Anda di halaman 1dari 35

PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PPM)

PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN


Nama : Sukri Amrullah
PENGERTIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (PPM)

Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat


(PPM) adalah upaya dalam rangka mendorong
peningkatan perekonomian, pendidikan, sosial
budaya, Kesehatan, dan lingkungan kehidupan
masyarakat sekitar tambang, baik secara
individual maupun kolektif agar tingkat
kehidupan masyarakat sekitar tambang menjadi
lebih baik dan mandiri.
DASAR HUKUM

Undang - Undang
• UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
• UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
• UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
• UU Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009

Peraturan Pemerintah
• PP 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara pasal 106 – 109, Pasal 111
• PP 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

Peraturan Menteri
• Permen ESDM Nomor 13 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral
• Permen ESDM Nomor 41 tahun 2016 tentang Pengembangan Dan Pemberdayaan
Masyarakat Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
• Kepmen ESDM Nomor 1824 K / 30 /MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Merujuk kepada Permen ESDM No 41 Tahun 2016
tentang Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara, maka setiap badan usaha
pertambangan diwajibkan untuk menyusun dan
mempunyai Rencana Induk Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat (PPM).
Peraturan Menteri PPM ini kemudian lebih diperjelas
lagi melalui Kepmen ESDM No 1824
K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Kepmen ini memuat dua point utama, yaitu :

1. Pedoman Penyusunan Cetak Biru (Blue Print)

2. Pedoman Penyusunan Rencana Induk PPM.


PEDOMAN PENYUSUNAN CETAK BIRU (BLUE PRINT)

• Cetak Biru (Blue Print) PPM adalah dokumen


yang berisi perencanaan strategis
pembangunan terpadu yang memuat arah
kebijakan PPM di wilayah Provinsi.
KETERANGAN PENYUSUNAN CETAK BIRU (BLUE PRINT) PPM

1) Gubernur menyusun rancangan Cetak Biru (Blue Print) PPM


dengan melibatkan Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemegang
IUP/IUPK, akademisi, dan masyarakat, serta mempertimbangkan
hasil Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan
(Musrembang), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Nasional dan Daerah, Rencana Tata Ruang dan Wilayah
(RTRW) Nasional dan Daerah.

2) Rancangan Cetak Biru (Blue Print) PPM yang telah disepakati


bersama disampaikan kepada Direktur Jenderal Mineral dan
Batubara untuk memperoleh Pertimbangan Teknis. Direktur
Jenderal Mineral dan Batubara memberikan pertimbangan teknis
atas rancangan Cetak Biru (Blue Print) PPM.
3) Gubernur menetapkan Cetak Biru (Blue Print) PPM
berdasarkan pertimbangan teknis dari Direktur Jenderal.
Cetak Biru (Blue Print) PPM dapat dievaluasi dan diubah 5
(lima) tahun sekali.

4) Pemegang IUP/IUPK membuat rencana induk PPM


berdasarkan Cetak Biru (Blue Print) PPM yang telah
ditetapkan oleh Gubernur.
KERANGKA CETAK BIRU (BLUE PRINT) PPM
RENCANA INDUK PPM

• Rencana Induk PPM adalah dokumen yang


memuat rencana program PPM yang disusun
berdasarkan Cetak Biru (Blue Print) PPM
• Badan usaha wajib menyusun rencana induk PPM
dengan berpedoman pada Cetak Biru (Blue Print)
PPM Penyusunan Rencana Induk PPM dilakukan
bersamaan dengan dokumen studi kelayakan dan
dokumen lingkungan hidup dan menjadi bagian dari
studi kelayakan;
• Rencana Induk PPM memuat rencana program PPM
selama tahap kegiatan operasi produksi termasuk
pascatambang;
• Rencana Induk PPM disusun berdasarkan pemetaan
sosial untuk mendapatkan gambaran kondisi awal
masyarakat sekitar tambang (kesehatan, pendidikan,
sosbud, lingkungan kehidupan masyarakat,
infrastruktur, kemandirian ekonomi, kelembagaan
komunitas masyarakat dalam menunjang kemandirian
ekonomi).
• Rencana induk PPM sekurang – kurang memuat :
a. Program pada tahap kegiatan operasi produksi
termasuk pascatambang
b. Waktu Pelaksanaan program
c. Rencana Pembiayaan
• Badan usaha wajib melakukan konsultasi atas rencana induk
PPM dengan direktur jenderal atas nama menteri sesuai
kewenangannya, gubernur, serta melibatkan bupati/walikota
setempat dan masyarakat sekitar tambang.
• Rencana induk wajib di evaluasi secara berkala 1 (satu) kali
setiap 5 (lima) tahun, apabila terjadi perubahan dokumen blue
print, studi kelayakan dan dokumen lingkungan
• Masyarakat dapat memberikan usulan program dalam rencana
induk melalui pemerintah dan/atau gubernur
Program PPM Tahunan

