Anda di halaman 1dari 30

STANDARD OPERATING PROSEDURE PENGATURAN JARAK

ANTARA BEATER&WEAR PANEL/IMPACT LINER PADA


SECONDARY CRUSHER LIMESTONERAW MILL PLANT 7/8

KARYA TULIS

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN


PROMOSI JABATAN FOREMAN / ESELON V
DEPARTMENT PRODUKSI PLANT 7-8

PADA :
PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
DI
CITEUREUP – BOGOR

Oleh :

Adih Miharja
NIK. 0120723

TAHUN 2018
Plant : 7/8

Departemen : Produksi

TANDA PERSETUJUAN KARYA TULIS

1. Nama : Adih Miharja

2. N.I.K : 0120723

3. Bagian : Produksi

4. Judul Karya Tulis : Standard Operating ProcedurePengaturan Jarak


AntaraBeater&Wear Panel/Impact linerpadaSecondary Crusher
LimestoneRaw Mill Plant7/8

Citeureup, 8 Agustus 2018

Menyetujui, Pembimbing,

Budi Hartono Gudmen Hans Girsang Nurcholis


Plant Manager Production Dept. Head Procces Engineer

ii
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan puji syukur, penulis panjatkan atas
penulisan tugas penulisan karya tulis ini penulis ajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan ujian promosi jabatan eselon V di PT. Indocement Tunggal Prakarsa.

Pada kesempatan ini penulis membuat karya tulis yang berjudul “Standard Operating
ProcedurePengaturan Jarak AntaraBeater&Wear Panel/Impact linerpadaSecondary Crusher
LimestoneRaw Mill Plant7/8”, karya tulis ini dibuat berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang penulis peroleh dari bahan bacaan dan praktek dalam penulisan ini penulis
menyadari sepenuhnya bahwa isi karya tulis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi
materi maupun segi penyusunannya.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak – bapak yang telah banyak
membantu memberi bimbingan serta pengarahan dalam penulisan karya tulis ini, semoga
dengan tersusunnya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata penulis harapkan sumbang saran dari pembaca agar karya tulis ini menjadi
lebih baik.

Citeureup, 8 Agustus 2018

Penyusun

Adih Miharja
NIK.0120723

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................................... i


Halaman Pengesahan............................................................................................................ ii
Kata Pengantar...................................................................................................................... iii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iv
Daftar Tabel.......................................................................................................................... v
Daftar Gambar...................................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................ 3
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Istilah – Istilah dan Kepustakaan ................................................... 4
2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 6

BAB III SPESIFIKASI DAN KEGUNAAN ALAT PADA SISTEM


3.1 Pengertian Istilah-Istilah dan Kepustakaan………............................................ 7
3.2 Kegunaan……………………………………………………………………... 8
3.3 Hubungan dengan unit yang terkait................................................................. 8
3.4 Struktur Organisasi Plant 7/8 ........................................................................... 9
3.5 Struktur Organisasi Departement Produksi Plant 7/8 ...................................... 10

BAB IVSTANDARD OPERATING PROCEDURE


4.1 SOP Pengaturan Jarak antara Beatter&Liner pada Secondary Crusher
LimestoneRaw Mill Plant 7/8…...................................................................... 13
4.2 Mengatasi Permasalahan………………………………………………........... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 20


5.2 Saran ............................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ vii


LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Sieve Limestone Sebelum Adjustment Gap Crusher Limestone................. 2
Tabel 2.1 Daftar Istilah-Istilah Serta Pengertiannya............................................................. 4

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Secondary Crusher Bagian Dalam................................................... 5


