bond strength
8. Membungkus cetakan sampel dengan aluminium foil, memberi label
lalu merendamnya dalam water bath.

B. Pengujian Densitas Suspensi Semen


1. Mengkalibrasi peralatan pressurized mud balance dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
▪ Membersihkan peralatan mud balance
▪ Mengisi cup dengan air hingga penuh lalu ditutup dan
membersihkan bagian luarnya
▪ Meletakkan kembali mud balance pada kedudukan semula
▪ Menempatkan rider pada posisi skala 8,33 ppg (densitas air)
▪ Meneliti nuvo glass, bila tidak seimbang mengkalibrasikan screw
sampai seimbang
2. Menyiapkan suspensi semen yang telah dibuat dari komposisi 350 gram
semen portland, 5 gram bentonite dan 204 ml air kemudian mengukur
densitas suspensi semen dengan menggunakan rumus:
Ws + Wadd + Wair
SGS =
Vs + Vadd + Vair
dimana:
SGS = densitas suspensi semen
Ws = berat bubuk semen
Wadd = berat additif
Wair = berat air
Vs = volume bubuk semen
Vadd = volume additif
Vair = volume air
12

3. Memasukkan suspensi semen kedalam cup mud balance, kemudian cup


ditutup dan semen yang melekat pada dinding bagian luar dibersihkan
sampai bersih
4. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, kemudian atur rider
hingga seimbang
5. Membaca skala sebagai densitas suspensi semen pengukuran
CONFIDENTIAL
PERCOBAAN II
(EXPERIMENT II)
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN
(EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION RHEOLOGY )

2.1. Tujuan Percobaan


1. Menentukan plastic viscosity dan yield point semen pemboran dengan
menggunakan fann vg meter
2. Memahami rheologi semen pemboran
3. Mengetahui efek penambahan zat additif terhadap rheologi suspensi
semen

2.2. Teori Dasar


Pengujian rheologi suspensi semen dilakukan untuk menghitung
hidrolika operasi penyemenan. Penggunaan dari hubungan yang tepat pada
perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat-sifat aliran suspensi semen
sangat tergantung dari besaran pengukuran parameter rheologi dilaboratorium.
Ada dua tipe alat yang digunakan pada pengukuran rheologi suspensi
semen, yaitu Capillary Pipe Rheometers dan Coaxial Cylinder Rotational
Viscometer. Yang sering digunakan pada pengukuran rheologi dilaboratorium
adalah Rotational Viscometer atau yang lebih dikenal dengan Rheometer/Fann
VG Meter.
Viskositas dan gel strength merupakan bagian pokok dalam sifat-sifat
rheologi fluida pemboran. Yang dimaksud dengan fluida non-newtonian adalah
fluida yang mempunyai viskositas yang tidak konstan, karena tergantung dari
besarnya geseran (shear rate) yang terjadi. Berbeda dengan fluida newtonian yang
mempunyai viskositas konstan, fluida non-newtonian memperlihatkan suatu yield
stress dengan jumlah tertentu dari tahanan dalam yang harus diberikan agar fluida
dapat mengalir seluruhnya.