Program PPM Tahunan adalah rencana


pelaksanaan program PPM tahun berjalan
sebagai bagian dari rencana kerja dan
anggaran biaya yang telah disetujui sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Badan Usaha pertambangan wajib menyusun program
PPM Tahunan dengan mengacu pada rencana induk;
• Program PPM Tahunan sekurang – kurangnya memuat
tentang :
• Rencana rincian kegiatan, Waktu Pelaksanaan,
Pembiayaan Program PPM Tahunan. Kriteria
• Keberhasilan, Realisasi Program PPM Tahunan
sebelumnya;
• Badan Usaha Pertambangan Wajib melakukan
konsultasi atas program PPM Tahunan dengan Direktur
Jenderal atas nama menteri sesuai kewenangan
Gubernur, serta melibatkan Bupati/walikota setempat
dan masyarakat sekitar tambang
PENERIMA MANFAAT PPM BERDASARKAN LOKASI

Lokasi Kegiatan
Penambangan

RING 1

RING 2

RING 3
Ring 1
Wilayah terkena dampak langsung dari kegiatan
operasional pertambangan, merupakan lokasi dari
keberadaan fasilitas utama perusahaan , dimana
masyarakat memiliki frekuensi hubungan tinggi
dengan perusahaan. Lingkupnya adalah satu atau
beberapa desa yang wilayah atau area pencarian
hidupnya terkena dampak langsung dari kegiatan
perusahaan , baik yang bersifat dampak
lingkungan dan sosial berdasarkan studi
baseline(Pendahuluan) dan Amdal.
Ring 2
Wilayah terkena dampak lingkungan langsung dari kegiatan
pertambangan, merupakan lokasi dari keberadaan fasilitas
utama perusahaan, dimana masyarakat memiliki frekuensi
hubungan sedang dengan perusahaan. Lingkupnya adalah
satu atau beberapa kecamatan yang wilayah atau area
pencarian hidupnya terkena dampak langsung dari kegiatan
perusahaan. Baik yang bersifat dampak lingkungan dan
sosial berdasarkan studi baseline (pendahuluan) dan Amdal
(analisis mengenai dampak lingkungan)namun masih dalam
lingkup Administrasi kabupaten yang sama dengan wilayah
Ring 1.
Ring 3
Wilayah terkena dampak lingkungan langsung
dari kegiatan pertambangan, merupakan lokasi
keberadaan fasilitas utama perusahaan , dimana
masyarakat memiliki frekuensi hubungan rendah
dengan perusahaan. Lingkungannya adalah satu
atau beberapa kabupaten yang area terdapat
kelompok masyarakat yang terkena dampak tidak
langsung dari operasional perusahaan dalam
lingkup propinsi yang sama dengan wilayah Ring
1 dan ring 2 atau lingkup nasional.
WAKTU PELAKSANAAN PPM TAHUNAN

Uraian mengenai rencana waktu pelaksanaan dapat


dibuatkan grand design sampai dengan pasca tambang
(Program PPM pada tahap pasca tambang disesuaikan
dengan dokumen rencana pasca tambang yang telah
disetujui oleh pemerintah) program PPM tahunan yang
belum terlaksana pada akhir tahun berjalan, maka
program PPM dilanjutkan pada program PPM tahun
berikutnya.
PROGRAM UTAMA PPM TAHUNAN

