Anda di halaman 1dari 25

PEMBAHARUAN PERATURAN

SUBSEKTOR MINERAL DAN BATUBARA


10 Desember 2020
Minerba Virtual Expo

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136
DAFTAR ISI
I URGENSI PEMBAHARUAN PERATURAN SUBSEKTOR MINERAL DAN 4
BATUBARA
II ESENSI/SUBSTANSI POKOK UU NOMOR 3 TAHUN 2020 6
III PERKEMBANGAN PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAAN DARI 8
UU NOMOR 3 TAHUN 2020
IV ESENSI/SUBSTANSI POKOK PERATURAN PELAKSANAAN DARI UU 10
NOMOR 3 TAHUN 2020

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 2
I. URGENSI PEMBAHARUAN PERATURAN
SUBSEKTOR MINERAL DAN BATUBARA

www.minerba.esdm.go.id
www.ditjenminerba.go.id Direktorat
Direktorat
Jenderal
Jenderal
Mineral
Mineral
dandan
Batubara
Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 3
I. URGENSI PEMBAHARUAN PERATURAN SUBSEKTOR MINERAL DAN BATUBARA
1 TERDAPAT KETENTUAN YANG TIDAK DAPAT DILAKSANAKAN/MENGALAMI KENDALA DALAM UU NOMOR 4 TAHUN 2009
• Masih terdapat permasalahan lintas sektor yang belum dapat diselesaikan, contoh Permasalahan Perizinan dengan
KLHK, KKP, serta tumpang tindih perizinan dengan Kementerian Perindustrian (IUP OP Khusus Pengolahan dan/atau
Pemurnian dengan Izin Usaha Industri).
• Perlu mengatur bentuk pengusahaan batuan skala kecil dan untuk keperluan tertentu (infrastruktur).
• Kebijakan peningkatan nilai tambah mineral dan batubara.
• Perlu pengaturan terkait penyesuaian keberlanjutan operasi kontrak menjadi izin.

PERLU MENYESUAIKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TERKAIT KEWENANGAN


2
PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
• Penyerahan kewenangan pengelolaan pertambangan dari Kabupaten/Kota
• Penghapusan luas minimum WIUP eksplorasi
• Penetapan Wilayah Pertambangan oleh Menteri setelah ditentukan oleh Gubernur

3 PERBAIKAN KEBIJAKAN DAN TATA KELOLA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA


• Peningkatan kegiatan eksplorasi untuk mendorong peningkatan penemuan deposit minerba
• Penguatan peran BUMN dalam pengelolaan pertambangan mineral dan batubara
• Tersedianya penyempurnaan Tata Kelola Pertambangan Minerba Nasional
• Sanksi Tegas (pidana) bagi perusahaan yang tidak melaksanakan Reklamasi/Pascatambang
www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 4
II. ESENSI/SUBSTANSI POKOK UU NOMOR 3 TAHUN 2020

www.minerba.esdm.go.id
www.ditjenminerba.go.id Direktorat
Direktorat
Jenderal
Jenderal
Mineral
Mineral
dandan
Batubara
Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 5
II. ESENSI/SUBSTANSI POKOK UU NOMOR 3 TAHUN 2020
NO KLASTER SUBSTANSI ISU
1 PERBAIKAN TATA a) Upaya meningkatkan Eksplorasi dan dana ketahanan cadangan
KELOLA b) Rencana Pengelolaan Minerba
PERTAMBANGAN c) Pengaturan tentang Surat Izin Penambangan Batuan (SIPB) dan IUP Batuan
NASIONAL d) Konsep Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia

2 KEBERPIHAKAN a) Divestasi 51%


PADA b) Konsistensi kebijakan PNT
KEPENTINGAN c) Penguatan BUMN
NASIONAL d) Pengendalian Produksi dan Penjualan
e) Peningkatan penerimaan negara di sektor pertambangan
3 KEPASTIAN a) Jaminan pemanfaatan ruang dan kawasan untuk kegiatan pertambangan
HUKUM DAN b) Perpanjangan kontrak menjadi IUPK dengan persyaratan yang ketat dan tidak otomatis
KEMUDAHAN c) Penyederhanaan perizinan / penggabungan IUP Eksplorasi dengan IUP OP
BERINVESTASI d) Pemberian insentif nonfiskal bagi perusahaan pertambangan yang melakukan hilirisasi
e) Penyelesaian Hak atas Tanah
4 PENGELOLAAN a) Kewajiban reklamasi dan pascatambang hingga tingkat keberhasilan 100%
LINGKUNGAN b) Ketentuan tentang keseimbangan antara pemenuhan lahan yang sudah dibuka dengan lahan yang
HIDUP sudah direklamasi
c) Sanksi pidana Khusus bagi pihak yang tidak melakukan reklamasi dan pascatambang

