Anda di halaman 1dari 55

PT.

SINAR LOGINDO ALAM

LAPORAN STUDI KELAYAKAN

IUP No.188.45/119/Tamben/2014
Desa Jurung, Kecamatan Merawang
Kabupaten Bangka.

TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas dan
rahmat dan karunia-Nya lah dapat terselesaikan Laporan Studi Kelayakan ini.
Laporan Studi Kelayakan ini bertujuan untuk menentukan layak atau tidaknya
blok penambangan Desa Jurung, Kecamatan Jurung untuk ditambang berdasarkan
sisi teknis,ekonomi, lingkungan, dan social politik sehingga kegiatan penambangan
yang berlangsung akan membawa dampak yang baik dan saling menguntungkan
bagi perusahaan, masyarakat sekitar dan pemerintah.

Pembuatan Laporan Studi Kelayakan ini adalah untuk memenuhi kewajiban


perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan ( IUP ) sebagai salah satu syarat
dalam tahap peningkatan Izin Usaha Pertambangan ( IUP ) Eksplorasi menjadi Izin
Usaha Pertambangan ( IUP ) Operasi Produksi.

Semoga laporan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan menjadi salah
satu syarat dalam tahap peningkatan Izin Usaha Pertambangan ( IUP ) Eksplorasi
menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

Pangkalpinang, Maret 2015

PT. SINAR LOGINDO ALAM

APIK CHAKIB RASJIDI

DIREKTUR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG 1
2. MAKSUD DAN TUJUAN 1
3. RUANG LINGKUP DAN METODE STUDI 2
4. PELAKSANAAN STUDI 2
5. JADWAL DAN WAKTU STUDI 2

BAB II KEADAAN UMUM


1. LOKASI DAN LUAS WILAYAH 3
2. KESAMPAIAN DAERAH 4
3. KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH 4
4. TOPOGRAFI DAN MORFOGRAFI 5

BAB III GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN


1. GEOLOGI 6
2. KEADAAN ENDAPAN 7

BAB IV RENCANA PENAMBANGAN


1. SISTEM/METODE PENAMBANGAN 10
2. TAHAP KEGIATAN PENAMBANGAN 11
3. RENCANA PRODUKSI 11
4. PERALATAN PENAMBANGAN 12
5. JADWAL RENCANA PRODUKSI DAN UMUR TAMBANG 12
6. RENCANA PENANGANAN GALIAN KUALITAS RENDAH 13
7. RENCANA PEMANFAATAN BAHAN GALIAN DAN MINERAL DAN IKUTAN 13

BAB V RENCANA PELEBURAN DAN PEMURNIAN


1. PROSES PELEBURAN 14
2. PERALATAN PRODUKSI 14
3. PROSES PELEBURAN DAN PEMURNIAN 15

BAB VI PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

1. TATA CARA 19
2. PERALATAN 20
BAB VII LINGKUNGAN, KESEHATAN, DAN KESELAMATAN KERJA ( K3 )

1. LINGKUNGAN 21
2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 25
3. LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN K3 PENAMBANGA 26

BAB VIII TENAGA KERJA

1. IDENTITAS PERUSAHAAN 28
2. TINGKAT GAJI DAN UPAH 28
3. SISTEM KERJA 29

BAB IX PEMASARAN

1. ORGANISASI 30
2. PROSPEK PEMASARAN 30

BAB X INVESTASI DAN ANALISA KELAYAKAN

1. INVESTASI 31
2. ANALISA KELAYAKAN 33

BAB XI KESIMPULAN 38
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kegiatan penambangan dapat memberikan manfaat baik secara langsung


maupun tidak langsung bagi pengembangan perekonomian regional maupun
nasional. Selain manfaat tersebut, manfaat yang diperoleh adalah berupa
peningkatan devisa Negara, penyerapan tenaga kerja serta perkembangan
perekonomian lainnya khususnya yang berhubungan dengan sektor
pertambangan.

Dengan semakin meningkatnya industri dunia yang membutuhkan mineral-


mineral tertentu sebagai bahan baku utama maupun bahan tambahan,
menyebabkan permintaan akan aneka mineral semakin meningkat sehingga
semakin menaikkan harga komuditas tersebut.

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari studi kelayakan ini adalah untuk menganalisa hasil dari data-data
eksplorasi yang telah dilakukan sebelumnya.

Tujuan dari studi kelayakan ini adalah untuk menentukan layak atau tidaknya
blok penambangan Desa Jurung, Kecamatan Merawang, untuk ditambang
berdasarkan sisi teknis, ekonomi, lingkungan, dan sosial politik sehingga
kegiatan penambangan yang berlangsung akan membawa dampak yang baik
dan saling menguntungkan bagi perusahaan, masyarakat, dan pemerintah.
I.3 Ruang Lingkup dan Metode Studi

Ruang lingkup studi kelayakan ini meliputi pemeriksaan dan analisa seluruh
aspek pertambangan yang meliputi rekayasa geologi, informasi lingkungan,
ekonomi, sosial budaya masyarakat, politik dan hokum yang terbatas pada
rencana penambangan timah pada blok penambangan Desa Jurung,
Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka.

I.4 Pelaksanaan Studi

Studi kelayakan penambangan timah Desa Jurung, Kecamatan Merawang,


Kabupaten Bangka dilakukan oleh pihak perusahaan PT.SINAR LOGINDO
ALAM pada tahun 2015.

I.5 Jadwal Waktu Studi


Pelaksanaan studi kelayakan ini dibuat dalam waktu yang relatif singkat,
dikarenakan tim yang terlibat ke lapangan dan telah mengetahui kondisi
lapangan sejak dimulai tahap eksplorasi yang kemudian dilakukan analisa
data.
BAB II

KEADAAN UMUM

II. 1 Lokasi dan Luas Wilayah Izin Usaha Pertambangan ( IUP )


Eksplorasi

Lokasi permohonan Izin Usaha Pertambangan ( IUP ) Eksplorasi terletak di


Desa Jurung, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka dengan luas areal
yang dimohonkan sebesar 465,60 hektar sesuai Surat Keputusan Bupati
Bangka Nomor : 188.45/119/Tamben/2014 dengan koordinat permohonan
wiklayah eksplorasi dibawah ini :

Tabel 2.1 Koordinat lokasi IUP Eksplorasi

KOORDINAT
NO UTM
X Y
1 651290 9700040
2 652800 9700040
3 652800 9699230
4 652240 9699230
5 652240 9698580
6 651715 9698580
7 651715 9698160
8 651290 9698160
II.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat

Lokasi blok penambangan secara administrasi terletak di Desa Jurung,


Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka dengan luas areal 465,6 hektar.

Akses menuju lokasi dapat ditembuh dengan menggunakan kendaraan roda


empat ( mobil ) maupun kendaraan roda dua ( motor ).