1. PENDIDIKAN
- Beasiswa
- Pendidikan, Pelatihan
Keterampilan, dan keahlian dasar
- Bantuan tenaga pendidik
- Bantuan sarana dan/ atau
prasarana Pendidikan
- Pelatihan dan kemandirian
masyarakat
2. KESEHATAN
- Kesehatan
Masyarakat Sekitar
Tambang
- Tenaga Kesehatan
- Sarana dan /atau
prasarana kesehatan
3. TINGKAT PENDAPATAN RILL ATAU PEKERJAAN
KEGIATAN EKONOMI MENURUT PROFESI YANG DIMILIKI

- Perdagangan
- Perkebunan
- Pertanian
- Peternakan
- Perikanan
- Kewirausahaan
4. KEMANDIRIAN EKONOMI

- Peningkatan
kapasitas dan
akses Masyarakat
Setempat dalam
Usaha kecil dan
menengah
- Pengembangan
Usaha kecil dan
menengah
Masyarakat sekitar
Tambang
- Pemberian
Kesempatan
kepada
Masyarakat Sekitar
Tambang untuk ikut
berpartisipasi
dalam
pengembangan
usaha kecil dan
menengah sesuai
dengan profesinya.
5. SOSIAL DAN BUDAYA

- Bantuan Pembangunan sarana dan/ atau


prasarana ibadah dan hubungan dibidang
keagamaan.
- Bantuan bencana alam
- Partisipasi dalam pelestarian budaya dan
kearifan lokal setempat
6. Pemberian kesempatan kepada masyarakat
setempat untuk ikut berpartisipasi dalam
pengelolaan lingkungan kehidupan Masyarakat
Sekitar Tambang yang berkelanjutan

7. Pembentukan kelembagaan komunitas


masyarakat dalam menunjang kemandirian PPM
8. PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR YANG MENUNJANG PPM
RENCANA PEMBIAYAAN PPM

1. Pembiayaan PPM tahunan berasal dari biaya operasional


badan usaha pertambangan yang tercantum pada RKAB;
2. Pembiayaan Program PPM tahunan wajib dikelola
langsung oleh badan usaha Pertambangan;
3. Dalam terdapat sisa pembiayaan program PPM tahunan
pada akhir tahun berjalan, sisa pembiayaan program PPM
dapat digunakan sebagai pembiayaan program PPM tahun
berikutnya ; dan
4. Pembiayan programm PPM tahunan dilarang tumpang
tindih dengan pembiayaan yang berasal dari APBN dan
APBD
PELAPORAN

- Badan Usaha Wajib menyampaikan laporan realisasi


pelaksanaan program PPM Tahunan
kepada menteri c.q direktur jenderal atau gubernur sesuai
kewenangannya dengan tembusan kepada bupati/walikota
setempat secara berkala setiap 6 (enam) bulan tahun
berjalan;
- Penyampaian laporan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak berakhir periodepelaksanaan program PPM;
- Laporan realisasi pelaksanaan Program PPM Tahunan
disusun menerapkan prinsip tepat, akurat, jelas, seimbang,
dan dapat dibandingkan
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
• Direktur Jenderal atas nama menteri melakukan pembinaan terhadap
penyusunan cetak biru (blue print) PPM yang dilaksanakan oleh
gubernur.
• Direktur Jenderal atas nama menteri dan Gubernur sesuai
kewenangannya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyusunan dan/atau pelaksanaan rencana induk PPM dan program
PPM Tahunan yang dilaksanakan oleh badan usaha pertambangan.
• Direktur Jenderal atas nama Menteri melakukan pengawasan terhadap
binwas yang dilakukan oleh Gubernur terhadap badan usaha
pertambangan
• Direktur Jenderal atas nama menteri meminta badan usaha
pertambangan untuk mempresentasikan laporan realisasi pelaksanaan
program PPM Tahunan.
• Dirjen dan/atau Gubernur menunjuk pejabat untuk melakukan binwas
• Gubernur menyampaikan laporan binwas PPM kepada Menteri setiap 6
bulan sekali paling lambat 60 hari
SANKSI

Badan usaha pertambangan yang tidak


memenuhi atau melanggar ketentuan dapat
dikenakan sanksi administratif.
Sanksi administratif yang dimaksud dapat berupa

1. Peringatan tertulis
2. Penghentian sementara sebagia atau seluruh
kegiatan usaha pertambangan
3. Pencabutan IUP atau IUPK
Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai