Anda di halaman 1dari 62

PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN BIAYA (RKAB)

ASPEK TENAGA KERJA SERTA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MA


SYARAKAT
SUBDIREKTORAT HUBUNGAN KOMERSIAL BATUBARA
DIREKTORAT PEMBINAAN PENGUSAHAAN BATUBARA

Banjarbaru , 29 Oktober 2018

DIREKTORAT
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL
JENDERAL DAN BATUBARA
MINERAL DAN BATUBARA
KEMENTERIAN
KEMENTERIAN ENERI DAN
ENERGI DANSUMBER DAYA MINERAL
SUMBER DAYA MINERAL
CURRICULUM VITAE

Nama : Nardo Rafael


Pendidikan : Hukum Ekonomi
Jabatan : Analis Hubungan Komersial Mineral dan Batubara
Unit : Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara, Direktora
t Jenderal Mineral dan Batubara
Hp : +62812-9132-0121
Email : nardo@esdm.go.id / nardoesdm@gmail.com

2
CONTENT

1 TENAGA KERJA (TK)

PENGEMBANGAN DAN
2 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PPM)

3
CONTENT

1 TENAGA KERJA (TK)

4
DASAR HUKUM

PerMen ESDM No. 11 Tahun 2018

PerMen ESDM No. 25 Tahun 2018

PerMen ESDM No. 26 Tahun 2018

Peraturan Presiden RI No. 20 Tahun 2018

5
Tenaga Kerja (TK)
No. Peraturan Isi
1. PerMen ESDM No. 11 Tahun 2018
1.1 Pasal 59 (1) Pemegang IUP atau IUPK dapat:
d. Menggunakan tenaga kerja asing sesuai dengan persetujuan dari instansi yang meny
elenggarakan urusan di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan p
erundang-undangan.
1.2 Pasal 61 (1) Pemegang IUP atau IUPK wajib:
s. Menerapkan standar kompetensi tenaga kerja pertambangan.
...
v. Mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat
(3) Dalam melaksanakan penerapan kaidah Teknik Pertambangan yang baik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), pemegang IUP dan IUPK wajib:
b. Memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten sesuai dengan ketentuan pera
turan perundang-undangan.
(6) Untuk mendukung penerapan standar kompetensi tenaga kerja petambangan sebagai
mana dimaksud pada ayat (1) huruf s, pemegang IUP dan IUPK wajib mendukung pel
aksanaan Pendidikan dan Pelatihan di bidang pengusahaan Mineral dan Batubara
.
Tenaga Kerja (TK)

No. Peraturan Isi


2. PerMen ESDM No. 25 Tahun 2018
2.1 Pasal 29 (1) Pemegang IUP Ekslorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi Pr
oduksi, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/ atau pemurnian, dan izin
Usaha Pertambangan wajib mengutamakan tenaga kerja setempat dan/ atau nasio
nal.
(2) Dalam hal tidak terdapat tenaga kerja setempat dan/ atau nasional yang memiliki
kompetensi dan/ atau kualifikasi yang dibutuhkan, pemegang IUP Ekslplorasi, IUPK
Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, IUP Operasi Produksi khusu
s untuk pengolahan dan/ atau pemurnian, dan Izin Usaha Jasa Pertambangan dapat m
enggunakan tenaga kerja asing dalam rangka alih teknologi dan/ atau alih keahlia
n
(3) Pemegang IUP Ekslorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi Pr
oduksi, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/ atau pemurnian, dan izin
Usaha Pertambangan wajib menyusun dan membiayai program Pendidikan dan pe
latihan tenaga kerja setempat dan/ atau nasional.
Tenaga Kerja (TK)

No. Peraturan Isi


3. PerMen ESDM No. 26 Tahun 2018
3.1 Pasal 3 (4) Tata kelola pengusahaan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi pelaksanaan aspek:
...
e. Pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan
3.2 Pasal 37 (1) Pemegang IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan IUP Operasi Produksi k
husus pengolahan dan/ atau pemurnian wajib melaksanakan pengembangan tenaga ke
rja teknis pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) huruf e dan Pa
sal 4 ayat (4) huruf e sesuai dengan RKAB Tahunan yang telah disetujui.
(2) Dalam melakukan pengembangan tenaga kerja teknis Pertambangan sebagaimana dim
aksud pada ayat (1), Pemegang IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan IU
P Operasi Produksi khusus pengolahan dan/ atau pemurnian wajib:
a. Menyusun program pengembangan kompetensi tenaga kerja teknis
b. Melaksanakan program pengembangan tenaga kerja teknis setempat dan nasional
c. Melaksanakan alih teknologi, keahlian, dan keterampilan
d. Melaksanakan alih tenaga kerja asing kepada tenaga kerja lokal atau nasional.
Tenaga Kerja (TK)

No Peraturan Isi
4 Peraturan Presiden RI No. 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA)
4.1 Pasal 5 (3) Dalam hal kementerian/lembaga mensyaratkan kualifikasi dan kompetensi, atau melara
ng TKA untuk jabatan tertentu, menteri/kepala lembaga menyampaikan syarat atau lara
ngan dimaksud kepada Menteri untuk ditetapkan.
Catatan: Dalam hal ini Dirjen Minerba sudah mengusulkan persyaratan kualifikasi dan
kompetensi kepada Menteri.
10
Penjelasan matrik:
Dilengkapi dengan dokumen Pendukung dalam bentuk softcopy antara lain:
Klasifikasi Jabatan:
1.Manajemen : Board of Directors, Manager
2.Profesional : Advisor, Specialist, dan lain-lain
3.Teknisi : Superintendent, Supervisor, Head/Chief, Foreman, Engineer, Maintenance, Technican, dan lain-lain
4.Administrasi : Accounting, Secretary, HR, etc
5.Terampil : Operator
6.Tidak Terampil : Tenaga Informal, Pekerja Harian Lepas, dan lain-lain
11
12
13
14
15
16
17
TENAGA KERJA????

•Tenaga Kerja PKWT? Kontrak?


•Diklat?
•RPTKA? Tanpa Rekomendasi? Bagaimana
mengendalikan?
•Syarat TKA?
•Urgensi TKA?
•In practice?
•Direktur TK?
•Rangkap Jabatan?

18
CONTENT

PENGEMBANGAN DAN
2 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PPM
)

19
Pengertian CSR
a)Undang-Undang Perseroan Terbatas memberikan definisi bagi CSR, yang dalam Undang-Undang tersebut menggunakan istil
ah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, di sini CSR didefinisikan sebagai komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perse
roan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
b)Menurut Dr. Achmad Lamo Said, S.Sos.,M.Si, dalam bukunya yang bejudul “Corporate Social Responsibility dalam Perspektif
GOVERNANCE”, dijelaskan bahwa CSR adalah kewajiban sosial swasta atau perusahaan kepada masyarakat dan pemerintah
sebagai dampak dari ekspansi bisnisnya yang dimungkinkan telah mengganggu keseimbangan lingkungan dan sosial kemasya
rakatan dimana mereka menjalankan aktivitasnya. Dalam implementasi dan penerapannya CSR ini sangat bergantung pada ko
nsep governance bagaimana dijalankan di wilayah/daerah tersebut.
c)Menurut Wibisono dalam bukunya berjudul "Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility)", dijelask
an bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis d
an memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat atau masyarakat luas, bersaman dengan
peningkatan taraf hidup pekerja beserta keluarganya.
d)Menurut ISO 26000, CSR adalah tindakan organisasi untuk bertanggungjawab atas dampak dari keputusan dan aktivitas terh
adap masyarakat dan lingkungan hidup dengan cara yang transparan dan beretika.

“CSR merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan dimana Perusahaan itu beroperasi atau berdiri ya
ng bertujuan untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan”.

20
Pengertian PPM
a)Undang-Undang Minerba telah mendefinisikan mengenai tanggungjawab sosial, dan dalam undang-undang tersebut dike
nal sebagai Pemberdayaan Masyarakat yang adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, baik secara indi
vidual maupun kolektif, agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya.
b)Peraturan Menteri ESDM No. 41 tahun 2016 Tentang Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Pada Kegiatan U
saha Pertambangan Mineral dan Batubara, PPM adalah upaya dalam rangka mendorong peningkatan perekonomian, pend
idikan, sosial budaya, kesehatan, dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang, baik secara individual maupun k
olektif agar tingkat kehidupan masyarakat sekitar tambang menjadi lebih baik dan mandiri.

“PPM merupakan suatu proses pembangunan yang berkesinambungan. Artinya kegiatan itu dilaksanakan secara terorgani
sir dan dilaksanakan tahap demi tahap dimulai dari tahap permulaan sampai pada tahap kegiatan tindak lanjut dan evaluasi
, yang bertujuan memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang le
bih baik,dimana fokus kegiatannya melalui pemberdayaan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat untuk memenuhi kebut
uhan-kebutuhan mereka, melalui partisipasi aktif dalam bentuk aksi bersama didalam memecahkan suatu permasalahan ya
ng berada diwilayahnya”.
Corporate Social Responsibility Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Klasifikasi
(CSR) (PPM)
Sifat ✓ Tidak wajib, tergantung pada performa dan revenue ✓ Wajib.
perusahaan. ✓ Secara prinsip bertujuan untuk mengkompensasi masyarakat a
✓ Salah satu cara peningkatan branding perusahaan. tas dampak kegiatan pertambangan dan menjamin kemandiria
n masyarakat khususnya secara ekonomi setalah kegiatan pert
ambangan tutup.

Scope of Area ✓ Lintas wilayah. ✓ Sekitar kegiatan operasional penambangan dengan tidak melih
at batas administrasi wilayah kecamatan/kabupaten.

Program ✓ Bebas, dapat berupa donasi/bansos, kecuali ditentuk ✓ Ditentukan sekurangnya mencakup 8 aspek program PPM ses
an lain oleh peraturan sektoral. uai KepMen ESDM No. 1824/K/30/MEM/2018 tentang Pedoma
n Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarak
at.
Pembiayaan ✓ Bersumber dari keuntungan. ✓ Biaya operasional, dilaksanakan oleh Direktur dengan penetap
an oleh Dewan Komisaris/RUPS.

Tujuan ✓ Branding, TJS biasa (short term). ✓ Masyarakat mandiri (long term).

22
DASAR HUKUM

PerMen ESDM No. 11 Tahun 2018

PerMen ESDM No. 25 Tahun 2018

PerMen ESDM No. 26 Tahun 2018

KepMen ESDM No. 1824 Tahun 2018

23
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)

No. Peraturan Isi


1. PerMen ESDM No. 11 Tahun 2018
1.1 Pasal 61 (1) Pemegang IUP atau IUPK wajib:
l. Menyusun, melaksanakan, dan menyampaikan laporan pelaksanaan program pengembang
an dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanga
n.
2. PerMen ESDM No. 25 Tahun 2018
2.1 Pasal 38 (1) Pemegang IUP Ekslorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi Produ
ksi wajib menyusun rencana induk program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
dengan berpedoman pada cetak biru (blue print) yang ditetapkan oleh Gubernur.