CONFIDENTIAL
13
14

Viskositas plastik (plastic viscosity) seringkali digambarkan sebagai


bagian dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik.
Yield point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir yang dipengaruhi
oleh gaya tarik-menarik antar partikel. Gaya tarik-menarik ini disebabkan oleh
muatan-muatan pada permukaan partikel yang didispersi dalam fasa fluida.
Gel strength dan yield point keduanya merupakan ukuran gaya tarik-
menarik. Bedanya, gel strength merupakan ukuran gaya tarik-menarik yang statis
sedangkan yield point merupakan gaya tarik-menarik yang dinamis.
Dalam operasi penyemenan sebenarnya yang dimaksud dengan konsistensi
(consistency) adalah viskositas, hanya dalam pengukuran terdapat sedikit
perbedaan prinsip. Sehingga penggunaan konsistensi ini dapat dipakai untuk
membedakan viskositas pada operasi penyemenan dengan viskositas pada operasi
pemboran (lumpur pemboran).
Viskositas adalah tahanan fluida terhadap aliran atau gerakan. Viskositas
semen diukur dengan fann vg meter (multi speed rotational). Seperti pada
Stormer, pada alat ini digunakan dua silinder, tetapi putaran silinder dilakukan
oleh mesin synchonous yang dapat diatur jumlah putaran permenitnya (rpm) yaitu
3, 6, 300 dan 600 rpm dan torque yang perlu untuk putaran tersebut dapat dibaca
pada dial. Dengan alat ini (yang telah distandardisasi ukurannya), maka hasil
pengurangan torque antara ukuran 600 rpm dan 300 rpm merupakan plastic
viscosity semen dalam satuan cp (centipoise) sedangkan hasil pembacaan torque
pada 300 rpm dikurangi dengan plastic viscosity merupakan yield point semen

dalam satuan lb . Metode pengukuran viskositas dan yield point dengan


100 ft 2
alat ini disebut metode ‘2 titik’.
p = C 600 − C 300
Yp = C 300 − p

dimana:
p = plastic viscosity, cp

Yp = yield point, lb
100 ft 2
15

C 600 = dial reading pada 600 rpm

C 300 = dial reading pada 300 rpm

Viskositas yang terlalu tinggi akan menyebabkan:


• Penetration rate turun
• Pressure lost tinggi karena terlalu banyaknya gesekan
• Pressure surge yang berhubungan dengan lost circulation dan swabbing
berhubungan dengan terjadinya blow out
• Sukar melepaskan gas dan cutting dari lumpur saat dipermukaan
Sedangkan viskositas yang terlalu rendah menyebabkan:
• Pengangkatan cutting tidak maksimal
• Material-material pemberat lumpur terendapkan
Gel strength adalah pembentukan padatan karena gaya tarik-menarik antara
plat-plat clay jika didiamkan dan ini bukan sifat dalam aliran tetapi dalam keadaan
statis dimana clay dapat mengatur diri. Maka dengan bertambahnya waktu (yang
terbatas) maka akan bertambah pula gel strength. Gel strength jangan dikacaukan
dengan yield point (minimum shear stress yang harus dilampaui sebelum ada
geseran) walaupun yield point yang tinggi berhubungan dengan gel strength yang
tinggi. Sifat yield point adalah sifat dinamis (ada aliran atau gerak) sedang sifat
gel strength adalah sifat statis (tak ada gerakan atau diam). Seperti apa yang telah
dapat diduga sebelumnya, pada umumnya viskositas yang tinggi berhubungan
dengan strength yang tinggi pula, hal ini dikarenakan oleh sifat viskositas maupun
gel strength yang berhubungan dengan sifat tarik-menarik antar plat - plat pada
clay.
16

2.3. Alat dan Bahan


2.3.1. Alat
1. Timbangan
2. Mixer
3. Fann VG meter
4. Gelas ukur
5. Stop watch

2.3.2. Bahan
1. Semen portland
2. Air
3. Bentonite

Gambar 2.1. Fann VG Meter


17

2.4. Prosedur Percobaan


1. Mengisi bejana dengan suspensi semen yang telah disiapkan sampai
batas yang telah ditentukan
2. Meletakkan bejana pada tempatnya, mengatur skala kedudukan
sedemikian rupa sehingga rotor dan bob tercelup kedalam semen
menurut batas yang telah ditentukan
3. Menggerakkan rotor pada posisi high dan menempatkan kecepatan rotor
pada kedudukan 600 rpm. Pemutaran terus dilakukan sehingga
kedudukan skala (dial) mencapai keseimbangan. Mencatat harga yang
telah ditunjukkan skala sebagai pembacaan 600 rpm
4. Menurunkan kecepatan menjadi 300 rpm dan mencatat skala sebagai
pembacaan 300 rpm
5. Menghitung besarnya plastic viscosity dan yield point dengan
menggunakan persamaan:
p = C 600 − C 300
Yp = C 300 − p

dimana:
p = plastic viscosity, cp

Yp = yield point, lb
100 ft 2

C 600 = dial reading pada 600 rpm

C 300 = dial reading pada 300 rpm


PERCOBAAN III
(EXPERIMENT III)
PENGUJIAN THICKENING TIME SUSPENSI SEMEN
(EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION THICKENING
TIME)

