Anda di halaman 1dari 24

EVALUASI ALAT GALI MUAT DAN ANGKUT DALAM RANGKA MEMENUHI

PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI BATU KAPUR PADA PT SEMEN BATURAJA


(PERSERO) TBK, BATURAJA OKU, SUMATERA SELATAN

Oleh:

Kelompok 2
Rio Fajri .B (03021381722123)
Ira Lusiana Nababan (03021381722089)
Raka Medio Hidayat (03021381520091)
M. Rafli Pandita (03021381722105)
M. Reynaldi Romadhon (03021381621067)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
A. JUDUL
Evaluasi Alat Gali Muat dan Angkut Dalam Rangka Memenuhi Pencapaian Target Produksi
Batu Kapur Pada Pt Semen Baturaja (Persero) Tbk, Baturaja Oku, Sumatera Selatan

B. LOKASI
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. Baturaja OKU, Sumatera Selatan.

C. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan.

D. LATAR BELAKANG
Di zaman globalisasi saat ini pertumbuhan penduduk di Indonesia meningkat setiap tahunnya.

Hal ini diiringi pula dengan peningkatan pembangunan sarana dan prasarana untuk memenuhi

kebutuhan manusia dan berimbas kepada meningkatnya kebutuhan semen yang digunakan dalam

pembangunan. Seperti halnya dengan PT. Semen Padang, meningkatnya kebutuhan semen berarti

meningkat pula kebutuhan akan batu kapur sebagai bahan dasar pembuatan produk semen dan juga

keramik.

Batu kapur merupakan salah satu bahan galian industri utama yang banyak terdapat di

Pulau Sumatera khususnya Sumatera Selatan. Permintaan pasar akan batu kapur yang semakin

meningkat mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan-perusahaan pertambangan

batubara di Indonesia termasuk di Provinsi Sumatera Barat, salah satunya adalah PT. Semen

Baturaja. Selaku perusahaan kontraktor pertambangan untuk melakukan kegiatan penambangan

batu kapur. Dalam kegiatan penambangan batu kapur, PT. Semen Baturaja menggunakan

penambangan quarry dengan pengoperasian peralatan mekanis seperti excavator untuk pemuatan,

backhoe untuk penggalian, dan dump truck untuk pengangkutan.


Target produksi batu kapur di PT. Semen Baturaja yang direncanakan sebesar 725.000

ton/bulan batu kapur sedangkan realisasi produksi yang dicapai hanya 598.000 ton/bulan atau

sekitar 82% dan pengupasan overburden mencapai 250.000 bcm/bulan dengan stripping ratio

sebesar 3 : 1. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kinerja crusher yang kurang optimal,

belt conveyor yang putus, tidak optimalnya penggunaan alat muat dan alat angkut yang bekerja di

lapangan dan lamanya waktu stanby alat yang akhirnya menyebabkan tingginya biaya produksi

batu kapur. Salah satu penentu keberhasilan metode penambangan ini adalah seberapa besar

produksi peralatan mekanis (unit hauler) tersebut dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien

mungkin dalam melakukan pekerjaannya agar hasil yang diperoleh dapat sesuai target yang telah

ditentukan.

Pentingnya optimasi produksi dari alat gali, muat, dan angkut ini karena berkaitan dengan

target produksi yang harus dicapai serta biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam

kegiatan penambangan batu kapur. Hubungan antara sasaran produksi dengan produktivitas alat

akan menentukan jumlah alat gali, muat, dan angkut yang harus dipakai guna memenuhi target

tersebut. Agar target produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan tercapai maka harus

dilakukan evalusi pterhdap kinerja alat gali, muat, dan angkut

Proses evaluasi produktivitas alat mekanis membutuhkan berbagai perhitungan,

pengolahan data serta optimasi untuk mendukung pengambilan keputusan dalam mengoptimasi

produktivitas alat. Perhitungan produksi alat berat diantaranya adlah perhitungan waktu kerja

efektif alat gali, muat, dan angkut; perhitungan kemampuan produktivitas alat gali, muat, dan

angkut; perhitungan match factor hingga perhitungan biaya kepemilikan dan operasional alat gai,

muat,dan angkut. Perhitungan tersebut tentu memerlukan waktu yang tidak singkat. Melihat

permasalahan yang diatas maka kami mengangkat judul penelitian “Evaluasi Alat Gali, Muat
dan Angkut Dalam Rangka Memenuhi Pencapaian Target Produksi Pada PT. Semen