(2) Penyusunan rencana induk program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sebag
aimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan bersamaan dengan penyusunan Studi Kelaya
kan dan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Rencana Induk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pa


da ayat (1) memuat rencana program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sela
ma masa Operasi Produksi sampai dengan program pascatambang
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)

No. Peraturan Isi


2. PerMen ESDM No. 25 Tahun 2018
2.1 Pasal 38 (4) Pembiayaan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat tahunan berasal da
ri biaya operasional pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi.
(5) Pembiayaan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat tahunan sebagaima
na dimaksud pada ayat (4) wajib dikelola oleh pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK
Operasi Produksi.
(6) Dalam hal terjadi peningkatan kapasitas produksi, pemegang IUP Operasi Produksi dan I
UPK Operasi Produksi wajib meningkatkan biaya program pengembangan dan pemberd
ayaan masyarakat.
(7) Dalam hal realisasi biaya program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat tidak t
ercapai wajib ditambahkan pada tahun berikutnya.
2.2 Pasal 63 (63) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
e. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 41 Tahun 2016 tentang P
engembangan dan Pemberdayaan Masyarakat pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral d
an Batubara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1879). Dicabut dan dinyat
akan tidak berlaku
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)

No. Peraturan Isi


3. PerMen ESDM No. 26 Tahun 2018
3.1 Pasal 3 (1) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi P
roduksi dalam setiap tahapan kegiatan usaha pertambangan wajib melaksanakan kaida
h pertambangan yang baik.
(2) Kaidah petambangan yang baik sebagaimana dimksud pada ayat (1) meliputi:
a) Kaidah teknik pertambangan yang baik, dan
b) Tata kelola pengusahaan pertambangan
(4) Tata kelola pengusahaan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi pelaksanaan aspek:
f. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat
3.2 Pasal 38 (1) Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan pen
gembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat sebagaiman dalam pasal 4 ayat
(4) huruf f sesuai dengan RKAB Tahunan yang telah disetujui yang paling sedikit terd
iri atas:
a. Pemetaan sosial masyarakat sekitar lokasi pertambangan
b. Rencana induk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dan berpedoman pa
da cetak biru (blue print) yang ditetapkan oleh daerah provinsi.
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)

No. Peraturan Isi


3. PerMen ESDM No. 26 Tahun 2018
3.2 Pasal 38 (1) …
c. Pelaksanaan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat tahunan yang m
engacu pada rencana induk pengembangan pemberdayaan masyarakat; dan/ atau
d. Pembiayaan perogram pengembangan dan pemberdayaan masyarakat secara tahunan
.
3.3 Pasal 43 (2) Dalam rangka penyelenggaraan Usaha Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ay
at (1) , Gubernur wajib:
….
c. Menyusun dan menetapkan cetak biru (blue print) pengembangan dan pemberdaya
an masyarakat berdasarkan pertimbangan dari Direktur Jenderal
3.4 Pasal 44 (2) Pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan Usaha Pertambangan yang dilak
sanakan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengawasan

j. Penyusunan cetak biru (blue print) pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)

No. Peraturan Isi


3. PerMen ESDM No. 26 Tahun 2018
3.5 Pasal 57 (1) Dalam rangka penyelenggaraan Usaha Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ay
at (1) , Dalam hal belum terdapat cetak biru (blue print) yang disusun oleh Gubernur
pada saat Peraturan Menteri ini diundangkan, pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eks
plorasi tetap wajib menyusun rencana induk pengembangan dan pemberdayaan mas
yarakat bersamaan dengan penyusunan studi kelayakan.
(2) Dalam hal belum terdapat cetak biru (blue print) yang disusun oleh Gubernur pada saat
Peraturan Menteri ini diundangkan, pemegang IUP Operasi Produksi dan IUP Operasi
Produksi tetap wajib menyusun rencana induk pengembangan dan pemberdayaan m
asyarakat paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Menteri ini diund
angkan. (1 Mei 2019)
3.6 Pasal 58 Program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang telah mendapat persetujuan
dari Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya se
belum diundangkannya Peraturan Menteri ini, tetap berlaku dan dilaksanakan sesuai de
ngan persetujuan RKAB Tahunan.
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)

No. Peraturan Isi


KepMen 1824 K/30/MEM/2018
4.
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
4.1 a. Pedoman Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat tercantu
m dalam Lampiran I; dan
b. Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat, tercantum dalam
Lampiran II.
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan


fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan.

Yang termasuk dalam kawasan budi daya adalah kawasan peruntukan hutan
produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian,
kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan
peruntukan permukiman, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan
pariwisata, kawasan tempat beribadah, kawasan pendidikan, dan kawasan
pertahanan keamanan.

Program sektoral dalam pemanfaatan ruang mencakup pula program pemulihan


kawasan pertambangan setelah berakhirnya masa penambangan agar tingkat
kesejahteraan masyarakat dan kondisi lingkungan hidup tidak mengalami penurunan.
Tujuan CSR dapat disarikan sebagai berikut :
➢Ikut memberikan kontribusi terhadap pengembangan lingkungan dan masyarakat sekitar.
➢Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan potensial.
➢Sebagai pembeda perusahaan dengan perusahaan alternatif (pesaing).
➢Menjalin hubungan yang baik kepada masyarakat di luar perusahaan.
➢Menjalin hubungan yang baik dengan pemegang kepetingan (stakeholder) di luar seperti pemasok.

