Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini pertumbuhan penduduk di Indonesia

meningkat setiap tahunnya. Hal ini diiringi pula dengan peningkatan

pembangunan sarana dan prasana untuk memenuhi kebutuhan manusia dan

berimbas kepada meningkatnya kebutuhan semen yang digunakan dalam

pembangunan. Seperti halnya PT. Semen Padang, Meningkatnya kebutuhan

semen berarti meningkat pula kebutuhan akan batu gamping sebagai bahan

dasar pembuatan produk semen. Dalam rangka memenuhi kebutuhan

produksi tersebut maka dibutuhkan suatu proses yang lancar dalam kegiatan

penambangan.
Berdasarkan data dari PT. Semen Padang, target produksi batu gamping

pada bulan agustus 2016 adalah 718.000 ton, sedangkan realisasi produksi

yang dicapai hanya 580.000 ton atau sekitar 81% dari target produksi. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kinerja crusher yang kurang optimal,

belt conveyor yang putus, tidak optimalnya penggunaan alat muat dan alat

angkut yang bekerja dilapangan dan lamanya waktu standby alat yang

akhirnya berdampak pada tingginya biaya produksi.


Pentingnya optimasi produksi dari alat muat dan alat angkut ini karena

berkaitan dengan target produksi yang harus dicapai serta biaya yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatan penambangan batu gamping.

Hubungan antara sasaran produksi dengan produksi alat akan menentukan

jumlah alat muat dan alat angkut yang harus dipakai guna memenuhi target
tersebut. Agar produksi yang telah ditargetkan oleh perusahaan tercapai maka

harus dilakukan evaluasi terhadap kinerja alat muat dan alat angkut.
Proses evaluasi produksi alat muat dan alat angkut membutuhkan

berbagai perhitungan, pengolahan data serta optimasi untuk mendukung

pengambilan keputusan dalam mengoptimisasi produktivitas alat.

Perhitungan produksi alat berat diantaranya: perhitungan waktu kerja efektif

alat muat dan alat angkut, perhitungan kemampuan produksi alat muat dan

alat angkut, perhitungan match factor hingga perhitungan biaya kepemilikan

dan operasional alat muat dan alat angkut, perhitungan tersebut tentu

membutuhkan waktu pada tiap prosesnya dan hasil yang kurang teliti apabila

dilakukan secara manual. Dengan memanfaatkan teknologi informasi yang

berkembang saat ini, maka dirasa sangatlah perlu adanya sebuah program

bantu untuk menghitung produktivitas dan biaya alat berat menggunakan

bahasa pemrograman Visual Basic.NET. Dengan adanya program ini akan

sangat menghemat waktu dan dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi

daripada perhitungan manual. Melihat permasalahan yang terjadi, maka untuk

menyelesaikan permasalahan di atas diangkat judul penelitian Evaluasi

Produksi Alat Muat dan Alat Angkut pada Penambangan Batu Gamping

PT. Semen Padang

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang penelitian di atas dapat diidentifikasikan masalah

sebagai berikut:
1. Meningkatnya kebutuhan akan semen yang mengakibatkan peningkatan

kebutuhan akan batu gamping sebagai bahan dasar pembuatan semen.


2. Tidak tercapainya target produksi pada bulan agustus 2016.
3. Kinerja crusher yang kurang optimal.
4. Belt conveyor putus.
5. Tidak optimalnya penggunaan alat muat dan alat angkut.
6. Lamanya waktu standby alat muat dan alat angkut.
7. Tingginya biaya operasional alat muat dan alat angkut.
8. Proses perhitungan manual yang cukup panjang mulai dari waktu kerja

efektif tiap alat, produksi tiap alat, match factor, hingga biaya

kepemilikan dan biaya operasional tiap alat membutuhkan waktu yang

cukup lama dan hasil yang kurang teliti.

C. Batasan Masalah
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis hanya membatasi

permasalahan pada alat muat dan alat angkut yg bekerja pada kegiatan

penambangan batu gamping PT. Semen Padang. Penelitian ini dititik beratkan

pada aspek teknis dan biaya operasional alat muat dan alat angkut pada

penambangan batu gamping dan dihitung menggunakan tools yang dibuat

menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic .net.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah dapat

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:


1. Berapakah efisiensi kerja alat muat dan alat angkut pada kegiatan

penambangan batu gamping di PT. Semen Padang?


2. Berapakah produktivitas aktual dan optimal alat muat dan alat angkut

pada kegiatan penambangan batu gamping di PT. Semen Padang?


3. Berapakah Biaya operasional alat muat dan alat angkut pada kegiatan

penambangan batu gamping PT. Semen Padang?


4. Bagaimanakah perbandingan hasil perhitungan program yang dibuat

dengan perhitungan manual.


E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
1. Menghitung efisiensi kerja alat muat dan alat angkut pada kegiatan

penambangan batu gamping di PT. Semen Padang.


2. Menghitung produktivitas aktual dan optimal alat muat dan alat angkut

pada kegiatan penambangan batu gamping di PT. Semen Padang.


3. Menghitung biaya produksi alat muat dan alat angkut pada kegiatan

penambangan batu gamping PT. Semen Padang.


4. Mengetahui perbandingan hasil perhitungan dengan program yang dibuat

dengan perhitungan manual.

F. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini

adalah:
1. Penulis dapat menerapkan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan ke

dalam bentuk penelitian, dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam

menganalisa suatu permasalahan serta menambah wawasan peneliti

khususnya di bidang keilmuan teknin pertambangan.


2. Dapat memberikan pertimbangan bagi perusahaan dalam hal peningkatan

produksi alat muat dan alat angkut pada penambangan batu gamping

sehingga dapat mengoptimalkan produksi.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Peralatan Tambang
Peralatan pertambangan yang dipergunakan dipertambangan

berhubungan dengan penggunaan alat berat. Menurut Wisnu Wijaya

(1984) dalam Sumarya (2012: 23), alat berat adalah suatu sumberdaya

yang melipatgandakan jasa manusia untuk mencapai usahanya.


a. Tujuan Penggunaan Alat Berat
1) Secara Teknis
a) Untuk mendapatkan ketelitian kerja yang lebih besar.
b) Menyederhanakan/ memudahkan pengurusan

organisasi pelaksanaan
2) Secara Ekonomis
a) Mempercepat / memperbesar daya kerja
b) Mengurangi biaya pelaksanaan kerja
3) Secara humanis
a) Mengoptimalkan penggunaan tenaga buruh
Dengan penggunaan alat-alat berat, tenaga buruh yang ada dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin sehingga pekerjaan dapat

berjalan dengan lancar.


b) Memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan yang tidak dapat

dilaksanakan secara manual.


b. Pertimbangan Pemilihan Alat Berat

Untuk menghindari kerugian dan mendapatkan keuntungan dari

penggunaan alat berat, dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai

pemilihan dan penggunaan peralatan sehingga dapat diperoleh hasil


yang optimal. Untuk itu diperlukan pemilihan alat-alat berat yang harus

digunakan.