Baturaja (Persero) Tbk, Baturaja, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan”

E. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dimaksud adalah :
1. Apa yang menyebabkan tidak tercapainya target produksi batu kapur di PT Semen
Baturaja?
2. Apakah jumlah jam kerja di PT Semen Baturaja turut mempengaruhi tidak tercapainya
target produksi batu kapur di PT Semen Baturaja?
3. Apakah hubungan penggunaan jumlah alat gali, muat dan angkut dengan produksi batu
kapur di PT Semen Baturaja?

F. BATASAN MASALAH
Mengingat banyaknya faktor – faktor yang dapat mempengaruhi tercapainya target produksi
pada pertambangan batu kapur di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, maka perlu adanya
batasan-batasan masalah yang jelas mengenai apa yang dibuat dan diselesaikan dalam kegiatan
ini. Adapun batasan-batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Hal yang mempengaruhi pada penelitian ini hanya mengambil permasalahan dari evaluasi
keserasian antara alat gali muat (Excavator) dan alat anngkut (Dump Truck) dan jumlah
alat berat yang digunakan.
2. Evaluasi Jumlah sift kerja ( 1 sift = 8 jam ) atau jumlah jam kerja yang di terapkan pada
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.

G. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Adapun Tujuan dari Penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hal yang dapat menyebabkan tidak tercapainya target produksi batu
kapur di PT Semen Baturaja.
2. Membuktikan pengaruh jumlah jam kerja di PT Semen Baturaja terhadap tidak
tercapainya target produksi batu kapur di PT Semen Baturaja.
3. Dapat memahami hubungan penggunaan jumlah alat gali, muat dan angkut dengan
produksi batu kapur di PT Semen Baturaja.

Adapun beberapa mandaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Dapat menerapkan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan kedalam bentuk penelitian,
dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisa suatu permasalahan serta
menambah wawasan peneliti khususnya di bidang keilmuan teknik pertambangan.
2. Dapat mempertimbangan jumlah jam kerja yang dibutuhkan dan produktivitas alat gali,
muat dan angkut pada penambangan batu kapur sehingga dapat mengoptimalkan
produksi.

H. LANDASAN TEORI

1. Peralatan Tambang

Peralatan pertambangan yang dipergunakan dipertambangan berhubungan dengan

penggunaan alat berat. Menurut Wisnu Wijaya (1984) dalam Sumarya (2012: 23), alat berat

adalah suatu sumberdaya yang melipatgandakan jasa manusia untuk mencapai usahanya.

a. Tujuan Penggunaan Alat Berat

1) Secara Teknis

a) Untuk mendapatkan ketelitian kerja yang lebih besar.

b) Menyederhanakan/ memudahkan pengurusan organisasi pelaksanaan

2) Secara Ekonomis

a) Mempercepat / memperbesar daya kerja


b) Mengurangi biaya pelaksanaan kerja

3) Secara humanis

a) Mengoptimalkan penggunaan tenaga buruh

Dengan penggunaan alat-alat berat, tenaga buruh yang ada dapat dimanfaatkan

seoptimal mungkin sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.

b) Memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan

secara manual.

b. Pertimbangan Pemilihan Alat Berat

Untuk menghindari kerugian dan mendapatkan keuntungan dari penggunaan alat

berat, dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai pemilihan dan penggunaan

peralatan sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Untuk itu diperlukan pemilihan

alat-alat berat yang harus digunakan.

Menurut Sumarya (2012: 15), ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan alat

berat, antara lain:

1) Pertimbangan Teknik

a) Kemampuan peralatan yang akan digunakan

b) Tingkat teliti alat yang akan digunakan

c) Pelayanan alat yang akan digunakan

d) Keserbagunaan alat

e) Keisitimewaan alat

f) Kondisi tempat kerja alat

g) Dimensi alat
h) Kemungkinan kerusakan dari alat

i) Ketersediaan tenaga mekanik dan spare part alat tersebut.

2) Pertimbangan Ekonomis

a) Harga alat sampai di site

b) Biaya pemeliharaan / perawatan

c) Biaya perbaikan

d) Gaji operator

e) Biaya penyusutan

f) Pajak dan biaya asuransi yang dibebankan ke perusahaan

g) Berapa lama pengembalian modal dari pembelian peralatan

2. Alat dan Peralatan Tambang.

Alat dan peralatan tambang dipergunakan untuk memproduksi bahan galian

pertambangan, dimana alat dan peralatan tersebut berhubungan erat dengan pemindahan

tanah mekanis dan produksi hasil pertambangan. Pemindahan tanah mekanis adalah segala

macam pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan penggalian, pemuatan,

pengangkutan, penimbunan, perataan, dan pemadatan tanah atau batuan menggunakan alat-

alat mekanis. (Partanto, 1995).

Kondisi lapangan tempat dilakukannya operasi penambangan sangat mempengaruhi

kemampuan produksi alat, untuk itu alat-alat mekanis yang digunakan dalam operasi

penambangan harus sesuai dengan lapangan operasinya. Kemampuan produksi suatu alat

mekanis juga sangat tergantung dari berbagai faktor koreksi yang telah dikalkulasi.
Alat-alat yang digunakan dalam industri pertambangan adalah alat-alat berat, dimana

berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi dua yaitu alat utama dan alat penunjang.

a. Alat Utama

Alat utama merupakan alat-alat utama yang digunakan untuk

memproduksi material yang diinginkan. Menurut Partanto Prodjosumarto (1996:

102), ̋ Salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui baik-buruknya hasil

kerja (keberhasilan) suatu alat pemindahan tanah mekanis termasuk alat-alat muat

adalah besarnya produksi yang dapat dicapai oleh alat tersebut ̋.

1) Bulldozer (sebagai alat pendorong dan penggaru untuk membantu excavator dalam

menggali dan memuat material)

2) Excavator (sebagai alat gali dan muat)

3) Dump Truck (sebagai alat angkut)

b. Alat Penunjang

Alat penunjang merupakan alat-alat yang digunakan untuk membantu operasi

alat-alat Utama. Alat penunjang ini terdiri dari:

1) Excavator (sebagai alat umum yaitu alat yang digunakan untuk keperluan umum,

misalnya untuk persiapan operasi produksi, merapikan timbunan material,

menggali saluran air, dll).

2) Grader (sebagai alat perata, pembentuk dimensi jalan dan saluran.

3) Compactor (sebagai alat pemadat).

4) Mobile Lubricant Oil (untuk menambah oli peralatan tambang)

5) Fuel Truck (untuk pengisian bahan bakar peralatan tambang)

6) Drill and Blast Machine (untuk pemboran lubang ledak)


7) Pompa tambang (untuk memompa air)

8) Water Truck (untuk penyiraman jalan tambang)

9) Tower lamp (untuk penerangan)

10) Genset (Sumber tenaga listrik)

3. Alat Gali Muat dan Alat Angkut

a. Hydraulic Excavator

Adalah Mesin yang menggunakan tekanan hidrolik untuk menggerakkan bucket

sehingga dapat menggali material. Berdasarkan pada cara bergeraknya bucket,

Hydraulic Excavator terbagi menjadi dua macam, yaitu: Power Shovel dan Back Hoe.

1) Power Shovel

Merupakan alat gali yang digerakkan oleh mesin uap, mesin diesel, atau juga

dengan motor listrik ukuran alat ini ditentukan oleh ukuranbucket yang dapat

digerakkan baik secara horizontal maupun vertikal. Power shovel menggali

material dengan cara menggali material dari bawah ke atas.

2) Back Hoe

Merupakan alat gali yang menggunakan tekanan hydraulic untuk

menggerakkannya. Back Hoe menggali material dari arah atas ke bawah, atau

material digali mendekati alat.

Bagian utama dari excavator antara lain:

b) Bagian atas revolving unit (Dapat Berputar)

c) Bagian bawah travel unit (Untuk Berjalan)

d) Bagian Attrachment (Bagian yang Dapat Diganti.


Produktivitas Hydraulic Excavator tergantung dari beberapa hal, yaitu:

a) Keadaan dari material, apakah material keras atau lunak.