II. 3 Keadaan Lingkungan Daerah


Penduduk Desa Jurung, Kecamatan Merawang terdiri dari suku Melayu
Bangka, Palembang dan Jawa dengan agama mayoritas Islam.

Rona awal lingkungan hidup merupakan tentang keadaan lingkungan


sekitar lokasi rencana kegiatan. Dalam lingkungan tidak semua komponen
lingkungan yang diperkirakan mengalami perubahan besar akan
menyebabkan dampak terhadap komponen lainnya.

Iklim di daerah Desa Jurung atau Pulau Bangka pada umumnya adalah
iklim tropis basah. Curah hujan hamper sepanjang tahu dengan jumlah
hujan tahunan sekitar 142,06 mm per tahun. Suhu udara tidak menunjukan
perbedaan yang bearti antara musim panas dan musim dingin, yaitu rata-
rata 26,5° C sedangkan kelembaban antara 85-91.

Berdasarkan pengamatan di lapangan tipe vegetasi yang terdapat disekitar


lokasi kegiatan umumnya adalah kawasan hutan sekunder, vegetasi semak
belukar merupakan kawasan air dan air sekitarnya.

Jenis fauna yang dijumpai dilokasi kegiatan masih banyak ditemukan jenis-
jenis burung antara lain: burung pipit, punai, perbak, tekukur, kutilang dan
lain-lainnya. Tingginya keanekaragaman jenis burung disekitar lokasi ini
disebabkan adanya tipe vegetasi hutan sekunder, semak belukar, serta
perkebunan masyarakat yang menjadi habitat berbagai burung.
Hewan reptil yang masih dijumpai disekitar lokasi rencana kegiatan
berdasarkan pengamatan survey lapangan dan informasi masyarakat
adalah ular, kadal, dan biawak. Sedangkan jenis mamalia yang terdapat
disekitar lokasi antara lain adalan musang, kelelawar dan babi.

II.4 Topografi dan Morfologi

Bentang alam Pulau Bangka secara umum merupakan dataran rendah yang
relatif rata, kecuali di daerah-daerah tertentu bergelombang (berbukit)
dengan puncak sejumlah gunung yang masing_masing letaknya sangat
terpisah.

Secara morfologi daerah blok penambangan Desa Jurung, Kecamatan


Merawang merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 10 m
diatas permukaan laut.
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

III. 1 Geologi
3.1.1 Litologi
Litologi yang terdapat di dalam blok penambangan Desa Jurung,
Kecamatan Merawang terdiri dari sekis, filit, kuarsit dan endapan
alluvial. Pulau Bangka tersusun dari formasi batuan beku dan batuan
sedimen. Batuan sedimennya terdiri atas lapisan tanah liat, lempung,
lempung pasiran dan lainnya. Endapan alluvial yang dijumpai berupa
perselingan pasir, lempung, kerikil, pasir lempungan (claysand) dan
lempung pasiran (sandclay).
3.1.2 Sturuktur Geologi
Sturuktur geologi endapan alluvial biasanya terdapat pada lapisan
pasir atau kerikil kasal yang terletak diatas batuan dasar Pra-Tersier,
maupun batuan granit yang lapuk, tetapi kadang-kadang ditemukan
bersama-sama dengan bongkahan-bongkahan batu atau batu guling
yang terdiri atas batu pasir yang berukuran dari beberapa cm hingga
puluhan cm, serta kadang-kadang tersemen kuat dengan oksida
dengan komponen-komponen lainnya.

3.1.3 Geoteknik
Berdasarkan data geologi, litologi dan topografi daerah blok
penambangan Desa Jurung, Kecamatan Merawang secara umum dapat
dikatakan daerah tersebut termasuk daerah yang stabil dan tingkat
pergeseran tanah kecil karena topografi daerah tersebut landai
dengan batuan dasar atau bedrock granit.
III. 2 Keadaan Endapan

3.2.1 Bentuk dan Penyebaran Endapan

Berdasarkan data eksplorasi, lapisan timah yang berada pada


kedalaman medium, memiliki kemenerusan pada kedalaman yang
relatif sama serta terbentuk diatas lapisan kong (bedrock).
Endapan alluvial merupakan endapan bijih timah yang telah
mengalami pelapukan dan erosi, lalu mengalami proses transportasi
aliran sungai.
Dari pengalaman bentuk kristal subrounded-rounded, ukuran butir
mineral timah bervariasi antara medium- fine, bentuk topografi dan
jarak transportasi dari batuan granit (source rock) dapat
diinterprestasi bahwa endapan timah daerah blok penambangan Desa
Jurung adalah tipe endapan alluvial.

3.2.2 Sifat dan Kualitas endapan


Kualitas endapan timah endapan timah sangat dipengaruhi mineral
pengotornya (kuarsa, zircon, ilmenit, rutil, monazite) akan
berpengaruh pada proses pencucian.
Pada lokasi yang akan ditambang, umumnya mineral pengotornya di
dominasi kuarsa, sedangkan mineral lainnya sangat kecil
persentasenya sehingga bisa dianggap ekonomis dan layak ditambang.

III.3 Cadangan
3.3.1 Cara Perhitungan Cadangan
Dari nilai grade yang dikalikan dengan area influence (luas daerah
pengaruh) serta interpretasi thick of wash (tebal lapisan
bertimah) maka akan didapat cadangan timah daerah yang di
eksplorasi. Selain itu juga dapat diketahui berapa tebal lapisan
penutup atau overburden daerah tersebut sehingga akan didapat
nilai SR (stripping ratio). Dari nilai SR dan perbandingan jumlah
cadangan timah (mineable reserve) maka akan diketahui apakah
daerah yang dieksplorasi tersebut ekonomis dan layak untuk
ditambang.

3.3.2 Klasifikasi dan Jumlah Cadangan


Dengan mengacu cut off grade saat ini sebesar 0,20 KgSnO2/m3
diperoleh area yang memiliki potensi seluas 40 hektar dengan
whole of hole 0,52 KgSnO2/m³ dan wash grade 1,79 KgSnO2/m³.
Ketebalan overburden (lapisan tanah atas) rata-rata adalah 3,78
meter, sedangkan ketebalan lapisan yang mengandung timah
(wash layer) rata-rata 1,59 meter. Dari perbandingan ketebalan
overburden dan lapisan timah (wash) dapat diambil kesimpulan
stripping ratio daerah blok penambangan Desa Jurung,
Kecamatan Jurung adalah 1:2.
Berdasarkan data tersebut dapat diestimasi jumlah sumberdaya
timah (resources) blok Desa Jurung, Kecamatan Merawang
sebesar 1.104,4 ton SnO2 pada areal seluas 40 hektar.
Berikut ini adalah perhitungan sumberdaya timah (wash) yang
terdapat diblok penambangan Desa Jurung, Kecamatan
Merawang :