Gambar 2.2 Kerangka Secondary Crusher Bagian Luar...................................................... 5
Gambar 2.3 Posisi Pengaturan Jarak Antara Wear panel/Impact Liner dan
HydraulicSecondary
Crusher............................................................................................ 5
Gambar 2.4 Appron conveyor AC 145.................................................................................. 6
Gambar 3.1 Limestone Transport.......................................................................................... 7
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Plant 7/8.............................................................................9
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Departemen Produksi Plant 7/8.........................................10
Gambar 4.1 Pompa Hydraulic Crusher Limestone............................................................... 15
Gambar 4.2 Jarak antara Beater dengan Impact Liner.......................................................... 16
Gambar 4.3 Hasil monitoring material limestone (input dan output) pada saat sbelum dan
sesudah pengaturan jarak antara impact liner dan beater crusher
limestone.......................................................................................................... 17
Gambar 4.4 Diagram Alir SOP............................................................................................. 18

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam proses industri semen terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui dan
pada tiap tahapan mempunyai proses yang berbeda-beda diantaranya sebagai berikut:
1. Tahap penyediaan bahan baku melalui penambangan.
2. Tahappenggilinganbahan baku (limestone, sandyclay, clay correction & PC)
menjadi tepung baku (raw meal).
3. Tahap pembakaran raw meal menjadi clinker.
4. Tahap penggilingan clinker dan bahan additive menjadi semen.
5. Tahap pengisian dan pengantongan semen
Tingkat efektifitas proses produksi pada tahap penggilingan bahan baku
dipengaruhi beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
1. Ukuran bahan baku (ukuran maksimal tidak boleh melebihi 30 mm).
2. Tingkat kekerasan bahan baku.
3. Komposisi steelball di dalam mill
4. Hot gas temperature.
5. Kecepatan udara di dalam mill.
Memastikan ukuran bahan baku sebagai umpan masuk mill merupakan awal
penentu efisiensi penggilingan di dalam mill. Secara umum komposisi bahan baku
terdiri darilimestone(85%), sandyclay(12,6%), clay corection(1,3%), pyrit
cynder(1,1%). Jika dilihat dari prosentase pemakaian masing-masing bahan baku di
atas,maka limestone merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan semen.
Untuk mengontrol agar ukuran raw material sesuai standard, pertama kita fokuskan
dulu ke ukuran limestone yang merupakan raw material terbanyak yang digunakan
sebagai umpan masuk mill.

1
Limestone before adjustment (gap = 45 mm)
(weight) % %
SIEVE
Total Individual Komulative
64 mm 0.00 0.00 0.00
32 mm 4987.12 43.37 43.37
16 mm 1815.67 15.79 59.16
8 mm 2999.26 26.08 85.24
4 mm 658.62 5.73 90.97
2 mm 254.40 2.21 93.18
1 mm 283.02 2.46 95.64
-1 mm 501.48 4.36 100.00
Total 11499.57  

Tabel 1.1 Hasil Sieve Limestone Sebelum Adjustment Gap Crusher Limestone
(Hasil analisa lab. PCL P6-11,2017)

RAW MILL8 WITH CENTRAL DRIVE


Data :            
Number     : 1    
Type of mill     : Raw mill    
Size of mill     : Ø 6,0 x 16 m  
Feed     : Raw material  
Size of feed     : 0-30 mm  
Mouisture content of feed : 9,5% H2O max.  
Output (finished material) : 350 t/h  
Fineness of ground   : 1,5% residu on 900 mesh screen
Mouisture content of ground : Less than 1%  
Power ring motor   : 5600 kW  

Dari data pada tabel1.1 dapat dilihat bahwa ukuran material limestone melebihi
standard yang diijinkan (melebihi 30 mm) sebanyak 43.37% dan berakibat turunnya
kapasitas produksi Raw Mill.Di Raw Mill P7/8 potensi terjadinya ukuran material yang
melebihi standard khususnya limestone cukup sering selain itu agar pemahaman
terhadap masalah ini bisa seragam di semua grup maka penulis mengambil judul :
“Standard Operating ProcedurePengaturan Jarak AntaraBeater&Wear Panel/Impact
linerpadaSecondary Crusher LimestoneRaw Mill Plant 7/8”