Tujuan PPM PPM yaitu :


a)Perbaikan Kelembagaan “Better Institution”.
Dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemintraan usaha.
b)Perbaikan Usaha “Better Business”.
Perbaikan pendidikan “semangat belajar”, perbaikan aksesibisnislitas, kegiatan dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki bisnis yang dila
kukan.
c)Perbaikan Pendapatan “Better Income”.
Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga da
n masyarakat.
d)Perbaikan Lingkungan “Better Environment”.
Perbaikan pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan “fisik dan sosial” karena kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan ata
u pendapatan yang terbatas.
e)Perbaikan Kehidupan “Better Living”.
Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.
f)Perbaikan Masyarakat “Better Community”.
Kehidupan yang lebih baik yang didukung oleh lingkungan “fisik dan sosial” yang lebih baik, diharapkan akan terwujud ke kehidupan masyarakat yang lebih
baik pula.

32
Jenis CSR

Sedikitnya ada 4 (empat) model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:

a.Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyer
ahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat se
niornya, seperti corporate secretary atau public affairmanager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.

b.Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini mer
upakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana
rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adal
ah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE F
und, dsb.

c.Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/L
SM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa
lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasa
n Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, D
epsos); Universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar), dsb.

d.Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial ya
ng didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang b
ersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya s
ecara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama (S
aidi, 2004:64-65).

33
ALUR PELAKSANAAN PROGRAM PPM
Badan Usaha Pemerintah & Masyarakat
CETAK BIRU (Blue Print)

Pemetaan Soial untuk mendapatkan kondi Ditetapkan Gubernur, Setelah me


si awal masyarakat ndapatkan Pertimbangan Direktu
r Jenderal
RENCANA INDUK PPM
Menyusun Rencana induk PPM dengan be
rpedoman pada Cetak Biru PPM (Blue print Badan Usaha MembuatRencana Program
) PPM PPM Tahunan Dimasukkan dalam RKAB y
ang disahkan oleh direktur jenderal
Wajib Mengkonsultasikan Rencana Induk PROGRAM PPM TAHUNAN
Program PPM dengan Pemerintah sesuai Masyarakat sekitar tambang dapat mengaj
dengan kewenangannya dan masyarakat ukan usulan kegiatan dalam Program PP
setempat M Tahunan melalui Gubernur untuk diteru
skan ke badan usaha
Badan usaha pertambangan wajib menyam SOP
paikan Standard Operating Procedure & di (Kriteria Keberhasilan & Pelaporan)
laporkan ke Pemerintah sesuai kewenanga
nnya
Badan usaha pertambangan wajib menya
mpaikan Laporan Realiasi Program PPM
Kriteria keberhasilan merupakan tolak ukur
yang perusahaan tentukan untuk mencapai PELAKSANAAN PROGRAM PPM OLEH Tahunan Triwulan & Semester (3 bulan) d
an (6 Bulan) paling lambat 30 (tiga puluh)
goal prgram PPM BADAN USAHA PERTAMBANGAN hari kalender sejak berakhir periode pelak
MINERAL & BATUBARA sanaan program PPM

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA| ENERGI UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA| 34
Pelaksanaan PPM
Saat ini, pelaksanaan PPM yang dijalankan oleh Perusahaan berpedoman kepada UU Minerba dan peraturan pelaksananya seperti Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara serta beberapa peraturan teknis sebagaimana disebutkan pada bagian sebelumnya.
Secara garis besar beberapa tahapan pelaksanaan PPM pertambangan adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan terlebih dahulu melakukan pemetaan sosial (social mapping) masyarakat sekitar lokasi pertambangan.
b. Berdasarkan hasil social mapping, perusahaan menyusun rencana induk yang penyusunannya :
- melibatkan pimpinan pemerintah daerah setempat, masyarakat, dan stakeholder PPM lainnya
- berpedoman pada blue print PPM yang telah ditetapkan oleh Gubernur.
- disusun bersamaan dengan dokumen studi kelayakan atau menjadi bagian dari dokumen studi kelayakan
- dikonsultasikan kepada Dirjen Minerba atas nama Menteri ESDM atau Gubernur sesuai kewenangan.
Rencana Induk PPM berlaku setidaknya 5 tahun, dan dapat diubah/dievaluasi.
c. Setelah rencana induk telah rampung, maka rencana induk akan menjadi acuan dalam menyusun program dan biaya PPM tahunan di sekitar WIUP dan WIUPK.
d. Perusahaan menyusun program PPM tahunan dengan ketentuan :
- mencatumkannya dalam dokumen RKAB.
- dikonsultasikan dengan Pemerintah atau pemerintah provinsi dan masyarakat setempat.
- pada tahap penyusunan program PPM tahunan, perlu sinergitas antara Perusahaan dengan Pemerintah Daerah untuk meng-sinkronisasi program PPM dengan progra
m pembangunan yang direncanakan dan dibiayai melalui anggaran daerah (APBD), hal ini bertUjuan agar tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan program dan biaya,
yang menjurus pada inefisiensi kegiatan dan anggaran.
- masyarakat setempat dapat mengajukan usulan program kegiatan PPM kepada bupati/walikota setempat untuk diteruskan kepada Perusahaan.
e. Pelaksanaan program PPM diprioritaskan untuk masyarakat di sekitar WIUP dan WIUPK yang terkena dampak langsung akibat aktivitas pertambangan atau dengan ka
ta lain merupakan masyarakat yang berada dekat kegiatan operasional penambangan dengan tidak melihat batas administrasi wilayah kecamatan/kabupaten.
f. Perusahaan wajib membiayai program PPM dari alokasi biaya program PPM pada anggaran dan biaya Perusahaan setiap tahun. Alokasi biaya tersebut dikelola oleh P
erusahaan.
35
Ruang Lingkup PPM