No Deskripsi Satuan Jumlah

1. Volume m³ 2.123.120

- Overburden (tanah penutup) m³ 1.506.960


- Wash (lapisan timah) m³ 616.160
2. Kadar

- WoH KgSnO2/m³ 0,52


- Wash KgSnO2/m³ 1,79
3. Tonnase Ton SnO2 1.104,4

Tabel 3.3 Statistik Sumberdaya Timah

BAB IV
RENCANA PENAMBANGAN

IV. 1. Sistem / Metode Penambangan


Berdasarkan karakteristik endapan dan tanah penutup (berdasarkan
laporan eksplorasi), penambangan yang akan dilakukan adalah dengan
sistem tambang terbuka (surface mining/open pit mining) dengan metode
tambang semprot.
Gambar 4.1 Flowchart Penambangan Timah

IV. 2 Kegiatan Penambangan


Penambangan dimulai dengan pengupasan tanah atas (top soil) yang
merupakan lapisan humus dengan menggunakan bulldozer. Top soil ini
diamankan pada tempat tertentu (dumping area) untuk dipergunakan
kembali pada saat reklamasi. Setelah itu, tanah penutup (overburden)
digali atau dikupas (stripping) dengan menggunakan excavator yang
kemudian diangkut menggunakan dump truck untuk ditimbun (dumping)
di area yang telah ditentukan. Pengupasan lapisan OB sampai 0,5 meter di
atas lapisan wash (lapisan timah) untuk menghindari akibat dilution
(terkikisnya wash layer oleh bucket wheel loader atau excavator) sehingga
menimbulkan losses. Area dumping bisa ditentukan di area ex-mined out
sebagai proses backfilling.

Lapisan wash yang telah terekspos kemudian disemprot menggunakan air


yang bertekanan tinggi melalui pipa monitor untuk menguraikan dan
melumpurkan (slurrifying) lapisan timah. Air semprot yang digunakan
dihasilkan dari 1 unit pompa air jenis HP (High Pressure) dan diarahkan
dengan 1 unit monitor semprot. Lapisan timah yang sudah lepas-lepas dan
menjadi lumpur kemudian dialirkan kelubang sumuran (camuy). Dari
lubang sumuran (camuy) dipompa menggunakan pompa tanah (Gravel
Pump) yang dialirkan melalui pipa ke sakan pencucian. Didalam sakan
pencucian atau disebut juga sluice box, proses yang bekerja menggunakan
prinsip sifat fisik mineral dan perbedaan berat jenis material untuk
memisahkan bijih timah (cassiterite) dari mineral pengotornya, terutama
kuarsa yang perbedaan berat jenisnya dengan timah cukup besar.

IV.3 Rencana Produksi


Operasi penambangan di blok penambangan Desa Jurung, Kecamatan
Merawang di mulai pada Maret 2016 dengan volume pemindahan tanah
sebesar 444.840 m³. penambangan ini direncanakan akan beroperasi
selama minimal 4 tahun sampai Februari 2015. Cut off grade yang dipakai
adalah 0,20 KgSnO2/m³ dengan stripping ratio 2 : 1 dengan ketebalan rata-
rata lapisan timah 2,6 meter.

IV.4 Peralatan Penambangan


Berikut ini merupakan peralatan yang digunakan untuk kegiatan
penambangan diblok Desa Jurung, Kecamatan Jurung, yaitu menggunakan
Unit Penambangan Kecil (UPK) dengan komponen peralatan sebagai berikut:

No. KEBUTUHAN ALAT UNIT


1 Bulldozer 1 unit
2 Excavator 1 unit
3 GP Dongfeng 20 HP 5 ea
4 Water Pump NS 100 10 ea
5 Water Pump JM 10 ea
6 Pipa PVC 50 btg
7 Monitor 7 pcs
8 Sluice Box dim. 2x6m 5 ea
9 Selang 4 inch 50 m
10. Tanki BBM 2000 ltr 1 ea

Tabel 4.1 Kebutuhan Peralatan Tambang

IV.5 Jadwal Rencana Produksi dan Umur Tambang

4.5.1 Umur Tambang


Penentuan umur tambang berkaitan erat dengan volume
penambangan yang ditentukan oleh unit produksi tambnag yang
digunakan, baik jenis atau kapasitasnya. Dengan merujuk pada
perlatan tambang yang akan digunakan sesuai Tabel 4.1, maka umur
tambang bisa ditentukan.

 Kapasitas Isap Dongfeng


Asumsi daya isap : 10 m3 / jam
Untuk 5 unit UPK : 50 m3 / jam
 Waktu Operasi
1 hari : 8 jam
1 bulan : 8 x 25 hari = 200 jam
Volume tanah yang diolah sebulan : 200 x 50m3 = 10.000 m3
 Produksi konsentrat
Produksi 1 bulan : 1,79 KgSnO2/m3 x 10000 = 17,9 ton SnO2.
Produksi 1 tahun (2 bulan stripping dan konstruksi, 10 bulan
ore getting) : 17,9 ton SnO2 x 10 = 179 ton SnO2 (sekitar
125,3 MT).
Dilihat dari volume wash dan kapasitas pengolahan pasir
timah, maka sumber daya yang ada akan selesai ditambang
setelah 6 tahun. Maka umur tambang untuk area Jurung adalah
6 tahun.

4.5.2 Jadwal Rencana Produksi


Rincian kegiatan penambangan selama 4 tahun adalah sebagai
berikut:

No. PARAMETER URAIAN UNIT

1 Lokasi Tambang BLOK A

2 Produksi 44,5 ton SnO2

TAHUN KE - 1
3 Wash Yang Ditambang Mincan

4 Luas Pit 2,0 hektar

5 Arah Penambangan -

6 Jarak Penambangan ke Smelter 120 km

7 Volume Yang Diolah 5.000 m3

8 Kebutuhan Alat Penambangan 5 UPK

1 Lokasi Tambang BLOK B

2 Produksi 44,5 ton SnO2

3 Wash Yang Ditambang Mincan

TAHUN KE - 2
4 Luas Pit 2,0 hektar

5 Arah Penambangan -

6 Jarak Penambangan ke Smelter 120 km

7 Volume Lapisan Penutup 5.000 m3

8 Kebutuhan Alat Penambangan 5 UPK

1 Lokasi Tambang BLOK C

2 Produksi 44,5 SnO2


TAHUN KE - 3

3 Wash Yang Ditambang Mincan

4 Luas Pit 2,0 hektar

5 ArahPenambangan -
6 Jarak Penambangan ke Smelter 120 km

7 Volume Lapisan Penutup 5.000 m3

8 Kebutuhan Alat Penambangan 5 UPK

1 Lokasi Tambang BLOK D

2 Produksi 40 SnO2

3 Wash Yang Ditambang Mincan

TAHUN KE - 4
4 Luas Pit 1.8 hektar

5 Arah Area Penambangan -

6 Jarak Penambangan ke Smelter 120 km

7 Volume Lapisan Penutup 5.000 m3

8 Kebutuhan Alat Penambangan 5 UPK

Rencana operasi penambangan diblok penambangan akan dimulai dari bulan


Maret 2011 yang akan direncanakan umur tambang selama 4 tahun.