Menurut Sumarya (2012: 15), ada beberapa pertimbangan dalam

pemilihan alat berat, antara lain:

1) Pertimbangan Teknik
a) Kemampuan peralatan yang akan digunakan
b) Tingkat teliti alat yang akan digunakan
c) Pelayanan alat yang akan digunakan
d) Keserbagunaan alat
e) Keisitimewaan alat
f) Kondisi tempat kerja alat
g) Dimensi alat
h) Kemungkinan kerusakan dari alat
i) Ketersediaan tenaga mekanik dan spare part alat tersebut.
2) Pertimbangan Ekonomis
a) Harga alat sampai di site
b) Biaya pemeliharaan / perawatan
c) Biaya perbaikan
d) Gaji operator
e) Biaya penyusutan
f) Pajak dan biaya asuransi yang dibebankan ke perusahaan
g) Berapa lama pengembalian modal dari pembelian peralatan

2. Alat dan Peralatan Tambang.

Alat dan peralatan tambang dipergunakan untuk memproduksi bahan

galian pertambangan, dimana alat dan peralatan tersebut berhubungan erat

dengan pemindahan tanah mekanis dan produksi hasil pertambangan.

Pemindahan tanah mekanis adalah segala macam pekerjaan yang

berhubungan dengan kegiatan penggalian, pemuatan, pengangkutan,

penimbunan, perataan, dan pemadatan tanah atau batuan menggunakan

alat-alat mekanis. (Partanto, 1995).


Kondisi lapangan tempat dilakukannya operasi penambangan sangat

mempengaruhi kemampuan produksi alat, untuk itu alat-alat mekanis yang

digunakan dalam operasi penambangan harus sesuai dengan lapangan

operasinya. Kemampuan produksi suatu alat mekanis juga sangat

tergantung dari berbagai faktor koreksi yang telah dikalkulasi.

Alat-alat yang digunakan dalam industri pertambangan adalah alat-

alat berat, dimana berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi dua

yaitu alat utama dan alat penunjang.

a. Alat Utama

Alat utama merupakan alat-alat utama yang digunakan untuk

memproduksi material yang diinginkan. Menurut Partanto Prodjosuma

rto (1996: 102), Salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk

mengetahui baik-buruknya hasil kerja (keberhasilan) suatu alat

pemindahan tanah mekanis termasuk alat-alat muat adalah besarnya

produksi yang dapat dicapai oleh alat tersebut .

1) Bulldozer (sebagai alat pendorong dan penggaru untuk membantu

excavator dalam menggali dan memuat material)


2) Excavator (sebagai alat gali dan muat)
3) Dump Truck (sebagai alat angkut)
b. Alat Penunjang

Alat penunjang merupakan alat-alat yang digunakan untuk

membantu operasi alat-alat Utama. Alat penunjang ini terdiri dari:

1) Excavator (sebagai alat umum yaitu alat yang digunakan untuk

keperluan umum, misalnya untuk persiapan operasi produksi,

merapikan timbunan material, menggali saluran air, dll).


2) Grader (sebagai alat perata, pembentuk dimensi jalan dan saluran.
3) Compactor (sebagai alat pemadat).
4) Mobile Lubricant Oil (untuk menambah oli peralatan tambang)
5) Fuel Truck (untuk pengisian bahan bakar peralatan tambang)
6) Drill and Blast Machine (untuk pemboran lubang ledak)
7) Pompa tambang (untuk memompa air)
8) Water Truck (untuk penyiraman jalan tambang)
9) Tower lamp (untuk penerangan)
10) Genset (Sumber tenaga listrik)

3. Alat Gali Muat dan Alat Angkut


a. Hydraulic Excavator

Adalah Mesin yang menggunakan tekanan hidrolik untuk

menggerakkan bucket sehingga dapat menggali material. Berdasarkan

pada cara bergeraknya bucket, Hydraulic Excavator terbagi menjadi

dua macam, yaitu: Power Shovel dan Back Hoe.

1) Power Shovel
Merupakan alat gali yang digerakkan oleh mesin uap, mesin

diesel, atau juga dengan motor listrik ukuran alat ini ditentukan

oleh ukuranbucket yang dapat digerakkan baik secara horizontal

maupun vertikal. Power shovel menggali material dengan cara

menggali material dari bawah ke atas.


2) Back Hoe
Merupakan alat gali yang menggunakan tekanan hydraulic

untuk menggerakkannya. Back Hoe menggali material dari arah

atas ke bawah, atau material digali mendekati alat.

Bagian utama dari excavator antara lain:

b) Bagian atas revolving unit (Dapat Berputar)


c) Bagian bawah travel unit (Untuk Berjalan)
d) Bagian Attrachment (Bagian yang Dapat Diganti)
Produktivitas Hydraulic Excavator tergantung dari beberapa hal,

yaitu:

a) Keadaan dari material, apakah material keras atau lunak.


Kekerasan material mempengaruhi digging resistance.

Semakin keras material semakin sulit untuk digali hal ini

akan mengurangi produktivitas dari alat gali.


b) Keadaan dari lapangan atau Front Kerja.
Front kerja yang luas akan memudahkan excavator

untuk melakukan loading, sehingga akan meningkatkan cycle

time untuk setiap loading. Posisi material yang dekat dengan

jangkauan bucket memberikan kenaikan produksi, karena

mengurangi gerak putar atau swing.


c) Keserasian antara alat muat dan alat angkut.
d) Keahlian operator
Keahlian operator mempengaruhi dalam loading dari

batu gamping, keahlian dalam mengoperasikan alat akan

berpengaruh pada produktivitas alat.

Penggalian yang dapat dilakukan oleh hydraulic excavator antara

lain:

a) Menggali di lereng bukit, misalnya untuk menggali tanah

liat, pasir, batu gamping dan pengupasan tanah penutup

(stripping overburden)

b) Memuat (loading) material ke sebuah alat angkut, misalnya

lori, dump truck, belt conveyor, dan lain lain.


c) Membuang tanah penutup kebagian belakang daerah yang

sudah kosong (dumping of top soil into spoil bank) cara kerja

ini disebut backfill digging method.


b. Dump Truck

Menurut Partanto Prodjosumarto (1996: 52), Pengangkutan

batuan, endapan bijih, karyawan, waste, kayu penyangga (timber),

dan barang-barang keperluan sehari-hari (supply) merupakan suatu hal

yang sangat mempengaruhi kelancaran operasi penambangan.

