Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)


PT. INDOMINCO MANDIRI BONTANG
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

WULANDARI
100 500 188

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2013
HALAMAN PENGESAHAN

JudulLaporan PKL : LaporanPelaksanaanKegiatanPraktekKerja


Lapang (PKL) di PT. IndomincoMandiriBontang,
Kalimantan Timur

Nama : Wulandari
NIM : 100 500 188
Program Studi : ManajemenLingkungan
Jurusan : ManajemenPertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Ir. DadangSuprapto, MP Erna Rositah,S.Hut,MP Kemala Hadidjah,S.T,.M.Si


NIP. 196201011988031003 NIP.197311281999032001 NIP.19807182010122004

Menyetujui/Mengesahkan,
Ketua Program StudiManajemenLingkungan
PoliteknikPertanianNegeriSamarinda

Ir. DadangSuprapto, MP
NIP. 196201011988031003
Lulus ujian pada tanggal :............................
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas

berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Kegiatan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dalam bidang “Pengelolaan dan Pemantauan

Lingkungan di Sektor Pertambangan Batubara” di PT. Indominco Mandiri

Bontang, Kalimantan Timur.

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini banyak pihak yang terlibat,

baik langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

3. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen

Lingkungan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL)

4. Ibu Erna Rositah,S.Hut,MP dan Ibu Kemala Hadidjah,S.T,.M.Si selaku Penguji I

dan Penguji II

5. PT. Indominco Mandiri, Bontang, Kalimantan Timur.

6. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materi

7. Teman-teman senasib dan seperjuangan Nenny, Yanti, Andi, Dian, Pian, Febri,

Dina, Siska ,Ayu, Rudi, dan seluruh pasukan Manajemen Lingkungan angkatan

2010/2013 Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.


Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan,

oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan

Laporan PKL ini.

Wulandari

Kampus Sei Keledang, Mei 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR LAMPIRAN vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Hasil Yang Diharapkan 3

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan Umum Perusahaan 4


B. Manajemen Perusahaan 5
C. Tempat dan Waktu Kegiatan PKL 7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Lahan Tambang Batubara 10


B. Tahap Konstruksi Pertambangan Batubara 22
C. Tahap Operasi Pertambangan Batubara 27
D. Tahap Pasca Operasi Pertambangan Batubara 51

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 61
B. Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 65
DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Jadwal Kegiatan PKL di PT. Indominco Mandiri 7


2. Dampak dan Pengelolaan di ROM 38
3. Dampak dan Pengelolaan di MSY dan PSY 41
4. Dampak dan Pengelolaan di Port Batubara 42
5. Dampak dan Pengelolaan di Unit Incinerator 42
6. Dampak dan Pengelolaan di Unit PLTU 43
7. Dampak dan Pengelolaan Kegiatan di LokasiPenunjang 46
8. Pemantauan Parameter Udara 47
9. Pemantauan Emisi Sumber Tidak Bergerak PLTU 47
10. Pemantauan Emisi Sumber Bergerak 47
11. Standar Baku Mutu Kualitas Udara untuk Parameter 48
Udara Ambient dan Emis i Gas Buang berdasarkan PP
No. 41 Tahun 1999
12. Standar Baku Mutu untuk Sumber Emisi tidak Bergerak 48
PLTU Permen LH No.21 Tahun 2008 (Lampiran 1b)
13. Parameter yang di lakukan Pemantauan Lingkungan 50
14. Standar Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan 50
Pertambangan Batubara (Perda Kaltim No.2 tahun 2011
dan KepMen LH No.113 tahun 2003)
15. JenisTanaman Lokal dan Non Lokal 52
DaftarLampiran

Nomor Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi PT. Indominco Mandiri 66

2. Proses Kegiatan Penambangan PT. Indominco Mandiri 67

3. Struktur Organisasi PT. Indominco Mandiri 67

4. Gambar Kantor Km. 30 PT. Indominco Mandiri 68

5. Gambar Land Clearing 68

6. Gambar Pemindahan Topsoil 69

7. Gambar Spreading topsoil 70

8. Gambar Pengupasan Overburden 70

9. Gambar Pengerukan Batubara 71

10. Gambar Settling pond 71

11. Gambar Penumpahan Batubara ke Hopper 72

12. Gambar Metal Detector dan Magnet Cacther 72

13. Gambar Produk Batubara Berukuran -50mm 73

14. Gambar Twin Boom Stacker 73

15. Gambar Wheel Loader Memuat Batubara ke Double Trolley 74

16. Gambar Proses Pemuatan Batubara dari Loading Bin 74

17. Gambar Pengangkutan Batubara Menuju Port 75

18. Gambar Pelabuhan Batubara (Port) 75

19. Gambar Unit Incinerator 76

20. Gambar Bioremediasi 76

21. Gambar Coal Precessing Plant 77

22. Gambar Rumah Pembibitan (Nursery) 77


23. Gambar Pengukuran pH Settling pond 78

24. Gambar Pengerukan Settling Pond 78

25. Gambar Kegiatan Revegetasi Lahan 79

26. Gambar Program CSR/Comdev PT. Indominco Mandiri 80

27. Grafik Kualitas Udara Ambien (Debu) 81

28. Grafik Kualitas Emisi (SO2) 81

29. Grafik Kualitas Air Limbah (pH) 82

30. Grafik Curah Hujan 82


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktek kerja lapang adalah merupakan konsep utama pelaksanaan

pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Oleh karena itu disamping

teori dan praktikum, juga disediakan waktu satu semester untuk mendapatkan

praktek kerja lapang. Tujuan praktek kerja lapang ini adalah untuk mendapatkan

kemampuan dan keterampilan lanjutan, sehingga mahasiswa tidak asing lagi bila

kelak bekerja di tengah masyarakat.

Lulusan Program Studi Manajemen Lingkungan diharapkan dapat terlibat

aktif dalam usaha pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan di

perusahaan maupun di lingkungan secara umum. Di masa depan Indonesia

membutuhkan banyak sumber daya manusia yang dapat mengelola berbagai

sumber daya alamnya dan mampu mengatasi permasalahan lingkungan yang

timbul serta mampu menghasilkan suatu teknologi tepat guna yang dapat

diimplementasikan dan bermanfaat langsung bagi masyarakat.

Kegiatan penambangan batubara yang kini sudah banyak dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan besar baik yang berskala lokal maupun nasional memiliki

dua sisi yang saling berlawanan, disatu sisi penambangan batubara memberikan

dampak positif bagi peningkatan ekonomi negara dan masyarakat di sekitar

perusahaan namun disisi lain dampak kegiatan penambangan batubara

menimbulkan adanya penurunan kualitas lingkungan.


Kegiatan penambangan batubara secara terbuka (open pit mining) telah

menimbulkan berbagai macam dampak baik yang bersifat langsung maupun tidak

langsung ke lingkungan serta masyarakat sekitar.Berbagai upaya telah dilakukan

dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, namun upaya

tersebut belum dapat secara maksimal dalam memberikan kontribusinya terhadap

pengembalian kualitas lingkungan.

Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan merupakan hal terpenting

yang harus dilakukan dalam upaya menjaga ekosistem dan proses produksi pada

setiap perusahaan sehingga bagian Quality, Safety and Environment (QSE)

memegang peranan penting dalam setiap perusahaan tambang batubara.

Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian harus segera ditanamkan dari

sekarang terutama bagi para pelaku usaha yang bergerak dalam bidang

pertambangan batubara.

B. Tujuan

Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan di PT.

Indominco Mandiri Bontang ini adalah :

1. Mahasiswa mampu menerapkan dan melakukan komparasi dari teori yang

diperoleh di perkuliahan dengan keadaan di lapangan.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses pengelolaan

lingkungan yang dilakukan PT. Indominco Mandiri Bontang

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses pemantauan

lingkungan yang dilakukan PT. Indominco Mandiri Bontang.


C. Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dari praktek kerja lapang ini adalah:

1. Mahasiswa mampu mengevaluasi kegiatan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan di perusahaan dan membandingkan dengan teori yang diberikan

di bangku kuliah

2. Mahasiswa menjadi terampil dan berdedikasi tinggi dalam mengaplikasikan

hasil PKL di dalam lingkungan kerja perusahaan


II. KEADAAN UMUM PERUSAHAN

A. Tinjauan Umum Perusahaan

PT. Indominco Mandiri (PT. IMM) Bontang Kalimantan Timur merupakan suatu

badan usaha swasta yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan batubara,

perusahaan ini sebelumnya berada di bawah naungan kelompok usaha Salim Group,

namun mulai Bulan Oktober 2001 semua saham yang ada diambil alih oleh BANPU yang

berpusat di Thailand.Perusahaan ini dibentuk atas kerjasama antara perusahaan tambang

batubara Bukit Asam (persero) dan BKPM (Badan Konstitusi Penanaman Modal) yang

ditandatangani pada tanggal 5 Oktober 1990 dan mendapatkan KP (Kuasa

Penambangan) dengan areal konsesi seluas ± 25.000 Ha. Daerah tersebut terbagi

menjadi dua blok, yaitu blok barat (west block) dengan luas ± 18.000 Ha, dengan jumlah

cadangan sebesar 60.000.000 ton dan blok timur (east block) dengan luas ± 7.100 Ha,

dengan jumlah cadangan sebesar 106.200.000 ton. Dari perjanjian tersebut kemudian

dilakukan realisasi proyek awal dengan penyelidikkan umum hingga pengapalan pertama.

Adapun urutan sejarah proyek PT. Indominco Mandiri secara singkat adalah

sebagai berikut:

1. Pembukaan Area

a. Penyelidikkan Umum (1990 - 1991)

b. Program Eksploitasi (1992 - 1993)

c. Studi Kelayakan (1993 - 1995)

d. Pembangunan Fasilitas Sementara (1995 - 1997)

e. Kontrak Penambangan Batubara yang ditanda tangani tanggal 30 Mei 1996

f. Pengupasan pertama lapisan penutup (15 Juli 1996)


g. Pengapalan pertama batubara (18 April 1997)

h. Pembangunan pertama dengan fasilitas permanen (Januari 1999)

i. Pengapalan pertama dengan fasilitas permanen (Januari 1999)

Secara geografis PT. Indominco Mandiri Bontang terletak pada garis lintang

00°02'20'' LU-00°13'00'' LU dan 117°12'50'' BT-117°23'30'' BT. Secara administratif

terletak di Kecamatan Sangatta, Kotamadya Bontang, Kabupaten Kutai Timur,

Provinsi Kalimantan Timur.