Klasifikasi Sumber daya terukur dalam eksplorasi ini berdasarkan atas


kontruksi sebaran endapan timah dasi cek bor, singkatan dan evaluasi data
geologi. Perhitungan Ini juga menggunakan parameter penentuan blok
perhitungan sumberdaya dengan maksimal kedalaman timah yang
ditambang 4 sampai 7 meter dibawah permukaan tanah. Statistik pemboran
dapat dilihat table IV.I.

No Deskripsi Unit Keterangan


1. Luas Area Ha 200
2. Luas Area yang ditambang 6.74
3. Ketebalan Tanah penutup m 4
4. Volume Tanah penutup m³ 269.600
5. Ketebalan Wash ( Lapisan Timah ) m 2,6
6. Volume Wash m³ 175.240
7. Kadar Bijih Timah KgSnO2/m³ 0,89
8. Total Cadangan Bijih Timah Ton Sn 189
9. Estimasi Produksi per Bulan Ton SnO2 4,45

IV.6 Rencana Penanganan Bahan Galian Kualitas Rendah


Bijih timah yang memiliki kadar Sn yang rendah akan dilakukan pencucian
kembali dengan menggunakan mesin Willoughby untuk memisahkan
cassiterite dengan mineral pengikutnya sehingga kadar Sn menjadi tinggi
(70% Sn).

IV.7 Rencana Pemanfaatan Bahan Galian dan Mineral Ikutan

Mineral-mineral ikutan yang merupakan tailing seperti ilmenit, monazite,


zircon, dan xenotime dan lain sebagainya akan dikumpul terlebih dahulu
hingga jumlah yang banyak dan memiliki nilai jual. Penjualan mineral ikutan
akan berdasarkan pada peraturan yang berlaku.

BAB V
RENCANA PELEBURAN DAN PEMURNIAN

(METALURGI)

Metalurgi adalah proses pengolahan/peleburan pasir timah (konsentrat)


menjadi balok timah (tin ingot). Dalam pelaksanaan proses produksi, maka
hal yang paling penting adalah ketersediaan bahan baku, peralatan produksi
(tanur), serta proses peleburan itu sendiri.

V.1 Proses Peleburan


a. Bahan Baku
Bahan baku atau bahan mentah yang digunakan dalam operasi
peleburan timah,antara lain :

1). Konsentrat timah


2). Limestone (batu kapur)
3). Antrasit (Batu Bara)

Konsentrat adalah pasir timah yang telah dipisahkan dari mineral


pengotornya yang minimal harus memiliki 72 % mineral kasiterite
dan dalam kondisi kering (kadar air < 5%). Konsentrat untuk
peleburan diperoleh dari kuasa pertambangan eksploitasi yang
dimiliki perusahaan.

Limestone atau batu gamping atau juga disebut batu kapur adalah
bahan campuran yang digunakan dalam proses peleburan timah.
Limestone adalah material yang ditambahkan dalam charge untuk
menurunkan titik didih dan membantu mencairkan slag. Limestone
dapat dibeli dipasaran dengan harga yang relatif murah.
Antrasit adalah batubara yang memiliki kalori tinggi (>7000 kcal)
yang merupakan bahan bakar yang digunakan untuk melebur timah.
Antrasit diperoleh dengan membeli dari importir antrasit karena
batubara produksi Indonesia umumnya memiliki kalori dibawah 7000
kcal (sub-bituminous -bituminous). Pada umumnya antrasit yang
banyak dipakai merupakan barang import dari Vietnam.

b. Peralatan Produksi
PT. Sinar Logindo Alam mempunyai 1 unit tanur listrik dengan
kapasitas produksi terpasang sebesar 8 ton. Untuk satu kali produksi
memerlukan waktu ± 24 jam. Selain itu juga perusahaan juga di
lengkapi dengan ketel untuk memurnikan timah atau mengurangi
kandungan mineral pengotornya yang terdapat pada cairan timah
yang berupa besi (Fe), belerang (S), tembaga (Cu), arsen (As).
Sedangkan untuk mengurangi kadar timbale/lead(Pb) dan bismuth
dilakukan dalam alat khusus yaitu Electro Thermal Chistallizer (ETC).

c. Proses Peleburan dan Pemurnian


Sebelum memasukan pasir timah ke dalam tanur, terlebih dahulu
harus diketahui kandungan timah dan mineral pengotornya yang lain
seperti : besi, sulfur, timbal (Pb), silica dan lain-lain. Adapun proses
umum yang dilakukan dalam peleburan timah, antara lain :

1. Heating Up Furnance
Yaitu proses pemanasan tanur untuk operasi pertama kali.
Pemanasan tanur dilakukan dengan menggunakan kayu bakar
hingga mencapai 1200° C, biasanya pemanasan tanur
membutuhkankan waktu ± 48 jam.

2. Mixing
Yaitu proses pencampuran antara konsentrat kering yang telah
diketahui kadar timahnya (> 72 % Sn) dengan batu kapur dan
antrasit sebelum dimasukkan kedalam tanur dengan perbandingan
tertentu.
3. Charging
Yaitu memasukan bahan campuran timah, antrasit dan kapur hasil
dari proses mixing secara bertahap kedalam tanur.

4. Rabbling
Yaitu proses pengadukan material pada saat proses peleburan di
dalam tanur, pengadukan dilakukan berulang-ulang setiap 1 jam.

5. Tapping
Tapping merupakan proses terakhir peleburan timah sebelum
dilakukan pemurnian.

6. Refinery
Yaitu proses pemurnian timah dari mineral pengotornya seperti
timbal, sulfur, besi dan mineral lainnya sehingga mineral
pengotornya dapat dikurangi seminimal mungkin. Dalam
pemurnian timah dikenal 2 proses refinery, yaitu :

- Bubbling
Merupakan proses pemurniaan timah dari kadar Fe yang
berlebih dengan cara penggelembungan dengan menggunakan
udara yang dihembuskan dari pipa kompresor, sehingga Fe
terangkat ke atas, setelah itu dilakukan proses skimming.

- Chrystalizer
Merupakan pemurnian timah dari kadar Pb dengan cara
mengaliri timah ke dalam box spiral yang kemudian
disemprotkan dengan menggunakan air sehingga Pb akan
terpindahkan berdasarkan sifat thermo dan gravitasi.