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 6
III. PERKEMBANGAN PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAAN
UU NOMOR 3 TAHUN 2020

www.minerba.esdm.go.id
www.ditjenminerba.go.id Direktorat
Direktorat
Jenderal
Jenderal
Mineral
Mineral
dandan
Batubara
Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 7
III. PERKEMBANGAN PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAAN
UU NOMOR 3 TAHUN 2020
1. Ketentuan Pasal 174 UU Nomor 3 Tahun 2020 mengamanatkan Pemerintah untuk menyelesaikan
peraturan pelaksanaan dari UU Minerba dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak UU Nomor 3 Tahun
2020 diundangkan.

2. Saat ini Pemerintah sedang menyusun 3 (tiga) Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan 1 Rperpres
sebagai peraturan pelaksanaan UU Nomor 3 Tahun 2020 dengan status terakhir sebagai berikut:
a. RPP tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, dengan status telah
selesai dilakukan harmonisasi dan dalam proses penetapan.
b. RPP tentang Wilayah Pertambangan telah selesai dilakukan pembahasan internal Kementerian
ESDM, dan status saat ini dalam proses permohonan Izin Prakarsa.
c. RPP tentang Pembinaan dan Pengawasan serta Reklamasi dan Pascatambang telah selesai dilakukan
pembahasan internal Kementerian ESDM, dan status saat ini dalam proses permohonan Izin
Prakarsa.
d. Rperpres tentang Pendelegasian Kewenangan Pengelolaan Pertambangan dari Pusat ke Provinsi telah
selesai dibahas internal KESDM, dan status saat ini dalam proses permohonan Izin Prakarsa.

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV 8
Contact Center ESDM 136 8
IV.ESENSI/SUBSTANSI POKOK PERATURAN PELAKSANAAN
UU NOMOR 3 TAHUN 2020

www.minerba.esdm.go.id
www.ditjenminerba.go.id Direktorat
Direktorat
Jenderal
Jenderal
Mineral
Mineral
dandan
Batubara
Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 9
IV. ESENSI/SUBSTANSI POKOK PERATURAN PELAKSANAAN
UU NOMOR 3 TAHUN 2020 (1/2)
1 USAHA
1 RPP TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN
PERTAMBANGAN MINERAL DAN
1
2 RPP TENTANG WILAYAH
PERTAMBANGAN
BATUBARA

1. Rencana Pengelolaan Minerba Nasional 1. Wilayah Hukum Pertambangan


2. Perizinan Berusaha di bidang Pertambangan 2. Perencanaan Wilayah Pertambangan
Minerba 3. Penyelidikan dan Penelitian
3. Dana Ketahanan Cadangan Minerba 4. Penugasan Penyelidikan dan Penelitian
4. Kriteria Terintegrasi untuk Komoditas Logam dan 5. Penetapan Wilayah Pertambangan
Batubara 6. Perubahan Status WPN menjadi WUPK
5. Izin Pertambangan Rakyat
7. Data dan Informasi Pertambangan
6. IUPK Sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian
7. Surat Izin Penambangan Batuan
8. Divestasi Saham
9. Peningkatan Nilai Tambah
10.Ketentuan Peralihan

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 10
IV. ESENSI/SUBSTANSI POKOK PERATURAN PELAKSANAAN
UU NOMOR 3 TAHUN 2020 (2/2)
RPP TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 1RPERPRES TENTANG PENDELEGASIAN
1
3 SERTA REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DALAM
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN USAHA
4 PERIZINAN BERUSAHA DI BIDANG
PERTAMBANGAN MINERAL DAN
PERTAMBANGAN BATUBARA

1. Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan Usaha 1. Lingkup Kewenangan yang akan didelegasikan
Pertambangan 2. Jenis Perizinan yang akan didelegasikan
2. Prinsip-prinsip Reklamasi dan Pascatambang 3. Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan
3. Pelaksanaan dan Pelaporan Reklamasi dan 4. Pendanaan dalam pelaksanaan pendelegasian
Pascatambang 5. Pelaporan Pelaksanaan Pendelegasian
4. Dana Jaminan Reklamasi dan Pascatambang 6. Penarikan Pendelegasian Kewenangan
5. Reklamasi dan Pascatambang pada WIUP/WIUPK
yang memenuhi kriteria untuk diusahakan kembali
6. Reklamasi dan Pascatambang bagi Pemegang Izin
Pertambangan Rakyat (IPR) dan Surat Izin
Penambangan Batuan (SIPB)
7. Penyerahan Lahan Pascatambang
www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 1111
Terima
kasih
www.minerba.esdm.go.id
Untuk update berita dan informasi Alamat
sub-sektor Mineral dan Batubara Jl. Prof. Dr. Soepomo S.H. No. 10
Jakarta Selatan 12870
Ikuti kami di akun media sosial:
Direktorat Jenderal @ditjenminerba
Mineral dan Batubara

@humasminerba Ditjen Minerba TV

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 12
KLASTER I PERBAIKAN TATA KELOLA PERTAMBANGAN NASIONAL
a. Upaya Meningkatkan Eksplorasi dan Dana Ketahanan Cadangan Minerba

1| Penugasan Penyelidikan dan Penelitian Pertambangan kepada Badan Usaha dalam rangka penyiapan Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (WIUP) (Pasal 17B). Penugasan Penyelidikan dan Penelitian Pertambangan dilakukan melalui
mekanisme:
a. Prioritas pemberian wilayah penugasan kepada BUMN untuk wilayah yang disiapkan oleh pemerintah. Dalam hal
BUMN tidak berminat, Pemerintah akan mengumumkan wilayah tersebut secara terbuka kepada badan usaha.
b. Permohonan badan usaha melalui pengusulan wilayah penugasan (wilayah tidak disiapkan oleh Pemerintah).
c. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyelidikan dan penelitian yang dilakukan oleh BUMN
atau badan usaha swasta pada wilayah penugasan.
2| Mendorong perusahaan spesialis eksplorasi (Junior Mining Company) untuk mengajukan permohonan wilayah
penugasan atau mengikuti lelang WIUP.

3| Pemegang IUP/IUPK yang telah menyelesaikan Kegiatan Eksplorasi dijamin untuk dapat melakukan kegiatan
Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha pertambangannya setelah memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 46 ayat (1)).
4| Kewajiban Perusahaan untuk menyediakan Dana Ketahanan Cadangan (DKC) Mineral dan Batubara. DKC
digunakan oleh pemegang IUP/IUPK untuk melakukan Eksplorasi Lanjutan pada tahap Kegiatan Operasi Produksi
yang besarannya ditetapkan setiap tahun dalam RKAB (Pasal 112A).

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 13
KLASTER I PERBAIKAN TATA KELOLA PERTAMBANGAN NASIONAL
b. Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional

1| Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional sebagai pedoman penyelenggaraan


pengelolaan mineral dan batubara, termasuk pedoman dalam penerbitan izin pertambangan,
pembinaan dan pengawasan, pengendalian produksi dan penjualan, target penerimaan
negara (Pasal 8A ayat (4)).
2| Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional harus disesuaikan dengan rencana
pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah (Pasal 8A ayat (3)).
3| Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional wajib ditetapkan oleh Menteri dalam
jangka waktu paling lambat 2 tahun sejak UU Minerba berlaku (Pasal 172D).
4| Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional ditetapkan untuk jangka waktu 5
tahun dan dapat ditinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun atau sewaktu-waktu setelah
memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam PP (Pasal 8B ayat (3)).

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 14
KLASTER I PERBAIKAN TATA KELOLA PERTAMBANGAN NASIONAL
c. Pengaturan SIPB dan IUP Batuan
1| NO KRITERIA SIPB IUP BATUAN
1. JENIS KOMODITAS Dibatasi batuan untuk kebutuhan konstruksi Batuan Material lepas atau Batuan Beku
dan pembangunan yang menggunakan batuan
material lepas (loose material) dan tidak
membutuhkan peledakan meliputi tanah urug,
tanah liat, kerikil galian dari bukit, kerikil
sungai, batu kali, pasir urug, pasir pasang,
kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan
pilihan (tanah), batu gamping
2. LUAS WILAYAH Maksimal 50 Ha (Pasal 86C) Tahap Kegiatan Eksplorasi: Paling luas 5.000 Ha
Tahap Kegiatan Operasi Produksi: Paling luas 1.000 Ha
3. JANGKA WAKTU SIPB untuk batuan jenis tertentu maksimal 3 5 Tahun dapat diperpanjang 2 kali masing-masing 5
Tahun dan dapat diperpanjang. tahun
SIPB untuk keperluan tertentu sesuai dengan
jangka waktu kebutuhan pembangunan.
4. PENGGUNAAN Tidak Ya
BAHAN PELEDAK
5. TAHAPAN KEGIATAN Dapat melakukan penambangan setelah Tahap Kegiatan Eksplorasi dan Tahap Kegiatan Operasi
menyusun rencana penambangan Produksi
2| Badan usaha PMA tidak dapat diberikan IUP untuk komoditas batuan, kecuali yang terintegrasi dengan fasilitas
pengolahan.
3| SIPB harus diterbitkan dalam WUP. Dalam hal, terdapat permohonan SIPB di luar WUP perlu akan ditetapkan pengaturan
khusus terkait perubahan WPR, WPN, WUPK menjadi WUP yang tidak mengikuti siklus perubahan 5 tahunan.
www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 15
KLASTER I PERBAIKAN TATA KELOLA PERTAMBANGAN NASIONAL
d. Konsep Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia
1| Wilayah Hukum Pertambangan adalah seluruh wilayah hukum Indonesia yang meliputi
ruang darat, ruang laut, termasuk ruang dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah yakni
kepulauan Indonesia, tanah di bawah perairan, dan landas kontinen (Pasal 1 angka 28a).
2| Wilayah Hukum Pertambangan merupakan ruang untuk tujuan penyelidikan dan
penelitian dalam rangka mengetahui potensi mineral dan batubara (bukan untuk kegiatan
penambangan/eksploitasi). Apabila wilayah tersebut akan diusahakan maka harus
terlebih dahulu ditetapkan menjadi WP dan harus mengikuti ketentuan tata ruang
3| Kegiatan penyelidikan dan penelitian serta penugasan penyelidikan dan penelitian
kepada lembaga riset negara/daerah dalam rangka penyiapan Wilayah Pertambangan,
dapat dilaksanakan di Wilayah Hukum Pertambangan (seluruh Wilayah Indonesia) (Pasal
11).
4| Wilayah yang terdapat Potensi Mineral atau Batubara dalam Wilayah Hukum
Pertambangan dapat ditetapkan sebagai Wilayah Pertambangan (Pasal 1 angka 29).