3.1. Tujuan Percobaan


1. Menentukan thickening time dari suatu suspensi semen dengan
menggunakan alat atmospheric consistometer
2. Mengetahui efek penambahan additif terhadap thickening time suatu
suspensi semen

3.2. Teori Dasar


Thickening time didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan suspensi
semen untuk mencapai konsistensi sebesar 100 UC (Unit of Consistency).
Konsistensi sebesar 100 UC merupakan batasan bagi suspensi semen agar masih
dapat dipompa, sebab bila lebih dari itu semen akan berbentuk ‘corn’ sehingga
sulit untuk dipompa dan bila dipaksakan maka akan merusak pompa semen.
Dalam penyemenan yang dimaksud konsistensi adalah viskositas, hanya dalam
pengukurannya ada sedikit perbedaan prinsip. Sehingga penggunaan konsistensi
dapat dipakai untuk membedakan viskositas pada operasi penyemenan dengan
operasi pemboran (lumpur pemboran).
Thickening time suspensi semen sangat penting untuk diketahui. Karena
waktu pemompaan yang akan dilakukan harus lebih kecil dari thickening time,
sebab bila lebih besar dari thickening time maka suspensi semen akan mengeras
terlebih dahulu sebelum seluruh suspensi semen mencapai target yang telah
ditentukan. Dan apabila suspensi semen mengeras didalam casing, hal ini
merupakan kejadian yang sangat fatal dalam operasi penyemenan. Pengerasan
juga tergantung pada temperatur kedalaman sumur yang akan dilakukan
penyemenan.

18
19

Untuk sumur yang dalam dan kolom yang panjang diperlukan waktu
pemompaan yang lama, sehingga thickening time harus lebih lama. Untuk
memperpanjang atau memperlambat thickening time perlu ditambahkan retarder
kedalam suspensi semen seperti Calcium Lignosulfonat, Carboxymethyl
Hydroxyethyl Cellulose dan senyawa-senyawa asam organik.
Pada sumur-sumur yang dangkal diperlukan thickening time yang tidak
terlalu lama, karena selain target yang akan dicapai tidak terlalu jauh juga untuk
mempersingkat waktu. Untuk mempersingkat thickening time dapat ditambahkan
accelerator kedalam suspensi semen. Yang termasuk kedalam accelerator adalah
Calcium Chlorida, Sodium Chlorida, gypsum, Sodium Silikat, air laut dan additif
yang tergolong dispersant.
Berikut ini adalah beberapa macam dari additif yang berpengaruh terhadap
thickening time:
 Accelerator adalah additif yang dapat mempercepat proses thickening
time. Contoh additif, antara lain:
- Calcium Chlorida, umumnya penambahan additif ini antara 2-4%
kedalam suspensi semen, pengaruhnya dapat mempercepat thickening
time dan menaikkan compressive strength
- Sodium Chlorida dan NaCl, dengan kadar sampai 10% BWOMW
berelaku sebagai accelerator
- Gypsum
- Silika
- Air laut
 Retarder adalah additif yang dapat memperlambat proses pengerasan
suspensi semen, sehingga suspensi semen mempunyai waktu yang cukup
untuk mencapai kedalaman yang diinginkan. Contoh additif antara lain:
- Lignosulfonat, efektif dicampurkan kedalam suspensi semen dengan
kadar 0,1-0,15% BWOC. Lignosulfonat tetap efektif sampai
temperatur 121 ºC dan bila ditambahkan Sodium Barite maka akan
dapat bertahan sebagai retarder hingga temperatur 315 ºC
20