7. Casting
Yaitu proses pencetakan timah yang sudah dilebur dan dimurnikan
kedalam cetakan. Timah yang dihasilkan baik yang bahan bakunya
dari pasir maupun slag dicetak dalam bentuk ingot dengan berat 25
kg/balok.

DRY HEATING UP

ANALISA LABORATORIUM READY


Menentukan % Sn, Fe, Pb, S, Al,

MIXING CHARGIN

RABLING

TAPING

BUBBLIN REFINERY CRYSTALIZE

CASTIN CASTIN

TIN TIN

Gambar 5.1. Flowchart proses peleburan dan pemurnian timah

Selain timah, hasil dari peleburan adalah slag yang masih memiliki
kandungan timah 25 – 30 %, sehingga dapat dilebur ulang. Dalam hal
ini, bila hasil slag produksi PT. Sinar Logindo Alam sudah cukup
banyak, maka slag yang ada direncanakan akan di lebur kembali
sehingga dapat menambah produksi.

8. Recovery peleburan
Recovery peleburan timah di smelter PT. Sinar Logindo Alam mulai
dari peleburan timah di tanur hingga proses refinasi dengan ketel
sampai tercetak timah dalam bentuk balok (99,5% Sn) mencapai
94%.
BAB VI

PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

VI.1 Tata Cara Pengangkutan


Dari lokasi tambang, pasir timah diangkut ke gudang penyimpanan
sementara untuk dipisahkan dari mineral-mineral pengotornya. Proses
pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan mesin Willoughby hingga
didapat kadar konsentrat minimal 70 %. Setelah itu timah di-dryer
(digoreng) untuk mengurangi kadar air sebelum diangkut ke gudang
peleburan dan siap untuk dilebur.

WILAYAH KONSESI

PENIMBANGAN DAN PERHITUNGAN Sn

PENGANGKUTAN

GUDANG PENAMPUNGAN

PENCUCIAN, WILLOUGHBY DRYER

ANALISA LABORATORIUM

TIMAH Sn>70%

PENGANGKUTAN KE
GUDANG PELEBURAN
Gambar 6.1. Flowchart Penambangan Menuju Peleburan (Smelter)

VI. 2 Peralatan Pengangkutan


Pengangkutan konsentrat timah dari lokasi tambang ke gudang
penampungan sementara dan kemudian diangkut ke gudang peleburan
dengan menggunakan truck dengan rata-rata berat konsentrat 5 – 6 ton
per truk. Jumlah truk disesuaikan dengan jumlah produksi yang diperoleh.

Sedangkan untuk mengekspor timah, tin ingot dimasukan kedalam


kontainer dengan berat tin ingot 25 ton. Container-container tersebut
akan diperiksa oleh Tim Verifikasi dari PT. SURVEYOR INDONESIA, setelah
itu kontainer akan dikunci dan disegel. Selanjutnya, kontainer-kontainer
yang berisi timah kemudian diangkut menggunakan trailer ke pelabuhan
untuk di masukkan ke dalam kapal/tongkang yang akan dibawa ke negara
tujuan ekspor.
BAB VII

LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

VII.1 Lingkungan
7.1.1 Dampak Kegiatan
Perubahan-perubahan terhadap lingkungan sebagai akibat operasi
penambangan tidak mungkin dapat dihindarkan. Yang harus
dikendalikan adalah dampak perubahan tersebut terhadap daya dukung
dan fungsi-fungsi lingkungan serta terhadap kehidupan manusia, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Evaluasi perkiraan dampak negatif yang mungkin timbul dari
penambangan timah diantaranya :

No Sumber Komponen Tolak Ukur Dugaan Besar


Dampak Lingkungan Dampak Dampak
Terkena Dampak
1. Pengupasan dan Bentang lahan, Kondisi rona awal Terjadinya
penempatan kualitas air,fisik- kontur lahan, erosi,menurunnya
tanah penutup kimia, erosi dan kualitas debit air
sedimentasi air,erosi,sedimentasi permukaan/sungai
dan vegetasi dan migrasi satwa
liat
2. Penambangan Bentang lahan, Kondisi rona awal Terjadinya
kualitas air,fisik- kontur lahan, erosi,menurunnya
kimia, erosi, kualitas debit air
sedimentasi dan air,erosi,sedimentasi permukaan/sungai
penutupan lahan dan vegetasi
3. Pencucian bijih Kualitas air, erosi Kondisi rona awal Terjadinya
timah dan sedimentasi, erosi dan erosi,menurunnya
debit air sungai sedimentasi debit air
permukaan/sungai
dan migrasi satwa
liat
4. Pengangkutan Sikap masyarakat Rona awal jalan Kerusakan jalan
timah dan masyarakat
peralatan
tambang
7.1.2 Pengolahan Lingkungan
a. Pengolahan
Limbah yang dihasilkan dari proses penambangan timah tidak berbahaya
seperti pada penambangan emas karena proses penambangan sampai
pencucian menggunakan media air untuk memisahkan timah dari mineral
pengotornya tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya.
Pengolahan bahan-bahan sarana produksi yang berpotensi menghasilkan
limbah, yaitu :

- Penanganan limbah oli bekas yang dihasilkan dari unit kegiatan


perbengkelan dengan menampung dalam wadah penyimpanan yang
aman dan kemudian disalurkan ke pengumpul resmi untuk
pengolahn/pemanfaatan lebih lanjut.

- Penanganan lumpur yang merupakan campuran lempung, pasir dan air


dengan membuat lubang (kolam pengendap) yang kemudian dialirkan
ke lubang tersebut dan diendapkan dalam beberapa waktu. Setelah air
dan material lainnya terendap, maka air tersebut dapat dialirkan
kesungai-sungai yang ada disekitarnya dengan terlebih dahulu di cek
kejernihan dan pH air tersebut.

b. Rencana Reklamasi dan Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang


Konsep pemanfaatan lahan bekas tambang tentunya harus sesuai
dengan rencana pembangunan di daerah, dan merupakan kesepakatan
tiga unsure utama faktor pembangunan yaitu industri penambangan,
pemerintah dan masyarakat. Penutupan tambang yang bertujuan untuk
setiap kegiatan pertambangan mempunyai konsep dini mengenai
penataan lahan bekas tambang, agar aman dan tetap mempunyai fungsi
lingkungan serta memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat
sekitar dan pemerintah daerah.
Dengan adanya biaya jaminan reklamasi, maka perusahaan dan
pemerintah bisa merencanakan kegiatan untuk merehabilitasi lahan
pasca tambang di antaranya untuk bertujuan komersil.
i) Reklamasi
Kegiatan reklamasi terhadap lahan bekas galian tambang yang
diperkirakan 40 hektar dilakukan bersamaan dengan proses
penambangan (metode backfilling), dimana lapisan
penutup/overburden untuk menutupi lahan yang sebelumnya
telah digali searah dengan penambangan. Dengan metode
backfilling di mungkinkan untuk meminimalisir kedalaman
cekungan yang terbentuk.
Setelah lahan ditutup, urutan pekerjaan yang dilakukan dalam
reklamasi adalah sebagai berikut:
1. Peralatan Lahan(leveling)
2. Penggemburan (ripping)
3. Pembuatan pot dengan jarak 8 x 8 m
4. Penanaman
5. Perawatan
ii) Perkebunan
Lahan bekas penambangan dapat dijadikan perkebunan kelapa
sawit, lada, karet dan tanaman perkebunan lainnya dengan
memanfaatkan tanah (top soil) sebagai pupuk alami.