1.2 Rumusan Masalah

2
1. Bagaimana pengaruh gap (jarak) antara beater crusher dan wear panel/impact
liner crusher limestone terhadap ukuran material limestone sebagai umpan masuk
mill Raw Mill Plant 7/8?
2. Bagaimana cara pengaturan gap crusher?
3. Apakah hasil dari crusher limestone (ukuran raw material limestone) sudah
memenuhi standard ukuran maksimum umpan masuk mill Raw Mill Plant 7/8?
4. Bagaimana memastikan agar gap crusher tetap sesuai standard yang sudah
ditetapkan?
1.3 Batasan Masalah
1. Material limestone kering dan tidak lengket dengan kandungan moisture
contentlimestone maksimal sebesar 7% H2O.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh gap (jarak) antara beater crusher dan wear panel/impact
liner crusher limestone terhadap ukuran material limestone sebagai umpan masuk
mill Raw Mill Plant 7/8.
2. Mengetahui cara pengaturan gap crusher.
3. Mengetahui bahwa ukuran raw material limestonesudah sesuai standard umpan
masuk mill (material limestonemaksimal ukuran 30 mm).
4. Mengetahui cara memastikan agar gap crusher tetap sesuai standard yang sudah
ditetapkan.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Istilah-Istilah dan Kepustakaan


Tabel 2.1 Daftar Istilah-Istilah Serta Pengertiannya
No Istilah Pengertian
1. Raw Mill Unit yang berfungsi untuk menggiling raw material
(limestone, sandyclay, clay correction & PC) menjadi
raw meal untuk menghasilkan clinker sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan
2. Grinding Mill Alat untuk menggiling raw material menjadi raw
meal
4. Hopper Tempat penampungan raw material
5. Additive Bahan campuran pembuatan semen
6. Limestone Batuan tambang yang terdapat kandungan CaCO3
dengan kadar tertentu yang dipakai untuk bahan baku
pembuatan tepung baku umpan masuk kiln
7. Sandyclay Batuan tambang yang terdapat kandungan SiO2 dan
Al2O3 dengan kadar tertentu yang dipakai untuk bahan
baku pembuatan tepung baku umpan masuk kiln
8. Clay Correction Batuan tambang yang terdapat kandungan Al2O3
dengan kadar tertentu yang dipakai untuk bahan baku
pembuatan tepung baku umpan masuk kiln
9. Pyrite Cynder (PC) Batuan tambang yang terdapat kandungan Fe2O3
dengan kadar tertentu yang dipakai untuk bahan baku
pembuatan tepung baku umpan masuk kiln
10. ReclaimerLimeston Alat untuk pengisian limestone dari circular menuju
e ke hopper
11. Apron Conveyor Alat transportasi limestone dari circular menuju ke
hopper
12. Circular Storage Tempat penyimpanan material limestone yang di
supply oleh Mining
13. Raw Meal Tepung baku untuk umpan masuk kiln yang terdiri
dari material limestone, sandyclay, clay koreksi dan
PC
1. Secondary Crusher Limestone

4
Secondary Crusher Limestone merupakan alat untuk mengurangi / memperkecil
ukuran material limestone sebelum masuk ke dalam mill (grinding mill).

Gambar 2.1 Kerangka Secondary Crusher Bagian Dalam

Gambar 2.2 Kerangka Secondary Crusher Bagian Luar

Gambar 2.3 Posisi Pengaturan Jarak Antara Wear panel/Impact Liner dan Hydraulic
Secondary Crusher
(Buku Katalog Polysius, 1984)
2. Appron Conveyor AC 145
Appron conveyor AC 145 merupakan alat transportasi material limestone
sebelum masuk ke secondary crusher.

5
Gambar 2.4 Appron conveyor AC 145

2.2 Kerangka Berfikir


Unit Raw Mill adalah salah satu bagian yang sangat penting di dalam proses
pembuatan semen dengan kualitas baik. Untuk memastikan kualitas dan kapasitas yang
sesuai target maka diperlukan pengecekan dan pemantauan ukuran raw material
khususnya material limestone yang merpakan komponen terbanyak untuk memproduksi
raw meal (tepung baku pembuatan semen).