- CMHEC (Carboxymethyl Hydroxymethyl Cellulose), merupakan


polisakarida yang terbentuk dari kayu dan tetap stabil hingga
temperatur 121 ºC juga bila terdapat alkali pada suspensi semen
Perencanaan besarnya thickening time tergantung pada kedalaman sumur
dan waktu untuk mencapai daerah target yang akan disemen. Dilaboratorium,
pengukuran thickening time menggunakan alat High Pressure High Temperatur
(HPHT) disimulasikan pada kondisi temperatur sampai 220 ºF, BHT 500 ºF dan
tekanan sirkulasi 2500 psi. Thickening time suspensi semen dibaca apabila pada
alat tes telah menunjukkan 100 UC untuk standar API, namun ada perusahaan lain
yang menggunakan angka 70 UC (seperti pada Hudbay) dengan pertimbangan
faktor keselamatan, kemudian diekstrapolasi ke 100 UC.
Perhitungan konsistensi suspensi semen dilaboratorium ini dilakukan
dengan mengisi sampel kedalam silinder, lalu diputar konstan pada 150 rpm
kemudian dibaca harga torsinya. Dan harga konsistensi suspensi semen dapat
T  78,2
dihitung dengan menggunakan rumus Bc 
20,02
21

3.3. Alat dan Bahan


3.3.1. Alat
1. Timbangan
2. Mixer
3. Atmospheric consistometer
4. Gelas ukur
5. Stop watch

3.3.2. Bahan
1. Semen portland
2. Air
3. NaCl
4. Grease

Gambar 3.1. Atmospheric Consistometer


22

3.4. Prosedur Percobaan


a. Pengujian Thickening Time
1. Membuat suspensi semen dengan komposisi yang telah ditentukan.
2. Menyiapkan peralatan dan stop watch, sebelum dilakukan
pengujian mengkalibrasi terlebih dahulu peralatan yang akan
digunakan
3. Menghidupkan switch master dan set temperatur pada skala yang
diinginkan
4. Menuangkan suspensi semen kedalam slurry container sampai
ketinggian yang ditunjukkan oleh garis batas
5. Paddel yang telah dilapisi grease dipasang pada lid, kemudian
memasang lid yang telah terpasang paddel pada slurry container
dan dimasukkan kedalam atmospheric consistometer
6. Menghidupkan motor dan stop watch dan baca skala penunjuk
dalam 5 menit selama 50 menit, mencatat skala pada 50 menit.
PERCOBAAN IV
(EXPERIMENT IV)
PENGUJIAN FREE WATER
(EXAMINATION OF FREE WATER)

4.1. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui kandungan harga Free Water dari suspensi semen.
2. Mengetahui fungsi additive Bentonite dan Barite dalam hubungannya
dengan Free Water pada supensi semen.

4.2. Teori Dasar


Free water adalah air bebas yang terpisah dari suspensi semen. Kadar
air minimum adalah jumlah air yang dicampurkan tanpa menyebabkan konsistensi
semen lebih dari 30 UC. Bila air yang ditambahkan lebih kecil dari kadar air
minimumnya, maka akan terjadi gesekan-gesekan (friksi) yang cukup besar di
annulus sewaktu suspensi semen dipompakan dan juga akan menaikkan tekanan
di annulus.
Kadar air maksimum adalah jumlah air yang dicampurkan sehingga bila kita
ambil suspensi semen sebanyak 250 ml dan didiamkan selama 2 jam sehingga
terjadi air bebas pada bagian atas tabung. Air bebas tersebut tidak boleh lebih dari
3,5 ml, karena bila lebih akan terjadi pori-pori pada semen dan ini mengakibatkan
semen memiliki permeabilitas yang besar sehingga kontak antara formasi dan
fliuda didalamnya dengan casing yang disemen dapat terjadi .Apabila fluida
formasi berupa air asin akan menyebabkan terjadinya korosi.
Dalam hal penyemenan permeabilitas yang terbentuk diusahakan sekecil
mungkin. Karena jika permeabilitas semen besar akan menyebabkan terjadinya
kontak fluida antara formasi dengan annulus.
Bertambahnya permeabilitas semen dapat disebabkan karena air pencampur
terlalu banyak, karena kelebihan aditif atau temperatur formasi yang terlalu tinggi.
Kandungan air normal dalam suspensi semen yang direkomendasikan oleh API
dapat dilihat pada tabel berikut :