iii) Obyek Wisata


Kolong bekas penambangan dimanfaatkan sebagai objek budidaya
ikan air tawar dan tempat pemancingan.

iv) Sumber Air Minum


Kolong bekas penambangan dimanfaatkan sebagai sumber air
bagi masyarakat sekitar dan dapat dipakai oleh Perusahaan Air
Minum (PAM) setelah terlebih dahulu dilakukan kajian terhadap
kualitas air yang ada.

v) Tempat Pemukiman
Lahan bekas penambangan dirataan kembali kemudian dapat
dijadikan tempat pemukiman baru setelah lahan tersebut
dipadatkan.

vi) Lokasi Pembangunan


Lahan bekas penambangan diratakan kembali dan dipadatkan
untuk tempat proyek-proyek pemerintah maupun swasta. Namun
tentunya hal ini dilakukan bekas lokasi tambang yang terletak di
tempat yang strategis dan dekat dari sarana dan prasarana
umum.

c. Penanganan Air Asam Tambang


Kolong-kolong bekas penambangan timah yang cukup besar di
beberapa tempat di Pulau Bangka telah dimanfaatkan untuk PDAM
sebagai bahan baku air minum. Namun sebelumnya dilakukan proses
pengurangan tingkat keasaman air dengan menggunakan
tawas/kapur (CaCO3) atau menggunakan treatment-treatment
khusus.

d. Pemantauan Lingkungan
Pemantauan lingkungan bertujuan untuk mengindentifikasi dan
mengetahui perubahan kualitas lingkungan yang terjadi secara
periodic. Pemantauan lingkungan akan selal dilakukan berupa
pengujian kualitas air tambang, pengujian tingkat kebisingan area
tambang, pengujian kandungan debu disekitar tambang dan
beberapa kegiatan lain sehingga dapat diambil solusi untuk
meminimalisir kerugian yang di akibatkan dari aktivitas
penambangan.

VII.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Kegiatan operasional pertambangan memiliki karakteristik yang khusus, yaitu
: padat teknologi, padat investasi dan resiko bahaya tinggi. Oleh karena sifat
khusus tersebut, maka pengelolahan kegiatan penambangan memerlukan
konsentrasi yang lebih di semua aspek mulai dari produksi, aspek teknologi/
dan aspek Keselamatan dan Kesehatan para karyawan di lapangan.

Dalam melaksanakan komitmen untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja


PT. Sinar Logindo Alam selalu melengkapi karyawan dengan peralatan
keselamatan kerja yang sesuai dengan peraturan yang ada, serta
menyelenggarakan safety induction kepada karyawan baru.

Peralatan yang di gunakan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
disebut Alat Pelindung Diri (APD) di antaranya meliputi:
 Safety shoes ( sepatu safety )
 Safety helmet ( helm pelindung )
 Ear plug (alat peredam)
 Safety glove (sarung tangan)
 Safety glasses (kacamata pelindung)
 Masker

Peralatan Perlengkapan K3, meliputi:


 Gas detector
 APAR (tabungan pemadam api)
 Safety belt
 Safety lamp
 Tandu, dll

7.2.1 Langkah-langkah Pembinaan K3 Pertambangan


PT. Sinar Logindo Alam akan menjaga komitmen untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan kerjanya guna mendukung
efisiensi dan produktifitas yang di targetkan, maka diperlukan suatu
aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang baik. Perlu dilakukan
pemahaman dan pengertian K3 yang benar kepada seluruh karyawan
yang berkecimpungan pada kegiatan usaha pertambangan tersebut.
Pemahaman K3 yang benar dari semua manajemen sangat member arti
dalam rangka kecelakaan dalam kegiatan pertambangan (zero accident)
sehingga diharapkan produksi secara optimal.

Langkah-langkah yang diambil dalam pembinaan K3 pertambangan:


a. Penyuluhan
Penyuluhan K3 ini dapat dilaksanakan pada semua bagian kerja
dengan waktu dan jumlah yang telah terencanakan dengan baik,
sehingga hasilnya akan maksimal.

b. Safety Talk
Safety talk ini dapat dilakukan pada setiap gilir jam kerja atau setiap
awal shift dan membahas apa yang di kerjakan, apa bahayanya,
peralatan apa yang dikenakan dan bagaimana cara penanganannya
bila terjadi bahaya.

c. Safety Training
Pembinaan K3 dalam bentuk pelatihan-pelatihan yang terprogram
dengan baik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.

d. Safety Inspection
Inspeksi K3 sangat perlu dan efektif dilakukan dalam rangka upaya
pembinaan K3 di lapangan yang di lakukan secara rutin, berkala dan
bersama.
e. Safety Investigation
Bentuk upaya pembinaan K3 melalui suatu investigasi kejadian
nearmiss/kecelakaan/kejadian berbahaya, hal ini sangat diperlukan
dalam rangka mendapatkan penyebab dari kecelakaan tersebut yang
selanjutnya dapat dikoreksi dan di harapkan kejadian yang sama
tidak lagi terjadi.

f. Safety Meeting
Dengan diadakan pertemuan K3 secara terencana dan rutin, maka
hal-hal/permasalahan yang berkaitan dengan K3 dapat dibicarakan
atau dievaluasi dengan baik.

g. Pemantauan Lingkungan Kondisi Kerja


Lingkungan kondisi kerja perlu dilakukan pemantauan dengan cara
pengukuran/pengujian untuk mengetahui sejauh mana lingkungan
kerja tersebut tidak mengganggu kesehatan pekerja, seperti : kondisi
debu, kondisi kebisingan, kondisi pencahayaan, dan lain-lain.

h. Penyediaan Alat-Alat Perlengkapan K3


Betapa pun baiknya suatu program K3 namun tidak dibarengi
penyediaan alat-alat perlengkapan kerja yang baik dan benar, maka
program tersebut tidak lengkap/berhasil.

