Oleh :
Fadli Ibrahim, S.H.
Kepala Bagian Hukum
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
Peraturan Pemerintah
1. PP Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan
2. PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 24 Tahun
2012 tentang Perubahan Atas PP Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara
3. PP Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara
4. PP Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang
2
Peraturan Menteri
1. Permen ESDM Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan
2. Permen ESDM Nomor 34 Tahun 2009 tentang
Pengutamaan Pemasokan Kebutuhan Mineral dan
Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri
3. Permen ESDM Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral dan
Batubara
4. Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan dan Sistem
Informasi Wilayah Pertambangan Mineral dan Batubara
5. Permen ESDM Nomor 07 Tahun 2012 tentang
Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian Mineral
3
Peraturan Direktur Jenderal
1. Perdirjen Nomor 515.K/32/DJB/2011 tentang Formula
Untuk Penetapan Harga Patokan Batubara
2. Perdirjen Nomor 999.K/30/DJB/2011 tentang Tata
Cara Penetapan Besaran Biaya Penyesuaian Harga
Patokan Batubara
3. Perdirjen Nomor 1348.K/30/DJB/2011 tentang
Penentuan Harga Batubara Untuk Pembangkit
Listrik Mulut Tambang
4
Klasifikasi wewenang dan ruang lingkup urusan Pemerintah
Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Ditetapkan Wilayah Pertambangan (WP) sebagai bagian dari
Tata Ruang Nasional.
Penyederhanaan sistem perizinan: IUP Eksplorasi dan IUP
Operasi Produksi
Penetapan sistem lelang untuk mineral logam dan batubara
Pembatasan luasan wilayah izin usaha pertambangan
Pengembangan masyarakat difokuskan pada
pengembangan ekonomi lokal
Mekanisme sanksi bagi pejabat yang menerbitkan izin diluar
ketentuan undang-undang
Kewajiban pengolahan pemurnian di dalam negeri
Penetapan DMO untuk mineral dan batubara
5
Kepemilikan
(Mineral Right) BANGSA INDONESIA
Penguasaan NEGARA
PEMERINTAH
• Penetapan Kebijakan dan Pengaturan
• Penetapan Standar dan Pedoman
• Penetapan Kriteria pembagian Urusan Pusat dan Daerah
+ “Dekonsentrasi” • Tanggungjawab pengelolaan minerba berdampak
nasional dan lintas provinsi
Undang-Undang
+ “Desentralisasi”
Penyelenggaraan
Penguasaan
Pertambangan PEMERINTAH PROVINSI
(Mining Right) Tanggungjawab pengelolaan lintas
Kabupaten dan/atau berdampak regional
Perda
PELAKU USAHA
Hak Pengusahaan BUMN / BUMD
Badan Usaha Lain
(Economic Right) Koperasi 6
Perorangan
ASAS (Pasal 2 UU Minerba)
7
HARUS DAPAT DIMANFAATKAN
MINERAL DAN BATUBARA SERACA OPTIMAL
PERLU DIBUAT
WILAYAH PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
YANG MEMPERTIMBANGKAN
KESEIMBANGAN DAN
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
DEPOSIT
DIUSULKAN UNTUK DIJADIKAN
SUMBER DAYA MINERAL WILAYAH PERTAMBANGAN
DAN BATUBARA DALAM RTRW
8
RTRWN
WILAYAH PERTAMBANGAN
Kawsn Peruntukkan
Pertambangan
WPN WUP
(dalam hutan lindung dengan
pola penambangan tertutup WUP WPR WPN
sesuai UU 41/1999
dan PP 15 Tahun 2010)
Peruntukkan lain
WP 9
9
Pasal 9 s.d. 33 UU 4/2009 jo. Pasal 9 s.d. 13 PP 22/2010
Pasal 10
Penetapan WP dilaksanakan:
a. Secara transparan, partisipasif, dan bertanggung jawab;
b. Secara terpadu dgn memperhatikan pendapat dr instansi
pemerintah terkait, masy, dan dgn mempertimbangkan aspek
ekologi, ekonomi dan sosial budaya, serta berwawasan
lingkungan;
c. Dengan memperhatikan aspirasi daerah.
Pasal 13
WP terdiri atas:
a. Wilayah Usaha Pertambangan (WUP);
b. Wilayah Pencadangan Negara (WPN); dan
c. Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR).