23
24

Tabel 4.1. Kandungan Air Normal API


API Class Water (%) By Water Water
Cement Weigth of Cement (Gal per Sack) (Liter per Sack)
A dan B 46 5.19 19.6
C 56 6.32 23.9
D,E,F, dan H 38 4.29 16.2
G 44 4.97 18.8
J (Centative) - - -

4.3. Alat Dan Bahan


4.3.1. Alat
1. Mixer
2. Gelas Ukur
3. Timbangan
4. Stopwatch

4.3.2. Bahan
1. Semen Portland
2. NaCl
3. Air
25

Gambar 4.1. Stop Watch

Gambar 4.2. Timbangan Digital


4.4. Prosedur Percobaan
1. Menggunakan tabung ukur, kemudian mengisi tabung tersebut dengan
suspensi semen yang akan diukur kadar airnya sebanyak 250 ml.
2. Mendiamkan selama 2 jam sehingga terjadi air bebas pada bagian atas
tabung, catat harga air bebas yang terbentuk.
3. Air bebas yang terjadi tidak boleh lebih dari 3,5 ml.
PERCOBAAN V
(EXPERIMENT V)
PENGUJIAN FILTRATION LOSS
(EXAMINATION OF FILTRATION LOSS)

5.1. Tujuan Percobaan


1. Mengukur harga Filtration Loss pada 30 menit dalam suspensi semen
menggunakan alat Filter Press.
2. Mengetahui fungsi additive Bentonite dan NaCl dalam hubungannya
dengan Filtration Loss pada suspensi semen.

5.2. Teori Dasar


Peristiwa filtration loss selain kita temukan pada saat sirkulasi lumpur
pemboran, pada operasi penyemenan juga kita sering menemukan kejadian ini.
Hal ini mungkin saja terjadi karena misalnya tekanan hidrostatik dari semen (Ph)
lebih besar dari tekanan formasi (Pf). Filtration Loss dalam hal ini volume
filtratnya harus dikontrol sedemikian rupa. Seperti halnya telah disebutkan di atas
bahwa tekanan hidrostatik yang lebih besar dari tekanan formasi menyebabkan
filtration yang besar. Untuk itu maka cara yang dapat ditempuh untuk
mengatasinya adalah mengontrol besarnya densitas semen.
Pengontrolan densitas semen dapat dilakukan dengan penambahan additive
seperti bentonite untuk mengurangi densitas atau menggunakan barite untuk
menaikkan densitas semen.
Volume filtrat yang hilang tidak boleh terlalu banyak, karena apabila
volume filtrat yang hilang dalam peristiwa filtration loss ini terlalu besar maka
akan menyebabkan suspensi semen kekurangan air. Peristiwa dimana suspensi
semen kekurangan air akibat banyaknya volume filtrate yang hilang disebut “flash
set”.
Pada pengujian filtration loss di laboratorium biasanya menggunakan alat
yang disebut filter press, pada temperature sirkulasi dengan tekanan 1000 psi.
meskipun demikian filter press ini juga mempunyai kelemahan yaitu temperature

26
27

maximum yang bisa digunakan hanya sampai 82 ºC (180 ºF). Besarnya atau
terjadinya filtration loss diketahui dari volume filtrate yang ditampung dalam
sebuah tabung atau gelas ukur selama 30 menit masa pengujian. Apabila waktu
pengujian tidak sampai 30 menit, maka besarnya filtration loss dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
5.677
F 30
 Ft x
t
dimana :
F30 = filtrate pada 30 menit, ml
Ft = filtrate pada t menit, ml
t = waktu pengukuran
Pada primary cementing, filtration loss yang diizinkan adalah sekitar 150-
250 cc yang diukur selama 30 menit dengan menggunakan saringan berukuran
325 mesh pada tekanan 1000 psi. sedangkan pada squeeze cementing, filtration
loss yang diizinkan sekitar 55-65 cc selama 30 menit.