BAB VIII
TENAGA KERJA

VIII.1 Identitas Perusahaan

PT. SINAR LOGINDO ALAM merupakan persekutuan komanditer yang salah


satu jenis usahanya bergerak di bidang pertambangan khususnya
pertambangan timah. Berikut di bawah ini disajikan data PT. SINAR
LOGINDO ALAM sebagai pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
Produksi di Desa Jurung, Kecamatan Jurung seluas 200 hektar.

Nama Perusahaan : PT. SINAR LOGINDO ALAM

Alamat : Jl. Raya Pangkalpinang -Sungailiat


Desa …………..
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Direktur : Apik Chakib Rasjidi

Lokasi Pertambangan : Desa Jurung, Kecamatan Merawang


Kabupaten Bangka
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Komoditas Tambang : Timah

Perizinan : SK Bupati Bangka


No. 188.45/119/Tamben/2014

Luas : 80,36 hektar

VIII.2 Tingkat Gaji dan Upah


Perusahaan akan memberikan gaji kepada karyawan sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki, jabatan dalam sturuktur organisasi perusahaan,
dan pengalaman kerja sebelumnya serta masa kerja diperusahaan. Tingkat
gaji yang di berlakukan mengacu pada UMK bagian pertambangan bagi
karyawan baru dan belum memiliki pengalaman serta memiliki pendidikan
yang rendah dan akan dilakukan masa training sebelum diangkat menjadi
keryawan tetap. Bagi karyawan tetap, perusahaan akan memberikan tingkat
gaji yang cukup tinggi dan bersaing dengan perusahaan sejenis yang
beroperasi di daerah sekitar dan disertai beberapa tunjangan serta bonus-
bonus sesuai dengan kinerja dan produksi perusahaan.

8.2.1 Sistem Kerja


Sistem kerja yang dipakai perusahaan diawali dengan kontrak selama
6 bulan sebagai masa training terutama bagi pekerja yang belum
memiliki pengalaman setelah itu pekerja yang memenuhi syarat dan
sesuai dengan kebutuhan perusahaan akan langsung diangkat
menjadi karyawan.
BAB IX
PEMASARAN

IX.1 Organisasi

Organisasi pemasaran perusahaan dipimpin oleh seorang Marketing, Admin


and Finance Manager yang bertugas mengurus ekspor timah ke luar negeri
yang detail pekerjaannya berupa mengurus dokumen-dokumen ekspor,
menjaga hubungan baik dengan pembeli serta mencari pemasaran baru baik di
dalam maupun luar negeri. Dalam pekerjaannya Manajer Pemasaran dibantu
beberapa staff yang memiliki tanggung jawab yang berbeda.

9.1.1 Prospek Pemasaran


a. Dalam Negeri
Untuk saat ini perusahaan belum memiliki pemasaran dalam negeri,
namun pihak perusahaan akan berusaha mencari calon pembeli
dalam negeri dan akan menjadi prioritas perusahaan ke depan
sesuai dengan tingkat perindustrian di Indonesia.

b. Luar Negeri
Tin Ingot yang dihasilkan perusahaan pada saat ini di ekspor ke
Negara Asia dan Eropa dengan harga yang sesuai dengan
perkembangan harga timah dunia.

BAB X
INVESTASI DAN ANALISA KELAYAKAN

X.1 Investasi
Investasi pertambangan merupakan investasi yang beresiko tinggi dan
padat modal, meskipun itu merupakan pertambangan salam skala kecil.
Namun berdasarkan hasil eksplorasi, dukungan masyarakat dan
pemerintah daerah, perusahaan tetap optimis untuk melanjutkan investasi
pertambangan di Desa Jurung, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka.

a. Modal Tetap
1). Pengurusan Perizinan dan Eksplorasi
Biaya perizinan yang telah dikeluarkan meliputi izin penyelidikan
umum, eksplorasi, jaminan kesungguhan, pajak-pajak lain, biaya
operasional dan lain-lain yang telah dikeluarkan PT. Sinar Logindo
Alam hingga saat ini adalah sebesar Rp. 250.000.000,- ( dua ratus lima
puluh juta rupiah ).

2). Pembebasan Lahan


Berdasarkan luas rencana kerja direncanakan pembebasan lahan
sebagai ganti rugi lahan masyakat yang digunakan untuk kegiatan
penambangan seluas 20 hektar. Dengan asumsi tanah per hektar Rp.
15.000.000,- (lima belas juta rupiah), maka perusahaan akan
mengeluarkan anggaran sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah).

3). Konstruksi dan Rekayasa


Dibawah ini merupakan estimasi biaya yang akan dikeluarkan untuk
tahap rekonstruksi tambang:
Tabel 10.1 Budget Rencana Konstruksi Tambang

No Pengeluaran Jumlah Unit price (Rp) Budget (Rp)


1 Land Clearing 20 hektar 5,000,000 100,000,000
2 Pembelian Mesin & genset 5 unit 35,000,000 175,000,000
3 Peralatan (pipa, sakan, dll) 5 set 15,000,000 75,000,000
4 Pembangunan Basecamp 1 unit 25,000,000 25,000,000
5 Kendaraan Operasional 1 unit 120,000,000 120,000,000
Total 495,000,000
b. Modal kerja

Tabel 10.2 Estimasi Modal Kerja Perbulan

No Pengeluaran Jumlah Unit price (Rp) Budget (Rp)


8 hari
Pengupasan Overburden
1 (@hari=7 350.000/jam 19.600.000
(Excavator)
jam)
2 Gaji karyawan produksi 4 Orang 2,500,000.00 10.000.000
3 Gaji pengawas 1 Orang 4,500,000.00 4.500.000
4 Maintenance - - 5.000.000
5 Logistik - - 15.000.000
6 BBM 5.600 Liter 13.5000 75.600.000
7 CSR - - 30.000.000
Total 159.7000.000

Tabel 10.2 diatas merupakan estimasi modal kerja awal untuk 1 bulan
operasi tambang di Desa Jurung, Kecamatan Merawang. Namun
perusahaan tentu saja harus mempersiapkan anggaran lebih dari sebulan
sebelum aliran dana hasil penjualan masuk. Oleh karena itu perusahaan
akan mengganggarkan modal kerja selama 3 bulan yaitu sebesar:

3 x Rp. 159.700.000.- = Rp. 479.100.000,-

c. Sumber Dana
Semua sumber dana perusahaan berasal dari pemegang saham
perusahaan dan pinjaman uang dari bank.