Pasal 18
Kriteria untuk menetapkan 1 (satu) atau beberapa WIUP dalam 1
WUP adalah letak geografis, kaidah konservasi, daya dukung
lingkungan, optimalisasi sumber daya mineral dan/atau batubara, dan
tingkat kepadatan penduduk. 10
KESDM telah menyiapkan Rancangan Kepmen tentang WP
yang terdiri atas: WP Pulau Sumatera, WP Pulau Jawa, WP
Pulau Kalimantan, WP Pulau Sulawesi, WP Pulau Papua, WP
Kepulauan Nusa Tenggara, dan WP Kelulauan Maluku.
Rancangan Kepmen WP telah dibahas dengan Komisi VII DPR
RI. Namun sampai kini belum mendapat rekomendasi.
Penyusunan Perda Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah harus mengakomodir perizinan
yang eksisting dan lahan yang dicadangkan 5 tahun kedepan
dengan menggunakan istilah Kawasan Peruntukan
Pertambangan.
11
IUP Eksplorasi IUP Operasi Produksi (OP) *)
Kegiatan
Usaha
**)
Pengangkutan/ pengolahan/ Pengangkutan/
Penjualan pemurnian Penjualan
KP PU IUP/K EKSPLORASI & Dalam 1 WUP/K dapat terdiri atas 1 atau lebih WIUP
KP EKSPLORASI OPERASI PRODUKSI
KP EKSPLOITASI Setiap pemohon hanya dapat diberikan 1 WIUP/K
KP ANGKUT-JUAL Bagi yang terbuka (go public) dapat lebih dari 1
KP OLAH-MURNI
WIUP
13
1. Mineral radioaktif antara lain :
Radium,Thorium, Uranium, Monasit dan bahan galian radioaktif lainnya.
2. Mineral logam antara lain:
Litium, Berilium, Magnesium, Kalium, kalsium, Emas, Tembaga, Perak, Timbal, Seng, Timah,
Nikel, Mangaan, Platina, Bismuth, Molibdenum, Bauksit, Air Raksa, Wolfram, Titanium, Barit,
Vanadium, Kromit, Antimoni, Kobalt, Tantalum, Cadmium, Galium, Indium, Yitrium, Magnetit, Besi,
Galena, Allumina, Niobium, zirkonium, Ilmenit, Khrom, erbium, Ytterbium, Dysproium, Thorium,
Cesium, Lanthanum, Niobium, Neodymium, Hafnium, Scandium, Aluminium, Palladium,
Rhodium, Osmium, Ruthenium, Iridium, Selenium, Telluride, Stronium, Germanium, Berrylium,
dan Zenotin.
3. Mineral bukan logam antara lain: Intan, Korundum, Grafit, Arsen, Pasir kuarsa, Fluorspar,
Kriolit, Yodium, Brom, Klor, Belerang, Fosfat, halit, Asbes, Halit, Talk, Mika, Magnesit, Yarosit,
Oker, Fluorit, Ball Clay, Fire Clay, Zeolit, Kaolin, Feldspar, Bentonit, Gipsum, Dolomit, Kalsit,
Rijang, Pirofilit, Kuarsit, Zirkon, Wolastonit, Dolomit, Yarosit, Tawas, Batukuarsa, Perlit, Garam
batu, Clay, dan Batu gamping untuk semen.
4. Batuan , antara lain: Pumice, Tras, Toseki, Obsidian, Perlit, Tanah diatomae, Tanah serap
(fullers earth), Slate, Granit dan granodiorit, Andesit, Gabro dan peridotit, Basalt,Trakhit, Leusit,
Tanah liat, Tanah Urug, Opal, Kalsedon, Batukapur, Pasir sepanjang tidak mengandung unsur-
unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi
ekonomi pertambangan.
5. Batubara antara lain: bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut. 20
PEMERINTAH PEMERINTAH DAERAH / PEMERINTAH
Wilayah
Kerja (WIUP) BUPATI / WALIKOTA LOKAL BUPATI
dlm Kab/Kota
Wilayah
Kerja (WIUP) GUBERNUR REGIONAL GUBERNUR
lintas Kab/Kota
Wilayah
Kerja (WIUP) PEMERINTAH
NASIONAL PEMERINTAH
lintas Provinsi
15
IUP EKSPLORASI IUP OPERASI PRODUKSI
18
Persyaratan permohonan IUP Eksplorasi/IUP Operasi Produksi:
1. administratif;
2. teknis;
3. lingkungan; dan
4. finansial
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
19
IUP Operasi Produksi merupakan peningkatan dari IUP Eksplorasi.