B. MANAJEMEN PERUSAHAAN

Jumlah karyawan yang ada di PT. Indominco Mandiri Bontang adalah

sebanyak 7640 orang terhitung selama 4156 hari kerja, dengan rincian sebagai

berikut :

a. Karyawan sebanyak : 718 orang

b. Kontraktor sebanyak : 6922 orang

Yang terbagi dalam beberapa Departemen sebagai berikut :

a. Departement Mine Engineering

b. Departement Mine Operation

c. Departement Mine Survey

d. Departement Coal Handling and Procession

e. Departement QSE (Quality, Safety and Environment)

f. Departement Laboratory

g. Departement HRD (Human Resources Dept.)

h. Departement GA (General Affair)

i. Departement Mine Manitenance


j. Departement Port Operation

k. Departement Port Maintenance

l. Departement Utilities

m. Departement Marine

C. LOKASI DAN WAKTU PKL

Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilakukan di PT. Indominco Mandiri

Bontang Jl. Pelakan Km. 30 Bontang, Kalimantan Timur selama 2 bulan mulai

tanggal 25 Februari sampai 26 April 2013.

Tabel 1. Jadwal kegiatan PKL di PT. Indominco Mandiri Bontang

Kegiatan/ Uraian Tanggal


No Lokasi Keterangan
Kegiatan Pelaksanaan
Induction Company 25 – 26 Februari 2013 Kantor KM.
Teori
30 PT. IMM
A. Persiapan Lahan Tambang Batubara
a. Aspek Legalitas Perusahaan
Observasi Perijinan Kantor KM.
1. 27 Februari 2013 Teori
Usaha Tambang 30 PT. IMM
Informasi Perijinan yang
terkait dengan kegiatan Kantor KM.
2. 27 Februari 2013 Teori
30 PT. IMM
penambangan
Sistem Manajemen Kantor KM.
3. 27 Februari 2013 Teori
Administrasi Perusahaan 30 PT. IMM
B. Tahap Konstruksi Pertambangan Batubara
a. Pembersihan Lahan
Observasi alat berat yang Teori dan
1. 5 Maret 2013 PT. IMM Survei
digunakan
Lapangan
Pemantauan Dampak Teori dan
2. Lingkungan dari Proses 5 Maret 2013 PT. IMM Survei
Pembersihan Lahan Lapangan
b. Mobilisasi Peralatan
Observasi sistem K3 yang Teori dan
1. 1– 8 Maret 2013 PT. IMM Survei
telah ditetapkan
Lapangan
c. Pembangunan sarana dan Prasarana di Lokasi Tambang
Informasi Geografis Kantor KM.
1. 1– 8 Maret 2013 Teori
Lokasi Tambang 30 PT. IMM
2. Pengelolaan dan
Pemantauan Kualitas Air di Teori dan
5 Maret 2013 PT. IMM
Settling Pond (Kolam Praktek
Penampungan)
C. Tahap Operasi Pertambangan Batubara
a. Proses Penambangan Batubara Konvensional
Observasi Pengerukan Teori dan
1. dan Penimbunan Tanah 11 – 22 Maret 2013 PT. IMM Survei
Pucuk (topsoil) Lapangan
Observasi Pengerukan Teori dan
2. dan Penimbunan tanah 11– 22 Maret 2013 PT. IMM Survei
penutup (overburden) Lapangan
Observasi Pengerukan Teori dan
3. 11 – 22 Maret 2013 PT. IMM Survei
Batubara
Lapangan
Pengelolaan dan Teori dan
Pemantauan Kualitas 5 Maret – 12 April
4. PT. IMM Survei
2103
Udara Lapangan
Pengelolaan dan Teori dan
5 Maret – 25 April
5. PT. IMM Survei
Pemantauan Kualitas Air 2103 Lapangan
Pengelolaan dan Teori dan
Pemantauan Kualitas 5 Maret – 12 April
6. PT. IMM Survei
2103
Kebisingan Lapangan
b. Proses Pengangkutan Batubara Ke Stockpile
Observasi Jalur Teori dan
1. Pengangkutan Batubara 3 - 10 April 2013 PT. IMM Survei
Lapangan
D. Tahap Pasca Operasi Pertambangan Batubara
a. Kegiatan Revegetasi Lahan
Informasi Jenis Tanaman Teori dan
1. 19 – 28 Maret 2013 PT. IMM Survei
yang digunakan
Lapangan
Informasi Lahan yang Teori dan
2. Telah dan akan di 19 – 28 Maret 2013 PT. IMM Survei
revegetasi Lapangan
Observasi Pengelolaan Teori dan
3. dan Pemanfaatan Lahan 19 – 28 Maret 2013 PT. IMM Survei
Revegetasi Lapangan
b. Kegiatan Reklamasi Lahan
1. Informasi Lahan yang Telah Teori dan
dan akan direklamasi 19 – 28 Maret 2013 PT. IMM Survei
Lapangan
Pengelolaan dan Teori dan
2. Pemanfaatan Kolam/ 19 – 28 Maret 2013 PT. IMM Survei
Lubang sisa tambang Lapangan
c. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
Prioritas Program Kantor
1. Kemasyarakatan 27–28 Maret 2013 Eksternal Teori
PT. IMM
Informasi dana CSR rutin Kantor
2. 27 – 28 Maret 2013 Eksternal Teori
ke Masyarakat PT. IMM
Observasi Tempat Binaan Kantor
3. Perusahaan dari Program 27– 28 Maret 2013 Eksternal Teori
CSR PT. IMM
Presentasi Hasil Kegiatan Kantor KM.
PKL di Perusahaan 26 April 2013 Presentasi
30 PT. IMM
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

A. Persiapan Lahan Tambang Batu bara

1. Aspek Legalitas Perusahaan

a. Tujuan

Observasi aspek legalitas perusahaan bertujuan untuk:

1) Mengetahui nomor izin kuasa pertambangan (KP) beserta luasan area yang

akan ditambang oleh PT. Indominco Mandiri Bontang

2) Mengetahui informasi tentang undang-undang yang terkait dengan kegiatan

yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri Bontang pada instansi/lembaga

pemerintah baik di tingkat kabupaten maupun pusat.

b. Dasar Teori

Aspek hukum dan administrasi yaitu suatu aspek yang terkait dengan

aspek legal yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk izin lokasi dan

izin usaha yang meliputi akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV

atau berbentuk badan hukum lainnya, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat

tanda daftar perusahaan, Surat izin tempat usaha dari pemda setempat, Surat

tanda rekanan dari pemda setempat, Surat Izin Usaha Pertambangan (SIUP)

setempat, Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen

Penerangan (Anonim, 2009).

c. Alat dan Bahan

Alat : Buku catatan, Bolpoin.

Bahan : Dokumen AMDAL PT. Indominco Mandiri Bontang


d. Prosedur Kerja

1) Mereview Dokumen AMDAL PT. Indominco Mandiri Bontang.

2) Menulis tentang informasi perijinan PT. Indominco Mandiri Bontang dalam

kaitannya dengan kegiatan penambangan batubara.

e. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai selama mempelajari beberapa dokumen yang dimiliki

oleh perusahaan adalah informasi tentang perijinan pada instansi yang terkait

dengan kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri Bontang, dalam hal

ini izin KP eksplorasi dan luasan areal beserta peraturan-peraturan yang berkaitan

dengan kegiatan pertambangan batubara PT. Indominco Mandiri Bontang.

f. Pembahasan

Aspek legalitas perusahaan terkait dengan kegiatan usaha pertambangan

yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri Bontang diantaranya diuraikan dalam

hal sebagai berikut:

PT. Indominco Mandiri merupakan suatu badan usaha swasta yang bergerak

dalam bidang usaha pertambangan batubara yang memegang Perjanjian Karya

Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) No. 097.B.Ji/292/U/90 di daerah

Kutai Timur, Kalimantan Timur.PT. Indominco mandiri didirikan pada 11 November

1988. Perusahaan ini sebelumnya berada dibawah naungan kelompok usaha

Salim Group, mulai bulan Oktober 2001 semua saham yang ada diambil alih oleh

BANPU yang berkedudukan atau berpusat di Thailand. Luas area eksplorasi yang

dimiliki oleh PT. Indominco Mandiri sebesar 100.000 Ha yang sesuai dengan Surat

Kuasa Pertambangan (KP) yang diperoleh dari PT. Tambang Batubara Bukit Asam

(Persero) dan Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), penandatanganan


kontrak kerjasama dengan PTBA dilakukan pada tanggal 5 Oktober 1990.

Berdasarkan hasil eksplorasi yang dilakukan dari luas area 100.000 Ha tersebut,

yang dapat dilakukan eksploitasi hanya seluas 25.000 Ha saja, yang terbagi

menjadi dua blok penambangan yaitu, Blok Barat (West Block) seluas 18.000 Ha

dan Blok Timur (East Block) dengan luas area 7000 Ha. Keseluruhan area tersebut

berada di daerah administratif kota Bontang, kabupaten Kutai Kartanegara dan

Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur dengan formasi batubara Balikpapan Late

Miocene dan Pulau Balang. PT Indominco Mandiri adalah salah satu produsen

batubara terbesar dari seluruh anak perusahaan di Indonesia dengan produksi

10,7 juta ton, menyumbang 61 % dari total produksi batubara untuk tahun

2008.Sedangkan perijinan yang terkait dengan kegiatan pertambangan dirincikan

sebagai berikut :

1) Undang-undang

a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Dasar-

Dasar Agraria, digunakan sebagai acuan Karena kegiatan yang dilakukan

oleh PT. Indominco Mandiri ini berhubungan dengan lahan atau tanah

b) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, digunakan

sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri

ini ada masuk dalam kawasan Budidaya Kehutanan (KBK)

c) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,

digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT.

Indominco Mandiri akan berpengaruh terhadap sumber daya air.

d) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, digunakan sebagai acuan karena kegiatan


yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini wajib unutk melakukan

upaya untuk melestarikan fungs i lingkungan hidup.

2) Peraturan pemerintah

a) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan

Bahan Galian, digunakan sebagai acuan karena batubara yang akan

diekploitasi oleh PT. Indominco Mandiri adalah termasuk dalam jenis

bahan galian.

b) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup. Digunakan sebagai acuan karena kegiatan

yang berdampak besar dan penting sehingga wajib dilengkapi dengan

AMDAL.

c) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang

dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini diprakirakan akan berdampak

terhadap terjadinya pencemaran udara (khususnya terjadi peningkatan

debu).

d) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan

Berbahaya dan Beracun, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang

dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini ada menggunakan bahan

berbahaya dan beracun (B3) seperti oli/minyak pelumas.

e) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air, digunakan sebagai acuan karena

kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini wajib melakukan

pengelolaan dan pengendalian pencemaran air akibat limbah cairnya.


f) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2012 tentang Wilayah

Pertambangan, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan

oleh PT. Indominco Mandiri ini dilakukan pada wilayah yang memiliki

potensi mineral dan/atau batubara

3) Keputusan, Peraturan dan Instruksi Presiden

a) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung,

digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT.

Indominco Mandiri ini berdekatan/berbatasan langsung dengan kawasan

lindung.

b) Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1999 tentang Perizinan atau

Perjanjian di bidang penambangan yang berada dikawasan hutan,

digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT.

Indominco Mandiri ini berada dalam kawasan hutan.