Untung-ruginya suatu perusahaan tambang terletak juga pada lancar

tidaknya sarana pengangkutan yang tersedia.

Mengenai cara pemilihan ukuran dump truck memang cukup

sulit menentukannya tetapi sebagai pegangan dapat dikatakan bahwa

kapasitas minimum dari truck kira-kira 45 kali kapasitas alat galinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dump truck antara

lain:

1) Tahanan Gulir atau Tahanan Gelinding (Rolling Resistance)

Adalah jumlah segala gayagaya luar yang berlawanan

dengan arah gerak kendaraan yang berjalan diatas permukaan

tanah. Keadaan jalan yang semakin keras dan mulus semakin kecil

tahanan gulirnya.

2) Tahanan kemiringan (Grade Resistance)

Adalah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu

gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya.


3) Coeficient of Traction

Suatu faktor yang menunjukkan beberapa bagian dari seluruh

berat kendaraan pada ban yang dapat dipakai untuk menarik atau

mendorong. Coeficient of traction tergantung dari:

a) Keadaan ban

b) Keadaan permukaan jalur jalan.

c) Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya

d) Percepatan

4) Rimpul (Tractive Effort)

Yaitu besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh

mesin suatu alat kepada permukaan beroda atau ban penggeraknya

yang menyentuh permukaan jalur jalan.

a) Kecepatan kendaraan dengan mesin yang

dimilikinya.
b) Mengatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi

tahanan
c) kemiringan dan tahanan gulir dari jalur jalan yang

dilaluinya
d) Membatasi volume meterial yang dapat diangkut.
5) Berat material.

Berat material yang akan diangkut oleh alat angkut dapat

mempengaruhi kecepatan kendaraan dengan HP (horse power)

mesin yang dimiliki membatasi volume material yang akan

diangkut.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat


a. Efisiensi Kerja
Menurut Partanto Prodjosumarto (1996: 8), efisiensi kerja

adalah perbandingan antara waktu kerja produktif dengan waktu kerja

yang tersedia, dinyatakan dalam persen (%). Efisiensi kerja ini akan

mempengaruhi kemampuan produksi dari suatu alat.

Sebagian besar nilai effisiensi kerja diarahkan terhadap operator,

yaitu orang yang mengoperasikan unit alat. Walaupun demikian,

apabila ternyata effisiensi kerjanya rendah belum tentu penyebabnya

adalah kemalasan operator yang bersangkutan. Mungkin ada penyebab

lain yang tidak dapat dihindari, antara lain: cuaca, kerusakan

mendadak, kabut, dan lain-lain.

Adapun persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung

efisiensi kerja adalah sebagai berikut:

1) Ketersediaan Mekanis (Mechanical Avaibility)


Merupakan tingkat kesediaan alat untuk melakukan kegiatan

produksi dengan memperhitungkan kehilangan waktu karena

alasan mekanis. Kesediaan mekanis dapat dirumuskan sebagai

berikut:
W
MA = W +R x 100 %
Sumber: Yanto Indonesianto (2010:130)
Keterangan:
MA = Mechanical Avaibility atau kesediaan alat
W = Working Hours atau jumlah kerja alat
R = Repair hours atau jumlah jam untuk perbaikan
2) Kedaan Fisik Alat (Physical Avaibility)

Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang

sedang dipergunakan. Dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:
W +S
PA = W + R+S x 100 %

Sumber: Yanto Indonesianto (2010:132)

Keterangan:
PA = Physical Avaibility
W = Working Hours atau jumlah kerja alat
R = Repair Hours atau jumlah jam untuk perbaikan
S = Jumlah jam standby
3) Penggunaan Ketersediaan (Use of Avaibility)
Merupakan tingkat daya guna alat untuk kegiatan

produksi.
W
UA = W +S x 100 %
Sumber: Yanto Indonesianto (2010:132)
Keterangan:
UA = Use of Avaibility atau penggunaan ketersediaan
W = Working Hours atau jumlah kerja alat
S = Jumlah jam standby
4) Effective Utilization (Efisiensi Kerja)

Yaitu menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja

yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif Effective

utilization sebenarnya sama dengan pengertian efisiensi kerja.

Perbandingan antara jam kerja sesungguhnya (jam kerja

produktif) dengan jam kerja yang dijadwalkan.

Dari hasil persentase ini kita bisa melihat apakah sudah

tercapai jam dari penjadwalan jam kerja alat yang direncanakan,

dengan rumus sebagai berikut:

W
Eut = W + R+S x 100 %
Sumber: Yanto Indonesianto (2010:132)

Keterangan:
Eut = Effective Utilization atau efisieensi kerja
W = Working Hours atau jumlah kerja alat
R = Repair Hours atau jumlah jam untuk perbaikan
S = Jumlah jam standby
b. Faktor Pengembangan Material (Swell Factor)
Menurut Yanto Indonesianto (2010:7), Swell adalah

pengembangan volume suatu material setelah digali dari tempatnya.

Material di lapangan jika digali akan mengalami pengembangan.

Faktor pengembangan juga dapat diketahui dari perbandingan

densitas material lepas dengan densitas material insitunya.Bentuk

volume material yang mempengaruhi perhitungan pemindahannya,

yaitu dinyatakan dalam bank cubic meter (BCM), loose cubic meter

(LCM) dan compacted cubic meter (CCM).

Perubahan ini terjadi karena adanya perbebedaan densitas akibat

penggalian atau pemadatan dari densitas aslinya. Densitas material

tentunya akan berubah akibat adanya penggalian yaitu dari kondisi

bank ke loose. Pada kondisi loose, densitas material akan berkurang

dibanding densitas pada kondisi bank karena adanya pori-pori udara.

Rumus untuk menghitung swell factor adalah:

1) Rumus SF dan % Sweel berdasarkan volume


SF = loose weight
weight in Bank
LLoose volume bank volume
% Sweel bank volume x 100 %
=
2) Rumus SF dan % Sweel berdasarkan densitas (kerapatan)
Bank Volume
SF =
Loose Volume
% Sweel = weight in bank loose weight X 100 %
weight in bank
Sumber: Yanto Indonesianto(2010:8)

Pengembangan dan penyusutan material adalah perubahan

volume material apabila material tersebut digali atau dipindahkan dari

tempat aslinya. Tabel faktor pengembangan material (Swell Factor)

dapat di lihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Faktor Pengembangan Berbagai Material

Jenis Material Density (Lb/Cuyd) Swell Faktor


Bauksit 2700-4325 0,75
Tanah Liat,Kering 2300 0,85
Tanah Liat, Basah 2800-3000 0,82-0,80
Antracite 2200 0,76
Bituminous 1900 0,74
Bijih Tembaga 3800 0,74
Tanah Biasa, Kering 2800 0,85
Tanah Biasa, Basah 3370 0,85
Tanah Biasa Bercampur Pasir
3100 0,90
dan Kerikil
Kerikil (Gravel), Kering 3250 0,89
Kerikil (Gravel), Basah 3600 0,88
Granite, Pecah- pecah 4500 0,67-0,56
Hematite, Pecah-pecah 6500-8700 0,45
Bijih Besi, Pecah-pecah 3600-5500 0,45
Batu Kapur, Pecah-pecah 2500-4200 0,60-0,57
Lumpur 2160-2970 0,83
Lumpur, Sudah Ditekan 2970-3510 0,83
Pasir, Kering 2200-3250 0,89
Pasir, Basah 3300-3600 0,88
Shale 3000 0,75
Slate 4590-4860 0,77
Sumber : Partanto (1996 : 186)

c. Faktor Isian Mangkuk (Bucket Fill Factor)

Besarnya nilai faktor isian mangkuk (bucket fill factor) tergantung

dari jenis material yang akan digali. Fill Factor adalah angka

perbandingan antara volume nyata atau kapasitas nyata mangkuk alat

muat dengan volume atau kapasitas teoritis bucket alat muat sesuai

dengan spesifikasi alat muat yang digunakan. Dapat dilihat pada tabel 2

berikut ini.

Tabel 2. Faktor pengisian bucket (bucket fill factor)


Jenis
Faktor
Pekerjaa Kondisi Kerja
Bucket
n
Menggali dan memuat dari stock room dan
Ringan stockpile atau material yang telah dikeruk oleh
1,0-0,8
excavator lain yang tidak membutuhkan daya
gali dan dapat dimuat munjung.

Menggali dan memuat dari stock room atau


Sedang stockpile, dengan kondisi tanah yang sulit
0,8-0,6
digali dan dikeruk akan tetapi dapat dimuat
hampir munjung.

Menggali dan memuat batu pecah, tanah liat


yang keras, pasir dan kerikil yang telah 0,60,5
Agak Sulit
dikumpulkan, sulit mengisi bucket dengan
material tersebut.

Sulit Bongkahan batu besar dengan bentuk tidak


teratur dengan banyak rongga diantaranya.
0,50,4

Sumber: Rochmanhadi (1982: 10)

d. Waktu Edar (Cycle Time)


Menurut Darmansyah Nabar (1998: 68), waktu siklus (cycle time)

adalah waktu yang diperlukan untuk merampungkan satu siklus

pekerjaan. Waktu siklus (cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu waktu

tetap (fixed time) dan waktu tidak tetap (variable time).

Jadi waktu edar total adalah penjumlahan waktu tetap dan waktu

variabel. Yang termasuk kedalam waktu tetap adalah waktu pengisian

atau pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan

muatan, waktu membelok dan mengganti gigi dan percepatan,

sedangkan yang termasuk waktu variabel adalah waktu mengangkut

muatan dan kembali kosong.

1) Waktu edar alat gali dan muat (Excavator)


a) Loading Time
Yaitu gerakan menurunkan dan mengisi bucket.
b) Swing Time Loaded
Yaitu gerakan memutar bucket berisi menuju alat angkut.
c) Dumping Time
Yaitu gerakan menumpahkan isi bucket kedalam alat angkut.
d) Swing Time Empty
Yaitu gerakan memutar bucket kosong menuju tempat material.
Waktu edar alat gali-muat dapat di hitung dengan rumus:

Cms=tl+tsi +td+ tsk

Sumber: Rochmanhadi (1993: 22)

Keterangan:

Cms : Cycle time


tl : Waktu gali
tsi : Waktu putar bermuatan
td : Waktu buang
tsk : Waktu putar kosong
2) Waktu edar alat angkut(Dump truck)
Alat angkut yang digunakan adalah dumptruck, adapun

kegiatan yang dilakukan oleh dumptruck sehingga dapat

mempengaruhi besarnya cycle time, yaitu:


a) Mengisi (load), yaitu pemuatan material kedalam dump truck.
b) Mengangkut (hauling), yaitu gerakan membawa material dari

lokasi pengambilan menuju dumping area.


c) Manuver, yaitu gerakan untuk menetapkan posisi dumptruck

pada posisi yang tapat untuk menumpahkan material.


d) Dumping, yaitu gerakan yang dilakukan untuk menumpahkan

material.
e) Return, yaitu gerakan kembali ke tempat pemuatan.

D D
Ct=n x Cm+ +t + + t
V1 1 V2 2

Sumber: Rochmanhadi (1983: 24)


Keterangan:
Ct : Cycle time alat angkut
n : Jumlah bucket
Cm : Waktu edar alat gali
D : Jarak angkut
V : Kecepatan rata-rata DT bermuatan
t1 : Waktu dumping
t2 : Waktu spot (waktu menunggu mengisi)

Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6

Sumber: Specification and Aplication Handbook Edisi 30

Keterangan:

Cta = Waktu edar alat angkut (menit)

Ta1 = Waktu mengambil posisiuntuk dimuati (menit)

Ta2 = Waktu diisi muatan (menit)

Ta3 = Waktu mengangkut muatan (menit)


Ta4 = Waktu mengambil posisi untuk penumpahan (menit)

Ta5 = Waktu pengosongan muatan (menit)

Ta6 = Waktu kembali kosong (menit)

5. Produktivitas Alat Muat Dan Alat Angkut


Kemampuan produktivitas alat muat dan angkut adalah besar

produktivitas yang dicapai dalam kenyataan alat muat dan alat angkut

berdasarkan kondisi yang dapat dicapai saat ini.


a. Produktivitas Alat Muat

Untuk mengetahui produktivitas alat muat, maka perlu dihitung

kapasitas bucket yaitu dengan persamaan:

q = q1 x K

Sumber: Rochmanhadi (1985: 28)

Keterangan:
q = Kapasitas Bucket (bcm)
q1 = Kapasitas Bucket (teoritis)
K = Faktor Koreksi Bucket (faktor pengisian)
Maka setelah mengetahui kapasitas dari bucket excavator, kita

dapat menghitung produktivitas excavator tersebut dengan menggunakan

persamaan berikut:

3600
Q=qx xE
CM

Sumber: Rochmanhadi (1985: 28)