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 16
KLASTER II KEBERPIHAKAN PADA KEPENTINGAN NASIONAL
a. Kewajiban Divestasi 51%
1| Badan Usaha pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi yang sahamnya dimiliki oleh
asing wajib melakukan divestasi saham sebesar 51% (lima puluh satu persen) secara berjenjang kepada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, dan/atau Badan Usaha swasta nasional (Pasal 112
ayat (1)).
2| Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah akan diatur kriteria:
a. Jangka waktu dimulainya kewajiban divestasi; dan
b. Besaran komposisi saham yang wajib didivestasikan setiap tahapnya,
dengan mempertimbangkan besaran investasi dan payback period dari kegiatan usaha pertambangan.
3| Pemegang IUP/IUPK dapat menjual saham asing secara business to business (b to b) kepada badan usaha
swasta nasional non prioritas setelah melaporkan kepada Pemerintah. Pemerintah dapat mewajibkan
pemegang IUP/IUPK untuk menawarkan saham tersebut kepada BUMN secara business to business.
4| Pemegang IUP/IUPK sebelum jatuh tempo divestasi saham dapat mengalihkan sahamnya kepada asing
tanpa batasan maksimal, dengan tetap menjalankan kewajiban divestasi saham.
5| Untuk tetap dapat menarik investasi di sektor mineral dan batubara jangka waktu dimulainya
pelaksanaan kewajiban divestasi diusulkan sebagai berikut :
1. Tambang terbuka mulai tahun ke-10 sejak produksi (penambangan pertama kali);
2. Tambang terbuka dengan Peningkatan Nilai Tambah mulai tahun ke-15 sejak produksi (penambangan
pertama kali);
3. Tambang dalam mulai tahun ke-13 sejak produksi (penambangan pertama kali); dan
4. Tambang dalam dengan Peningkatan Nilai Tambah mulai tahun ke-18 sejak produksi (penambangan
pertama kali).
www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 17
KLASTER II KEBERPIHAKAN PADA KEPENTINGAN NASIONAL
b. Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara yang Konsisten
1. PNT dilaksanakan langsung 100% atas seluruh produk pertambangan mineral (Pasal 102).
2. Untuk perusahaan yang telah membangun atau dalam proses pembangunan smelter, diberikan jangka
waktu 3 (tiga) tahun untuk dapat melakukan ekspor mineral logam tertentu yang belum dimurnikan
(bauksit, konsentrat tembaga, konsentrat besi, konsentrat timbal, mangan) (Pasal 170A ayat (1)).
3. Pemerintah tetap melarang ekspor bijih nikel dalam rangka menjamin supply pasokan kepada smelter
yang telah terbangun di dalam negeri.
4. Pembangunan Smelter untuk pemegang Rekomendasi Ekspor diberikan jangka waktu paling lama 3 (tiga)
tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.
5. Perlu penyesuaian S-Curve pembangunan smelter agar sejalan dengan batas waktu penjualan mineral
logam yang belum dimurnikan dalam jumlah tertentu sampai tahun 2023.
6. Sesuai ketentuan Pasal 170A yang dapat melakukan ekspor Mineral logam tertentu (kecuali nikel) yang
belum dimurnikan dalam jumlah tertentu ke luar negeri adalah pemegang KK, IUP Operasi Produksi, atau
IUPK Operasi Produksi Mineral logam.
7. Ekspor Mineral hanya dapat dilakukan setelah memenuhi batas minimum pengolahan dan/atau pemurnian
yang ditetapkan oleh Menteri ESDM.
8. Ketentuan peralihan terkait rekomendasi ekspor bagi pemegang IUP OPK pengolahan dan pemurnian
existing atau Izin Usaha Industri (IUI) sampai berakhirnya persetujuan ekspor yang sudah diberikan, paling
lama dalam jangka waktu 6 bulan sejak diterbitkannya PP.

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 18
KLASTER II KEBERPIHAKAN PADA KEPENTINGAN NASIONAL
c. Penguatan BUMN

1| BUMN dapat memiliki lebih dari 1 (satu) IUP/IUPK (Pasal 40 ayat (3) huruf a).
2| Hak Prioritas dalam mengusahakan IUPK dari WPN/WIUPK (Pasal 75 ayat (3)).

3| Luas WIUPK yang penawarannya diprioritaskan kepada BUMN dapat diberikan berdasarkan hasil Evaluasi
Menteri terhadap rencana pengembangan seluruh wilayah yang diusulkan oleh Pemegang IUPK (dalam UU
No.4/2009 dibatasi 15.000 Ha untuk Batubara dan 25.000 Ha untuk Mineral logam).
4| BUMN mendapat prioritas dalam pemberian wilayah Penugasan Penyelidikan dan Penelitian dalam rangka
penyiapan WIUP dan Pengembangan Proyek Pengembangan dan/atau Pemanfaatan Batubara.

5| BUMN dapat mengalihkan sebagian wilayah IUP/IUPK kepada pihak lain (51% saham pihak lain wajib
dimiliki oleh BUMN).
6| IUP BUMN yang berakhir mendapatkan perpanjangan 2 x 10 tahun dengan tetap mempertahankan luas
wilayah awal (dapat melebihi luas maks. wilayah 15.000 ha untuk batubara dan luas maks. wilayah 25.000 Ha
untuk mineral logam).