4) Keputusan/Peraturan Menteri

a) Peraturan Menteri Perburuan Nomor 7 Tahun 1964 tentang syarat

kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, digunakan

sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri

untuk memperhatikan faktor kesehatan, kebersihan di tempat kerja.

b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor :

per.VI/Men/1976 tentang wajib latihan Higiene Perusahaan Ergonomi dan

Kesehatan (hiperkes), digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang

dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri untuk melakukan pelatihan Higiene

Perusahaan Ergonomi dan Kesehatan (hiperkes) bagi tenaga kerja.


c) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :

per.02/MEN/1980 tentang pemeliharaan kesehatan tenaga kerja,

digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT.

Indominco Mandiri ini diprakirakan akan berdampak terhadap kesehatan

pekerja.

d) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 718/Menkes/Per/XI/1987 tentang

kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, digunakan sebagai

acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini

diprakirakan akan berdampak terhadap terjadinya peningkatan kebisingan

yang berhubungan dengan kesehatan (gangguan fisiologis).

e) Keputusan Menteri Penambangan dan Energi Nomor :

1211.K/26/M.PE/1995 tentang pencegahan dan penanggulangan

perusakan dan pencemaran lingkungan pada kegiatan usaha

penambangan umum, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang

dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini diprakirakan akan berdampak

terhadap terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan.

f) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :

per.05/MEN/1996 tentang Sistem Managemen K3 dalam penyelenggaraan

keselamatan kerja, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang

dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini wajib untuk menjalankan sistim

keselamatan kerja.

g) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-187/MEN/1999 tentang

pengendalian bahan kimia berbahaya, digunakan sebagai acuan karena


kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini ada menggunakan

bahan berbahaya seperti oli/minyak pelumas.

h) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 829 tahun 1999 tentang kesehatan

perumahan, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh

PT. Indominco Mandiri ini ada melakukan pembuatan mess untuk

karyawannya.

i) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1407/Menkes/SK/XI/2002 tentang

persyaratan kesehatan lingkung an lingkungan kerja dan industri, digunakan

sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri

ini yang menghasilkan dampak debu diprakirakan akan berdampak

terhadap kesehatan di lingkungan kerja.

j) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang

baku mutu air limbah domestik bagi usaha adan atau kegiatan

penambangan batubara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang

dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini diprakiran akan menghasilkan air

limbah domestik.

k) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 tentang

baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan penambangan

batubara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh

PT. Indominco Mandiri ini diprakirakan akan menghasilkan air limbah

berupa air larian permukaan (surface run off) dan air dari proses pencucian

batubara.

l) Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi Nomor 78-

12/008/600.2/1995 lampiran II tentang petunjuk teknis upaya pengelolaan


lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan untuk PLTU, PLTG, PLTD,

PLTGU, dan PLTP dan lampiran III tentang petunjuk teknis upaya

pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan untuk

transmisi, digunakan sebagai acuan karena adanya kegiatan

pengoperasian power plant/PLTU PT. Indominco Mandiri.

m) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2004

tentang pedoman mengenai syarat dan tata cara perijinan serta pedoman

kajian pembuangan air limbah ke air atau sumber air, digunakan sebagai

acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini

diprakirakan akan membuang limbah cairnya ke air atau ke sumber air.

n) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008

tentang reklamasi dan penutupan tambang, digunakan sebagai acuan

karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini wajib

melakukan reklamasi dan penutupan tambang.

o) Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.174/Menhut-II/2009 tentang izin

pinjam pakai kawasan hutan pada kawasan hutan produksi tetap kepada

PT. Indominco Mandiri untuk eksploitasi bahan galian batubara dan sarana

penunjangnya seluas 906,10 hektar yang terletak di Kabupaten Kutai

Kartanegara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan

oleh PT. Indominco Mandiri ini masuk dalam kawasan Budidaya Kehutanan

(KBK).

5) Keputusan Dirjen, Kepala Badan dan Surat Edaran

a) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :kep

056 tahun 1994 tentang pedoman umum mengenai ukuran dampak


penting, digunakan sebagai acuan karena dalam prakiraan tingkat

kepentingan dampak dari kegiatan yang dilakukan PT. Indominco Mandiri

terhadap lingkungan hidup menggunakan peraturan tersebut.

b) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :

299/11/1996 tentang pedoman teknis kajian aspek sosial dalam

penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan, digunakan sebagai

acuan karena ada komponen/aspek sosial yang dikaji dalam penyusunan

analisis mengenai dampak lingkungan hidup PT. Indominco Mandiri ini

c) Keputusan Direktor Jendral Penambangan Umum Nomor :

693.K/008/DDJP/1996tentang pedoman teknis pengendalian erosi pada

kegiatan penambangan umum, digunakan sebagai acuan karena kegiatan

penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini

diprakirakan akan menimbulkan dampak erosi.

d) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 45

Tahun 2005 tentang pedoman penyusunan laporan pelaksanaan rencana

pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan

hidup (RPL), digunakan sebagai acuan karena ada kewajiban dari PT.

Indominco Mandiri dalam melaporkan hasil pelaksanaan RKL dan RPL

dalam pelaksanaan kegiatannya nanti.

6) Peraturan Daerah

a) Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Timur Nomor 12 Tahun 1993

tentang RT/RW Propinsi Kalimantan Timur, digunakan sebagai acuan

karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini

berhubungan rencana tata ruang wilayah.


b) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Nomor 14 Tahun 2000 tentang

pengawasan kualitas air, digunakan sebagai acuan karena adanya

kewajiban dari PT. Indominco Mandiri untuk melakukan pengawasan

kualitas air khususnya pengawasan terhadap kualitas limbah cair yang

dihasilkannya dan dibuang di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.

c) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 6 Tahun 2004 tentang

pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Kutai Timur, digunakan

sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri

ini berhubungan rencana tata ruang wilayah khususnya di Kabupaten Kutai

Timur.

d) Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 6 Tahun 2004 tentang perijinan

dan retribusi ijin pembuangan limbah cair, digunakan sebagai acuan karena

kegiatan penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Indominco

Mandiri di wilayah Kabupaten Bontang ini nantinya wajib memiliki izin

pembuangan air limbah.

7) Keputusan Gubernur dan Bupati atau Walikota.

a) Keputusan Gubernur KepalaDaerah Tingkat I Kalimantan Timur Nomor :

339 tahun 1988 tentang baku mutu lingkungan di Propinsi Daerah Tingkat

I Kalimantan Timur, digunakan sebagai acuan karena lingkungan yang

terkena dampak dari kegiatan PT. Indominco Mandiri ini adalah di Propinsi

Kalimantan Timur.

b) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur Nomor 28

Tahun 2002 tentang pengujian lingkungan dan kesehatan kerja, digunakan

sebagai acuan karena adanya kewajiban dari PT. Indominco Mandiri jika
nantinya beropersi untuk mengujikan kesehatan karyawan dan lingkungan

kerjanya.

c) Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor : 180.188/HK-316/2003

tentang pedoman pencegahan dan penanggulangan perusakan dan

pencemaran lingkungan pada kegiatan usaha pada penambangan umum di

kabupaten kutai kartanegara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan

penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini

diprakirakan akan berdampak terhadap terjadinya perusakan dan

pencemaran lingkungan di wilayah kabupaten Kutai Kartanegara.

B. Tahap Konstruksi Pertambangan Batubara

1. Observasi sistem K3 pada Contractor Management System (CMS) yang telah

diterapkan

a. Tujuan

Observasi mengenai CMS ini bertujuan untuk mempelajari buku panduan yang

menjadi pedoman dalam mengelola Sistem K3L di PT. Indominco Mandiri

Bontang.

b. Alat dan Bahan

1) Alat : Buku catatan dan bolpoin

2) Bahan : Buku panduan Pelaksanaan CMS -ITM

c. Prosedur Kerja

1) Mempelajari buku panduan CMS-ITM

2) Mereview dan menuliskan poin-poin penting dalam proses CMS


d. Dasar teori

Bahwa CMS merupakan buku panduan untuk memberikan penjelasan secara

rinci mengenai, teori dasar, pengertian serta langkah melakukan assessmen

dimulai dengan ada nya komitmen kebijakan perusahaan serta pelaksanaan secara

efektif berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia atau

peraturan-peraturan perusahaan sendiri yang bertujuan menciptakan lingkungan

kerja yang aman sehat dan ramah lingkungan serta peningkatan produktivitas

kerja yang tinggi (CMS-ITM, 2010)

e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dalam mempelajari materi mengenai CMS ini adalah

informasi dan pengetahuan mengenai kegiatan dalam CMS oleh PT. IT M

f. Pembahasan

Kegiatan CMS terdiri dari :

1) Perencanaan

a) Leadership and Commitment : EHS Policy

b) Risk Assessment

c) Compliance Management (Legal & Order Reqirements)

d) Penetapan Objective, Target & Program

2) Implementasi

a) Organisasi, penetapan tugas dan tanggung jawab, akuntibilitas dan

pendelegasian wewenang

b) Kompetensi, pelatihan dan kesadaran

c) Komunikasi, konsultasi & partisipasi

d) Dokumentasi & pengendalian dokumen


e) Pengendalian operasi

f) Perlindungan mesin (proteksi terhadap potensi bahaya dari mesin

g) Kebisingan dan getaran

h) Pencahayaan

i) Penanganan barang

j) Penanganan bahan peledak

k) Sistem izin kerja dan sistem isolasi – penandaan

l) Instalasi kelistrikan

m) Fasilitas pendukung bagi karyawan

n) Alat pelindung diri

o) Infrastruktur (fasilitas, peralatan dan perlengkapan) &housekeeping

p) Penanganan bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3

q) Pengelolaan limbah padat, limbah cair dn kualitas udara

r) Pengelolaan lingkungan lainnya (merujuk pada kontrak kerja sama)

s) Pengelolaan kesehatan karyawan

t) Kesiapsiagaan dan tanggap darurat

3) Pemeriksaan

a) Pengukuran dan pemantauan

b) Inspeksi dan observasi terencana

c) Pemantauan dan pengukuran kesehatan karyawan

d) Evaluasi pemenuhan terhadap persyaratan legal dan persyaratan lainnya

e) Pelaporan dan penyelidikan insiden

f) Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan

g) Pengendalian catatan
h) Internal asesmen

4) Evaluasi

Tinjauan manajemen

2. Informasi geografis lokasi tambang

a. Tujuan

Untuk mengetahui letak geografis pertambangan PT. Indominco Mandiri

b. Alat dan bahan

Alat : alat tulis

Bahan : Dokumen RKL-RPL PT. Indominco Mandiri

c. Prosedur Kerja

Mereview dan menuliskan poin-poin penting informasi tentang letak geografis PT.

