Anda di halaman 1dari 15

ULTRA LIGHT CEMENT

TUGAS PRAKTIKUM TEKNIK PEMBORAN DAN PRODUKSI

Makalah yang disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Teknik
Pemboran dan Produksi Semester 4/ 2016

Oleh:

ABDUL B. 071.012.

JACQUELINE 071.014.083

ISHARRI WAHYU NUGRAHA 071.014.111

RIZKI YOGA MARSYAMNI 071.014.146

MUHAMMAD RUSLI HERRYANSYAH071.014.185

LABORATORIUM TEKNIK PEMBORAN DAN PRODUKSI

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2016
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................ i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
BAB II TEORI DASAR ....................................................................... 2
2.1 Dasar Penyemenan .............................................................. 2
2.2 Macam - Macam Operasi Penyemenan ............................... 3
2.3 Fungsi Semen ….................................................................. 5
2.4 Komposisi Kimia Pembuatan Semen................................... 5
2.5 Klasifikasi Semen ................................................................ 7
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................... 9
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 12

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Penyemenan Sumur ................................................................ 2


2.2 Plug Back Cementing .............................................................. 4

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Operasi pemboran bertujuan untuk mengebor, mengevaluasi, dan


menyelesaikan sumur yang akan menghasilkan minyak dan gas secara efisien dan
aman. Tujuan utama dalam operasi pengeboran adalah membuat lubang secara cepat,
ekonomis, dan aman hingga menembus formasi produktif.
Dalam kegiatan pengeboran sendiri terdapat lima sistem yang sangat penting
dalam kelancaran proses pengeboran, yaitu sistem pengangkat (hoisting system),
sistem pemutar (rotating system), sistem sirkulasi (circulating system), sistem daya
(power system), dan sistem pencegah semburan liar (BOP system).
Pertama adalah sistem tenaga (power system), terdiri dari power supply
equipments, yang dihasilkan oleh mesin – mesin besar yang dikenal dengan nama
“prime mover” dan distribution equipments. Berfungsi untuk mendukung jalannya
kegiatan pengeboran. Penggunaan prime mover ditentukan oleh besarnya tenaga pada
sumur yang didasarkan pada casing program dan kedalaman sumur.
Kedua yaitu sistem angkat (hoisting system), fungsi utama dari sistem ini
adalah memberikan ruang kerja yang cukup untuk pengangkatan dan penurunan
rangkaian pipa bor dan peralatan lainnya. Ketiga adalah sistem putar (rotary system),
fungsi utamanya adalah untuk memutar rangkaian pipa bor dan juga memberikan
beratan di atas pahat untuk member suatu formasi. Keempat adalah sistem sirkulasi
(circulation system) yang komponen utamanya adalah lumpur pengeboran yang
berfungsi sebagai pembawa cutting dari dasar lubang bor ke permukaan. Dan yang
kelima adalah sistem pencegahan semburan liar (BOP system). Semburan liar (blow
out) adalah peristiwa mengalirnya fluida formasi dari dalam sumur secara tidak
terkendali. Kejadian ini didahului dengan masuknya fluida formasi ke dalam lubang
bor (well kick).

1
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Dasar Penyemenan


Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses pencampuran
(mixing) dan pendesakan (displacement) bubur semen (slurry) melalui casing
sehingga mengalir ke atas melewati annulus di belakang casing sehingga
casing terikat ke formasi . Pada umumnya penyemenan bertujuan untuk
melekatkan casing pada dinding lubang bor, melindungi casing dari masalah-
masalah mekanis sewaktu pemboran berlangsung (seperti torsi yang tinggi
dan lain-lain), melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosif dan
untuk memisahkan zona yang lain di belakang casing. Penyemenan
merupakan faktor yang paling penting dalam operasi pemboran sehingga
dapat mereduksi kemungkinan-kemungkinan permasalahan secara mekanis
sewaktu melakukan pemboran pada trayek selanjutnya.

Gambar 2.1
Penyemenan Sumur

2
3

Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi menjadi dua


yaitu: Primary cementing (penyemenan utama) dan secondary cementing
(penyemenan yang kedua atau perbaikan). Primary cementing adalah proses
penyemanan yang dilakukan pertama kali setelah casing di turunkan ke dalam
lubang bor. Sedangkan secondary cementing adalah penyemenan yang
dilakukan dikarenakan tidak sempurnanya penyemenan pertama (gagal).

2.2 Macam - Macam Operasi Penyemenan


Operasi penyemenan yang tidak sempurna dapat menimbulkan banyak
masalah,antara lain sulitnya mengontrol produksi pada tiap-tiap lapisan
formasi produktifnya.Oleh karna itu type penyemenan terbagi menjadi 2
bagian yaitu :
a. Primary Cementing
Primary cementing adalah penyemenan yang pertama kali dilakukan
setelah casing diturunkan kelubang sumur. Primary Cementing juga
terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
- Penyemenan Conductor Casing.
- Penyemenan Surface Casing.
- Penyemenan Intermediate.
- Penyemenan Production Casing.

b. Secondary Cementing
Secondary cementing adalah penyemenan tahap kedua atau
penyemenan ulang untuk menyempurnakan primary cementing.
Secondary cementing juga terdiri dari beberapa bagian yaitu:
4

- Squeeze Cementing
Penyemenan yang bertujuan untuk memperbaikikebocoran atau
kerusakan pada casing atau juga memperbaiki penyemenan pada
primary cementing yang belum sempurna.

- Re - Cementing
Untuk memperluas perlindungan casing di atas top semen serta
menyempurnakan penyemenan pertama.

- Plug Back Cementing


Tujuan untuk menutup atau meninggalkan sumur (Abandonment
Well) Dan menutup zona air di bawah zona produksi minyak.
Setelah melakukan tahap tersebut maka tujuan penyemenan yang
kita harapkan dapat tercapai.

Gambar 2.2
Plug Back Cementing
5

2.3 Fungsi Semen


Penyemenan adalah proses pendorongan bubur semen ke dalam casing
dan naik ke annulus yang kemudian didiamkan sampai semen tersebut
mengeras hingga mempunyai sifat melekat baik terhadap casing maupiun
formasi.

Secara lebih spesifik, fungsi penyemenan dalam suatu pemboran


adalah:
a. Melindungi casing / liner dari tekanan yang dating dari bagian luar casing
yang dapat menimbulkan collapse (mengkerut)
b. Mencegah adanya migrasi fluida yang tidak diinginkan dari satu formasi
ke formasi yang lain.
c. Melindungi casing dari fluida yang bersifat korosif

Untuk memenuhi fungsi-fungsi tersebut di atas, maka semen


pemboran harus memenuhi beberapa syarat:
a. Semen setelah ditempatkan harus mempunyai kekuatan atau strength
yang cukup besar dalam waktu tertentu
b. Semen harus memberikan daya ikat casing dengan formasi yang cukup
baik.
c. Semen tidak boleh terkontaminasi dengan fluida formasi ataupun dengan
fluida pendorong
d. Semen harus impermeable (permeabilitas harus nol)

2.4 Komposisi Kimia Pembuatan Semen


Semen yang digunakan dalam industri perminyakan adalah semen
Portland, kemudian dikembangkan oleh Joseph Aspdin tahun 1824. Disebut
Portland karena asal mula bahannya berasal dari pulau Portland Inggris.
Semen ini termasuk semen hidrolis dalam arti akan mengeras apabila bertemu
atau bercampur dengan air. Semen Portland mempunyai 4 komponen mineral
utama, yaitu :
6

a. Tricalcium silicate (3CaO SiO2 )


Dinotasikan sebagai C3S yang dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2 da
merupakan komponen terbanyak dalam Portland semen, sekitar 40-45%
untuk semen yang lambat proses pengerasannya, dan 60-65% untuk
semen yang cepat proses pengerasannya. Komposisi ini
memberikan strength yang terbesar pada awal pengerasan.

b. Dicalcium Silicate (2CaO SiO2)


Dinotasikan sebagai C2S yang juga dihasilkan dari kombinasi CaO dan
SiO2, memberi pengaruh terhadap strength semen akhir. C 2S menghidrasi
sangat lambat sehingga tidak berpengaruh dengan setting time semen,
tetapi sangat berpengaruh dalam kekuatan semen lanjut dan kadarnya
tidak lebih dari 20%.

c. Tricalcium Aluminate (3CaO Al2 O3)


Dinotasikan sebagai C3A yang terbentuk dari reaksi CaO dan
AL2O3 kadarnya 15% untuk high early Strength dan 3% untuk terhadap
kandungan sulfate, namun berpengaruh terhadaprheologi suspense dan
membantu proses pengerasan awal semen.

d. Tetracalcium Aluminoferrite (4CaO AL2O3 Fe2O3)


Dinotasikan sebagai C3AF yang terbentuk dari reaksi CaO2Al2O3 dan
Fe2O3. Kadarnya tidak boleh lebih dari 24% untuk semen yang tahan
terhadap kandungan sulfate tinggi. Penambahan oksida besi yang
berlebihan akan menaikan kadar C4AF dan menurunkan kadar C3A dan
menurunkan panas hasil reaksi /hidrasi C2S dan C3S.

2.5 Klasifikasi Semen


7

API telah melakukan pengklasifikasian semen ke dalam beberapa


kelas guna mempermudah pemilihan dan penggolongan semen yang akan
digunakan, pengklasifikasian ini berdasarkan pada kondisi sumur, temperatur,
tekanan dan kandungan yang terdapat pada fluida formasi.
Klasifikasi semen yang dilakukan API terdiri dari:
a. Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan) sampai
6.000 ft. semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type) saja, dan
mirip dengan semen ASTM C-150 tipe I.
b. Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan tersedia
dalam jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan
tinggi (moderate dan high sulfate resistant).
c. Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan
mempunyai sifat high-early strength (proses pengerasannya cepat) semen
ini tersedia dalam jenis moderatedan high sulfate resistant.
d. Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6.000 ft sampai 12.000
ft, dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature
tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate dan
high sulfate resistant.
e. Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6.000 ft sampai 14.000
ft, dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature
tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate dan
high sulfate resistant.
8

f. Kelas F
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 10.000 ft sampai 16.000
ft, dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature
tinggi. Semen ini tersedia dalam jenis highsulfate resistant.
g. Kelas G
Semen kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 8.000 ft, dan
merupakan semen dasar. Bila ditambahkan retarder semen ini dapat
dipakai untuk sumur.
BAB III
PEMBAHASAN

Penyemenan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu proses


pemboran. Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses pencampuran
(mixing) dan pendesakan (displacement) bubur semen (slurry) melalui
casing sehingga mengalir ke atas melewati annulus di belakang casing sehingga
casing terikat ke formasi.
Penggunaan ultra-lightweight cement dapat meningkatkan performa sumur
dengan meningkatkan zona isolasi dan mengurangi kegagalan cementing. Pada
banyak operasi pemboran deepwater, kadang didapati kondisi yang unik yaitu
membutuhkan semen yang high-strength tetapi ringan dan mampu untuk mengatasi
tegangan sirkulasi yang tinggi pada jangka waktu yang lama. Ultra-lightweight
cement adalah oil well cement yang ditambahkan aditif tertentu sehingga menjadi
sangat ringan.
Pada umumnya, conventional cement menggunakan air sebagai lightweight
agent untuk menurunkan densitas, dan juga menggunakan material yang dapat
mengabsorbsi air dan menjaga slurry agar tetap homogen. Tetapi semen ini, walaupun
harganya murah, memiliki banyak sekali kelemahan, yaitu kekuatan untuk menahan
gaya kompresinya sangat rendah dan sangat sulit untuk menjaga zona isolasi dalam
jangka waktu yang panjang ketika berada di bawah tegangan yang besar. Selain itu,
semen ini memiliki batas densitas minimum hanya 11.5 lb/gal.
Aditif lain yang digunakan sebagai lightweight agent adalah conventional
hollow glass sphere. Aditif ini sudah digunakan untuk mencapai densitas sebesar 9.5
lb/gal. Tetapi aplikasinya terbatas karena hanya bisa bertahan pada kondisi tekanan
yang rendah.
Walaupun lightweight hollow spheres sudah digunakan dalam industri pada
beberapa waktu, teknologi terkini telah mengembangkan hollow spheres menjadi

9
10

ultra-lightweight. Ultra-lightweight Hollow Spheres (ULHS) dapat menunjukkan


ketahanan terhadap tekanan hingga mencapai 3000 – 10000 psi dan mencapai
specific gravity hingga serendah 0.32 – 0.46, sedangkan conventional hollow spheres
hanya bertahan pada tekanan 6000 psi dan specific gravity-nya hanya serendah 0.67,
dalam artian gagal untuk bertahan pada tekanan yang tinggi dan collapse pada operasi
pemboran yang beroperasi pada tekanan yang tinggi. Hal ini membatasi conventional
hollow spheres untuk diaplikasikan hanya untuk sumur dangkal. Kelebihan lain dari
ULHS adalah bubur semen-nya mudah dirancang, dicampur, dan dipompa.
Penggunaan ultra-lightweight cement dengan ULHS ini adalah untuk operasi
kritis yang membutuhkan penggunaan lightweight cement, sumur dengan kerusakan
formasi (formation damage) karena penggunaan conventional cement sebelumnya,
dan sumur batubara. Karena kekuatannya yang tinggi, permeabilitas rendah, dan
densitas rendah, slurry ini akan memberikan ikatan antarmolekul semen yang sangat
baik pada deepwater offshore wells, atau pada temperatur tinggi, dan tekanan tinggi
pada land-based wells.
Contoh lightweight cement lain yang digunakan adalah foam cement. Foam
cement yang menggunakan nitrogen ini dapat diaplikasikan untuk mencegah lost
circulation pada reservoir dengan tekanan yang rendah, tetapi foam cement memiliki
permeabilitas yang tinggi dan kekuatan yang rendah yang menyebabkan kegagalan
penyemenan dan biaya komplesi yang lebih tinggi. Dalam foam cement, ruang
kosong yang terisi nitrogen dapat terhubung dan membentuk jalur yang
memungkinkan fluida bermigrasi dan akhirnya mengarah pada kegagalan
penyemenan. Kelemahan lainnya adalah menyebabkan friksi yang lebih tinggi di
dalam sumur (yang menyebabkan lost circulation), kesulitan mengendalikan
pekerjaan penyemenan di permukaan, kurangnya jaminan kualitas, dan
ketidakmampuan untuk mengukur kekuatan ikatan molekul (bond strength) dengan
sonic dan alat evaluasi ultrasonic. Walaupun demikian, foam cement masih menjadi
preferensi industri karena nilai densitas yang masih bisa diterima saat terjadi operasi
kritis penyemenan.
BAB IV
KESIMPULAN

Bersasarkan studi literatur yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang


didapat adalah:

1. Ultra-lightweight cement adalah oil well cement yang ditambahkan aditif


berupa lighting agent sehingga menjadi semen yang sangat ringan.

2. Ultra-lightweight cement menunjukkan kekuatan yang lebih tinggi,


permeabilitas yang lebih rendah, slurry design yang lebih mudah, dan
durabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan conventional
lightweight cement dan foam cement.

3. Ultra-lightweight Hollow Spheres (ULHS) adalah contoh ultra-lightweight


cement yang dapat menunjukkan ketahanan terhadap tekanan hingga
mencapai 3000 – 10000 psi, mencapai specific gravity hingga serendah
0.32 – 0.46, dan densitas serendah 8.0 lb/gal.

4. Operasi pemboran secara umum dengan ultra-lightweight cement lebih


dikhususkan pada deepwater offshore wells, atau pada temperatur tinggi,
dan tekanan tinggi pada land-based wells.

5. Penggunaan secara khusus ultra-lightweight cement dengan ULHS ini


adalah untuk operasi kritis yang membutuhkan penggunaan lightweight
cement, sumur dengan kerusakan formasi karena penggunaan conventional
cement sebelumnya, dan sumur batubara.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Darajat, Imam Taufik. 2014. Perhitungan Kebutuhan Material Slurry Pada


Penyemenan Casing 9 5/8” Sumur H-03 Lapangan “Y”. Laporan Tugas Akhir.
Jurusan Teknik Universitas Negeri Papua.

2. Rubiandini, Rudi. 2009. Teknik Operasi Pemboran. Bandung: Institut Teknologi


Bandung.

3. Sabins, Fred. 2002. “Ultra-Lightweight Cement Slurries Improve Cement


Performance”. Fall 2002, GasTIPS, 3M, Hart Publications Inc., TX.

4. Smith, D. K. 1990. Cementing. Monograph Volume 4, SPE. Richardson, TX.

5. http://www.halliburton.com/en-US/ps/cementing/materials-chemicals-
additives/agents/lightweight/hgs.page?node-id=hfqelah3# (diakses pada tanggal
5 Juni 2016, pukul 18.43 WIB)

12

Anda mungkin juga menyukai