Ruang lingkup PPM dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu: Community Relation, Community Services, dan Community Empowerment.

a.Community Relation (hubungan masyarakat)


Merupakan pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada stakeholder, yang pada umumnya banyak dilakukan kepada masyarakat s
etempat dan Pemerintah Daerah. Contoh program Community Relation, antara lain :
✓Bantuan di bidang perbaikan tingkat pendidikan;
✓Bantuan di bidang perbaikan tingkat kesehatan;
✓Melestarikan dan mempromosikan budaya lokal;
✓Bantuan sarana dan prasarana penunjang perekonomian;
✓Bantuan bidang sosial dan olah raga;
✓Bantuan di bidang keagamaan.

b.Community Services (pelayanan kepada masyarakat)


Merupakan pelayanan kepada masyarakat berupa bantuan pembangunan infrastruktur yang dapat menunjang terlaksananya program Community Relation (hu
bungan masyarakat) dan Community Empowerment (pemberdayaan masyarakat). Contoh program Community Services adalah Bantuan pembangunan infrast
ruktur yang dapat berupa pembangunan jalan umum, jembatan, instalasi jaringan listrik, rumah ibadah dan sebagainya.

c.Community Empowerment (pemberdayaan masyarakat)


Merupakan upaya memperkuat kapasitas komuniti (masyarakat) dalam meningkatkan kualitas dan taraf hidup mereka. Contoh program Community Empower
ment, antara lain :
✓Kemitraan dengan penyedia jasa dan barang tingkat lokal (kepemilikan oleh masyarakat lokal) untuk kebutuhan operasi produksi IUP/IUPK/KK/PKP2B;
✓Pengembangan komoditi lokal berpotensial untuk peningkatan perekonomian masyarakat;
✓Pengembangan usaha-usaha kecil dan menengah lokal untuk pengolahan lanjut dari komoditi lokal;
✓Peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola usaha dan keterampilan teknis usaha;
✓Penguatan institusi/ lembaga lokal (embaga pemerintahan maupun non pemerintah) melalui peningkatan kapasitas leadership dan pengelolaan lembaga;
✓Peningkatan dan Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia.

36
Jenis PPM

Program PPM yang wajib dilaksanakan oleh Perusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1824 K/30/MEM/2018 tenta
ng Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat, terdiri dari sekurang-kurangnya meliputi 8 (delapan) bidang :
1.Pendidikan, dapat berupa :
a)Beasiswa;
b)Pendidikan, pelatihan keterampilan, dan keahlian dasar;
c)Bantuan tenaga pendidik;
d)Bantuan sarana dan/atau prasarana pendidikan; dan/atau
e)Pelatihan dan kemandirian masyarakat.
2.Kesehatan, dapat berupa :
a)Kesehatan Masyarakat Sekitar Tambang;
b)Tenaga kesehatan; dan/atau
c)Sarana dan/atau prasarana kesehatan.
3.Tingkat pendapatan riil atau pekerjaan, dapat berupa :
a)Kegiatan ekonomi menurut profesi yang dimiliki, seperti : perdagangan, perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan, dan kewirausahaan; atau
b)Pengutamaan penggunaan tenaga kerja Masyarakat Sekitar Tambang sesuai dengan kompetensi.
4.Kemandirian ekonomi, dapat berupa :
a)Peningkatan kapasitas dan akses Masyarakat Setempat dalam usaha kecil dan menengah;
b)Pengembangan usaha kecil dan menengah Masyarakat Sekitar Tambang;
c)Pemberian Kesempatan kepada Masyarakat Sekitar Tambang untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan usaha kecil dan menengah sesuai dengan profesinya.
5.Sosial dan budaya, dapat berupa :
a)Bantuan pembangunan sarana dan/atau prasarana ibadah dan hubungan dibidang keagamaan;
b)Bantuan bencana alam; dan/atau
c)Partisipasi dalam pelestarian budaya dan kearifan lokal setempat.
6.Pemberian kesempatan kepada masyarakat setempat untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan kehidupan Masyarakat Sekitar Tambang yang be
rkelanjutan.
7.Pembentukan kelembagaan komunitas masyarakat dalam menunjang kemandirian PPM; dan
8.Pembangunan infrastruktur yang menunjang PPM.

37
Prinsip Dasar CSR

Prinsip merupakan acuan bertindak dalam CSR, berkenaan dengan apa yang harus dan tidak dilakukan. Prinsip CSR menjadi pedoman secara umum bagaim
ana tujuan, program, dan kegiatan diarahkan untuk mencapai perubahan sebagaimana diinginkan oleh korporasi. Prinsip CSR merupakan penegasan komitme
n kerja dalam mewujudkan gagasan inovatif bisnis sebuah korporasi. Sebagai contoh, berdasarkan visi, misi dan strategi di atas, dapat dirumuskan prinsip pen
ting yang menjadi landasan bagaimana praktik CSR dilakukan :

a.Kepatuhan hukum : menegakkan etika bisnis yang baik melalui kegiatan penghargaan (award) terhadap korporasi yang patuh hukum.
b.Partisipasi : mengutamakan partisipasi sosial dengan memberikan akses kepada para stakeholder dalam praktik CSR.
c.Inovasi : mengembangkan kegiatan inovatif dalam substansi dan manajemen CSR.
d.Tata kelola dan kontrol : menyelenggarakan dan mengembangkan sistem tata kelola CSR yang baik melalui pengembangan manajemen dan sistem control
CSR yang efisien dan efektif.