Kekerasan material mempengaruhi digging resistance. Semakin keras

material semakin sulit untuk digali hal ini akan mengurangi produktivitas dari

alat gali.

b) Keadaan dari lapangan atau Front Kerja.

Front kerja yang luas akan memudahkan excavator untuk melakukan

loading, sehingga akan meningkatkan cycle time untuk setiap loading. Posisi

material yang dekat dengan jangkauan bucket memberikan kenaikan

produksi, karena mengurangi gerak putar atau swing.

c) Keserasian antara alat muat dan alat angkut.

d) Keahlian operator

Keahlian operator mempengaruhi dalam loading dari batu gamping,

keahlian dalam mengoperasikan alat akan berpengaruh pada produktivitas

alat.

Penggalian yang dapat dilakukan oleh hydraulic excavator antara lain:

a) Menggali di lereng bukit, misalnya untuk menggali tanah liat, pasir, batu

gamping dan pengupasan tanah penutup (stripping overburden)

b) Memuat (loading) material ke sebuah alat angkut, misalnya lori, dump truck,

belt conveyor, dan lain – lain.

c) Membuang tanah penutup kebagian belakang daerah yang sudah kosong

(dumping of top soil into spoil bank) cara kerja ini disebut “backfill digging

method”.
Persamaan yang dipakai untuk mencari Produksi alat Excavator adalah :

𝑲𝒃 . 𝑭𝒇 . 𝑬𝑲 . 𝟔𝟎
𝑷𝒆𝒙𝒄𝒕 = x SF x D
𝑪𝒕

Dimana : 𝑃𝑒𝑥𝑐𝑡 = Produksi (Bcm/jam) (ton/jam)

𝐾𝑏 = Kapasitas Bucket (m3)

𝐹𝑓 = Fill Factor

EK = Efesiensi Kerja

𝐶𝑡 = Cycle time (menit)

SF = Swell Factor

D = Densitas (ton/m3)

b. Dump Truck

Menurut Partanto Prodjosumarto (1996: 52), Pengangkutan batuan, endapan

bijih, karyawan, “waste”, kayu penyangga (timber), dan barang-barang keperluan

sehari-hari (supply) merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi kelancaran

operasi penambangan. Untung-ruginya suatu perusahaan tambang terletak juga pada

lancar tidaknya sarana pengangkutan yang tersedia.

Mengenai cara pemilihan ukuran dump truck memang cukup sulit

menentukannya tetapi sebagai pegangan dapat dikatakan bahwa kapasitas minimum

dari truck kira-kira 4–5 kali kapasitas alat galinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

produktivitas dump truck antara lain:

1) Tahanan Gulir atau Tahanan Gelinding (Rolling Resistance)


Adalah jumlah segala gaya–gaya luar yang berlawanan dengan arah gerak

kendaraan yang berjalan diatas permukaan tanah. Keadaan jalan yang semakin

keras dan mulus semakin kecil tahanan gulirnya.

2) Tahanan kemiringan (Grade Resistance)

Adalah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak kendaraan

karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya.

3) Coeficient of Traction

Suatu faktor yang menunjukkan beberapa bagian dari seluruh berat kendaraan

pada ban yang dapat dipakai untuk menarik atau mendorong. Coeficient of traction

tergantung dari:

a) Keadaan ban

b) Keadaan permukaan jalur jalan.

c) Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya

d) Percepatan

4) Rimpul (Tractive Effort)

Yaitu besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat

kepada permukaan beroda atau ban penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur

jalan.

a) Kecepatan kendaraan dengan mesin yang dimilikinya.

b) Mengatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan

c) kemiringan dan tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya

d) Membatasi volume meterial yang dapat diangkut.

5) Berat material.
Berat material yang akan diangkut oleh alat angkut dapat mempengaruhi

kecepatan kendaraan dengan HP (horse power) mesin yang dimiliki membatasi

volume material yang akan diangkut.