5.3. Alat Dan Bahan


5.3.1. Alat
1. Gelas Ukur
2. Timbangan digital
3. Multi mixer
4. Stopwatch
5. Filter Press set

5.3.2. Bahan
1. Semen Portland
2. Additive CMC
3. Air
4. Solar
28

Gambar 5.1. LPLT Filter Press Set

5.4. Prosedur Percobaan


1. Membuat suspensi semen dari 600 gr semen Portland, 276 ml air dan 4
gr CMC dengan menggunakan mixer.
2. Mempersiapkan peralatan filter press dan segera memasang filter paper
secepat mungkin dan meletakkan gelas ukur di bawah silinder untuk
menampung fluida filtrat.
3. Menuangkan suspensi semen ke dalam silinder dan segera menutup
rapat. Kemudian mengalirkan udara atau gas N2 dengan tekanan 1000
psi.
4. Mencatat volume filtrate sebagai fungsi waktu dengan stopwatch,
interval pengamatan setiap 2 menit pada 10 menit pertama, kemudian
setiap 5 menit untuk 20 menit selanjutnya. Mencatat volume filtrate pada
menit ke-25.
29

5. Harga filtration loss diketahui dari volume filtrate yang ditampung


dalam gelas ukur selama 30 menit masa pengujian. Bila waktu pengujian
tidak sampai 30 menit, maka besarnya filtration loss dapat diketahui
dengan rumus :
5.677
F 30
 Ft x
t
Dimana :
F30 = filtrate pada 30 menit, ml
Ft = filtrate pada t menit, ml
t = waktu pengukuran, menit
6. Menghentikan penekanan udara atau gas N2, membuang tekanan udara
dalam silinder dan menuangkan sisa suspensi semen yang di dalam
silinder kedalam breaker.
PERCOBAAN VI
(EXPERIMENT VI)
PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH DAN SHEAR BOND
STRENGTH SUSPENSI SEMEN
(EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION
COMPRESSIVE STRENGTH AND SHEAR BOND STRENGTH )

6.1. Tujuan Percobaan


1. Menentukan besarnya compressive strength dan shear bond strength
dari suspensi semen
2. Mengetahui efek dari penambahan additif terhadap compressive
strength dan shear bond strength.
3. Mengetahui cara kerja alat hydraulic press

6.2. Teori Dasar


Dalam operasi penyemenan, yang perlu diperhatikan salah satunya
adalah strength. Strength semen dapat dibagi menjadi dua, yaitu Compressive
Strength dan Shear Bond Strength. Adapun compressive strength didefinisikan
sebagai kekuatan semen dalam menahan tekanan-tekanan yang berasal dari
formasi maupun dari casing. Jadi, compressive strength merupakan kekuatan
untuk menahan tekanan - tekanan dalam arah horizontal.
Seperti halnya pada sifat-sifat suspensi semen yang lain, compressive strength
dipengaruhi juga oleh adanya zat additif. Adapun zat additif dapat berfungsi untuk
menaikkan compressive strength ataupun untuk menurunkan compressive
strength. Additif untuk menaikkan compressive strength diantaranya adalah
calcium chlorida, pozzolan dan barite. Sedangkan additif untuk menurunkan
compressive strength antara lain bentonite dan sodium silikat. Dalam mengukur
compressive strength digunakan alat hydraulic press dan curing chamber.

Untuk mencapai hasil penyemenan yang diinginkan, maka compressive


strength semen harus dapat:

30
31

 Melindungi dan menyokong casing.


 Menahan tekanan hidrolik tinggi tanpa terjadi perekahan.
 Menahan goncangan selama operasi pemboran dan perforasi berlangsung.
 Menyekat lubang sumur dari fluida formasi yang korosif.
 Menyekat antar lapisan yang permeabel.

Shear bond strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan


tekanan yang berasal dari berat casing maupun menahan tekanan-tekanan lainnya
dalam arah vertikal.
Dalam lubang pemboran, kekuatan semen sangat dipengaruhi oleh
pembebanan triaxial yang kompleks dan failure stress merupakan pembebanan
utama dari penelitian untuk standard compressive strength (Neville, 1981).
Lagipula pengujian compressive strength tidak menunjukkan harga shear strength
dari ikatan antara semen dengan casing ataupun semen dengan formasi batuan.
Untuk itulah dilakukan pengukuran shear bond strength semen.
Penilaian penyemenan biasanya berdasarkan compressive strength atau tensile
strength dari batuan semen, dengan asumsi bahwa materialnya memenuhi syarat
untuk pembentukan strength yang baik serta menghasilkan suatu ikatan yang kuat.
Pada kenyataan dilapangan bahwa asumsi diatas tidak selalu benar. Untuk itulah
diperlukan suatu pengujian dilaboratorium terhadap kualitas semen.
Shear bond strength terukur antara semen dengan dinding formasi dan semen
dengan dinding casing. Kekuatan ikat semen terhadap dinding casing sangat
dipengaruhi oleh dinding casing seperti kekasaran dan pengaruh mud cake yang
menempel, demikian juga pengaruhnya terhadap kekuatan ikat dengan formasi.
Pengukuran shear bond strength dilaboratorium dilakukan dengan
menggunakan hydraulic press. Besarnya shear bond strength dapat diketahui
dengan melihat harga tekanan pada saat terjadi pergeseran dari sampel yang diuji
dimana harga pembebanan diatur tergantung pada antisipasi harga strength dari
sampel semen yang kemudian dimasukkan kedalam rumus untuk menghitung
shear bond strength.
32

6.3. Alat Dan Bahan


6.3.1. Alat
1. Hydraulic press.
2. Bearing block machine hydraulic mortar.
3. Manometer.
4. Jangka sorong.
5. Gerinda
6. Mold silinder
7. Batang pendorong

6.3.2. Bahan
 Semen yang telah dibuat dalam cetakan sampel dengan
komposisi 350 gram semen, 6 gram bentonite dan 213 ml air

Gambar 6.1. Hydraulic Press


33

Gambar 6.2. Jangka Sorong


6.4. Prosedur Percobaan
A. Pengujian Compressive Strength
1. Membuka plastik pembungkus kemudian melepaskan semen dari
cetakan sampel kubik
2. Membersihkan permukaan sampel dari tetesan air dan pasir maupun
gerusan butiran semen agar tidak menempel pada bearing blok mesin
penguji
3. Memeriksa permukaan sampel apakah benar-benar rata, apabila belum
rata maka diratakan dengan menggunakan gerinda
4. Meletakkan sampel semen dalam blok bearing dan atur supaya tepat
ditengah-tengah permukaan blok bearing diatasnya dan blok bearing
dibawahnya, sampel semen harus berdiri vertikal
5. Memperkirakan tekanan maksimum retak (pecah), apabila lebih dari
3000 psi (skala manometer) memberi pembebanan awal setengah
tekanan maksimum, bila kurang dari 3000 psi pembebanan awal tidak
diperlukan
6. Memperkirakan laju pembebanan sampai maksimum tidak kurang dari
20 detik dan tidak lebih dari 80 detik
34

7. Menghidupkan motor penggerak pompa dan jangan melakukan


pengaturan (pembetulan) pada kontrol testing selama pembebanan
maksimum ketika batuan pecah
8. Mencatat hasil pembebanan maksimum tersebut
9. Melakukan perhitungan compressive strength semen, dengan
menggunakan rumus:

CS  k  P   1 
A
 A2 
dimana:
CS = compressive strength semen, psi
k = konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi (h) terhadap
diameter (d)
P = pembebanan maksimum, psi
A1 = luas penampang block bearing dari hydraulic mortar, inch2
A2 = luas permukaan sampel semen, inch2