Keterangan:
Q = Produksi perjam (bcm / jam)
q = Kapasitas Bucket (bcm)
Cm = Cycle time (detik)
E = Efisiensi kerja
b. Produktivitas Alat Angkut

Kemampuan produksi alat angkut dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

n x q 1 x k x 60 x Et
Q= Cmt xM

Sumber : Specification and Aplication Handbook Edisi 30

Keterangan:
Q = Produksi per jam dump truck (m3/jam)
n = Jumlah bucketexcavator untuk mengisi DT
q1 = Kapasitas bucket (m3)
k = Faktor pengisian bucket
Et = Efisiensi kerja Dumptruck
Cmt = Waktu siklus Dumptruck (menit)
M = Jumlah Dumptruck yang bekerja

c. Perkiraan kebutuhan alat angkut

Perkiraan kebutuhan alat angkut dapat dirumuskan sebagai

berikut:

M = Cmt.n
Cms

Sumber :Yanto Indonesianto

Keterangan:
M = Perkiraan jumlah dumptruck
Cmt = Waktu siklus dumptruck
n = Jumlah siklus yang diperlukan oleh excavator
Cms = Waktu siklus excavator untuk mengisi dump truck

6. Keserasian kerja (Match Factor)

Keserasian kerja adalah pola gerak alat-alat yang terpadu, dimana

tidaksaling tunggu menunggu antara alat muat dan alat angkut.Untuk

menilai keserasian alat muat dan alat angkut dapat digunakan rumus

Match Factor sebagai berikut:

n x Na xCm
MF = Nm x Cmt

Sumber: Yanto Indonesianto (2010:86)

Keterangan:

MF = Faktor keserasian kerja


Cm = Waktu edar alat muat
Cmt = Waktu edar alat angkut
Na = Jumlah alat angkut
Nm = Jumlah alat muat
n = banyak pengisisan bucket alat muat ke alat angkut
Dari persamaan di atas akan muncul tiga kemungkinan, yaitu:

a. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100 % sedangkan

alat angkut bekerja 100 %. Sehingga terdapat waktu tunggu bagi

alat muat.
b. MF = 1, artinya alat muat dan alat angkut bekerja 100 %.
c. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100 %, sedangkan alat angkut

bekerja kurang dari 100 %. Sehingga terdapat waktu tunggu

bagi alat angkut.


Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dilihat grafik match

factor pada gambar 1 berikut ini.

Sumber: Yanto Indonesianto (2010: 91)


Gambar 1. Grafik Match Factor
7. Biaya - Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan besaran uang yang harus dikeluarkan

untuk mendapatkan suatu hasil yang kita inginkan.


Menurut Irwandi Arif (2005: XI-1), ada 2 komponen utama dalam

penghitungan biaya produksi, yakni:


a. Tenaga Kerja
b. Suku Cadang dan Bahan Habis

Suku cadang dan bahan habis itu maksudnya:

1) Pergantian karena rusak


2) Bahan bakar
3) Oli, pelumas, dan saringan

Ada parameter yang harus diperhatikan dalam perhitungan biaya

produksi, yaitu:

a. Tingkat upah pekerja


b. Harga bahan bakar (Solar)
c. Biaya Listrik
d. Jumlah gilir yang dijadwalkan untuk tiap jenis alat
Dari sekian banyak parameter yang ada, owning dan operating cost

alat berat lah yang paling berpengaruh, dikarenakan alat berat yang

menjadi motor penggerak dalam kegiatan pertambangan.

1) Owning Cost (Biaya Kepemilikan)


Owning cost atau biaya kepemilikan adalah biaya yang harus

dikeluarkan pemilik alat berat tersebut walaupun alat tidak beroperasi

tetapi biaya ini tetap harus dibayarkan. Biaya kepemilikan terdiri atas 2

komponen besar, yakni:

a. Depreciation Cost (Biaya Depresiasi)


Biaya depresiasi adalah penurunan atau penyusustan nilai/

harga dari alat itu sendiri terhadap usia pakainya. Salah satu metoda

yang digunakan untuk menentukan biaya depresiasi adalah dengan

metoda garis lurus (Straight Line Method). Dalam metoda garis lurus

(Straight Line Method) penentuan besar penyusutan setiap tahun

selama umur ekonomis sama besar, sehingga jika dibuatkan grafik

terhadap waktu dan akumulasi biaya akan berupa garis lurus. Nilai

depresiasi degan metoda ini dapat dihitung besarannya untuk setiap

jam dengan cara seperti berikut:


Depreciation Cost =
Net
(Sumber: Spesification and Aplication Depreciation
Handbook Edisi 30: 15-2)
Keterangan: ValueDepreciation
Period (Hrs)
Net Depereciation Value: Selisih Antara Harga Beli Baru

Dengan Harga Jual Kembali.

Depreciation Period: Masa Pakai Alat Efektif Dalam Jam.


b. Interest, Insurance, and Tax (IIT)
Interest adalah biaya bunga yang harus dibayarkan pemilik

terhadap investasi yang ia miliki, terutama bagi pemilik yang

membeli unit secara leasing/angsuran.


Insurance adalah biaya penjamin terhadap kerusakan alat yang

diakibatkan kecelakaan kerja ataupun bencana alam, bergantung dari

jenis polis asuransi yang dipilih. Dari beberapa literatur yang penulis

baca harga yang harus dibayarkan untuk asuransi berupa % dari

harga alat.
Tax adalah besaran pajak yang harus dibayarkan terhadap

kepemilikan alat berat, besaran biaya pajak diatur dalam undang-

undang dan peraturan daerah.


Besarnya interest, insurance, and tax dapat dihitung dengan

persamaan seperti berikut:


IIT =

Factor
( n1 )xx (1r
Delivered
) Price x
Factor = 1 2n Annual
Rates Annual Use In Hours
Machine Worth In Resale
Time Delivered Price
r = Trade In Value Rate =

(Sumber: Spesification and Aplication Handbook Edisi 30: 15-3)

Keterangan:

Delivered Price: Harga Alat Sampai di Lokasi Tambang

(HargaAlat + Biaya Pengiriman)

Annual Rates: Bunga Pinjaman ditambah Besaran Biaya

Asuransi ditambah Besaran Pajak Dalam

Persen Yang Berlaku.