Indominco Mandiri Bontang

d. Dasar teori

Letak geografis suatu wilayah adalah keberadaan posisi wilayah tersebut sesuai

dengan bentuk dan letaknya di bum i (Anonim, 2008).

e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dalam mereview dokumen RKL-RPL adalah informasi

mengenai letak geografis pertambangan PT.Indominco Mandiri Bontang.

f. Pembahasan

Secara geografis PT. Indominco Mandiri Bontang terletak pada garis

lintang 00°02'20'' LU-00°13'00'' LU dan 117°12'50'' BT-117°23'30'' BT. Secara

administratif terletak dikecamatan sangata, kotamadya Bontang, kabupaten Kutai

Timur, provinsi Kalimantan Timur.


Lokasi pertambangan batubara PT. Indominco Mandiri Bontang berjarak

kurang lebih 250 km dari kota Balikpapan - Samarinda - Bontang. Yang dapat

ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan darat dalam waktu

± 6 jam. Untuk mencapai lokasi pusat administrasi PT. Indominco Mandiri Bontang

dapat dicapai dari pusat kota Bontang dengan menggunakan kendaraan darat

melalui jalan beraspal melewati pos penjaga (security gate) di km 10, kemudian

sejauh 23 km menuju mess karyawan PT. Indominco Mandiri Bontang (camp 23),

dan sampai di km 30 akan ditemui bangunan pusat administrasi (mine site) PT.

Indominco Mandiri Bontang, mine stockyard dan instalasi crushing plant yaitu

tempat penimbunan dan reduksi batubara sebelum dibawa ke pelabuhan.

Sedangkan untuk menuju ke pelabuhan PT. Indominco Mandiri Bontang, ± 17 km

dari km 10, dimana terdapat permanent dan temporary stockpile sebagai tempat

penimbunan sementara sebelum loading ke kapal.

C. Tahap Operasi Pertambangan Batubara

1. Proses Penambangan Konvensional

a. Tujuan

Untuk mengetahui proses penambangan yang dilakukan PT. Indominco

Mandiri Bontang mulai dari persiapan lahan, pengolahan batubara sampai

pengapalan batubara.

b. Dasar Teori

Dalam mengeksploitasi batubara maupun bahan galian lainnya, setiap

perusahaan memiliki metode yang berbeda-beda dalam sistem penambangannya,

PT Indominco Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan


metode sistem penambangan yang dilakukan adalah tambang terbuka (open pit)

kemudian mengisi kembali (back filling) lahan bekas penambangan tersebut

setelah operasi penambangan selesai dilakukan.

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan : Dokumen Identifikasi Analisis Dampak

Lingkungan PT. Indominco Mandiri Bontang dan alat tulis menulis.

d. Prosedur kerja

Membaca dan memahami proses penambangan yang dilakukan PT.

Indominco secara umum dan mengamati proses tersebut.

e. Hasil yang dicapai

Tahap-tahap kegiatan penambangan batubara adalah sebagai berikut :

1) Pembersihan Lahan (Land Clearing)

2) Pemindahan Topsoil

3) Pengupasan Over Burden

4) Pengolahan Batubara

5) Kegiatan rehabilitasi lahan

f. Pembahasan

Kegiatan penambangan batubara yang dilaksanakan PT. Indominco

Mandiri Bontang berada di 2 (dua) area penambangan yaitu blok barat (pit - 3S,

pit-11SE2, pit 11S, pit L13W1, pit-6SW1, pit-40, L11N, dan pit 13 exp). di blok

timur (pit Seam 10B, Pit 10C & 11A, Pit 19D).

Untuk lebih rinci, sistem penambangan akan dijelaskan sebagai berikut :

1) Land Clearing
Land clearing atau pembersihan lahan merupakan kegiatan untuk

membersihkan dan membabat tumbuhan yang berada di atas lapisan topsoil.

Kegiatan land clearing dilakukan bila di bawah lapisan tanah tersebut terdapat

bahan galian yang akan ditambang atau daerah tersebut akan digunakan untuk

dumping area. Contoh tumbuhannya adalah rumput, pohon-pohon, dan semak

belukar.

Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup

dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang

tumbuh pada permukaan daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk

membersihkan daerah tambang tersebut sehingga kegiatan penambangan

dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu dengan adanya

gangguan tumbuh-tumbuhan yang ada di lokasi penambangan.

Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang dengan

menggunakan Bulldozer dan bantuan Backhoe, dilakukan secara bertahap

sesuai dengan pengupasan lapisan tanah penutup. Dalam pembabatan,

pohon didorong kearah bawah lereng untuk dikumpulkan, dimana penanganan

selanjutnya diserahkan pada pihak berwenang yang memiliki Izin Pengelolaan

Kayu (IPK).Izin Pengelolaan Kayu (IPK) untuk industri pertambangan diatur

oleh Pemerintah melalui Kementrian Kehutanan.

Untuk PT. Indominco Mandiri , kayu dikelola oleh Puyuh, kontraktor yang

ditunjuk pemerintah. Alat-alat yang digunakan untuk land clearing adalah :

a) Bulldozer Komatsu D85, digunakan untuk membersihkan dan membabat

pohon-pohon dan semak belukar yang memiliki diameter kurang dari 30 cm

dan panjang kurang dari 4 meter


b) Gergaji rantai (chainsaw), digunakan untuk memotong pohon-pohon yang

relatif besar dengan diameter lebih dari 30 cm dan panjang lebih dari 4

meter. Pohon-pohon ini selanjutnya diinventarisasi, diberi nama dan

dihitung volumenya kemudian dikumpulkan di Logstock.

2) Pemindahan Topsoil

Kegiatan topsoil removal atau pengupasan lapisan tanah penutup untuk

mengupas lapisan tanah yang paling atas, dimana tanah ini biasanya terdiri

dari lapisan humus dan tanah yang strukturnya tidak keras, sehingga lapisan

topsoil berguna sebagai tanah yang akan dipakai kembali untuk kegiatan

reklamasi. Topsoil biasanya terbentuk dari clay atau tanah liat. Pengupasan

tanah ini dilakukan dengan cara menggali, memuat , kemudian mengangkut

tanah tersebut ke topsoil stock. Lapisan topsoil yang diambil adalah dengan

ketebalan 30 – 60 cm.

Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan topsoil removaladalah :

a) Alat gali muat adalah excavator backhoe PC 300 dengan kapasitas gali 1,8
m3
b) Alat angkut, yaitu Articulated Dump Truck (ADT) tipe Komatsu HM

400 dengan kapasitas 22,3 m3

c) Alat bantu untuk merapikan lapisan topsoil sesudah dikupas, yaitu

Bulldozer d155.

Timbunan di lapisan topsoil dipersiapkan untuk melapisi lapisan

tanah di dumping area. Setelah dumping area siap untuk direklamasi

maka lapisan tersebut di spreading (disebarkan) dahulu dengan

menggunakan lapisan topsoil. Alat yang digunakan untuk spreading


tersebut sama dengan alat yang digunakan untuk topsoilremoval yaitu

Excavator Backhoe PC 300 dan Articulated Dump Truck HM 400.

3) Pengupasan Overburden

Tahap pengupasan overburden dilakukan setelah semua proses topsoil

removal selesai dilaksanakan. Lapisan tanah penutup (overburden) dibongkar

hingga ditemukan lapisan batubara. Karakteristik dari berbagai jenis

overburden menentukan cara untuk mengupasnya, lapisan overburden ada

yang memiliki kekerasan yang ekstrem sehingga perlu dilakukan blasting dan

ada juga yang lunak sehingga cukup digalisaja dengan excavator backhoe.

Overburden pada East Block terdiri dari material PAF dan NAF. Komposisi

perbandingan material PAF dan NAF sekitar 60% : 40%. Pada lapisan material

pertama overburden biasanya komposisinya adalah tanah liat dan lapisan

berikutnya berupa sandstone. Alat yang biasa digunakan untuk pengupasan

overburdenadalah :

a) Excavator backhoe Komatsu PC 1250 dengan kapasitas bucket 7 m3

b) Excavator backhoe Komatsu PC 2000 dengan kapasitas bucket 12 m 3

c) Excavator backhoe Komatsu PC 3000 dengan kapasitas bucket 16 m 3

d) Dump truck HD 785 kapasitas bak angkut 48 m3 dan sekarang juga telah

digunakan HD1500.

Dalam pembongakaran overburdenakan membentuk bench, geometri

bench sesuai SOP adalah :

(1) Tinggi jenjang = 8 meter

(2) Single slope = 70 o


(3) Overall slope = 65o (west block)

= 60o (east block)

(4) Lebar jenjang = 1,7 meter (west block)

= 3,8 meter (east block)

4) Proses Pengolahan Batubara

Pada saat pertama kali batubara diangkut oleh Dump Truck menuju

mine stockyard masih berukuran lebih dari > 50 mm, lalu dari mine stockyard

dimasukan kedalam hopper dengan alat angkut truck dan alat muatnya Wheel

Loader.Saat pertama kali batubara memasuki hopper, terlebih dahulu

batubara disiram dengan sebuah alat water spray , yang mana penyiraman ini

bertujuan untuk pengikatan material-material batubara yang berbutir halus

(fine coal).

Batubara dari lokasi tambang diangkut dengan menggunakan truk

pengangkut batubara untuk selanjutnya diangkut menuju ROM pada coal

processing plant, maupun langsung ditumpahkan ke hopper.

Hopper berkapasitas 200 ton, dilengkapi dengan grizzly berukuran 600

mm x 1200 mm yang berfungsi untuk menyortir ukuran boulder batubara agar

tidak masuk dalam feeder breaker. Sementara feeder breaker itu sendiri

adalah sebuah alat untuk penghancur batubara dari ukuran yang boulder

menjadi – 200 mm.

Produk batubara berukuran -200 mm merupakan tahap awal dari

penghancuran batubara yang berukuran bongkahan boulder.Tahap kedua

penghancuran batubara menggunakan alat crusher yang terhubung dengan

belt conveyor dan dilengkapi dengan magnet cathcer dan metal


detector.Magnet catcher adalah alat untuk menangkap besi (metal yang

mempunyai sifat magnetik) yang terkontaminasi dengan batubara pada saat

feeding, sedangkan metal detector berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi

adanya material besi/metal yang tidak tertangkap oleh magnet catcher.

Setelah melalui magnet catcher dan metal detector, batubara berukuran -

200mm tersebut masuk dalam tahap penghancuran kedua batubara menjadi

ukuran -50mm dengan crusher.

Pada belt conveyor dari alat crusher menuju twin boom stacker, terdapat

sebuah alat berupa automaticsampler yang berfungsi sebagai pengambil

sampel batubara secara otomatis untuk diuji kualitasnya di laboratorium

analisa kualitas batubara.

Produk batubara hasil tahap penghancuran kedua merupakan produk

yang sudah siap untuk dipasarkan. Namun dalam pemuatannya terdapat suatu

manajemen untuk mengatur pemuatan batubara hingga menuju ke pelabuhan,

karena produk batubara di CPP 1 mempunyai dua produk, yaitu Low Total

Sulfur dan High Total Sulfur. Oleh karena itu, produk dari crusher akan dibawa

dengan belt conveyor menuju twinboomstacker untuk pemisahan produk Low

TS dan High TS menuju mine stockyard.