19

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136
KLASTER II KEBERPIHAKAN PADA KEPENTINGAN NASIONAL
d. Pengendalian Produksi dan Penjualan
1| Untuk kepentingan nasional, Pemerintah Pusat setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia menetapkan kebijakan nasional pengutamaan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri
(Pasal 5 ayat (1)).
2| Pemerintah Pusat berwenang menetapkan jumlah produksi, penjualan, dan harga mineral/batubara (Pasal 5 ayat (2)).
3| Penetapan rencana produksi batubara jangka menengah dan/atau panjang mempertimbangkan antara lain:
a. Kebutuhan Energi Nasional;
b. Kebutuhan batubara di dalam negeri dan pasar ekspor;
c. Jumlah IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi (OP), serta kapasitas produksinya;
d. Rencana produksi yang disetujui dalam dokumen Studi Kelayakan dan Izin Lingkungan;
e. Pengembangan investasi yang dilakukan pemegang IUP OP dan PKP2B;
f. Batubara sebagai sumber devisa negara;
g. Realisasi produksi periode sebelumnya.
4| Dalam hal telah tersedia Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional, jumlah produksi dan penjualan wajib
mempertimbangkan Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional.
e. Peningkatan Penerimaan Negara di Sektor Pertambangan
1| Peningkatan Penerimaan Negara menjadi pertimbangan utama dalam perpanjangan KK dan PKP2B menjadi IUPK (Pasal 169
ayat (1)).
2| Penyesuaian besaran Pemerintah (4%) dan pemerintah daerah (6%) atas keuntungan bersih pemegang IUPK (Pasal 129 (2)):
a. Pemerintah Daerah provinsi mendapat bagian sebesar 1,5%;
b. Pemerintah Daerah kab/kota penghasil mendapat bagian sebesar 2,5%; dan
c. Pemerintah Daerah kab/kota lainnya dalam provinsi yang sama mendapat bagian sebesar 2%.
3| Penambahan Jenis Pendapatan Daerah berupa Iuran Pertambangan Rakyat (IPERA). Iuran pertambangan Rakyat menjadi
bagian dari struktur pendapatan daerah berupa pajak dan/atau retribusi daerah yang penggunaannya untuk
pengelolaan tambang rakyat (Pasal 70 huruf d).
www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 20
KLASTER III KEPASTIAN HUKUM DAN KEMUDAHAN BERINVESTASI
a. Jaminan Pemanfaatan Ruang dan Kawasan untuk Kegiatan Pertambangan
1| Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin tidak ada perubahan pemanfaatan ruang dan kawasan pada
WIUP/WIUPK, dan WPR yang telah ditetapkan (Pasal 17A ayat (2)).
2| Pemberian jaminan dilakukan melalui:
a. Penetapan WIUP/WIUPK yang clear and clean (CnC) berdasarkan hasil koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan
Instansi terkait, termasuk yang berasal dari eks wilayah IUP/IUPK yang diciutkan, dikembalikan, dicabut, atau
berakhir;
b. WIUP/WIUPK yang ditetapkan telah sesuai dengan tata ruang, kawasan dan zonasi
c. Dalam penetapan WP oleh Pemerintah juga melibatkan usulan (penentuan) dari Pemerintah Daerah dan
memperhatikan pendapat masyarakat terdampak, dengan batas waktu yang ditetapkan

b. Perpanjangan KK/PKP2B Menjadi IUPK dengan persyaratan yang ketat


1| Perpanjangan KK/PKP2B menjadi IUPK tidak diberikan secara otomatis, tetapi melalui persyaratan yang ketat,
termasuk mempertimbangkan rekam jejak kinerja perusahaan, serta peningkatan penerimaan negara (Pasal 169A (1).
2| Pertimbangan Persetujuan atas Permohonan Perpanjangan IUPK sebagai Kelanjutan Operasi/Kontrak:
a. Optimalisasi potensi cadangan mineral atau batubara dari WIUPK Operasi Produksi tersebut (Pasal 169B ayat (3));
b. Kinerja pengusahaan pertambangan dan keberlanjutan usaha/operasi PKP2B dan KK (Pasal 169B ayat (4)); serta
c. Memperhatikan kepentingan nasional (Pasal 169B ayat (3)).
3| Pemegang IUPK sebagai Kelanjutan Operasi/Kontrak komoditas Batubara wajib melakukan Peningkatan Nilai Tambah
(PNT) Batubara di dalam negeri baik secara sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain (Pasal 169A ayat (4)).
4| Bentuk dan jumlah produksi PNT Batubara yang wajib dilakukan didasarkan pada Studi Kelayakan yang dievaluasi dan
disetujui Pemerintah (Pasal 169A ayat (5)).
5| Evaluasi terhadap permohonan perpanjangan KK/PKP2B dilaksanakan secara transparan, akuntabel, dan independen.

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 21
KLASTER III KEPASTIAN HUKUM DAN KEMUDAHAN BERINVESTASI
c. Penyederhanaan Perizinan/Penggabungan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi

1| Bagi perizinan eksisting maka dilakukan penyesuaian IUP Eksplorasi, IUP Operasi Produksi tidak perlu disesuaikan
karena sudah memiliki hak OP dan Eksplorasi.
2| Untuk perizinan baru maka akan diberikan SK IUP yang merupakan penggabungan tahap eksplorasi dan operasi
produksi dengan ketentuan:
a. Masa berlaku diberikan dengan rincian jangka waktu;
b. Tahapan Operasi Produksi ditentukan berdasarkan surat persetujuan.

d. Pemberian Insentif Non Fiskal Bagi Pihak Yang Melakukan Hilirisasi


1| Bentuk Insentif Non Fiskal yang dapat diberikan kepada pemegang IUP/IUPK yang melakukan PNT secara terintegrasi:
a. Jangka Waktu IUP/IUPK diberikan untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun dan dijamin memperoleh
perpanjangan selama 10 (sepuluh) tahun setiap kali perpanjangan (Pasal 47 huruf f dan g); dan
b. Jangka waktu dimulainya pelaksanaan divestasi yang lebih lama.

2| Kriteria pemegang IUP/IUPK mineral terintegrasi yang dapat diberikan Insentif Non Fiskal:
a. Satu Entitas Perusahaan (legal entity) yang sama dengan yang melaksanakan kegiatan PNT;
b. Ketersediaan Cadangan untuk memenuhi kebutuhan operasional fasilitas PNT; dan
c. Jumlah produksi/prosentase Mineral yang akan dilakukan PNT 100%.
3| Kriteria pemegang IUP/IUPK batubara terintegrasi yang dapat diberikan Insentif Non Fiskal:
a. Satu Entitas Perusahaan (legal entity) yang sama dengan yang melaksanakan kegiatan PNT;
b. Ketersediaan Cadangan untuk memenuhi kebutuhan operasional fasilitas PNT;
c. Jumlah produksi/prosentase Batubara yang akan dilakukan PNT.
www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136
22
KLASTER III KEPASTIAN HUKUM DAN KEMUDAHAN BERINVESTASI
e. Penyelesaian Hak Atas Tanah (Pasal 137 A)

1| Penyelesaian hak atas tanah oleh Pemerintah Pusat dilakukan setelah musyarawarah mufakat
antara pemegang IUP/IUPK dengan pemegang hak atas tanah tidak mencapai titik temu.

2| Penyelesaian hak atas tanah oleh Pemerintah Pusat dilakukan melalui mediasi yang
dikoordinasikan oleh KESDM Bersama dengan Kementerian yang membidangi pertanahan.

3| Ganti rugi/kompensasi hak atas tanah oleh pemegang IUP/IUPK kepada masyarakat (pemegang
hak atas tanah) dihitung berdasarkan luasan tanah yang dipergunakan oleh pemegang IUP/IUPK
bukan berdasarkan nilai potensi bahan galian.

4| Dalam penyelesaian hak atas tanah, peran Pemerintah Pusat cq Kementerian ESDM termasuk
untuk memfasilitasi penyelesaian hak atas tanah yang membutuhkan persetujuan / perizinan
dari instansi pemerintah terkait.

5| Pembentukan Tim Independen oleh Pemerintah Pusat yang melibatkan pemerintah daerah
(Kementerian ATR, Gubernur/Bupati) dalam penyelesaian permasalahan hak atas tanah.