Peningkatan ke IUP Operasi Produksi dilakukan terhadap seluruh
WIUP Eksplorasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP Operasi
Produksi sebagai peningkatan dengan mengajukan permohonan dan
memenuhi persyaratan.
20
Pasal 90 s.d 112 UU Minerba
HAK :
1. Pemegang IUP/IUPK dapat melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan,
baik kegiatan eksplorasi maupun kegiatan operasi produksi
2. Pemegang IUP/IUPK dapat memanfaatkan prasarana dan sarana umum untuk keperluan
pertambangan setelah memenuhi ketentuan peraturan perundangan-undangan
3. Pemegang IUP/IUPK berhak memiliki mineral/batubara setelah memenuhi kewajiban finansial
4. Penghentian sementara
KEWAJIBAN :
1. Menerapkan kaidah penambangan yang baik;
2. Menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan
3. Menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pasca tambang.
4. Menyediakan dana jaminan reklamasi dan pascatambang
5. Melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.
6. Melaksanakan divestasi (bagi PMA)
7. Memenuhi kewajiban pelaporan
8. Melakukan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
9. Pengutamaan kepentingan dalam negeri
10. Menyelesaikan hak atas tanah (sebagian atau seluruhnya) akan melakukan kegiatan operasi
produksi
21
Pasal 134 s.d 138 UU Minerba dan PP 23 Tahun 2010
Hak atas WIUP, WPR, WIUPK tidak meliputi hak atas tanah
permukaan bumi hak atas IUP/IUPK/IPR bukan merupakan
pemilikan hak atas tanah
Kegiatan usaha pertambangan tidak dapat dilaksanakan pada tempat
yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan
Pemegang IUP/IUPK Eksplorasi hanya dapat melaksanakan
kegiatannya setelah mendapat persetujuan dari pemegang hak atas
tanah (Persetujuan dimaksudkan untuk menyelesaikan lahan-lahan
yang terganggu oleh kegiatan eksplorasi a.n pengeboran, parit uji)
Pemegang IUP/IUPK sebelum melakukan kegiatan operasi produksi
wajib menyelesaikan hak atas tanah dengan pemegang hak sesuai
ketentuan peraturan perudang-udnangan
Pemegang IUP/IUPK OP wajib memberikan kompensasi berdasarkan
kesepakatan bersama dengan pemegang hak atas tanah
kompensasi dapat berupa sewa menyewa, jual beli, atau pinjam pakai
22
Pasal 108 s.d 109 UU Minerba dan PP 23 Tahun 2010
24
24
Kejahatan / Pelanggaran Pidana Denda
Tidak mempunyai izin (Pasal 158) Penjara 10 th Denda paling banyak
Rp. 10 Miliar
Menyampaikan laporan tidak benar atau menyampaikan Penjara 10 th Denda paling banyak
laporan palsu (Pasal 159) Rp. 10 Miliar
Tidak memiliki IUP melakukan eksplorasi (Pasal 160 ayat Kurungan 1 th Denda paling banyak
(1)) Rp. 200 jt
Tidak mempunyai IUP atau mempunyai IUP eksplorasi tetapi Penjara 5 th Denda paling banyak
melakukan kegiatan operasi produksi (Pasal 160 ayat (2)) Rp. 10 Miliar
Membeli/menampung & memanfaatkan batubara dari hasil Penjara 10 th Denda paling banyak
kegiatan yang tidak memiliki IUP, IPR, atau IUPK (Pasal Rp. 100 Miliar
161)
Setiap orang yang mengeluarkan izin yang bertentangan Kurungan 2 th Denda paling banyak
dengan UU ini dan menyalahgunakan kewenangan (Pasal Rp. 200 jt
165)
Mengganggu atau merintangi kegiatan operasi produksi Kurungan 1 th Denda paling banyak
pemegang IUP yang telah memenuhi persyaratan (Pasal 162) Rp. 100 jt
25
• Lahirnya UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara memberikan kepastian hukum
kepada semua pihak, karena dalam proses
penyusunannya banyak terkait dengan tuntutan
demokratisasi, otonomi daerah, HAM, kebutuhan
sosial, ekonomi dan lingkungan hidup
• Dengan diberlakukannya UU No. 4 Th 2009 serta telah
diterbitkannya peraturan pelaksanaannya diharapkan
dapat menumbuhkembangkan kondusivitas iklim
investasi dalam bidang pertambangan mineral dan
batubara di Indonesia, sehingga sumberdaya mineral
dan batubara dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk kepentingan bangsa dan negara
26
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
www.esdm.go.id
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
www.djmbp.esdm.go.id