Batubara dengan dua jenis produk yang disimpan di tempat penyimpanan

sementara (mine stock yard), akan dibantu oleh bulldozer untuk didorong

menuju reclaimer feeder, dimana reclaimer feeder tersebut adalah alat untuk

memindahkan batubara hasil crushing dari mine stockyard ke loading bin

melalui belt conveyor untuk selanjutnya di kirim ke port menggunakan

doubletrolley.
Pemindahan hasil produk batubara Lo-TS dapat menggunakan dua cara,

yang pertama yaitu melewati reclaimerfeeder melalui beltconveyor menuju

loadingbin dan yang kedua dengan menggunakan wheelloader langsung

dimuat dari minestockyard ke doubletrolley.Batubara yang telah dimuat oleh

doubletrolley selanjutnya siap untuk diangkut menuju pelabuhan.

2. Kegiatan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan PT.Indominco Mandiri

a. Kegiatan Pengelolaan lingkungan

1) Tujuan

Untuk mengetahui kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang telah

dilakukan oleh PT.Indominco Mandiri

2) Dasar Teori

Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu untuk melestarikan

fungsi lingkungan yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,

pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian

lingkungan (Farisyalwan, 2009).

3) Alat dan bahan

Alat tulis menulis dan kamera untuk dokumentasi

4) Prosedur Kerja

Mengamati dan berdiskusi dengan pembimbing lapangan mengenai

pengelolaan lingkungan di beberapa lokasi kegiatan pertambangan

PT.Indominco Mandiri.
5) Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai adalah informasi mengenai pengelolaan lingkungan di

beberapa lokasi kegiatan pertambangan PT.Indominco Mandiri

6) Pembahasan

Berikut adalah beberapa lokasi pertambangan batubara PT.Indominco

yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan dan upaya

pengelolaan yang dilakukan oleh PT.Indominco Mandiri :

a) Pit

Pit merupakan lahan kegiatan pembukaan lahan batubara dan

pengambilan batubara. Beberapa kegiatan di Pit batubara adalah

sebagai berikut :

(1) Pembukaan/penebasan dan persiapan lahan

(2) Pengambilan tanah pucuk dan Over Burden

(3) Pengambilan batu bara

Beberapa dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan yang

dilakukan dari kegiatan diatas antara lain :

(a) Hilangnya flora dan fauna

Sejalan dengan kegiatan operasi penambangan, kegiatan

pembukaan dan penebasan lahan yang dilakukan terbatas hanya pada

lahan yang dibutuhkan sesuai dengan rencana penambangan.ini

bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sekaligus

memperkecil kerusakan lingkungan akibat kegiatan penebasan pohon-

pohon sehingga berkibat dari hilangnya flora dan fauna. Maka, kegiatan

penebasan telah dilaksanakan secara bertahap, tidak sekaligus


membabat habis pohon atau tanaman-tanaman disekitar lokasi yang

akan ditambang, namun dengan tetap membiarkan sebagian daerah

tidak terganggu untuk menjadi jalur-jalur hijau yang berfungsi sebagai

penyangga ekologi dengan harapan kegiatan rehabilitasi lahan lebih

cepat berhasil.

Kegiatan penebasan lahan sebagian besar diperuntukkan

sebagai lokasi penambangan dan hanya sebagian kecil yang dibuka

sebagai lokasi timbunan tanah/batuan penutup (waste dump).untuk

lokasi pemupukan tanah penutup dan penimbunan tanah/batuan

penutup tetap ditempatkan pada bekas penambangan yang telah

selesai diambil batubaranya atau kegiatan back filling.

(b) Debu dan emisi udara jalan tambang

Dalam setiap kegiatannya, pertambangan batubara pasti

menghasilkan pencemaran seperti debu dan emisi jalan tambang yang

berasal dari kendaraan tambang, untuk itu kegiatan pengelolaan yang

dilakukan untuk penanganannya adalah penyiraman jalan tambang

untuk meminimalisasi debu serta penanaman disepanjang jalan

tambang untuk mengurangi emisi debu dari kendaraan tambang.

(c) Air limbah tambang

Air limbah tambang dihasilkan pada saat kegiatan pembukaan

lahan serta pengambilan batubara.Air limbah yang berpotensi

mencemari lingkungan selanjutnya dialirkan ke drainase-drainase dan

settling pond untuk dilakukan pengolahan agar tidak mencemari

lingkungan.
(d) Erosi dan sedimentasi

Erosi diakibatkan dari kegiatan penebasan pohon saat

pembukaan lahan.Tanaman yang hilang atau berkurang menyebabkan

tanah lebih mudah mengalami erosi dan sedimentasi. Maka

penanganan yang dilakukan adalah :

(i) Penataan dan pembentukan timbunan tanah/batuan penutup

berupa teras dengan sudut kemiringan (slope) yang landai yaitu

sekitar 26, membentuk permukaan bidang olah dengan kemiringan

sekitar 3% ke arah kaki lereng, dengan demikian laju erosi yang

diakibatkan air limpasan permukaan yang melalui bidang-bidang

lereng dapat terkendali.

(ii) Pengendalian secara vegetatif dilakukan dengan cara menanam

tanaman penutup tanah (cover crop) dan pohon di daerah-daerah

terbuka yang sudah selesai ditata bentuk dan permukaannya.

dengan telah dilakukan revegetasi ini, maka dampak erosi akibat air

hujan dapat diminimalisasi.

(iii) Membuat kolam-kolam pengendap yang dapat mencakup seluruh

areal kegiatan operasional penambangan. dengan adanya kolam

pengendap ini, maka tanah ataupun sedimen-sedimen yang hanyut

telah pendangkalan terhadap badan perairan/sungai disekitar

kegiatan penambangan.

(e) Sampah umum

Sampah umum yang dihasilkan dari kegiatan pit berupa sampah umum

maupun sampah berbahaya penanganan yang dilakukan untuk sampah umum


dilakukan penimbunan serta untuk sampah berbahaya dimusnahkan di

incinerator.

b) ROM (Run of Mine)

ROM adalah tempat penumpukan batubara sebelum dilakukannya peremukan

dan pencucian batubara.

Beberapa dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan dilokasi ROM disajikan

dalam tabel berikut :

Tabel 2.Dampak dan Pengelolaan di ROM

Dampak Pengelolaan
No
1 Debu/ fine Penyiraman dilakukan di sepanjang jalan tambang guna
coal mengurangi pencemaran debu dijalan tambang.

2 Air limpasan Pembuatan drainase bertujuan menampung serta


mengalirkan air limpasan yang diakibatkan dari kegiatan
ROM.

3 Sedimen Membuat kolam-kolam pengendap yang dapat mencakup


seluruh areal kegiatan operasional penambangan.
Dengan adanya kolam pengendap ini, maka tanah
ataupun sedimen-sedimen yang hanyut telah
pendangkalan terhadap badan perairan/sungai disekitar
kegiatan penambangan.
c) Coal Processing Plan

(1) Crusher

Crusher merupakan tempat proses peremukan batubara menjadi ukuran

yang lebih kecil. Pada saat dumping atau penumpahan batubara ke

hopper,maka akan menimbulkan dampak berupa pencemaran debu. Untuk

mengurangi pencemaran debu yang dihasilkan maka dilakukan penyiraman

dengan automatic water sprayer.

(2) Washing plan


Washing plan merupakan tempat pencucian batubara.Batubara yang

mengandung kotoran sebelum di crushing maka dilakukan pencucian untuk

memisahkan kotoran dari batubara tersebut.

PT. IM mengoperasikan sarana pencucian batubara (washing plant)

disekitar mine stockyard Km. 30. Limbah dari pencucian (tailing) tersebut

ditampung dan dikelola dalam kolam pengelolaan dengan kapasitas sekitar

11.000.000 m. Kolam ini juga sekaligus untuk menampung air limbah berupa

run off dari mine stockyard dan ROM dan dari crusher-2. Adapun sistem

penanganan yang dilakukan adalah dengan sirkulasi tertutup, dimana air

limbah dari proses pencucian akan dimanfaatkan kembali pada proses

pencucian selanjutnya setelah mengalami proses pengendapan. Kolam

pengendapan ini di desain sedemikian rupa dengan dimensi dan volume

yang cukup besar sehingga memberi kesempatan terhadap air limbah untuk

mengendap sebelum dimanfaatkan kembali. Air limbah dari aktifitas

pencucian ini tidak ada yang mengalir ke luar dan mencemari lingkungan

sekitarnya. Sarana pengelolaan air limpasan permukaan (run off) disekitar

portstockyard dan di pelabuhan tongkang adalah settling pond yang telah

beroperasi beberapa tahun yang lalu. Sarana ini dapat mengantisipasi semua

air limpasan permukaan daari kegiatan penumpukan batubara di area

tersebut, sehingga aktifitas di port stockyard dan pelabuhan tidak mencemari

lingkungan. Evaluasi lingkungan berdasarkan hasil pemantauan berupa uji

harian dan mingguan yang dilakukan secara internal maupun dari hasil

analisa laboraturium PT. Sucofindo yang dilaksanakan perbulan dan triwulan

menunjukan bahwa kualitas air masih normal dengan nilai pH sekitar 6.10 -
8.20. Ini dimungkinkan karena konstruksi dasar atau alas daripada struktur

material pengisi/penimbun port stockyard dan pelabuhan tongkang terdiri dari

batu gamping dan dari pasir laut, sehingga pH air dari fasilitas ini tidak ada

masalah. Tidak ada menggunakan bahan-bahan kimia di dalam pengelolaan

air limbah. Adapun pengelolaan yang rutin dilakukan adalah mengeruk

kolam-kolam tersebut dan membuang material endapan kelokasi bekas

penambangan, serta menimbunnya dengan tanah/batuan penutup untuk

mencegah terjadinya pencemaran.

(3) Loading bin

Loading bin merupakan tempat pemuatan batubara ke double trolley

untuk diangkut ke pelabuhan batubara.Saat kegiatan loading bin, debu

dihasilkan disekitar area tersebut.Maka untuk mengurangi atau

meminimalisasi pencemaran debu maka dilakukan penyiraman disekitar area

loading bin.

(4) MSY (Mine Stock Yard) dan PSY (Port Stock Yard)

MSY merupakan tempat penumpukan batubara sebelum diangkut ke

pelabuhan batubara, sedangkan PSY (Port Stock Yard) merupakan tempat

penumpukan batubara sebelum di angkut ke kapal pengangkut

batubara.Blending dilakukan guna memaksimalkan kualitas batubara antara

batu bara berkualitas rendah dan berkualitas tinggi sesuai permintaan

konsumen.

Beberapa dampak yang ditimbulkan di area MSY dan PSY serta

pengelolaan dampak yang dilakukan adalah sebagai berikut :


Tabel 3.Dampak dan Pengelolaan di MSY dan PSY

No Dampak Pengelolaan

1 Debu Penyiraman jalan

2 Air limpasan Pembuatan drainase dan pengelolaan air di


settling pond

3 Hidrokarbon Hidrokarbon berupa sisa oli maupun solar dan


sampah berbahaya lainnya dikelola pada oil trap
dan di insinerasi.

