•Menhut untuk melakukan penundaan pemberian izin baru hutan alam primer dan lahan gambut berdasarkan PIPIB
Inpres •BPN untuk melakukan penundaan penerbitan hak-hak atas tanah berdasarkan PIPIB
Morato- •Gubernur, Bupati/Walikota untuk menunda penerbitan rekomendasi dan izin lokasi baru PIPIB
rium •Adanya penyempurnaan kebijakan tata kelola bagi izin pinjam pakai dan IUPHHK pada Hutan Alam
10/2011 •UKP4/ Satgas REDD+ untuk melakukan pengawasan
•Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap.
Putusan MK •Berlaku kedepan sejak 21 Februari 2012 (Asas Non-Retroaktif/Tidak berlaku surut berdasarkan pasal 58 UU MK jo. Pasal
No. 45/2011
39 Peraturan MK tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian UU)
•Artinya, KH yang telah ditunjuk sebelum 21 Februari 2012 seharusnya tetap berlaku
UU 32/2009
tentang •Perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS.
Perlindungan dan •Usaha yang wajib AMDAL/UKL-UPL (a.l. . IUPHHK-HA, Izin Usaha Pertambangan, Izin
Pengelolaan Usaha Perkebunan) wajib memiliki izin lingkungan
Lingkungan Hidup
Perencanaan Pemanfaatan Pengawasan
Pengukuhan KH yang hingga tahun 2011 baru mencapai 14,24 jt/ha, dari keseluruhan
130,786 jt ha kawasan hutan di Indonesia (sekitar ± 11%) (Data Kemhut 2011, RKTN)
Pemberian Izin • 606 Izin pertambangan seluas 3,27 juta ha dan 285 unit izin perkebunan seluas 3,8 juta ha di
KH Kalteng tidak memiliki izin pelepasan KH dan izin pinjam pakai (Satgas PMH, 2011; Surat
yang Melanggar Menhut No. S.95/Menhut-IV/2010 tgl 03 Feb 2010, Surat Gub Kalteng No. 522/337/EK tgl 27
Hukum Mar 2010 dan Surat Kadishut Prov. Kalteng No. 522.1.100/596/Dishut tgl 27 Mar 2010)
• 6 kasus korupsi disektor kehutanan diproses sejak KPK didirikan (Koalisi AntiMafia Hutan,
2012)
• Kasus H. Tengku Azmun, Bupati Pelalawan, Riau yang melakukan tindak pidana korupsi
dengan penerbitan 15 IUPHHK-HT (Negara menderita kerugian ±1,208 triliun dan
hancurnya hutan alam secara masif)
Korupsi
• Kasus Suwarna Abdul Fattah, Gubernur Kaltim 2003-2008 yang melakukan tindak pidana
korupsi dengan memberikan pelepasan izin pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa
sawit seluas 1 juta ha di Berau, Kaltim (Negara menderita kerugian ± 346,823 miliar dan
hancurnya hutan alam secara masif-hanya terdapat penebangan kayu tanpa adanya
penanaman kembali lahan yg dialihkan dengan kelapa sawit)
Pelaku usaha tidak • 45% dari 204 PT pemegang IUPHHK pada Hutan Alam memiliki Kinerja Jelek (2000-2009,
melaksanakan Lembaga Penilaian Independen)
kewajibannya • Pembalakan di luar areal kerja tahunan, pembalakan melebihi jatah tebangan
Tertutupnya akses • Rumitnya birokrasi untuk masyarakat dalam mengakses Hutan Kemasyarakatan (HKm),
Hutan Tanaman Rakyat (HKR), dan Hutan Desa (HD)
masyarakat • Clean and clear KH yang diberikan dengan ketiga skema tersebut (Arti Clean and Clear, tidak
terhadap SDH ada hak-hak pihak lain yang tumpang tindih dengan perinjinan yang diberikan pemerintah)
Penegakan Hukum di Indonesia belum mampu
menimbulkan efek jera bagi para pelaku kejahatan
kehutanan yang terorganisir
Masalah
Tenurial
??
Pembuatan Berita
Acara Tata Batas
Penunjukan kawasan Kawasan Hutan Penetapan kawasan
Pelaksanaan tata
hutan dengan yang ditandatangani hutan dengan
batas kawasan hutan
Keputusan Menteri oleh Panitia Tata Keputusan Menteri
Batas atau pejabat
yang berwenang
Kawaan •> 3 m
Lindung
• Berada pada hulu
(kawasan sungai atau rawa
bergambut)
Kawasan lindung yang memberikan perlindungan
kawasan bawahnya meliputi kawasan hutan
lindung, kawasan bergambut, dan kawasan
resapan air.