Perumusan prinsip ini hanya contoh kecil bagaimana prinsip CSR dibangun dengan konsep dan nilai penting yang sudah dirumuskan dalam visi dan misi, yakn
i kepatuhan, partisipasi, inovasi, serta tata kelola dan kontrol. Jika sudah dirumuskan, prinsip tersebut menjadi landasan dan acuan bertindak dalam praktik CS
R.

Elemen dalam Pengelolaan CSR

Berdasarkan pendapat Riza Primahendra (CSR and Sustainability Specialist) di dalam tulisannya yang diterbitkan pada 26 Februari 2016, maka CSR dibagi ke
dalam 3 (tiga) elemen, yaitu :
a.CSR adalah komitmen, kontribusi, pengelolaan bisnis, dan pengambilan keputusan pada perusahaan.
b.CSR didasarkan pada akuntabilitas, mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan, memenuhi tuntutan etis, legal, dan profesional.
c.CSR memberikan dampak nyata pada pemangku kepentingan dan secara khusus pada masyarakat sekitar.

Keberhasilan program CSR suatu perusahaan didasari atas modal sosial yeng terdiri dari elemen-elemen:
a.saling percaya (trust) yang meliputi adanya kejujuran, kewajaran sikap egality, toleransi dan kemurahan hati
b.jaringan social yang meliputi adanya partisipasi, pertukarann timbal balik, solidaritas, kerjasama dan keadilan.
c.pranata meliputi nilai-nilai yang dimiliki, norma dan sanksi dan aturan-aturan.

38
39
40
Keterangan :
1.Diberikan keterangan kendala dalam realisasi program (narasi)
2.Untuk kolom Lokasi diisi dengan tempat pelaksanaan program
3.Poin 1 s.d. 8 dapat diisi apabila program dilaksanakan oleh Perusahaan

41
Tabel Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam RKAB

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA| ENERGI UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA| 42
43
44
PARAMETER KEBERHASILAN PROGRAM

1 KETERLIBATAN MULTI PIHAK?

2 TUJUAN? Apa saja tujuan konkret yang dicapai?

TEPAT SASARAN?
3 Mengacu pada hasil social mapping, Pelaksanaan PPM mampu memenuhi kebutuhan daerah
tertentu di sekitar wilayah pertambangan perusahaan secara optimal.

PENINGKATAN PEMBANGUNAN DALAM PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN?


4
Jangan sekedar penyerapan biaya PPM saja

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA| ENERGI UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA| 45
PELAPORAN DAN SANKSI

PELAPORAN !!!
•Badan Usaha Wajib menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan program PPM Tahunan dan Pe
nggunaan Tenaga Kerja dan Program Pelatihan kepada menteri c.q direktur jenderal atau gubernur
sesuai kewenangannya dengan tembusan kepada bupati/walikota setempat secara berkala setiap t
riwulan;
•Laporan realisasi pelaksanaan Program PPM Tahunan disusun menerapkan prinsip tepat, akurat, j
elas, seimbang, dan dapat dibandingkan.

Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara| Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat

46
www.minerba.esdm.go.id
Lampiran I
Pedoman Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)
A. Proses Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM
Mutu Baku
Direktur Pemegang
No Kegiatan Gubernur Kelengakpan/ P Keterangan
Jenderal IUP/IUPK Output
eryaratan
1 Gubernur menyusun d
raft Cetak Biru (Blue Pr Agenda Kerja Disposisi
int) PPM.
2 Draft Cetak Biru (Blue Panah balikan menan
Print) PPM mendapat dakan draft Cetak Bir
pertimbangan teknis d u (Blue Print) disesuai
Draft Cetak Biru Pertimbangan Tekni
ari Direktur Jenderal Tidak kan kembali dengan p
xx (Blue Print) s
Mineral dan Batubara ertimbangan teknis d
ari Dirjen Minerba

3 Gubernur menetapkan
Ya Pertimbangan T Dokumen Cetak Bir
Cetak Biru (Blue Print) x
eknis u (Blue Print)
PPM.
4 Pemegan IUP/IUPK me
mbuat Rencana Induk Rencana Induk PPM
PPM sesuai dengan do Dokumen Cetak yang telah disesuaik
kumen Cetak Biru (Blu Biru (Blue Print) an dengan Cetak Bir
e Print) PPM u (Blue Print) PPM
Lampiran I
Pedoman Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masy
arakat (PPM)
B. Kerangka Cetak Biru (Blue Print) PPM
Format Keterangan
Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN Berisikan tentang gambaran umum mengenai pr
1.1. Latar Belakang ofil perusahaan, dengan melampirkan struktur o
1.2. Maksud dan Tujuan rganisasi (head office dan site) mulai dari manag
1.3. Dasar Hukum ement sampai level bawah
BAB II CETAK BIRU (BLUE PRINT) PPM SEKITAR PE
RTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Lampiran I
Pedoman Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masy
arakat (PPM)
B. Kerangka Cetak Biru (Blue Print) PPM
Format Keterangan
2.1. Visi dan Misi PPM Provinsi
2.1.1. Visi PPM Provinsi
2.1.2. Misi PPM Provinsi

2.2. Kondisi Saat Ini


2.2.1 Indeks pembangunan manusia prov
insi dan/ atau kabupaten/ kota setempat
2.2.2 Ekonomi Masyarakat sekitar tamba
ng
2.2.3 Sosial budaya dan lingkungan kehid
upan masyarakat sekitar tambang
2.2.4. Kelembagaan komunitas masyaraka
t sekitar tambang
2.2.5. Infrastruktur sekitar tambang