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 23
KLASTER IV PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
a. Kewajiban Reklamasi dan Pascatambang Hingga Tingkat Keberhasilan 100%
1| Penciutan WIUP/WIUPK yang status lahannya terganggu wajib direklamasi hingga tingkat keberhasilan 100%
termasuk lubang bekas tambang, dengan pengecualian bagi penciutan atas permintaan Pemerintah atau
Pemerintah Daerah, untuk kepentingan pembangunan/umum (Pasal 123A ayat (1)).
2| Eks pemegang IUP/K yang IUP/K-nya berakhir dan tingkat keberhasilan Reklamasi dan Pascatambang belum
100%, wajib menempatkan dana Jaminan Pascatambang dan melaksanakan Reklamasi dan Pascatambang
hingga mencapai tingkat keberhasilan 100% termasuk lubang bekas tambang dengan pengecualian bagi
lahan Pascatambang yang diminta oleh Pemerintah atau pemerintah daerah untuk kepentingan
pembangunan/umum (Pasal 123A ayat (2)).
3| Dalam hal WIUP/K memenuhi kriteria untuk diusahakan kembali, eks pemegang IUP/K tetap bertanggung
jawab terhadap pengamanan wilayah, serta pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang dengan tujuan
tertentu hingga ditetapkan Pemegang IUP/K baru (Pasal 123A ayat (3)).
4| Sisa dana jaminan reklamasi dan/atau jaminan pascatambang terhadap WIUP/WIUPK yang memenuhi
kriteria untuk diusahakan kembali menjadi milik Pemerintah (pengembalian dana jaminan ke perusahaan
hanya terhadap kegiatan reklamasi selektif yang telah dilakukan.
5| Sisa dana jaminan reklamasi dan/atau jaminan pascatambang terhadap WIUP/WIUPK yang diakhiri sepihak
menjadi milik Pemerintah dengan mempertimbangkan kondisi lahan terganggu pada saat pengakhiran
dilakukan.
24

www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136
KLASTER IV PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
b. Keseimbangan Antara Pemenuhan Lahan Yang Sudah Dibuka dengan
Lahan Yang Sudah Direklamasi
1| Pemegang IUP/IUPK wajib memenuhi keseimbangan antara lahan yang akan dibuka dan lahan yang sudah direklamasi
dengan batasan tertentu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (Pasal 99 ayat (3) huruf a).
2| Pemegang IUP/IUPK wajib melakukan pengelolaan lubang bekas tambang (void) akhir dengan batas paling luas yang
ditetapkan, sampai berakhirnya izin. Pengelolaan void termasuk didalamnya pengelolaan kualitas air serta pengamanan
void dalam bentuk pemasangan pagar dan rambu (Pasal 99 ayat (3) huruf b).
3| Dalam PP akan diatur kriteria untuk menentukan angka/rasio pengendalian bukaan lahan dan luasan maksimal void
(maksimum 30%), seperti umur tambang, umur izin/kontrak, metode penambangan, bentuk endapan, tingkat produksi,
kualitas/kadar, harga komoditas, dan/atau demand pasar.
c. Sanksi Pidana Khusus Yang Tidak Melakukan Reklamasi dan Pascatambang
1| Sanksi Pidana bagi pemegang IUP atau IUPK yang dicabut atau berakhir dan tidak melaksanakan:
a. Reklamasi dan/atau Pascatambang; dan/atau
b. Penempatan dana Jaminan Reklamasi dan/atau Jaminan Pascatambang,
dipidana paling lama 5 tahun penjara dan denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (Pasal 161B ayat (1)).

2| Dalam Keputusan pencabutan atau pengakhiran IUP atau IUPK dicantumkan kewajiban:
a. Reklamasi dan/atau Pascatambang yang belum dipenuhi;
b. Besaran dana Jaminan Reklamasi dan/atau dana Jaminan Pascatambang yang harus ditempatkan; dan
c. Waktu pelaksanaan reklamasi dan/atau pascatambang serta penampatan dana jaminannya.

3| Dalam hal pengakhiran IUP/IUPK dikarenakan tidak dipenuhinya ketentuan pengelolaan lingkungan hidup, pengenaan sanksi
pidana didahului dengan pemberian sanksi administrative.
4| Dalam hal pengakhiran IUP/IUPK dikarenakan tidak dipenuhinya ketentuan selain pengelolaan lingkungan hidup, sanksi
pidana dikenakan jika perusahaan tidak memenuhi kewajiban reklamasi dan/atau pascatambang dan/atau jaminannya
sesuai SK Pencabutan/Pengakhiran.
www.minerba.esdm.go.id Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara @humasminerba @ditjenminerba Ditjen Minerba TV Contact Center ESDM 136 25

Anda mungkin juga menyukai