X.2 Analisa Kelayakan

a. Biaya Produksi

Tabel 10.3 Rencana Anggaran Biaya Penambangan Blok Desa Jurung,


Kecamatan Merawang
BUDGET BEBAN AWAL OPERASI

No Pengeluaran Jumlah Unit price (Rp) Budget (Rp)


1 Pembebasan Lahan 10 hektar 15,000,000 150,000,000
2 Land Clearing 7 hektar 4,000,000 28,000,000
3 Pembelian Mesin & genset 5 unit 35,000,000 175,000,000
4 Peralatan (pipa, sakan, dll) 5 set 15,000,000 75,000,000
5 Pembangunan Basecamp 1 unit 15,000,000 15,000,000
6 Kendaraan Operasional 1 unit 20,000,000 20,000,000
Total 463,000,000

BUDGET BEBAN OPERASI PERBULAN

Sama dengan estimasi modal kerja perbulan sebesar Rp. 120.000.000,-

b. Perhitungan “ Break Even Point ”

Tabel 10.4 Modal Tetap & Konstruksi

No Keterangan Budget (Rp)


1 Izin PU, Eksplorasi, Pajak, dll 250,000,000
2 Pembebasan Lahan 150,000,000
3 Konstruksi & Rekayasa 313,000,000
Total 713,000,000

Tabel 10.5 Estimasi Biaya Modal + Operasional 1 tahun Produksi (2011)


Biaya
Total Biaya Modal + Biaya
Bulan Operasional
Operasi Operasi
Perbulan
Maret 120,000,000 240,000,000 953,000,000
April 120,000,000 360,000,000 1,073,000,000
Mei 120,000,000 480,000,000 1,193,000,000
Juni 120,000,000 600,000,000 1,313,000,000
Juli 120,000,000 720,000,000 1,433,000,000
Agustus 120,000,000 840,000,000 1,553,000,000
September 120,000,000 960,000,000 1,673,000,000
Oktober 120,000,000 1,080,000,000 1,793,000,000
November 120,000,000 1,200,000,000 1,913,000,000
Desember 120,000,000 1,320,000,000 2,033,000,000
Januari 120,000,000 1,440,000,000 2,153,000,000
Februari 120,000,000 1,560,000,000 2,273,000,000

Tabel 10.6 Estimasi Penjualan Konsentrat 1 tahun Produksi


Tahun 2011

Target Total Penjualan


Bulan Harga/Ton Jumlah (Rp.)
Produksi (Rp.)
Maret 3.7 120,000,000 444,000,000 888,000,000
April 3.7 120,000,000 444,000,000 1,332,000,000
Mei 3.7 120,000,000 444,000,000 1,776,000,000
Juni 3.7 120,000,000 444,000,000 2,220,000,000
Juli 3.7 120,000,000 444,000,000 2,664,000,000
Agustus 3.7 120,000,000 444,000,000 3,108,000,000
September 3.7 120,000,000 444,000,000 3,552,000,000
Oktober 3.7 120,000,000 444,000,000 3,996,000,000
November 3.7 120,000,000 444,000,000 4,440,000,000
Desember 3.7 120,000,000 444,000,000 4,884,000,000
Januari 3.7 120,000,000 444,000,000 5,328,000,000
Februari 3.7 120,000,000 444,000,000 5,772,000,000
Total 44.4
Tabel 10.8 Estimasi Break Even Point -- Tahun 2011

Bulan Modal + Operasi Penjualan


Maret 953,000,000 888,000,000
April 1,073,000,000 1,332,000,000
Mei 1,193,000,000 1,776,000,000
Juni 1,313,000,000 2,220,000,000
Juli 1,433,000,000 2,664,000,000
Agustus 1,553,000,000 3,108,000,000
September 1,673,000,000 3,552,000,000
Oktober 1,793,000,000 3,996,000,000
November 1,913,000,000 4,440,000,000
Desember 2,033,000,000 4,884,000,000
Januari 2,153,000,000 5,328,000,000
Februari 2,273,000,000 5,772,000,000

c. Waktu Pengambilan Modal


Dari analisa Break Even Point, didapat estimasi pengembalian modal
setelah operasi pada bulan ke tiga atau bulan Mei 2011. Namun untuk
mengantisipikasi fluktuatif harga timah dan kondisi politik, cuaca serta
kendala lapangan yang mungkin timbul analisa pengembalian modal
dimungkinkan diperoleh setelah 1 tahun beroperasi.

d. Analisa Kepekaan dan Resiko


Resiko-resiko dan kendala yang mungkin ditimbulkan selama kegiatan
penambangan antara lain :
1. Kondisi Sosial Politik yang berubah
2. Fluktuatif harga timah (penurunan)
3. Cuaca yang kurang Menentu
4. Kenaikan harga BBM
5. Permasalahan dalam pembebasan lahan
6. Sosialisasi dengan masyarakat sekitar
7. Akurasi hasil eksplorasi yang buruk
8. Sumber daya manusia(karyawan) yang tidak kompeten

Perusahaan akan berusaha untuk meminimalisasi resiko-resiko yang


akan ditimbulkan baik internal perusahaan maupun eksternal. Dengan
hasil eksplorasi dan kondisi terkini di sekitar area rencana kerja
penambangan, serta tingkat harga timah di pasaran, maka perusahaan
tetap optimis dalam melanjutkan usahanya.
BAB XI
KESIMPULAN

Dari hasil eksplorasi blok penambangan Desa Jurung, Kecamatan Jurung memiliki
cadangan layak tambang (mineable reserve) sebesar 189 ton Sn.

Berdasarkan karakteristik endapan dan tanah penutup (berdasarkan laporan


eksplorasi), penambangan yang akan dilakukan adalah sistem tambang terbuka
(surface mining/open pit mining) dengan metode tambang semprot.

Hasil timah yang diperoleh direncanakan akan dilebur dan dimurnikan di smelter
PT. SINAR LOGINDO ALAM dengan hasil minimal 99,87% Sn.

Rencana kerja eksploitasi timah disusun untuk produksi selama 4 tahun dengan
sistem penambangan yang dibagi per blok tiap tahun. Hasil tin ingot yang
diperoleh akan di ekspor keluar negeri sesuai dengan permintaan pasar dengan
harga dengan harga yang mengikuti perkembangan harga timah dunia.

Sumber dana perusahaan berasal dari pemegang saham dan pinjaman Bank.
Berdasarkan hasil analisa kelayakan, rencana penambangan cukup layak untuk di
kerjakan dengan waktu pengembalian modal 1 tahun.

Pemantauan lingkungan akan selalu rutin di lakukan berupa pengujian kualitas air
disekitar tambang, pengujian tingkat kebisingan area tambang, pengujian
kandungan debu disekitar tambang dan beberapa kegiatan lainnya sehingga dapat
diambil solusi untuk meminimalisir kerugian yang di akibatkan.
LAMPIRAN – LAMPIRAN

LAMPIRAN I – PETA LOKASI WIUP EKSPLORASI BENCAH


LAMPIRAN II – PETA INFORMASI BOR WIUP EKSPLORASI DAERAH BENCAH
LAMPIRAN III – PETA SUMBERDAYA DAN CADANGAN WIUP BENCAH
LAMPIRAN IV – PENAMPANG BOR

Anda mungkin juga menyukai