BAB III
SPESIFIKASI DAN KEGUNAAN ALAT PADA SISTEM

3.1 Pengertian Istilah-Istilah dan Kepustakaan

6
Sistem transportasimateriallimestone dari circular storage ke hopper Raw Mill
Plant 7/8 terdiri dari beberapa alat. Berikut adalah alat-alat yang termasuk ke dalam
sistem transportasi limestone dan spesifikasinya :

Gambar 3.1 Limestone Transport


(CCP,2018)

RAW MILL8 WITH CENTRAL DRIVE


Data :          
Number     : 1  
Type of mill     : Raw mill  
Size of mill     : Ø 6,0 x 16 m
Feed     : Raw material
Size of feed     : 0-30 mm
Mouisture content of feed : 9,5% H2O max.
Output (finished material) : 350 t/h
Fineness of ground   : 1,5% residu on 900 mesh screen
Mouisture content of ground : Less than 1%
Power ring motor   : 5600 kW

Data mengenai secondary crusher limestone :


 Type : Singgle Shaft Impact Crusher
 Material Feed : Limestone
 Bulk Denisty :1,3t/m3

7
 Max. Lump Size :1000 x1200 x1200 mm
 Max Moisture :7% H2O(normal condition)
: 10% H2O(max. condition)
 Quantity of Fee Silica :3%(max. condition)
 Capacity :1200 t/h ( average)
 Final Grain Size :100%(0-120 mm)
: 93% (0-80 mm)
:80% (0-30mm)
 Rottor Diameter :2000mm
 Transmission Type : Reducer & Couplings
 Rottor Width :3000mm
 Motor Power : 1250 kW – 1500 rpm
 Motor Power to Lubricate The Reducer : 1000 kw – 1500 rpm
(Technical Specification : Mechanical Equipment Vol.1, 1981)
3.2 Kegunaan
Secondary crusher limestoneberfungsi untuk mengurangi / memperkecil ukuran
material limestone sebelum masuk ke dalam mill (grinding mill) agar diperoleh ukuran
material limestone maksimal berukuran 30 mm (sesuai standard ukuran maksimal raw
material umpan masuk mill).
3.3 Hubungan dengan Unit Lain yang Terkait
1. Production Department
Production Department bertugas mengawasi dan melancarkankegiatan
transportasi material limestone serta memastikan ukuran limestone sesuai standard
yang diijinkan yaitu maksimal 30 mm.
2. Mechanical Department
Mechanical Departmentbertugasmemastikan semua peralatan khususnya pada
jalur limestone transport dalam kondisi bagus dan bertanggung jawab dalam kegiatan
yang menyangkut perbaikan dan pemeliharaan alat.
3. Electrical Department
Electrical Departmentbertugas dalam pengadaan supply energi listrik yang
dimanfaatkan pada kegiatan tranportasi limestone.
Sebagai bagian dari suatu organisasi, dalam pelaksanaan job description nya,
Foreman Raw Mill harus dapat melakukan komunikasi yang baik dengan department
lain yang terkait, oleh karena itu dibutuhkan hubungan baik dengan departement lain

8
untuk mendukung kelancaran operasi.Seorang foreman section Raw Mill memiliki
lingkup tugas dan tanggung jawab, sebagai berikut :
1. Mempelajari laporan Shif sebelumnya guna memastikan operasi selanjutnya.
2. Membagi tugas terhadap rekan kerjanya untuk memastikan pekerjaan di Raw Mill
Section dapat di tangani dan di selesaikan.
3. Memberi petunjuk pelaksanaan pekerjaan untuk memastikan seluruh pekerjaan di
Raw Mill Section dapat di laksanakan.
4. Memimpin pelaksanaan pekerjaan untuk memastikan keselamatan keselamatan
pekerjaan dapat di capai sesuai target.
3.4 Struktur Organisasi Plant 7/8

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Plant 7/8


(Sumber: Indocement Intranet)

Secara struktural, Plant 7/8 berada dibawah general manager operation Citeurep.
Susunan organisasinya terdiri dari seorang Plant Manager yang membawahi
4Department Head,yaitu :
1. Production Department Head
Production Departement Head bertugas mengawasi kegiatan proses produksi dan
bertanggung jawab pada pelaksanaan kegiatan produksi mulai dari pengadaan bahan
baku sampai dihasilkan produksemen. Production Departement Head membawahi
section Raw Mill, Coal Mill&Burning, Cement Mill, dan Packing House.
2. Mechanical Department Head
Mechanical Departement Headbertanggung jawab terhadap kelancaran operasi
mesin-mesin produksi plant 7/8 dari raw mill sampai packing house.
3. Electrical Department Head

9
Electrical Departement Head bertanggung jawab terhadap semua peralatan
elektrik yang terdapat di plant 7/8 demi menunjang kelancaran proses produksi. Selain
itu Electrical Department juga bertanggung jawab terhadap instrumentasi yang
digunakan di plant 7/8 termasuk pemrograman/software yang digunakan.
4. Alternative Fuel & Raw Material Head
Alternative Fuel & Raw Material Headbertanggung jawab terhadap pasokan
bahan bakar dan raw material alternative sebagai pengganti bahan bakar utama (coal)
dan raw material (limestone, sandyclay, clay correction, PC, additive dan lain-lain)
3.5 Struktur Organisasi Departemen Produksi Plant 7/8

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Departemen Produksi Plant 7/8


(Sumber: Departemen Produksi Plant 7/8)
Departemen Produksi Plant 7/8 dipimpin oleh seorang kepala departemen yang
membawahi 4 bagian yaitu CCP operation, raw mill section, coal mill & burning
section, finish mill section. Masing-masing bagian dipimpin oleh seorang kepala bagian.
Berikut adalah tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian:
1. CCP operation
Bertugas untuk mengoperasikan plant di masing-masing bagian. Terdiri dari
operator coal mill 6/7/8, operator raw mill/kiln 7, operator raw mill/kiln 8 dan
operator finish mill 7/8A/8B.
2. Raw mill section

10
Bertugas untuk menjaga kelancaran proses produksi tepung baku (raw meal)
yang akan digunakan sebagai kiln feed.
3. Coal mill & burning section
Coal mill section bertugas untuk menjaga kelancaran proses produksi fine coal
yang digunakan sebagai bahan bakar pada proses pembakaran di kiln. Sedangkan
burning section bertugas untuk menjaga kelancaran proses pembakaran untuk
memproduksi clinker.
4. Finish mill section
Bertugas untuk menjaga kelancaran proses produksi semen di bagian akhir
penggilingan

BAB IV
STANDARD OPERATING PROCEDURE

4.1 Pengaturan Jarak antara Beater&Liner pada Secondary Crusher LimestoneRaw Mill
Plant 7/8
Pada pengoperasian raw mill, salah satu penentu tingkat efektifitas proses
produksi dipengaruhi oleh ukuran bahan baku (ukuran maksimal tidak boleh melebihi

11
30 mm, sesuai standard umpan masuk mill Raw Mill 8). Berikut data mengenai mill
Raw Mill 8 :
RAW MILL8 WITH CENTRAL DRIVE
Data :            
Number     : 1    
Type of mill     : Raw mill    
Size of mill     : Ø 6,0 x 16 m  
Feed     : Raw material  
Size of feed     : 0-30 mm  
Mouisture content of feed : 9,5% H2O max.  
Output (finished material) : 350 t/h  
Fineness of ground   : 1,5% residu on 900 mesh screen
Mouisture content of ground : Less than 1%  
Power ring motor   : 5600 kW  

Memastikan ukuran bahan baku sebagai umpan masuk mill merupakan awal
penentu efisiensi penggilingan di dalam mill. Secara umum komposisi bahan baku
terdiri darilimestone(85%), sandyclay(12,6%), clay corection(1,3%), pyrit
cynder(1,1%). Jika dilihat dari prosentase pemakaian masing-masing bahan baku di
atas,maka limestone merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan semen.
Untuk mengontrol agar ukuran raw material sesuai standard, pertama kita fokuskan
dulu ke ukuran limestone yang merupakan raw material terbanyak yang digunakan
sebagai umpan masuk mill.

Kondisi raw material umpan masuk mill yang melebihi ukuran standard (lebih
dari 30 mm) akan menaikkan beban penggilingan di dalam mill sehingga mengurangi
kapasitas produksi dan menaikkan circulating load di mill system. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengecekan secara berkala terhadap ukuran material umpan masuk mill
khususnya material limestone.
Pengecekan yang dilakukan meliputi ukuran material input dan output crusher
limestone. Material input crusher diambil di area outlet BC 144, sedangkan material
output crusher diambil di area outlet BC 153 dan otlet BC 177. Sample yang diambil
sebanyak + 10 kg untuk masing-masing titik pengambilan sample lalu diserahkan ke QC
untuk dilakukan analisa sieving dari ukuran -1 mm sampai dengan 64 mm.Saat
pengecekan visual jika ditemukan material yang besar di outlet BC 153 maka segera
dilakukan pengaturan ulang jarak antara beater dan impact liner crusher.

12
4.1.1 SOPPengaturan Jarak antara Beater&Liner pada Secondary Crusher
LimestoneRaw Mill Plant 7/8”
4.1.1.1 Tujuan
Agar ukuran material limestone sebagai umpan masuk mill tidak melebihi
standard yang diijinkan (maksimal 30 mm).
4.1.1.2 Ruang Lingkup
 Raw Mill 7-8
4.1.1.3 Pelaksana
 Foreman atau Patroller Raw Mill 7-8
 Operator CCP Raw Mill 7-8
4.1.1.4 Waktu
1 kali dalam 1 shift
Peralatan
 Handy Talky  Meteran  Safety Tag
 Kunci Inggris  Sekop  Safety Lock
 Palu  Besi penyanga
4.1.1.5 APD
 Safety Helmet
 Kacamata
 Safety Body harnes
 Dust Respirator
 Safety Vest
 Sarung Tangan
 Safety Shoes

13
4.1.1.6 Prosedur
A. Persiapan
1. Melakukan SHETalkdan berdoa(SHE Talk terlampir)
2. Foreman atau patroller memastikan APD sudah digunakan dengan baik dan benar.
3. Foreman atau patroller melakukan pengecekan kondisi semua peralatan dan
pastikan tidak ada kondisi yang membahayakan peralatan maupun pekerja dan
peralatan bekerja normal
4. Menghubungi pihak-pihak terkait
B. Penyetopan Alat
1. Informasikan kepetugas hopper/pastikan isi hopper penuh/aman.
2. Gunakan APD Standar
3. Memastikan kondisi di area crusher sudah aman untuk dilakukan penyetopan
4. Jika semua sudah aman, hubungi CCP Operator untuk melakukan penyetopan
crusher
5. Hubungi Electric Shiftuntuk lepas modul
6. Siapkan alat pengukur (meteran) untuk ukur GAP Crusher
7. Siapkan rojokan untuk membersihkan Coating/kotoran yang nempel di gap Crusher
8. Pastikan Secondary Crusher Posisi stop
C. Pemasangan LOTOTO
1. Foreman/ Patroller memasang Safety Lock dan Safety Tag pada modul dengan
switch diposisikan OFF di modul AC 145 dan Crusher Limestone
2. Foreman/ Patroller mencoba menjalankan AC 145 dan Crusher dengan memutar
local switch ke posisi ON untuk memastikan alat tersebut sudah benar-benar OFF
(tidak bias dijalankan karena supply power sudah di OFF)
3. Foreman/ Patroller memutar kembali local switch ke posisi OFF lalu memasang
Safety Tag di local switch AC 145 dan Crusher
D. Pengaturan Jarak Beatter dengan Liner Crusher Limestone
1. Ukur jarak antara beater dengan impact liner (gap bagian atas dan bawah sesuai
pada gambar 4.1)
2. Mengatur jarak antara beater dengan impact liner (gap bagian atas sesuai pada
gambar 4.1) dengan cara memajukan hidrolic (menekan tuas no.1 sesuai pada
gambar 4.1 ke arah atas) sampai di dapatkan jarak terkecil+ 180 mm

16
3. Mengatur jarak antara beater dengan impact liner (gap bagian bawah sesuai pada
gambar 4.1) dengan cara memajukan hidrolic (menekan tuas no.3 sesuai pada
gambar 4.1 ke arah atas) sampai di dapatkan jarak terkecil+ 30 mm
4. Ulangi tahap no.1, jika hasil pengukuran masih melebihi 180mm untuk gap bagian
atas dan 30 mm untuk bagian bawah maka di lakukan langkah no. 2 dan 3

3 4

1 2

Gap bagian atas 180 mm

Gap bagian bawah 30 mm

Gambar 4.1 Pompa Hydraulic Crusher Limestone

Keterangan :
1. Pengaturan gap bagian atas
2. Buka cover/ penutup crusher limestone
3. Pengaturan gap bagian bawah
4. Pengaturan posisi damper
Jika tuas diarahkan ke atas maka hydraulic akan bergerak ke arah depan (maju) dan
berlaku sebaliknya. Untuk membuka cover crusher, tuas no.2 digerakkan kea rah atas.
Jika jarak antara beater dengan impact liner (gap bagian atas dan bawah sesuai
pada gambar 4.1) melebihi 180 mm untuk gap bagian atas dan 30 mm untuk gap
bagian bawah maka raw material umpan masuk mill (limestone)akan melebihi ukuran
standard (lebih dari 30 mm) akan menaikkan beban penggilingan di dalam mill
sehingga mengurangi kapasitas produksi dan menaikkan circulating load di mill
system.

17
E. Pelepasan LOTOTO
1. Pastikan kondisi crusher sudah aman ( tidak ada pekerja yang berada di dalam
crusher dan cover dalam posisi tertutup)
2. Lepas Safety tag dan safety lock yang berada di modul MCC
3. Masukan modul
4. Lepas safety tag yang berada di local switch dan memutar local switch ke posisi
RC (remote control)
F. Pengoperasian Alat
1. Pastikan Gap Crusher antara Beater Crusher dan Impact Liner diukur dengan
menggunakan meteran dijarak 30mm

Gambar 4.2 Jarak antara Beater dengan Impact Liner


18
2. Pastikan Semua transfortasi Produk Crusher sudah beroperasi
3. Pastikan kedua tutup kerangka Crusher sudah dalam keadaan tertutup rapat
4. Pastikan Switch sudah dalam posisi Remot Control
5. Pastikan tutup V-Belt sudah terpasang dengan aman
6. Informasikan ke operator CCP untuk start secondary Crusher Lime Stone
7. Start feeding Crusher
8. Check Output Produk Crusher, bila partikel size Lime Stone < 30mm, maka
operasi Secondary Crusher biasa di lanjutkan
9. Bila partikel Size Lime Stone >30mm, maka perlu di Ajuster kembali Impak Liner
bagian bawah maju dengan menggunakan Hidrolic penggerak sampai di dapat
partikel size yang diinginkan.
G. Monitoring Operasi
Foreman atau patroller memonitor kondisi material di BC.153:
 Jika ukuran material di outlet BC 153 melebihi 30mm maka perlu dilakukan
pengaturan ulang sesuai langkah D
Contoh hasil monitoring material limestone (input dan output crusher):

Gap = 30mm

Gap = 45 mm

Limestone sesudah di adjustment Limestone sebelum di adjustment

19
Gambar 4.3 Hasil monitoring material limestone (input dan output crusher)
pada saat sbelum dan sesudah pengaturan jarak antara impact liner dan beater
crusher limeston
Dari gambar 4.3 di atas terlihat bahwa untuk material output crusher
yang memiliki ukuran 32 mm turun dari 43,37% ke 0% (perbandingan
yang berwarna biru dan hijau). Dapat disimpulkan material input Raw Mill
khususnya material limestone telah memenuhi standard yaitu maksimal 30 mm
 Jika ukuran material di outlet BC.153 maximal 30mm maka crusher dapat
melanjutkan operasi.

Mulai

Monitoring
OperasiLimestone Ya/ OK

Tidak

Persiapan

Penyetopan Alat

Pemasangan LOTOTO

Pengaturan Jarak Beater dengan Liner CrusherLimestone

Pelepasan LOTOTO

Pengoperasian Alat

Selesai

Gambar 4.4 Diagram Alir SOP

20
4.2 Mengatasi Permasalahan
1. Foremanmelakukan perbaikan apabila di lapangan ada kerusakan pada crusher
(bocoraan oli pada selang hydraulic, stang damper patah, bocoran material yang
diakibatkan oleh casing crusher keropos/ aus dll)dengan cara membersihkan
tumpahan / bocoran oli, menambal sumber kebocoran, meminta bantuan
mekanik shift untuk melakukan penambalan pada casing yang bocor serta
mengelas/ merepair stang damper yang patah.
2. Foremanmelaporkan kepada superintendent dan operator ccp apabila proses
penanganan masalah pada point no.1 belum selesai pada waktu shift tersebut
atau memerlukan penanganan lebih lanjut.
3. Jika ada indikasi abnormal(Vibrasi, amper crusher )di CCP, maka operator CCP
wajib melaporkan kepada superintendent dan foreman di lapangan. Foreman/
patroller bersama mekanik shift melakukan pemeriksaan di lapangan untuk
memastikan kondisi actual vibrasi di alat tersebut.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan vibrasi tinggi maka perlu dilaporkan ke
superintendent dan section head agar bisa segera dilakukan perbaikan
(alignment ulang/ ganti bearing dll).
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan vibrasi rendah (aman) maka bersama
elektrik/instrument shift melakukan pengecekan sensor vibrasi yang ada di alat
tersebut.
4. Apabila pekerjaan telah selesai, informasikan ke CCP operator untuk
melanjutkan atau mengoperasikan system transportasi limestone.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpuan
1. Semakin besar jarak antara beater crusher dan wear panel/impact liner crusher
limestonemaka ukuran material limestone sebagai umpan masuk mill Raw Mill
Plant 7/8 akan semakin besar dan berlaku sebaliknya.
2. Cara pengaturan gap crusher dan cara memastikan agar gap crusher tetap
sesuai standard yang sudah ditetapkan seperti tertuang pada bab 4.1 (SOP),
sehingga diharapkan ketika proses aplikasinya akan berlangsung secara baik,
benar dan terpenuhi semua aspek K-3 nya serta mendapatkan hasil material
outlet crusher limestone sesuai standard (maksimal 30 mm) secara continue.
3. Ukuran raw material limestone yang diperoleh setelah proses pengaturan jarak
sesuai SOP yaitu tidak ada material yang berukuran 32 mm (material limestone
maksimal ukuran 30 mm).
4. Untuk memastikan agar gap crusher tetap sesuai standard yang sudah
ditetapkan maka perlu dilakukan monitoring operasi seperti yang tertuang pada
bab 4.1 ponit G (SOP).

5.2 Saran
1. Pengambilan sample secara acak agar dilakukan sekali dalam satu shift dan
material diambil di outlet BC 153.
2. Bagi foreman/patrol Raw Mill P.7-8 untuk aktif melakukan pengecekan,
pengoperasian produk outlet secondary crusher limestone.
3. Segera melaporkan dan melakukan perbaikan jika terjadi kondisi abnormal pada
jalur transportasi limestone khususnya crusher limestone.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Technical Specification for PT. Indocement Tbk. Vol.1, 1981


2. Catalog Polysius, 1981
3. Diktat Traning Raw Mill, PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
4. CPDD, CHRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., “ Panduan Penyusun Karya
Tulis “.

23
LAMPIRAN

1. SHE Talk

24
2. JSA

14
15

Anda mungkin juga menyukai