Perlindungan terhadap kawasan bergambut
dilakukan untuk mengendalikan hidrologi
wilayah, yang berfungsi sebagai penambat air dan
pencegah banjir, serta melindungi ekosistem yang
khas di kawasan yang bersangkutan.
Kriteria kawasan bergambut adalah tanah
bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih
yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010
tentang Wilayah Pertambangan
Perencanaan
WP
Wilayah Wilayah Izin
•Inventarisasi Wilayah
potensi Usaha Usaha
Pertambangan
pertambangan Pertambangan Pertambangan
•Penyusunan
rencana WP
Terkait dengan manfaat sumberdaya hutan, masyarakat
berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang
dihasilkan hutan serta masyarakat dapat:
memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan
hasil hutan, dan informasi kehutanan;
memberi informasi, saran, serta pertimbangan dalam
pembangunan kehutanan; dan
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
pembangunan kehutanan baik langsung maupun
tidak langsung.
Putusan MK No.
34/PUU-IX/2011
• “Penguasaan hutan oleh
Negara tetap • Pasal 4 ayat (3) UU Kehutanan bertentangan
memperhatikan hak dengan UUD 1945 sepanjang tidak
masyarakat hukum adat, dimaknai “Penguasaan hutan oleh Negara
sepanjang kenyataannya tetap wajib melindungi, menghormati, dan
masih ada dan diakui memenuhi hak masyarakat hukum adat,
keberadaannya, serta tidak sepanjang kenyataannya masih ada dan
bertentangan dengan diakui keberadaannya, hak masyarakat yang
kepentingan diberikan berdasarkan ketentuan peraturan
nasional“(Pasal 4 ayat 3) perundang-undangan, serta tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional”
UU 41/1999
PELAKU UTAMA
Oknum pejabat/pengusaha besar/oknum penegak hukum
Masyarakat
Lokal/Adat:
Pelaku Lapangan/Korban
Sumber: Tata Cara dan Prosedur Pengembahan Program PHBM dalam Kerangka UU 41/1999 oleh Rahmina H. et. al.
Permenhut No: • Terbangunnya HKm dan
2014
P.6/Menhut- Hutan Desa seluas 2,3 juta
II/2011 tentang Ha;
Penetapan
• Terbangunnya Hutan
Indikator Tanaman Rakyat kemitraan
Kinerja Utama seluas 250.000 Ha.
Kemenhut
Realisasi: ……..?
Hambatan: ……..?
Melakukan pemungutan hasil hutan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
masyarakat adat yang bersangkutan;
Melakukan kegiatan pengelolaan hutan
berdasarkan hukum adat yang berlaku dan
tidak bertentangan dengan undang-undang;
dan
Mendapatkan pemberdayaan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraannya.
Konflik dan Ketidak-adilan
Alokasi Pemanfaatan Hutan
Tumpang Tindih dan
Keterlanjuran Kesalahan
Lokasi Izin
1. Biaya Transaksi Perijinan
2. Masalah Kebijakan Perijinan
Kehutanan
3. Kebijakan (teks) dan Prakteknya
Biaya transaksi ada, akibat :
ketergantungan calon pemegang ijin kepada Unit
Kerja/ Pejabat untuk memperoleh
pengesahan/rekomendasi/penetapan, dengan
tanpa disertai mekanisme secara terbuka,
informasi obyek penilaian yang tersamar, dan/atau
tidak adanya pihak ketiga yang menilai atas proses
maupun hasil pengesahan/rekomendasi/ penetapan
Hasil Wawancara/Konsultasi dengan petugas
daerah:
Biaya perijinan mahal dan kecepatan proses
perijinan tergantung adanya “memo”;
Tata batas dan pengukuhan batas IPPKH hampir
selalu mengikuti batas penunjukkannya, prosedur
formalitas sehingga potensi konflik tinggi;
Hubungan lembaga pemerintah dan pengusaha
tidak disertai norma-norma bagaimana seharusnya.
Penjelasan Pasal 28 UU 41/1999
• Pemanfaatan hutan produksi dapat berupa:
– pemanfaatan kawasan, Apakah
– pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan
dpt semuanya
– pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu
di lokasi yg
– pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu. Sama?