Persamaan untuk menghitung produktivitas dari Dump Truck adalah :

𝑲𝒗 𝒙 𝑬𝑲 𝒙 𝟔𝟎
𝑷𝑫𝒖𝒎𝒑𝒕𝒓𝒖𝒄𝒌 = 𝒙 𝑺𝑭 𝒙 𝑫
𝑪𝒕

𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛, 𝐾𝑣 = 𝑛 𝑥 𝑘𝑏 𝑥 𝐹𝑓

Dimana : 𝐾𝑣 = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑉𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙 (𝑚3 )

𝑃𝐷𝑢𝑚𝑝𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝐵𝑐𝑚/𝑗𝑎𝑚) (𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚)

𝐾𝑏 = Kapasitas Bucket (m3)

𝐹𝑓 = Fill Factor

EK = Efesiensi Kerja

𝐶𝑡 = Cycle time (menit)

SF = Swell Factor

D = Densitas (ton/m3)

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat

a. Efisiensi Kerja

Menurut Partanto Prodjosumarto (1996: 8), “efisiensi kerja adalah perbandingan

antara waktu kerja produktif dengan waktu kerja yang tersedia, dinyatakan dalam

persen (%)”. Efisiensi kerja ini akan mempengaruhi kemampuan produksi dari suatu

alat.

Sebagian besar nilai effisiensi kerja diarahkan terhadap operator, yaitu orang

yang mengoperasikan unit alat. Walaupun demikian, apabila ternyata effisiensi


kerjanya rendah belum tentu penyebabnya adalah kemalasan operator yang

bersangkutan. Mungkin ada penyebab lain yang tidak dapat dihindari, antara lain:

cuaca, kerusakan mendadak, kabut, dan lain-lain.

Adapun persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung efisiensi kerja

adalah sebagai berikut:

1) Ketersediaan Mekanis (Mechanical Avaibility)

Merupakan tingkat kesediaan alat untuk melakukan kegiatan produksi

dengan memperhitungkan kehilangan waktu karena alasan mekanis. Kesediaan

mekanis dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑊
MA = x 100 %
𝑊+𝑅

Sumber: Yanto Indonesianto (2010:130)

Keterangan:

MA = Mechanical Avaibility atau kesediaan alat

W = Working Hours atau jumlah kerja alat

R = Repair hours atau jumlah jam untuk perbaikan

2) Kedaan Fisik Alat (Physical Avaibility)

Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang

dipergunakan. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑊+𝑆
PA = x 100 %
𝑊+𝑅+𝑆

Sumber: Yanto Indonesianto (2010:132)

Keterangan:
PA = Physical Avaibility
W = Working Hours atau jumlah kerja alat
R = Repair Hours atau jumlah jam untuk perbaikan
S = Jumlah jam standby
3) Penggunaan Ketersediaan (Use of Avaibility)

Merupakan tingkat daya guna alat untuk kegiatan produksi.

𝑊
UA = x 100 %
𝑊+𝑆

Sumber: Yanto Indonesianto (2010:132)

Keterangan:

UA = Use of Avaibility atau penggunaan ketersediaan

W = Working Hours atau jumlah kerja alat

S = Jumlah jam standby

4) Effective Utilization (Efisiensi Kerja)

Yaitu menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia

dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif Effective utilization sebenarnya sama

dengan pengertian efisiensi kerja. Perbandingan antara jam kerja sesungguhnya

(jam kerja produktif) dengan jam kerja yang dijadwalkan.

Dari hasil persentase ini kita bisa melihat apakah sudah tercapai jam dari

penjadwalan jam kerja alat yang direncanakan, dengan rumus sebagai berikut:

𝑊
Eut = x 100 %
𝑊+𝑅+𝑆

Sumber: Yanto Indonesianto (2010:132)

Keterangan:

Eut = Effective Utilization atau efisieensi kerja


W = Working Hours atau jumlah kerja alat
R = Repair Hours atau jumlah jam untuk perbaikan
S = Jumlah jam standby
b. Faktor Pengembangan Material (Swell Factor)
Menurut Yanto Indonesianto (2010:7), ”Swell” adalah pengembangan volume

suatu material setelah digali dari tempatnya. Material di lapangan jika digali akan

mengalami pengembangan.

Faktor pengembangan juga dapat diketahui dari perbandingan densitas material

lepas dengan densitas material insitunya.Bentuk volume material yang mempengaruhi

perhitungan pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam bank cubic meter (BCM), loose

cubic meter (LCM) dan compacted cubic meter (CCM).