2.3. Cetak Biru (Blue Print) PPM


Lampiran I
Pedoman Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masy
arakat (PPM)
B. Kerangka Cetak Biru (Blue Print) PPM
Format Keterangan
2.3. Cetak Biru (Blue Print) PPM
Cetak Biru (blue print) PPM berisi goals pemerint
ah provinsi untuk program-program PPM yang di
buat oleh badan usaha pertambangan termasuk
di dalamnya rencan kerja dan penanggung jawab
kegiatan yang disinkronkan dengan dokumen ren
cana pascatambang (RPT) dan rencana tata ruan
g wilayah (RTRW)

2.3.1. Peningkatan Indeks Pembangunan Data yang dimiliki oleh provinsi dan/ atau kabup
Manusia provinsi dan/ atau kabupa aten/ kota setempat (BPS Provinsi dan/ atau Bap
ten/ kota setempat peda)
2.2.2 Pembangunan ekonomi masyarakat Pembangunan Ekonomi Masyarakat sekitar tamb
sekitar tambang sampai dengan pel ang sampai dengan pascatambang mengacu pad
aksanaan kegiatan pascatambang a tingkat pendapatan rill atau pekerjaan masyara
kat setempat berdasarkan produk domestik regi
onal bruto sebelum adanya kegiatan usaha perta
mbangan
Lampiran I
Pedoman Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masy
arakat (PPM)
B. Kerangka Cetak Biru (Blue Print) PPM
Format Keterangan
2.2.3. Pengembangan Sosial Budaya & Lin Program ini mengacu pada kearifan lokal yang se
gkungan Kehidupan Masyarakat sek kurang-kurangnya terdi atas adat istiadat, keaga
itar tambang yang berkelanjutan maan, olahraga dan seni, dan atau partisipasi dal
am pengelolaan lingkungan
2.3.4. Pengembangan Kelembagaan Kom Bidang Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Pertani
unitas Masyarakat dalam menunjan an, Peternakan & Perikananan
g kemandirian PPM
2.3.4. Pembangunan infrastruktur yang m Sarana Pendidikan, Keagamaan, Kesehatan, Pert
enunjang PPM anian & Peternakan, Pemberdayaan Ekonomi, U
mum Lain.
BAB III KESIMPULAN
Lampiran II
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (
PPM)

Format Keterangan
Kata Pengantar
Intisari
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang 1. Identitas pemegan IUP atau IUPK (nama badan usaha/ ko
perasi/ perseroan, alamat lengkap, penanggung jawab re
ncana atau kegiatan)
2. Uraian singkat mengenai peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan PPM
3. Uraian singkat mengenai status perizinan (nomor, tanggal
diterbitkannya, masa berlaku, status PMA/ PMDN IUP ata
u IUPK).
b. Maksud dan Tujuan
c. Dasar Hukum
BAB II PROFIL WILAYAH Uraian
Lampiran II
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (
PPM)

Format Keterangan
BAB II PROFIL WILAYAH Uraian singkat mengenai lokasi WIUP/WIUPK (desa, kecamatan, kab
upaten/kota, provinsi dan posisi geografi)
BABA III HASIL KONSULTASI DENGA Uraian rinci mengenai konsultasi (nasihat, saran, dan kesimpulan) d
N PEMANGKU KEPENTING engan pihak yang berkepentingan terkait Rencana Induk PPM.
AN (STAKEHOLDERS)

BAB IV RENCANA INDUK PPM


a. Penerima manfaat berdasarkan 1. Ring 1:
lokasi yang tekena dampak lang Wilayahnya terkena dampak langung dari kegiatan operasional pert
sung (ring 1, ring 2 dan ring 2) ambangan, merupakan lokasi dari keberadaan fasilitas utama p
dapat disesuaikan dengan doku erusahaan, dimana masyarakat memiliki frekuensi hubungan tin
men lingkungan ggi dengan perusahaan. Lingkupnya adalah satu atau beberapa
desa yang wilayah atau area pencarian hidupnya terkena damp
ak langsung dari kegiatan perusahaan, baik yang bersifat dampa
k lingkungan dan sosial berdasarkan studi baseline (pendahulua
n) dan Amdal (Analisa mengenai dampak lingkungan)
Lampiran II
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (
PPM)

Format Keterangan
BAB IV RENCANA INDUK PPM
a. Penerima manfaat berdasarkan 2. Ring 2:
lokasi yang tekena dampak lang Wilayahnya terkena dampak lingkungan langsung dari kegiatan
sung (ring 1, ring 2 dan ring 2) pertambangan, merupakan lokasi dari keberadaan fasilitas uta
dapat disesuaikan dengan doku ma perusahaan, di mana masyarakat memiliki frekuensi hubung
men lingkungan an sedang dengan perusahaan. Lingkupnya adalah satu atau be
berapa kecamatan yang wilayah atau area pencarian hidupnya t
erkena dampak langsung dari kegiatan peruahaan, baik yang be
rsifat dampak lingkungan dan sosial berdasarkan studi baseline
(pendahuluan) dan Amdal (analisis mengenai dampak lingkunga
n) namun masih dalam lingkup administrasi kabupaten yang sa
ma dengan wilayah ring I
Lampiran II
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (
PPM)

Format Keterangan
BAB IV RENCANA INDUK PPM
a. Penerima manfaat berdasarkan 3. Ring 3
lokasi yang tekena dampak lang Wilayahnya terkena dampak lingkungan langsung dari kegiatan
sung (ring 1, ring 2 dan ring 2) pertambangan, merupakan lokasi dari keberadaan fasilitas uta
dapat disesuaikan dengan doku ma perusahaan, dimana masyarakat memiliki frekunsi hubunga
men lingkungan n rendah dengan perusahaan. Lingkupnya adalah satu atau beb
erapa kabupaten yang area di mana terdapat kelompok masyar
akat yang terkena dampak tidak langsung dari operasional peru
sahaan dalam lingkup provinsi yang sama dengan wilayah ring I
dan ring II atau lingkup nasional.