Tabel 6.1. Perbandingan h d Terhadap Koefisien Faktor

H/D KOEFISIEN FAKTOR


1,75 0,98
1,5 0,96
1,25 0,93
1 0,87

B. Pengujian Shear Bond Strength


1. Membuka plastik pembungkus untuk kemudian mengambil
cetakan sampel silinder casing yang berisi semen
2. Membersihkan permukaan sampel dan permukaan mold dari
tetesan air dan pasir maupun gerusan butiran semen agar tidak
menempel pada bearing block mesin penguji
35

3. Meletakkan mold silinder yang berisi sampel semen pada holder


silinder penyangga yang didudukkan pada bearing block
hydraulic bagian bawah. Posisi sampel harus berdiri vertikal
4. Mendudukkan batang pendorong pada permukaan sampel semen
dan menurunkan posisi bearing block hydraulic bagian atas
dengan memutar tangkai pengontrol spiral
5. Memperkirakan laju pembebanan sampai maksimum tidak
kurang dari 20 detik dan tidak lebih dari 80 detik. Jangan
melakukan pengaturan (pembetulan) pada kontrol testing motor
selama pembebanan sampai terjadi pergeseran sampel semen
dari casing sampel. Pada saat terjadi pergeseran merupakan
harga pembebanan yang maksimum
6. Mencatat harga pembebanan geser maksimum, kemudian shear
bond strength dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

SBS  k  p   
A1
   D  h
dimana:
SBS = shear bond strength semen, psi
k = konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi (h)
terhadap diameter (d)
P = pembebanan maksimum, psi
A1 = luas penampang block bearing hydraulic mortar, inch2
D = diameter dalam casing sample (semen), inch
h = tinggi sample semen, inch

Tabel 6.2. Perbandingan h d Terhadap Koefisien Faktor

H/D KOEFISIEN FAKTOR


1,75 0,98
1,5 0,96
1,25 0,93
1 0,87
HASIL PENGAMATAN

1.1 Tabel Hasil Pengamatan Pembuatan Suspensi Semen, Cetakan Sampel dan Pengujian Densitas Suspensi Semen

Massa
No Bahan Sampel
(gr) (gr/ml) (PPG) (PPG)

Pekanbaru, / /
Asisten Praktikan

( ) ( )
NPM : NPM :
HASIL PENGAMATAN

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Pengujian Rheologi Suspensi Semen

Yp
No. Komposisi C600 C300 𝜇p (Cp) (Lb/100
Ft2)

Pekanbaru, / /
Asisten Praktikan

( ) ( )
NPM : NPM :
HASIL PENGAMATAN
3.1. Pengujian Thickening Time Suspensi Semen dan Pengujian Initial & Final
Setting Time

a. Pengujian thickening time

Semen dasar aditif Waktu (menit) Skala (UC)

b. Pengujian intial & final setting time selama ……. jam ..…..menit didapat data
sebagai berikut:
• initial setting time : mm
• final setting time : mm

Pekanbaru, / /
Asisten Praktikan

( ) ( )
NPM : NPM :
HASIL PENGAMATAN

Tabel 4.1. Pengujian Free Water


Komposisi Semen
VSuspensi V𝐹𝑟𝑒𝑒 𝑊𝑎𝑡𝑒𝑟 % Free Water
No Semen Air
Additif (gr) (ml) (ml) (%)
(gr) (ml)

1.

2.

3.

Pekanbaru, / /
Asisten Praktikan

( ) ( )
NPM : NPM :
HASIL PENGAMATAN

Tabel 5.1. Pengujian Filtration Loss


Bahan Aditif Volume Filtrat (ml) Waktu (menit)

Pekanbaru, / /
Asisten Praktikan

( ) ( )
NPM : NPM :
HASIL PENGAMATAN

Tabel 6.1 Pengujian Compressive strength dan shear bond strength


Nilai
Ukuran
pembebanan
No Jenis sampel
Tinggi Diameter Panjang Lebar
(psi)
(inch) (inch) (inch) (inch)

CS SBS
No Jenis Sampel
(psi) (psi)

Pekanbaru, / /
Asisten Praktikan

( ) ( )
NPM : NPM :

Anda mungkin juga menyukai