(5)Port (Pelabuhan batubara)

Beberapa dampak yang ditimbulkan diarea pelabuhan serta pengelolaannya

adalah :

Tabel 4.Dampak dan Pengelolaan di Port Batubara

No Dampak Pengelolaan

1 Debu Dilakukan penyiraman untuk mengurangi


debu

2 Tumpahan Mengatur tinggi rendahnya boom ship


batubara di laut loader
3 Hidrokarbon Sampah yang berupa hidrokarbon dikelola
di insinerator

(6) Unit incinerator

Unit incinerator merupakan unit yang berfungsi mengelola sampah

berbahaya dan beracun. Pada unit incinerator sampah dimusnahkan dengan

cara dibakar.Beberapa dampak yang ditimbulkan dari kegiatan insinerasi

adalah :
Tabel 5.Dampak dan Pengelolaan di Unit Incinerator
No Dampak Pengelolaan

1 Emisi udara Pemantauan kualitas emisi


udara

2 Abu sisa pembakaran Penimbunan abu sisa


pembakaran

(7) Unit Perusahaan Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Unit PLTU merupakan unit yang berfungsi sebagai sumber listrik bagi

perusahaan .

Beberapa kegiatan yang menyebabkan dampak pada unit PLTU adalah

sebagai berikut :

Tabel 6.Dampak dan Pengelolaan di Unit PLTU

No Dampak Pengelolaan

1 Emisi udara Pemantauan kualitas emisi


udara

2 Batubara sisa bahan bakar Pemanfaatan sebagai bahan


pembuat batako.

8) Kegiatan pengelolaan di Settling Pond

a) Pengelolaan air limbah tambang

Settling Pond adalah suatu penyaluran berbentuk kolam yang berfungsi

sebagai kolam pengendapan semua air dari areal tambang, baik air tanah

maupan air hujan dan bertujuan untuk menjernihkan air yang keluar ke

perairan umum.

Kolam pengelolaan yang ada di PT. IM berjumlah 15 kolam, terdiri dari

8 kolam di blok barat (SP-VII, SP-X, SP-XIII, SP-XIV, SP-XV, SP-XVI, SP-
XVII, SP-XVIII), 4 kolam di blok timur (SP-32, SP-34, SP-35, SP-36) dan 3

kolam di area port stockyard dan pelabuhan (SP-A, SP-C, SP-D). Ini ada 2

kolam yang tutup di area blok timur yaitu SP-30 dan SP-33, dan 1 kolam

yang dialihkan dari SP-2C ke SP-XVII. Semua kolam tersebut merupakan

kolam yang keluarannya (out let) berdekatan dengan titik penataan.

Kemudian ada 3 kolam yang dibangun di blok timur yaitu SP-34, SP-35 dan

SP-36. Ukuran luasan kolam berbeda-beda, dengan rata-rata ukuran luas

20 meter, panjang 50 meter, kedalaman 3-4 meter dan ketebalan tanggu 2-

3 meter. Usaha pengendalian terhadap air limbah tambang yang telah

dilakukan oleh PT. IM adalah usaha pencegahan (preventive) dan

pengelolaan (corrective). Usaha pencegahan (preventive) yang dilakukan

berfokus pada pencegahan terjadinya air asam tambang dengan

menerapkan sistem manajemen batuan penutup, yaitu penimbunan dan

penataan dilakukan sesuai dengan karakteristik batuannya yang telah

dituangkan dalam standar prosedur (SOP) di PT. IM, disamping itu

melakukan segera back filling lahan bekas penambangan untuk mencegah

jangan sampai terjadi oksidasi mineral sulfida pada bekas penambangan

yang dapat berakibat terjadinya air asam tambang. Sedang usaha

pengelolaan air limbah tambang (corrective) yang dilakukan adalah dengan

cara mengalirkan semua air limbah tambang kedalam kolam-kolam untuk di

kelola serta melakukan pemantauan rutin (harian) untuk mengetahui

kualitasnya. Terjadi air asam tambang (AAT) di beberapa lokasi

penambangan blok timur. Usaha pengelolaan yang dilakukan adalah

menambahkan dan mencampur kapur (hydrated lime) sebagai bahan


penetral. Pengecekan kualitas air dilakukan secara terus-menerus selama

proses pengelolaan hinga pH air menjadi normal. Setelah pH normal, air

kemudian dilepas ke perairan umum/lingkungan. Demikian juga hal nya di

area penambangan blok barat, beberapa kolam mempunyai kekeruhan

yang tinggi (TSS) sehingga dilakukan pengelolaan dengan cara

menambahkan koagulan dan flokulan. Usaha perbaikan yang telah

dilakukan untuk menanggulangi masalah kualitas air limbah khususnya

parameter TSS adalah pemeliharaan dan pengerukan sedimen dan kolam.

Dengan dilakukannya pengerukan ini maka air limbah mempunyai

kesempatan untuk mengendap sebelum mengalir ke peraiaran umum,

kemudian umur kolam juga akan bertambah lama.

9) Lokasi penunjang kegiatan

Beberapa lokasi penunjang kegiatan seperti workshop,office, poliklinik,

laboratorium maupun basecamp juga berpotensi menimbulkan pencemaran

dari kegiatan yang dihasilkan.

Berikut adalah dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan yang

dilakukan :
Tabel 7.Dampak dan Pengelolaan Kegiatan di Lokasi Penunjang
No Dampak Contoh Limbah Pengelolan
1 Sampah umum Sisa makanan atau Dikumpulkan dalam bak
minuman maupun sampah sampah untuk selanjutnya
umum biasa di timbun di TPA
2 Limbah kegiatan MCK Tinja Dikelola di septic tank
3 Limbah B3 dan a. Kemasan/Bahan Kimia & Dikumpulkan dalam
sampah medis Pestisida kanton khusus yang
b. Sampah medis seperti tertutup rapat, diberi
bekas suntik atau alat - label/simbol untuk
alat medis lainnya selanjutnya di musnahkan
c. Cartridge printer & di Unit Incinerator.
photocopy
d. Timah/baterai kering
bekas
e. Filter bekas, majun
terkontaminasi
hidrokarbon
4 Besi, ban bekas dan Contoh sampah hidrokarbon 1. Untuk besi atau pun
sampah hidrokarbon : ban bekas masih dapat
a. Pelumas Bekas dimanfaatkan kembali.
b. Sisa Grease 2. Untuk pelumas bekas,
c. Filter oil/solar bekas sisa grase,solar bekas
d. Hose hidrolik bekas atau hose hidrolik
e. Drum bekas hidrokarbon bekas disalurkan ke
f. Majun terkontaminasi pengumpul
hidrokarbon 3. Untuk drum bekas di
g. Lumpur oil trap manfaatkan kembali
h. Tanah terkontaminasi 4. Untuk majun
hidrokarbon terkontaminasi
hidrokarbon
dimusnahkan di
incinerator
5. Untuk lumpur oil trap
dan tanah
terkontaminasi
hidrokarbon di
kumpulkan dalam drum
untuk selanjutnya
dikelola di lahan
bioremediasi ataupun
di kirim ke pengelola
B3 yang memiliki izin
b. Kegiatan Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan adalah proses pengamatan, pencatatan, pengukuran,

pendokumentasian secara verbal dan visual menurut prosedur standard tertentu

terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu atau

beberapa parameter sebagai tolak ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal

dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu. Dalam Pemantauan

lingkunganbiasanya di lakukan monitoring agar dapat menghasilkan data yang tepat

sebagai unsur analisa suatu pengamatan.

1) Pemantauan Perubahan Kualitas Udara

Parameter perubahan kualitas udara yang dipantau adalah sebagai berikut :

Tabel 8.Pemantauan Kualitas Udara

Frekuensi
No Parameter
1 Kadar Debu 3 Bulan

2 SOx, NOx, CO, dll


3 Bulan

3 Kebisingan
3 Bulan

Tabel 9.Pemantauan Emisi Sumber Tidak Bergerak PLTU

Frekuensi
No Parameter
1 SOx, NOx, CO, dll
6 Bulan

Tabel10.Pemantauan Emisi Sumber Bergerak

Frekuensi
No Parameter
1 Opasitas
6Bulan
Tabel 11.Standar Baku Mutu Kualitas Udara untuk Parameter Udara
Ambientdan Emisi Gas Buang berdasarkan PP No. 41 Tahun
1999

No Parameter Standar

1 Carbon Monoksida (CO) 30000 ug/m3

2 Nitrogen Oksida (NO2) 400 ug/m 3

3 Debu 230 ug/m 3

4 Kebisingan 70 dB

5 Sulfur Dioksida (SO2) 900 ug/m 3

Tabel 12.Standar Baku Mutu untuk Sumber Emisi tidak Bergerak PLTU
Permen LH No.21 Tahun 2008 (Lampiran 1b)
No Parameter Standar

1 SO2 750 mg/m3

2 Nitrogen Oksida (NO2) 750 mg/m3

3 Partikulat 100 mg/m3

4 Opasitas 20 %

Dampak penting yang menyebabkan perubahan kualitas udara dari

aktifitas operasional penambangan batu bara adalah peningkatan

kandungan debu dan kebisingan (udara ambien).

Dari hasil analisis laboratorium yang telah dilakukan, kemudian

dibandingkan dengan baku mutu udara sesuai Perda Kaltim No.339 tahun

1988 ataupun Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999, secara umum

memenuhi standar baku mutu. Demikian juga dengan emisi sumber tidak
bergerak (genset), semua parameter memenuhi standar baku mutu KEP-

13/MENLH/3/1995. Namun beberapa parameter seperti debu, kebisingan

serta opasitas terlihat hampir mendekati Nilai Ambang Batas (NAB) yang

ditentukan.Hal ini perlu di waspadai agar tidak memicu terjadinya

pencemaran lingkungan.

2) Pemantauan Kualitas Air Limbah

Pemantauan perubahan kualitas air khususnya air limbah dari proses

kegiatan dilakukan secara rutin dengan frekuensi yang berbeda sesuai dengan

kebutuhan. untuk kebutuhan pelaporan dilakukan perbulan dan pertiga bulan

yang dilaksanakan melalui laboratorium PT. Sucofindo Samarinda, sedang

untuk kebutuhan internal perusahaan, dilakukan pemantauan harian dan

mingguan, dan untuk parameter Fe dan Mn dilakukan sekali dalam sebulan

sesuai peraturan yang berlaku.

Beberapa kegiatan dalam pemantauan kualitas air limbah tambang

batubara adalah :

a) Pengukuran pH pada setiap settling pond

b) Pencatatan data pH dan debit air pada papan data disetiap settling

pond

c) Pengukuran TSS air di Laboratorium Environment

Setelah dilakukan pemantauan maka data-data yang diperoleh

tersebut di susun untuk dilaporkan ke pemerintah .

Berikut adalah beberapa parameter penting dalam kegiatan

pemantauan kualitas air limbah tambang batubara :


Tabel 13. Parameter yang di lakukan Pemantauan Lingkungan

No Parameter Frekuensi

1 pH Harian

2 Fe 1 bulan

3 Mn 1 bulan

4 TSS 2x seminggu

Tabel 14.Standar Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Pertambangan


Batubara (Perda Kaltim No.2 tahun 2011 dan KepMenLH No.113
tahun 2003)
Kadar Maksimum
No Parameter (mg/L)

1 TSS 300

2 Besi Total (Fe) 7

3 Mangan Total (Mn) 4

4 pH 6- 9

Berdasarkan data yang diperoleh maka diketahui parameter yang di

pantau tersebut telah memenuhi baku mutu lingkungan yang ditetapkan.


D. Tahap Pasca Operasi Pertambangan Batubara

1. Informasi Jenis Tanaman yang digunakan

a. Tujuan

Mengetahui jenis-jenis tanaman yang digunakan oleh PT. Indominco Mandiri

dalam kegiatan revegetasi lahan pasca tambang.

b. Dasar teori

Tanaman untuk reklamasi digunakan untuk kegiatan revegetasi lahan pasca

tambang yang jenisnya disesuaikan dengan kondisi lahan pertambangan.

c. Alat dan bahan

Alat tulis menulis dan kamera untuk dokumentasi.

d. Prosedur kerja

Mereview dokumen SOP Departemen Reklamasi dan Rehabilitasi PT. Indominco

Mandiri.

e. Hasil yang dicapai

Mengetahui jenis-jenis tanaman yang digunakan dalam kegiatan revegetasi lahan.

f. Pembahasan

Jenis tanaman yang digunakan adalah tanaman lokal dan non lokal, sebagai

berikut :
Tabel 15.Jenis Tanaman Lokal dan Non Lokal

No Tanaman Lokal Tanaman Non Lokal

1 Anthoceepalus cinencis (jabon) Accasia mangium (akasia)


2 Aquilaria malacensis (garu) Arenga pinnata (aren)
3 Alstonia agustiloba (pulai) Arocarpus altilis (sukun)
4 Aleoretus mulukana (kemiri) Arthocarpus integra (nangka)
5 Archidendron havelandii (k parang) Annona muricatal (sirsak)
6 Artocarpus rigidus (terap) Cassia siamea (johar)
7 Becorea sp (rumbai) Cassia suratancis
8 Calicarpa (ngayup) Cassurina sp (cemara)
9 Cananga odorata (kenanga) Citrus sp (jerok)
10 Crotoxylum arborescen Caliandra (kaliandra)
11 Croton argyratum (tembak) Ceiba petndra (kapuk)
12 Delinia sp (simpur) Cassia alata (galinggang)
13 Delinia sumtrana (simpur) Durio sp (durian)
14 Drakonto melondao (singkuang) Delonix regia (flamboyan)
15 Dryobalanop lanciolata (kapur) Elais quineensis (k.sawit)
16 Dimokarous longan (ihau / mata kucing) Eugenia polyantha (salam)
17 Duabanga mullukana (benuang laki) Euglena glauca (lamtoro)
18 Diospyros macropylla (arang) Gmelina arborea (gemalina)
19 Durio sp (aglaiya) Integra (cempedak)
20 Eusideroxylon swager (ulin) Mngifera sp. (mangga)
21 Fikus madurencis (beringin) Naphaleum (rambutan)
22 Gluta velutina (rengas) Peronema canescen (sungkai)
23 Glochidion sp (R.punai) Persia americana (pepaya)
24 Homolanthus sp (buta-buta) Pithecelobium lobatum (jengkol / pete cina)
25 Hibiscus semilis (waru) Psidium quajava (jambu biji)
26 Illex cinosa Pterocharpus indicus (angsana)
27 Koordersidendron pinatum (T.hitam) Paraseriantes falkataria (sengon)
28 Lea (duri) Pinus mercussi (pinus)
29 Lansium domissticum (langsat) Samanea saman (trembesi)
30 Lepisanthes alata (klengkeng hutan) Sesbania glandiflora (turi)
31 Macaranga gigante (mahang) Swetenia mahagoni (mahoni)
32 Macaranga triloba (mahang) Tectona grandis (jati)
33 Miristika maxima (dara 2) Terminalia ketappa (ketapang)
34 Neanuclea sp (merkubung) Parkia roxburghii (kedawung)
35 Nyipah fruticans (nipah) Anacardiumoccidentale (jambu mete)
36 Pomitea sp (rambutan hutan) Kayu putih
37 Piper aduntum (sirih-sirihan)
38 Pterospernum exelsa (T.hitam)
39 Popowia hirta (banitan)
40 Ptrospermum javanicum (bayur)
41 Rizhopoda sp (bakau)
42 Rutmania escomani (asam hutan)
Lanjutan Tabel 15
No Tanaman Lokal Tanaman Non Lokal

43 Sonnetaria caseolaris (pedada)


44 Shorea seminis (meranti)
45 Shorea lamilata (meranti)
46 Shorea leprosula (meranti)
47 Syzygium (jambu 2)
48 Syzygium (krantingan)
49 Tubanga
50 Tristaniopsis sp (pelawan)
51 Unidentified -3
52 Unidentified -4
53 Unidentified -6
54 Unidentified -7
55 Unidentified -8
56 Vernonea arborea
57 Vitex pubescen (laban)
58 Shorea leavis (bengkirai)
59 Nyatoh

2. Kegiatan Reklamasi Lahan

a. Tujuan

Mengetahui kegiatan-kegiatan reklamasi yang dilakukan PT. Indominco Mandiri

dalam kegiatannya pasca operasi pertambangan batubara.

b. Dasar teori

Reklamasi adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki

lahan bekas tambang agar sesuai dengan peruntukannya seperti pembuatan

sedimen pond, drainase, penataan lahan dan penanaman.

Revegetasi adalah kegiatan penanaman kembali lahan yang sudah

terganggu akibat kegiatan penambangan dengan tanaman penutup tanah (cover

crop), jenis pelindung dan tanaman jenis lokal yaitu tanaman yang sebelumnya

pernah tumbuh di lokasi tersebut.

c. Alat dan bahan

Alat tulis menulis dan kamera untuk dokumentasi.


d. Prosedur kerja

1) Mengamati kegiatan di rumah pembibitan

2) Mengamati hasil revegetasi yang telah dilakukan PT. Indominco Mandiri

e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai adalah mengetahui kegiatan reklamasi dari kegiatan

penimbunan, penataan lahan, penyebaran tanah pucuk, penghijauan dan

pembibitan yang dilakukan PT.Indominco Mandiri.

f. Pembahasan

Kegiatan reklamasi yang telah dilakukan pada lahan bekas penambangan

maupun lokasi-lokasi timbunan tanah / batuan penutup meliputi :

1) Penimbunan (backfiling), penataan lahan (re-contouring) dan penyebaran tanah

pucuk (topsoiling)

Kegiatan back filling yang merupakan bagian dari kegiatan reklamasi

selama tahun 2012 telah dilakukan pada daerah bekas penambangan di blok

barat sekitar 416 Ha terdiri dari S-3S, S-4, S-9-11, S-16, S-40, S-6sw, S-0 dan

L-13, di blok Timur pada S-7 seluas 1.18 Ha. Area tersebut sekaligus

merupakan area untuk aktifitas penataan lahan (recontouring) dan penyebaran

tanah pucuk (top soiling). Kegiatan backfilling tersebut masih terus berlangsung

dan akan dilanjutkan hingga operasional penambangan berakhir.

2) Penghijauan

Realisasi penghijauan atau revegetasi pada daerah yang terbuka /

terganggu termasuk bekas penumpukan topsoil, didaerah blok barat sekitar

497.62 Ha dan blok timur sekitar 35.38 Ha, dengan jumlah bibit yang ditanam

sebanyak 333.125 pohon (625 pohon / Ha) yaitu :


a) Lahan bekas tambang seluas 304.87 Ha

b) Daerah penimbunan tanah / batuan penutup seluas 226.82 Ha

Telah dilakukan kegiatan penyisipan tanaman jenis lo kal dari jenis

meranti, kapur, durian, kemiri, langsat, kelengkeng, gaharu, rambutan

bayur dan ulin dengan jumlah total bibit local yang ditanam sebanyak

133.988 pohon pada daerah seluas 428 Ha dengan pola tanam 4 x 8.

3) Pembibitan

Pengembangan bibit untuk keperluan penghijauan dilapangan tetap

dilaksanakan secara kontinyu dirumah pembibitan/nursery. Teknik

pengembangan bibit dilakukan secara generatif (melalui biji, anakan) dan

pengembangan secara vegetatif (melalui stek). Karena kebutuhan bibit yang

cukup besar, maka pengembangannya lebih banyak dilakukan secara

generatif.

Disamping lebih praktis dan mudah didapat, cara ini juga dapat dilakukan

dalam jumlah yang banyak. Jumlah bibit yang sudah dikembangkan dirumah

pembibitan dan siap tanam adalah sebanyak 707.630 batang yang terdiri dari

102 spesies. Jenis tanaman ini terdiri dari jenis lokal (jenis tanaman yang

berasal dari sekitar areal tambang atau pernah tumbuh sebelum dilakukan

penambangan) 59 spesies jenis lokal dan 43 spesies jenis non lokal (tanaman

yang berasal dari luar daerah). Diantara jenis non lokal ada beberapa jenis

buah-buahan yang diharapkan menjadi sumber makanan satwa liar nantinya.

Beberapa hal yang perlu dijelaskan sehubungan dengan pencapaian target

reklamasi adalah sebagai berikut :


a) Kegiatan penyebaran tanah penutup lebih banyak diarahkan ke area lahan

bekas penambangan (backfilling dump)

b) Luasan area penimbunan tanah penutup diluar tambang (out pit dump)

dapat diminimalisir.

Revegetasi yang merupakan tahap akhir dari reklamasi dapat dilakukan

secara maksimal karena didukung oleh ketersediaan lahan yang cukup.

4) Pemantauan revegetasi

a) Gangguan hama seperti ulat pengerat daun, batang dan akar tidak

ditemukan demikian juga penyakit tanaman seperti busuk akar batang

maupun gangguan fisik tanaman secara keseluruhan sangat minim sekali.

Namun masih ada ditemukan beberapa tanaman yang diganggu oleh

Orang Utan (Pigmoeus pigmoeus), sehingga menyebabkan kematian pada

tanaman khusus untuk pohon akasia dan sengon laut. Sehingga tindakan

perbaikan maupun pencegahan dilakukan dengan mengganti jenis

tanaman yang mati.

b) Tanaman merambat yang merupakan tanaman penutup (cover crop) cukup

agresif sehingga harus dipotong secara berkala (minimal 6 bulan sekali),

jika tidak akan menghambat pertumbuhan tanaman pohon yang ada

disekitarnya.

c) Tanaman parasite yang dijumpai adalah seperti alang-alang (Imperata

Cylindrica) maupun beberapa jenis tanaman teki-tekian yang tumbuh

secara bergerombol dan menyebar dibeberapa lokasi. Namun belum

mempengaruhi pertumbuhan tanaman pokok secara nyata (significant),

sehingga juga belum memerlukan tindakan pemberantsan/pencegahan.


d) Untuk tanaman volunteer atau yang tumbuh secara alami yang dapat

meningkatkan keragaman (diversity ) yank kerapatan (density) tanaman

masih tetap didominasi jenis Macaranga sp dan Trima oreintalis,

Neanuclea sp (Merkubung), Dilena sp (Simpur) dan Duabanga mollucana.

e) Persentase tumbuh dari tanaman dapat dilaporkan cukup tinggi, dari

333.125 pohon yang ditanam, yang mati sejumlah 33.312. dengan

demikian persentase tumbuh tanaman 3 bulan setelah ditanam adalah ±

90%. Namun setiap bibit yang mati/tidak tumbuh telah ditanama/disulam

kembali sehingga tota; tanaman tidak berkurang.

3. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)

a. Tujuan

Mengetahui program-program CSR yang telah dilakukan oleh PT. Indominco

Mandiri Bontang.

b. Dasar teori

Definisi CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau

konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan

tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan

sekitar dimana perusahaan itu berada.

c. Alat dan bahan

Alat tulis menulis, Presentasi Pelaksanaan CSR/Comdev PT. Indominco Mandiri.

d. Prosedur kerja

Berdiskusi dengan karyawan bagian CSR PT. Indominco Mandiri mengenai

program-program CSR yang telah dilakukan oleh PT. Indominco

e. Hasil yang dicapai


Berikut adalah beberapa program-program Comdev yang telah dilakukan oleh PT.

IM :

1) Sektor ekonomi

a) Dana bergulir untuk petani, peternak ikan dan unggas

b) Pendidikan dan pelatihan Home Industri untuk pemuda dan ibu PKK

c) Pengembangan agribisnis

d) Pembinaan kelompok tani sampai tahap produksi dan pemasaran

e) Pemberdayaan pengusaha lokal

2) Sektor Sosial (pendidikan, kesehatan, budaya, agama

a) Beasiswa Prestasi ( SD, SMP, SMA, S1, dan honorarium untuk guru honor

dan staff desa

b) Sunatan Massal

c) Penyuluhan kesehatan dan peningkatan gizi balita serta kesehatan

ibu dan anak

d) Bantuan buku paket TK, SD, MI, SMP, SMA

e) Bantuan untuk pekan olah raga dan seni

f) Safari Ramadhan

g) Perayaan hari keagamaan

3) Sektor Infrastuktur

a) Pembangunan sarana air bersih

b) Rehabilitasi gedung sekolah (TK, SD, SMP, Pesantren dan fasilitas

pendidikan lainnya

c) Pembangunan dan pengerasan jalan alternatif


d) Pembangunan rumah ibadah

e) Pembangunan kantor desa

f) Pembangunan MPB

4) Sektor lingkungan

a) Mitra TNK

b) Bantuan bibit tanaman penghijauan

c) Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaksanapenghijauan

d) Penanaman Mangrove

f. Pembahasan

Dengan adanya program CSR/Comdev yang dilakukan oleh PT.

Indominco Mandiri Bontang, partisipasi masyarakat sangat baik. Setiap

bulan dilakukan Rapat Umum Desa kerjasama Kepala Desa yang

bersangkutan dengan pihak CSR perusahaan, guna mengontrol kegiatan

CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan dan manfaatnya bagi

masyarakat sekitar. Kegiatan Rapat Umum Desa tersebut juga bermanfaat

menghindari terjadinya salah guna dana yang diusulkan oleh masyarakat

desa.

Anggaran dana CSR/Comdev yang wajib dikeluarkan PT. Indominco

setiap tahunnya adalah sebesar Rp 800.000.000,00 yang terbagi dari ± 20

desa binaan PT. Indominco Mandiri di daerah sekitar perusahaan dengan

rincian sebagai berikut :

1) Pemkab. Kutai Timur (Daerah Tambang)


Desa Teluk Pandan, Desa Suka Rahmat, Desa Kadolo, Desa Martadinata,

Desa Suka Damai dan Desa Danau Redang

2) Pemkot. Bontang (Fasilitas Shiploader)

Kel. Bontang Lestari, Kelurahan Loktuan, Kelurahan Kanaan, Kelurahan

Guntung dan desa lain di sekitar wilayah kota Bontang.

3) Pemkab. Kutai Kartanegara (Fasilitas Port Stockyard)

Desa Santan Tengah, Desa Santan Ilir, Santan Ulu.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Indominco

Mandiri ini adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pengelolaan lingkunganyang dilakukan PT. Indominco Mandiri telah

terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari kualitas lingkungan yang memenuhi

standar yang ditetapkan.

2. Kegiatan pemantauan lingkungan adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pemantauan kualitas udara dilakukan dengan frekuensi yang teratur dan

hasil analisa menunjukkan kadar kualitas udara masih dibawah nilai ambang batas

yang ditentukan.

2. Kegiatan pemantauan kualitas air limbah dilakukan dengan memantau parameter-

parameter air limbah seperti pengukuran Mn, Fe, TSS dan pH dengan frekuensi

sesuai kebutuhan yang diperlukan agar kualitas yang diinginkan untuk

dikembalikan lingkungan tercapai dan tidak mencemari lingkungan.

3. Pada semua kegiatan yang dilakukan di area pertambangan PT. Indominco Mandiri

dalam lingkup K3 telah memenuhi standar K3 yang ditetapkan, hal ini dapat dilihat dari

minimnya kecelakaan kerja yang terjadi. Hal ini tak lepas dari kesadaran personal

untuk tetap mengutamakan K3 dalam bekerja.

4. Untuk kegiatan CSR/Comdev PT. Indominco Mandiri telah berjalan dengan baik,

partisipasi masyarakat juga turut mempengaruhi lancarnya kegiatan pertambangan

batubara PT.Indominco Mandiri Bontang.


B. SARAN

Kegiatan PKL ini sangat bermanfaat dan penting bagi mahasiswa/i sehingga

sebagaimana telah disebutkan diatas banyak pelajaran yang didapat maka perlu

menambahkan saran demi meningkatkan efisiensi dan efektifitas demi meraih

kinerja yang profesional dimasa mendatang seperti :

1. Mahasiswa harus lebih aktif dalam menimba informasi agar data yang didapat lebih

lengkap.

2. Mahasiswa harus lebih aktif berdiskusi dengan pembimbing lapangan agar segala

informasi yang ingin didapat lebih akurat

3. Mahasiswa dapat memberikan motivasi bagi mahasiswa lainnya dan bertukar

pengalaman dari hasil PKL

4. Perlu mengadakan hubungan kerja sama antara pihak kampus dan perusahaan yang

bukan hanya hubungan praktek kerja namun juga hubungan kerja.

Adapun saran yang diberikan penulis kepada perusahaan tempat

melaksanakan PKL di PT. Indominco Mandiri Bontang adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai teknik penambahan kapur yang efisien.

2. Penambahan SDM pada bagian nursery, guna menunjang kegiatan baru dari

revegetasi yakni Kultur Jaringan.

3. Perbaikan akses jalan menuju settling pond guna mempermudah pemantauan kualitas

air limbah pertambangan batubara.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008.Letak Geografis.http://pengertian-letak-geografis.html . Diakses


tanggal 24 Maret 2013

Anonim, 2009.Perijinan Usaha Pertambangan.http://perijinan-usaha-untuk-


kegiatan- usaha.html . Diakses tanggal 24 Maret 2013
CMS, 2011 Buku Panduan Pelaksanaan CMS -ITM. Indo Tambangraya Megah.
Jakarta

Farisyalwan, 2009. Pengertian Pengelolaan Lingkungan.


http://farisyalwan.blogspot.com/2009/5/pengelolaan-lingkungan-
hidup.html . Diakses pada tanggal 24 Maret 2013
IPB, 2011.Pena nggulangan pencemaran debu batubara.http://repository.ipb.ac.id.
Diakses pada tanggal 10 April 2013

Nugeraha, 2010. Pengolahan Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batubara


menggunakan biokagulan : Studi Penurunan Kadar TSS, Total Fe
dan Total Mn Menggunakan Biji Kelor (Moringa oleifera).
http://ejournal.ac.id. Diakses pada tanggal 8 April 2013

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Standar Baku Mutu Kualitas
Udara untuk Parameter Udara Ambient dan Emisi Gas Buang

Perda Kaltim No.2 tahun 2011 dan KepMenLH No.113 tahun 2003 tentang
Standar Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Pertambangan
Batubara

Permen LH No.21 Tahun 2008 (Lampiran 1b) tentang Standar Baku Mutu untuk
Sumber Emisi tidak Bergerak PLTU

Putra, 2006. Perancangan unit presipitasi pengolahan air limbah coal processing
plant (CPP) Site Lati, PT. BerauCoal
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20247476&loka
si=lokal. Diakses pada tanggal 8 April 2013

Setya Danurejo. 2013. Laporan Tugas Akhir untuk Skripsi. Universitas


Pembangunan Nasional “Veteran”. Yogyakarta. Tidak
Dipublikasikan.
LAMPIRAN
Gambar 1. Peta Lokasi PT. Indominco Mandiri
Gambar 2.Proses Kegiatan Penambangan PT. Indominco Mandiri Bontang

Gambar 3. Struktur Organisasi PT. Indominco Mandiri


Gambar 4. Kantor Km. 30 PT. Indominco Mandiri Bontang

Gambar 5.Land Clearing


Gambar 6.Pemindahan Topsoil
Gambar 7.Spreading Topsoil

Gambar 8. Pengupasan Overburden


Gambar 9. Pengerukan Batubara

Gambar 10.Settling Pond


Gambar 11. Penumpahan Batubara ke Hopper

Gambar 12.Metal detector dan Magnet Catcher


Gambar 13. Produk Batubara Berukuran -50mm

Gambar 14.Twin Boom Stacker


Gambar 15.Wheel Loader Memuat Batubara ke Double Trolley

Gambar 16. Proses Pemuatan Batubara dari Loading Bin


Gambar 17. Pengangkutan Batubara Menuju Port

Gambar 18. Pelabuhan Batubara(Port)


Gambar 19. UnitIncinerator

Gambar 20. Unir Bioremediasi


Gambar 21.COAL PROCESSING PLANT

Gambar 22. Rumah Pembibitan(Nursery)


Gambar 23. Pengukuran pH Settling Pond

Gambar 25. Pengerukan Settling Pond


Gambar 25. Kegiatan Revegetasi Lahan
Gambar 26. Program CSR/COMDEV PT. INDOMINCO MANDIRI Bontang
Grafik 1. Kualitas Udara Ambien (Debu)

Grafik 2. Kualitas Emisi (SO2)


Grafik 3. Kualitas Air Limbah (pH)

Grafik 4. Curah Hujan PT. Indominco Mandiri

Anda mungkin juga menyukai