b. Lokasi Kegiatan PPM


c. Waktu Pelaksanaan PPM Tahun Uraian mengenai rencana waktu pelaksanaan dapat dibuatkan gran
an d design sampai dengan pascatambang (program PPM pada taham
pascatambang disesuaikan dengan dokumen Rencana Pascatamban
g yang telah disetujui oleh Pemerintah).
Lampiran II
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (
PPM)

Format Keterangan
BAB IV RENCANA INDUK PPM
c. Waktu Pelaksanaan PPM Tahun Program PPM tahunan yang belum terlaksana pada akhir tahun berj
an alan, maka program PPM dilanjutkan pada program PPM tahun beri
kutnya.
Keterangan:
Format Rencana Induk disusun dengan tabel I.
e. Rencana Pembiayaan PPM 1. Pembiayaan PPM Tahunan berasal dari biaya operasional badan
usaha pertambangan yang tercantum pada RKAB
2. Pembiayaan Program PPM Tahunan wajib dikelola langsung
oleh badan usaha pertambangan
3. Dalam terdapat sisa pembiayaan program PPM Tahunan pada
akhir tahun berjalan, sisa pembiayaan program PPM digunakan
sebagai pembiayaan program PPM Tahun berikutnya
4. Pembiayaan Program PPM Tahunan dilarang tumpang tindih
dengan pembiayaan yang berasal dari APBN atau APBD.
Keterangan:
Format Rencana Induk disusun dengan tabel I.
Lampiran II
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (
PPM)

Format Keterangan
BAB V KRITERIA KEBERHASILAN Uraian mengenai kriteria keberhasilan yang akan dicapai dalam mel
PPM aksanakan program PPM yang meliputi standar keberhasilan pada s
etiap programnya.
Lampiran II
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (
PPM)
Format Rencana Induk PPM*)
Waktu Pelaksan Rencana Pembia
aan PPM yaan PPM

Lokasi Keg
No Program Utama PPM Tahunan **) (Tahun pertama (Tahun pertama Keterangan
iatan
operasi produksi operasi produksi
s.d. Pascatamba s.d. Pascatamba
ng) ng

1 Pendidikan
- Beasiswa
- Pendidikan, Pelatihan Keterampilan, dan Keahlian dasar
- Bantuan tenaga pendidik
- Bantuan sarana dan/ atau prasarana pendidikan
- Pelatihan dan kemandirian masyarakat
2 Kesehatan
- Kesehatan Masyarakat Sekitar Tambang
- Tenaga Kesehatan
- Sarana dan/ atau prasarana kesehatan
Lampiran II
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (
PPM)
Format Rencana Induk PPM*)
Waktu Pelaksan Rencana Pembia
aan PPM yaan PPM

Lokasi Keg
No Program Utama PPM Tahunan **) (Tahun pertama (Tahun pertama Keterangan
iatan
operasi produksi operasi produksi
s.d. Pascatamba s.d. Pascatamba
ng) ng
3 Tingkat pendapatan riil atau pekerja
Kegiatan ekonomi menurut profesi yang dimiliki, seperti:
- Perdagangan
- Perkebunan
- Pertanian
- Perikanan
- Kewirausahaan
Pengutamaan penggunaan tenaga kerja masyarakat sekitar ta
mbang sesuai dengan kompetensi
Lampiran II
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (
PPM)
Format Rencana Induk PPM*)
Waktu Pelaksan Rencana Pembia
aan PPM yaan PPM

Lokasi Keg
No Program Utama PPM Tahunan **) (Tahun pertama (Tahun pertama Keterangan
iatan
operasi produksi operasi produksi
s.d. Pascatamba s.d. Pascatamba
ng) ng
4 Kemandirian ekonomi
₋ Peningkatan kapasitas dan akses Masyarakat Setempat dal
am usaha kecil dan menengah
₋ Pengembangan usaha kecil dan menengah Masyarakat Sek
itar Tambang
₋ Pemberian Kesempatan kepada Masyarakat Sekitar Tamba
ng untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan usaha k
ecil dan menengah sesuai dengan profesinya
5 Sosial dan budaya
₋ Bantuan pembangunan sarana dan/ atau prasarana ibadah
dan hubungan di bidang keagamaan.
₋ Bantuan bencana alam
₋ Partisipasi dalam pelestarian budaya dan kearifan lokal set
empat
Lampiran II
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (
PPM)
Format Rencana Induk PPM*)
Waktu Pelaksan Rencana Pembia
aan PPM yaan PPM

Lokasi Keg
No Program Utama PPM Tahunan **) (Tahun pertama (Tahun pertama Keterangan
iatan
operasi produksi operasi produksi
s.d. Pascatamba s.d. Pascatamba
ng) ng
Pemberian kesempatan kepada masyarakat setempat untuk i
6 kut berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan kehidupan
Masyarakat Sekitar Tambang yang bekelanjutan
Pembentukan kelembagaan komunitas masyarakat dalam me
7
nunjang kemandirian PPM
8 Pembangunan infrastruktur yang menunjang PPM
Total

*) Berdasarkan social mapping sampai pascatambang, setiap 5 tahun bisa ditinjau kembali atau revisi (jika diperl
ukan)
**) Khusus IUP Operasi Produksi mineral logam dan IUP Operasi Produksi Batuan hanya wajib melaksanakan progr
am utama yaitu: Pendidikan, Kesehatan, dan Kemandirian Ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai