Anda di halaman 1dari 8

PT.

NIPINDO PRIMATAMA

Head office : Komplek Gading Bukit Indah No. Dokumen :


Jalan Bukit Gading Raya Blok D No. 5, 6 Tanggal Efektif :
JAKARTA UTARA Hal : Revisi :
Job side : Sangkulirang Distribusi
Devisi Engineering
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGISIAN Subdevisi Geologi
BUKU LAPANGAN
STEMPEL
DISUSUN DIKETAHUI DISETUJUI

1. TUJUAN
Prosedur Operasional Standar (SOP) ini bertujuan untuk:
1.1. mencegah dan atau menghilangkan kecelakaan kerja selama kegiatan pengeboran;
1.2. serta mengatur tahapan dan mengendalikan proses kegiatan pengisian buku lapangan sesuai
standar.

2. RUANG LINGKUP
SOP ini menerangkan proses teknis pengisian buku lapangan, SOP ini berlaku untuk karyawan PT
NIPINDO. PRIMATAMA dan Kontraktornya.

3. TANGGUNG JAWAB
3.1. Geologist bertanggung jawab untuk:
a. memastikan kegiatan pengisian buku lapangan berjalan sesuai SOP.
3.2. Wellsite bertanggung jawab untuk:
a. Mengisi buku lapangan sesuai prosedur kerja standar yang telah ditetapkan.

4. DEFINISI
4.1. Buku lapangan adalah buku tulis tempat sementara menuliskan seluruh kegiatan pengeboran di
lapangan.
4.2. Kode lokasi bor adalah kode urutan nomor bor dalam setiap lokasi pengeboran.
4.3. Elevasi bor adalah ketinggian permukaan titik bor dari permukaan laut.
4.4. Titik bor adalah titik/lubang (berupa koordinat dan elevasi) dilakukannya kegiatan pengeboran.
4.5. Seam adalah lapisan batubara.
4.6. Coring adalah kegiatan pemotongan dan pengangkatan batuan dengan menggunakan core
barrel.
4.7. Core barrel adalah alat pengambil sample dari dalam tubuh batuan.
4.8. Sample adalah contoh batubara yang diperoleh dari hasil cutting atau hasil coring yang
diperlakukan khusus sesuai standar dan akan diteliti kualitasnya di laboratorium.
4.9. Water loss adalah hilangnya air sirkulasi pengeboran akibat adanya retakan atau rongga/pori-
pori di tubuh batuan sehingga air tidak dapat naik ke permukaan.
4.10. Core loss adalah hilangnya seluruh atau sebagian core sample dari dalam core barrel entah
karena terjatuh atau tergerus/tertekan core barrel.
4.11. Chips adalah potongan-potongan batuan hasil kegiatan pengeboran.
4.12. Core adalah sample batubara yang diambil dengan menggunakan core barrel.
4.13. Litologi adalah pemerian batuan didasarkan pada sifat-sifat fisiknya yang terlihat atau dengan
bantuan kaca pembesar.
4.14. Interval adalah ketebalan batuan yang diukur.

5. REFERENSI
5.1. JORC Code.
5.2. SNI 7568:2010 tentang Glosarium Eksplorasi Mineral dan Batubara.
5.3. SNI 13-6978.3-2003 tentang Kompetensi Kerja Tenaga Teknis Khusus Geologi – Bagian 3: Teknisi
Pengeboran Eksplorasi.
5.4. SNI 2436:2008 tentang Tata Cara Pencatatan dan Identifikasi Hasil Pengeboran Inti.

6. URAIAN
6.1. Tulis lokasi pengeboran berada (Location: …...)
6.2. Tulis keadaan cuaca pada saat pengeboran (Wether: …...)
6.3. Tulis kode lokasi bor (Hole no.: …...)
6.4. Tulis koordinat bor setelah disurvey (Coordinate: …..)
6.5. Tulis elevasi bor setelah disurvey (Elevation: …..)
6.6. Tulis media pengeboran: memakai air, polimer, atau memakai bahan lain yang sejenis
(Drilling Medium: …..)
6.7. Tulis mesin bor yang digunakan (Drill Equipment: …..)
6.8. Tulis mesin pompa yang dipakai (Pump machine: …..)
6.9. Tulis mata bor yang dipakai, dicatat kondisinya (Bit Type: …..)
6.10. Tulis tanggal dilakukan deskripsi (Date: …..)
6.11. Tulis tanggal dimulai pengeboran (Date Started: …..)
6.12. Tulis tanggal selesai pengeboran (Date Finished: …..)
6.13. Tulis waktu dimulai pengeboran (Time Started: …..)
6.14. Tulis waktu diselesaikannya pengeboran (Time Finished: …..)
6.15. Tulis total kedalaman setelah selesai pengeboran (To: …..)
6.16. Tulis nama operator mesin bor (Driller: …..)
6.17. Tulis nama yang melakukan deskripsi (Described by: …..)
6.18. Tulis keterangan yang berhubungan dengan keadaan berlangsungnya kegiatan pengeboran
(Note: …..)

misal:
a. target seam yang dicari;
b. waktu dimulainya pengeboran;
c. waktu diselesaikannya pengeboran;
d. interval non coring;
e. interval coring;
f. pada kedalaman tertentu terjadi water loss atau terjadi ambrukan/runtuhan;
g. dll.
6.19. Tulis interval kedalaman litologi yaitu kemajuan pengeboran, dicatat untuk setiap panjang
pengeboran yang dilakukan
6.20. Tulis deskripsi/pemerian litologi dari chips maupun core
Berikut ini adalah penjelasan cara-cara mendeskripsikan batuan berdasarkan JORC Code dan SNI.
Tabel 1. Deskripsi litologi batuan berdasarkan standar JORC dalam kegiatan pengeboran

Pemerian batubara yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

a. Warna (color) adalah warna yang terlihat dipermukaan dengan mata telanjang.
b. Gores (streak) adalah warna dari batubara yang telah digores menjadi serbuk.
c. Tingkat pelapukan (weathering).
- Segar (fresh)
Batuan tidak menunjukkan adanya pelapukan, perubahan warna di permukaan rekahan tampak
sedikit sekali.
- Agak lapuk
Terjadi perubahan warna yang menunjukkan pelapukan, warna segar dan tekstur masih tampak tapi
belum diperlunak secara nyata.
- Lapuk sedang
Warna asli sudah tidak dapat dikenali dan batuan tampak lunak.
- Lapuk
Beberapa material batuan terkomposisi dan atau terdisintegrasi menjadi tanah. Batuan yang
berubah warna atau lunak terdapat sebagai inti batu dalam tanah.
- Sangat lapuk
Seluruh material menjadi tanah, tetapi tekstur asali masih tampak.
d. Pecahan (fracture), istilah yang dipakai even, uneven, conchoidal, sub conchoidal, flat.
e. Kilap (luster/bright), istilah ini dinyatakan dalam persentase, misal : bright 60%

Pemerian batuan lainnya yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.


a. Jenis batuan (rock type).
b. Warna (color). Misalnya merah, kekuningan, coklat – abu-abu muda dll.
Demikian pula tanah dan batuan yang berlapis-lapis atau melensa harus dilakukan deskripsi warna
tersendiri di setiap lapisannya.
c. Besar butir (grain size) adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang
dipakai adalah “Skala Wentworth”.

Tabel 2. Skala Wentworth

d. Kebulatan (roundness) adalah tingkat kelengkungan/kebundaran dari setiap fragmen butiran.


Istilah-istilah yang dipakai adalah sebagai berikut.
- wellrounded (membundar baik)
- rounded (membundar)
- sub rounded (membundar tanggung)
- angular (menyudut)
- sub angular (menyudut tanggung)
e. Pemilahan (sorting) adalah tingkat keseragaman besar butir. Istilah-istilah yang dipakai adalah
terpilah baik (butir-butir sama besar), terpilah sedang dan terpilah buruk.
f. Struktur Sedimen (sediment structure).
Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer, yaitu struktur yang terbentuk pada saat
pembentukan batuan (pada saat sedimentasi). Beberapa struktur sedimen hanya dapat diamati
pada satu atau beberapa satuan perlapisan. Perlapisan dapat ditunjukkan oleh perbedaan besar
butir atau warna dari bahan penyusunannya. Perlapisan beragam dari yang tipis (laminasi) sampai
tebal. Istilah-istilah yang dipakai adalah sebagai berikut.
- Masif (Masiv)
Apabila diantara batas suatu bidang perlapisan tidak menunjukkan kelainan, dan batuan tersebut
berupa suatu massa yang kompak.
- Perlapisan sejajar (parallel lamination)
Perlapisan dimana hubungan antara lapisan satu dengan lapisan di atas maupun dibawahnya
menunjukkan kedudukan yang sejajar.
- Perlapisan bersusun (graded bedding)
Merupakan susunan perlapisan dari butir yang kasar berangsur menjadi halus pada satuan
perlapisan. Struktur ini dapat dipakai sebagai petunjuk, umumnya butir yang kasar merupakan
bagian yang bawah (bottom/floor) dari lapisan yang halus bagian atas (top/roof).
- Perlapisan berselang (cross bedding)
Merupakan bentuk lapisan yang terpotong pada bagian atasnya oleh lapisan berikutnya yang
berlainan sudutnya. Terutama terdapat di batupasir.
- Gelembur gelombang (current ripple)
Bentuk perlapisan bergelombang, seperti berkerut dalam satu lapisan.
g. Fossil dan mineral jika ditemui pada saat coring.
h. Kemas (fabric) adalah sifat hubungan antar butir, kesatuannya di dalam satu massa dasar atau di
antara semennya. Istilah kemas terbuka digunakan untuk butiran yang tidak saling bersentuhan,
dan kemas tertutup untuk butiran yang saling bersentuhan.
i. Porositas (porosity) adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume keseluruhan
dari satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah-istilah yang kualitatif yang merupakan fungsi
daya serap batuan terhadap cairan, yaitu porositas sangat baik (very good), baik (good), sedang
(fair), buruk (poor). Cara menentukannya yaitu diuji dengan meneteskan cairan.
j. Semen dan Massa Dasar (matrix).
Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk pada saat pembentukan batuan,
dapat berupa silika, karbonat, oksida besi atau mineral lempung. Massa dasar (matrix) adalah
massa dimana butiran/fragmen berada dalam satu kesatuan. Massa dasar terbentuk bersama
fragmen pada saat sedimentasi, dapat berupa bahan semen atau butiran yang lebih halus.
k. Sementasi (sementation)
Pada batuan yang bersifat besementasi akibat kandungan kalsium karbonat dan mengandung
butiran kasar memiliki sementasi yang bervariasi seperti tabel berikut.

Tabel 3. Kriteria sementasi batuan berdasarkan SNI

l. Kekerasan (hardness)
Tingkat kekerasan batuan dapat dilakukan dengan uji penggoresan dengan menggunakan pisau
saku atau palu geologi terhadap batuan tersebut. Tingkat kekerasan batuan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

Tabel 4. Tingkat kekerasan batuan berdasarkan SNI.

6.21. Gambar simbol litologi dan simbol core loss (apabila ada yang loss).
6.22. Tulis tiap kemajuan coring, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Interval coring.
b. Panjang coring yang dilakukan.
c. Panjang core yang didapat.
d. Deskripsi hasil coring per setiap lapisan yang diperoleh.

e.

f.

6.23. Dokumentasikan seluruh kegiatan dengan mengambil beberapa foto. Sebaiknya menggunakan
kamera digital yang memiliki resolusi tinggi terutama pada saat pengambilan foto sample batuan.

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1. SOP Pengeboran.
7.2. SOP Pengambilan dan Perlakuan Core Sample.
7.3. JSA Mencabut Pipa Bor.
7.4. JSA Mengeluarkan Core Sample.

8. LAMPIRAN
8.1. Format Laporan Harian Pengeboran.
8.2. Format Log Bor.
8.3. Format Ringkasan Data hasil Pengeboran.

Anda mungkin juga menyukai