Annual use in Hours: Perencanaan Waktu Pakai Alat Dalam Satu

Tahun (Dalam Satuan Jam)


n: Usia Pakai Alat / Waktu Depresiasi
r: Perbandingan Harga Alat Saat dijual Kembali Dengan Harga

Alat Baru Sampai di Site


2) Operating Cost (Biaya Operasi)
Operating cost / biaya opersai adalah biaya yang harus

dikeluarkan oleh pengguna alat berat tersebut saat alat berat tersebut

bekerja. Ada 6 hal yang diperhitungkan dalam operating cost ini, yakni:
a. Bahan Bakar (Fuel)
Biaya bahan bakar merupakan biaya yang harus dikeluarkan

untuk mengperasikan alat berat, masing-masing jenis alat berat

memiliki fuel consumption yang berbeda-beda.

Ongkos Bahan Bakar = Harga Bahan Bakar/Liter x Waktu Lama

Pemakaian

(Sumber: Spesification and Aplication Handbook Edisi 30: 15-4)

b. Lubricant (Oil and Grease), Filters, and Periodic Maintenance

Labor
Setiap unit yang dioperasikan tentunya membutuhkan

perawatan, baik itu perawatan apabila terjadi kerusakan, maupun

perawatan rutin setiap waktu penggunaan tertentu. Perawatan rutin

biasanya meliputi penggantian oli, pelumasan dengan grease

(gomok), pergantian saringan, dan beberapa perawatan rutin lainnya.

Untuk setiap unit yang berbeda tentunya juga memiliki kebutuhan

terhadap oli dan gomok yang berbeda.


Biaya Grease = Kebutuhan per jam (kg) x Harga Per Kg

Jumlah Filter (unit) x Harga Per Unit


Interrval penggantia n Filter (jam)
Biaya Filter =

(Sumber: Spesification and Aplication Handbook Edisi 30: 15-5)


c. Ban (Tires)
Salah satu komponen penting dari alat berat, terutama alat

pengangkutan adalah komponen ban. Karena ban menjadi tumpuan

dari beban yang diangkutnya. Untuk jenis HD 465 ban menjadi

sebuah komponen yang cukup mahal dikarenakan ukuran ban yang

tergolong raksasa. Usia pakai dari ban itu sendiri juga dapat

diperhitungkan, menyesuaikan dengan kondisi permukaan jalan yang

dilalui.
Harga Ban

Umur Ban
Ongkos penggantian ban
(Sumber: Spesification and Aplication Handbook Edisi 30:15-5)
d. Biaya Perbaikan (Repair Cost)
Selain perawatan berkala seperti pergantian oli, saringan oli,

saringan minyak, dan perawtan rutin lainnya, kerusakan pada unit

juga sering terjadi. Untuk itu biaya perbaikan (repair cost) juga

harus diperhitungkan. Biaya perbaikan (repair cost) dapat dihitung

dengan formula:
Biaya perbaikan =
Repair Factor x Harga Unit
(Sumber: Spesification and AplicationUsia
Handbook Edisi
Pakai Alat 30: 15-5)
(Jam)
e. Special Items
Yang dimaksud special item disini adalah bagian-bagian dari

unit alat berat yang harus diganti bila sudah haus, seperti teeth

bucket, ripper point, dan shank pada grader.


Special Items juga mempunyai masa pakai, tergantung material

yang dikerjakan dan lokasi kerjanya.


f. Gaji Operator (Operator Salary)
Gaji operator menjadi salah satu hal yang harus diperhitungkan

dalam peghitungan biaya produksi alat berat. Biasanya operator

digaji berdasarkan jam kerja mereka, namun di beberapa perusahaan

operator alat berat menjadi karyawan tetap, sehingga gaji operator

dibayarkan per bulan.


Upah Operator Per Bulan
Jam Operasi Per Bulan
Upah Operator/jam =
(Sumber : Andi Tenrisukki Tenriajeng, 2003: 109)
8. Visual Basic .net
Microsoft Visual Basic .net adalah sebuah alat untuk

mengembangkan dan membangun aplikasi yang bergerak di atas

sistem .NET Framework, dengan menggunakan bahasa BASIC. Dengan

menggunakan alat ini, para programmer dapat membangun

aplikasi Windows Forms, Aplikasi web berbasis ASP.NET, dan juga

aplikasi command-line. Bahasa Visual Basic .NET sendiri menganut

paradigma bahasa pemrograman berorientasi objek yang dapat dilihat

sebagai evolusi dari Microsoft Visual Basic versi sebelumnya yang

diimplementasikan di atas .NET Framework. Dalam pengembangan

aplikasi, Visual Basic menggunakan pendekatan visual untuk merancang

user intervace dalam bentuk form, sedangkan untuk kodenya

menggunakan bahasa basic yang cenderung mudah dipelajari. Visual Basic

telah menjadi tool bagi para pemula maupun para developer. Dalam

lingkungan Windows User-intervace sangat memegang peranan penting,


karena dalam pemakaian aplikasi yang kita buat, pemakai senantiasa

berinteraksi dengan User-interface tanpa menyadari bahwa di belakangnya

berjalan intruksi-instruksi program yang mendukung tampilan dan proses

yang dilakukan. Pada pemrograman Visual, pengembangan aplikasi

dimulai dengan pembentukan user intervace, kemudian mengatur properti

dari objek yang digunakan dalam user interface, dan baru dilakukan

penulisan kode program untuk menangani kejadian-kejadian (event)


a. Komponen Visual Basic .net
Berikut adalah tampilan dan komponen pada visual basic net

dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2 tampilan dan komponen visual basic .net


Sumber: modul mata kuliah pemrograman visual basic .net Politeknik Piksi
Ganesha

1. Menu bar, berfungsi untuk mengelola

fasilitas yang dimiliki oleh Microsoft visual basic secara lengkap.


2. Toolbar, berfungsi untuk mengelola fasilitas

Microsoft Visual Basic secara cepat, sebab pada toolbar terdapat

tools-tools yang sering digunakan dalam membangun sebuah

aplikasi.
3. Form, berfungsi sebagai tempat mendesain

tampilan program.
4. Toolbox, berisikan objek yang digunakan

untuk mendesain tampilan program yang dibutuhkan dalam suatu

aplikasi.
5. Solution explorer, digunakan untuk melihat

project beserta dengan bagian yang ada di dalamnya.


6. Properties Windows, digunakan untuk

mengatu setiap object yang ada di dalam form dan yang sudah

didesain menggunakan toolbox.


b. Data dan Variabel pada Visual Basic .net
1. Tipe data pada Visual Basic .net
Tipe data yang secara umum digunakan pada Visual Basic

.net dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.


Tabel 3 tipe data pada Visual Basic
Sumber: modul mata kuliah pemrograman visual basic .net Politeknik Piksi
Ganesha

Tipe Ukuran Deskripsi Jangkauan

Data (dalam bytes)


Byte 1 Nilai antara; 0 s/d 255
Boolean 1 Bernilai; True atau False
Char 2 Menampung data Unicode
Datetim 8 Nilai Tanggal; 1/1/0001 jam 11: 59: 59 s/d

e tanggal 12/21/9999
Decimal 16 Untuk nilai yang mengandung negatif
Double 8 Untuk nilai yang mengandung negatif

2. Variabel pada Visual Basic .net


Variabel adalah tempat penyimpanan sementara ketika

diproses dalam memory komputer, dalam mendeklarasikan

variabel terdapat dua cara, yaitu: deklarasi eksplisit dan implisit.


a) Deklarasi Eksplisit
Deklarasi ini mengandung arti bahwa program

menggunakan statement atau pernyataan untuk

mendeklarasikan variable, berikut adalah statement dalam

mendeklarasika suatu variable


Dim VarName[As DataType]
Private VarName[As DataType]
Satatic VarName[As DataType]
Public VarName[As DataType]
b) Deklarasi Implisit
Deklarasi ini dilakukan tanpa menggunakan kata kunci

dalam mendeklarasikan variable, tetapi variabel ini

menggunakan karakter khusus untuk menandakan variable


Tabel 4 variabel implisit
Sumber: modul mata kuliah pemrograman visual basic .net
Politeknik Piksi Ganesha

Tipe Variabel Suffix


Integer %
Long &
Single !
Double #
Currency @
String $

9. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu berdasarkan permasalahan yang

dibahas pada penelitian ini sebagai berikut


a. (Anggi Prananta, 2015) dalam skripsi nya yang berjudul Optimasi

Produksi Pengupasan Overburden Pit Penambangan CV. Bumi Tanah

Hitam Joint Operation CV. Tahiti Coal Sawah Lunto Sumatera Barat.

CV Bumi Tanah Hitam menggunakan kombinasi alat muat dan alat

angkut Komatsu PC 200 dan Mitsubishi Fuso PS 220, proses produksi


alat kurang optimal karena penggunaan alat yang kurang efisien dan

kurang serasinya kinerja alat muat dan alat angkut sehingga

mengakibatkan tingginya waktu tunggu bagi alat muat. Untuk

memecahkan masalah tersebut dilakukan evaluasi dan optimasi

terhadap kinerja alat muat dan alat angkut. Optimasi dilakukan dengan

cara menambah 1 unit alat angkut sehingga match factor mendekati 1.


b. (Erick Ramadhani Syahputra, 2008) dalam skripsi nya yang berjudul

Studi Peningkatan Produksi Alat Muat dan Alat Angkut di Tambang

Terbuka Pit A Bengalon PT. Darma Henwa. Upaya peningkatan

produksi dalam penelitian ini dilakukan dengan penentuan jumlah alat

angkut yang optimum pada area pemuatan berdasarkan analisis match

factor dengan mempertimbangkan kapasitas bucket excavator dan bak

truk yang sesuai. Selain itu upaya peningkatan produksi juga dilakukan

dengan melakukan simulasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi alat seperti metode pemuatan, faktor pengisian bucket (bucket

fill factor), dan nilai ketersediaan alat. Penentuan jumlah alat angkut

optimal berdasarkan hasil pengolahan data lapangan untuk area

pemuatan RH 200 (7001) dibutuhkan 4 unit Terex, area pemuatan RH

200 (7002) dibutuhkan 5 unit Terex, area pemuatan RH 340 (7003)

dibutuhkan 5 unit Liebherr, area pemuatan RH 340 (7004) dibutuhkan 4

unit Liebherr dan 2 unit Komatsu, area pemuatan RH 340 (7005)

dibutuhkan 6 unit Liebherr, area pemuatan Hitachi Ex 5500 (7006)

dibutuhkan 6 unit Komatsu, dan area pemuatan Hitachi Ex 5500 (7007)

dibutuhkan 7 unit Komatsu. Hal ini dapat meningkatkan total produksi


gabungan alat angkut dan alat muat yang pada awalnya bernilai 7390

bcm/jam menjadi 7583 bcm/jam. Setara dengan peningkatan sebesar

2,61 %.
c. (Sita Dewi Prahastini, 2012) dalam jurnalnya yang berjudul

Perancangan Aplikasi Untuk Sistem Penyaliran Pada Tambang

Terbuka. Proses perancangan sistem penyaliran pada tambang terbuka

membutuhkan berbagai perhitungan, pengolahan data maupun optimasi

untuk mendukung pengambilan keputusan dalam proses pemilihan

alternatif. Perhitungan pada sistem penyaliran diantaranya: perhitungan

debit (limpasan), perhitungan hujan rencana, perhitungan saluran,

perhitungan gorong-gorong hingga perhitungan volume sumuran dan

pompa. Proses ini dapat dilakukan cepat dan akurat dengan

memanfaatkan teknologi informasi dengan membuat suatu aplikasi

pendukung untuk sistem penyaliran tersebut. Dalam kasus ini

perancangan aplikasi akan dibuat menggunakan Microsoft Visual Basic

6.0 dan metode pendekatan sistem menggunakan pendekatan berbasis

objek dengan alat bantu analisis Unified Modeling Language (UML).


d. (Ram Prasad Choudhary, 2015) dalam jurnalnya yang berjudul

Optimization of Load-Haul-Dump Mining System by OEE and Match

Factor for Surface Mining. Pada operasional menggunakan shovel-

truk, biaya minimun unit pada pemindahan material merupakan

masalah utama yang dihadapi. OEE dapat meminimalkan biaya

operasional shovel-truk. Dengan menganalisa OEE pada setiap


komponen operasional shovel-truk dan dan match factor dapat

memaksimalkan kombinasi dari kapasitas shovel-truk.


e. (Aminuddin, 2010) dalam jurnalnya yang berjudul Kajian Alternatif

Pemilihan Alat Berat Untuk Memenuhi Target Produksi Lempung dan

Batu Gmaping di Lokasi Rencana Tambang Semen Sukabumi

Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Rencana produksi batu

gamping pada periode pertama (tahun 1-5) ditetapkan sebesar 15,2 juta

ton/tahun dan akan meningkat pada periode kedua (tahun 6-10) sebesar

21,7 juta ton/tahun. Untuk lempung pada periode pertama ditetapkan

sebesar 2,9 juta ton dan akan meningkat pada periode kedua sebesar

4,23 juta ton/tahun. Penggunaan alat berat dengan tipe dan kapasitas

yang beda supaya lebih efektif dan efisien, maka jumlah alat berat yang

diperlukan pada penambangan batu gamping adalah: backhoe

Caterpillar CAT375 = 2-3 unit, dan dump truk IVECO MPC410E38H =

3-9 unit. Jumlah alat berat yang diperlukan untuk penambangan

lempung adalah: backhoe Caterpilar CAT375 = 1-2 unit, dump truck

IVECO MPC410E38H=3-6 unit.


f. (S.G Ercelebi dan A. Bascetin, 2009) dalam jurnalnya yang berjudul

Optimization of Shovel-Truck System for Surface Mining.

Penggunaan alat angkut truk pada tambang terbuka membutuhkan biaya

operasional yang besar, berkisar antara 50-60% dari total biaya

operasional. Untuk mengurangi biaya operasional tersebut, sangat

penting untuk mengalokasi truk secara efisien. teori closed queueing


network dan pemrograman linear digunakan untuk mengoptimalkan

jumlah truk dan menekan biaya operasional truk.


g.

B. Kerangka Konseptual

Konsep dari penelitian yang akan dilakukan dapat dijelaskan

berdasarkan kerangka pada gambar 3 berikut ini:

Input: Proses:
Data Primer -Perhitungan
-Cycle time alat. produktivitas dan Output:
-Waktu kerja dan waktu biaya operasional - Meningkatnya
standby. alat secara manual produksi alat
Data Sekunder -Perhitungan - Program perhitungan
-Spesifikasi Alat. produktivitas dan produksi alat berat
-Biaya Perawatan dan biaya operasional
perbaikan Alat. alat menggunakan
-Harga alat berat dan program yg dibuat
harga sparepart. menggunakan
visual basic .net
-Membandingkan hasil
perhitungan
manual dengan
program yang
dibuat.

Gambar 3. Kerangka konseptual


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Teknik Pengambilan data

Data yang diambil harus akurat dan relevan dengan permasalahan

yang ada. Pengumpulan data penelitian dilakungan dengan dua cara yaitu

pengumpulan data yang diperoleh dari studi literatur (data sekunder) dan

pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan lapangan. Adapun

data yang akan diambil yang berkaitan dengan penelitian antara lain:

a. Data primer
1) Melakukan pengukuran cycle time pada masing-masing alat muat

dan alat angkut pada kegiatan penambangan batu gamping dengan

menggunakan stopwatch.
2) Mengetahui jumlah fleet yang beroperasi
b. Data sekunder
1) Spesifikasi alat muat dan alat angkut
Untuk data spesifikasi alat baik itu dump truck komatsu HD 785-7

dan Hitachi EX-2500-6 berdasarkan Manual Book Komatsu dan

Manual Book Hitachi, yang penulis peroleh langsung dari vendor

penyedia alat.
2) Target produksi penambangan batu gamping yang didapatkan

melalui data perusahaan


3) Data jam kerja operasional, spesifikasi alat muat dan alat angkut

serta target produksi yang didapat dari perusahaan.


4) Harga alat dan biaya operasional yang didapatkan melalui data

perusahaan.
2. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dengan beberapa perhitungan dan

penggambaran, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel, grafik


atau rangkaian perhitungan. Data yang didapat dikelompokkan sesuai

pengerjaannya. Adapun tahapan pada pengolahan data ini adalah sebagai

berikut:

a. Perhitungan waktu cycle time rata-rata alat muat dan alat angkut
b. Perhitungan produktivitas alat muat dan alat angkut
Data-data cycle time alat angkut, efisiensi kerja alat dan lainnya

dikumpulkan dan dihitung sehingga diperoleh produktivitas masing-

masing alat
c. Perhitungan biaya kepemilikan dan biaya operasional alat muat dan

alat angkut dengan menghitung seluruh komponen biaya berdasarkan

rumus perhitungan biaya.


d. Perhitungan produksi dan biaya menggunakan program yang dibuat

menggunakan bahasa pemrograman visual basic .net


3. Analisa Hasil Pengolahan Data

Setelah semua data yang ada diolah selanjutnya dilakukan analisis

data yang sudah diolah. Dari data produksi yang didapat kemudian

dianalisis apakah hasil produksi sudah mencapai target atau tidak.

Setelah itu kemudian hasil perhitungan secara manual dikomparasi dengan

hasil perhitungan menggunakan program yang dibuat menggunakan

bahasa pemrograman visual basic. net


A. Diagram Alir Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penelitian secara

sistematis bisa dilihat pada gambar 3 berikut ini:

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Cycle time alat. 1. Spesifikasi alat
2. Waktu kerja dan waktu muat dan alat
standby angkut.
2. Jumlah alat.
3. Biaya perawatan
dan perbaikan.
4. Harga alat berat
dan sparepart
1. Efisiensi Kerja Alat.
2. Produktivitas Alat.
3. Biaya Operasional alat per jam.
4. Mengoptimalisasi Produktivitas Alat
5. Pembuatan program menggunakan
visual basic .net
6. Membandingkan hasil perhitungan
manual dengan program.
Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3. Bagan alir penelitian

B. Algoritma dan Flowchart Program


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan program ini secara

sistematis dapat dilihat pada algoritma dan flowchart pada gambar 4 berikut

ini.
1. Input data cycle time, jam kerja, kapasitas

alat, dan komponen biaya


2. Perhitungan data
3. Hasil
4. Report berupa pdf
5. Optimasi perhitungan dengan menginput

data optimasi
6. Hasil
7. Report berupa pdf
Gambar 4 Flowchart program vb .net

Rencana Daftar Pustaka


Aminuddin. (2010) Kajian Alternatif Pemilihan Alat Berat Untuk Memenuhi
Target Produksi Lempung dan Batu Gamping di Lokasi Rencana
Tambang Semen Sukabumi Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa
Barat. Buletin Geologi Tata Lingkungan. 20 (1), 12-23

Choudary, Ram Prasad. (2015) Optimization of Load-Haul-Dump Mining


System By OEE and Match Factor For Surface Mining. International
Journal of Applied Engineering and Technology. 5 (2), 96-102

Handbook KOMATSU.2012

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Buku Panduan Penulisan Tugas


Akhir/Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang.

Partanto Prodjosumarto. (1996).Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung:


Institut Teknologi Bandung.
Prahastini, Sita Dewi. (2012) Perancangan Aplikasi Untuk Sitem Penyaliran
Pada Tambang Terbuka. JTM. 19 (3)

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sumarya. (2012).Bahan Ajar Alat Berat dan Interaksi Alat Berat. Padang:
Universitas Negeri Padang

Tim Dosen PIKSI Ganesha. (2011). Modul Mata Kuliah Pemrograman


Visual Basic .NET. Bandung: Politeknik PIKSI Ganesha.

Anda mungkin juga menyukai