Perubahan ini terjadi karena adanya perbebedaan densitas akibat penggalian atau

pemadatan dari densitas aslinya. Densitas material tentunya akan berubah akibat

adanya penggalian yaitu dari kondisi bank ke loose. Pada kondisi loose, densitas

material akan berkurang dibanding densitas pada kondisi bank karena adanya pori-pori

udara.

Rumus untuk menghitung swell factor adalah:

1) Rumus SF dan % Sweel berdasarkan volume


loose weight
SF = weight in Bank

% Sweel = LLoose volume –bank volume x 100 %


bank volume

2) Rumus SF dan % Sweel berdasarkan densitas (kerapatan)


Bank Volume
SF =
Loose Volume

% Sweel = weight in bank –loose weight X 100 %


weight in bank
Sumber: Yanto Indonesianto(2010:8)
Pengembangan dan penyusutan material adalah perubahan volume material

apabila material tersebut digali atau dipindahkan dari tempat aslinya. Tabel faktor

pengembangan material (Swell Factor) dapat di lihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Faktor Pengembangan Berbagai Material


Jenis Material Density (Lb/Cuyd) Swell Faktor

Bauksit 2700-4325 0,75


Tanah Liat,Kering 2300 0,85
Tanah Liat, Basah 2800-3000 0,82-0,80
Antracite 2200 0,76
Bituminous 1900 0,74
Bijih Tembaga 3800 0,74
Tanah Biasa, Kering 2800 0,85
Tanah Biasa, Basah 3370 0,85
Tanah Biasa Bercampur Pasir
3100 0,90
dan Kerikil
Kerikil (Gravel), Kering 3250 0,89
Kerikil (Gravel), Basah 3600 0,88
Granite, Pecah- pecah 4500 0,67-0,56
Hematite, Pecah-pecah 6500-8700 0,45
Bijih Besi, Pecah-pecah 3600-5500 0,45
Batu Kapur, Pecah-pecah 2500-4200 0,60-0,57
Lumpur 2160-2970 0,83
Lumpur, Sudah Ditekan 2970-3510 0,83
Pasir, Kering 2200-3250 0,89
Pasir, Basah 3300-3600 0,88
Shale 3000 0,75
Slate 4590-4860 0,77
Sumber : Partanto (1996 : 186)
c. Faktor Isian Mangkuk (Bucket Fill Factor)

Besarnya nilai faktor isian mangkuk (bucket fill factor) tergantung dari jenis

material yang akan digali. Fill Factor adalah angka perbandingan antara volume nyata

atau kapasitas nyata mangkuk alat muat dengan volume atau kapasitas teoritis

bucket alat muat sesuai dengan spesifikasi alat muat yang digunakan. Dapat dilihat pada

tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Faktor pengisian bucket (bucket fill factor)


Jenis Faktor
Kondisi Kerja Bucket
Pekerjaan
Menggali dan memuat dari stock room dan
Ringan stockpile atau material yang telah dikeruk oleh
excavator lain yang tidak membutuhkan daya 1,0-0,8
gali dan dapat dimuat munjung.

Menggali dan memuat dari stock room atau


Sedang stockpile, dengan kondisi tanah yang sulit
digali dan dikeruk akan tetapi dapat dimuat 0,8-0,6
hampir munjung.

Menggali dan memuat batu pecah, tanah liat


yang keras, pasir dan kerikil yang telah
Agak Sulit
dikumpulkan, sulit mengisi bucket dengan 0,6–0,5
material tersebut.

Sulit Bongkahan batu besar dengan bentuk tidak


teratur dengan banyak rongga diantaranya.
0,5–0,4

Sumber: Rochmanhadi (1982: 10)

d. Waktu Edar (Cycle Time)

Menurut Darmansyah Nabar (1998: 68), waktu siklus (cycle time) adalah waktu

yang diperlukan untuk merampungkan satu siklus pekerjaan. Waktu siklus (cycle time)

terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed time) dan waktu tidak tetap (variable time).
Jadi waktu edar total adalah penjumlahan waktu tetap dan waktu variabel. Yang

termasuk kedalam waktu tetap adalah waktu pengisian atau pemuatan termasuk

manuver dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu membelok dan mengganti

gigi dan percepatan, sedangkan yang termasuk waktu variabel adalah waktu

mengangkut muatan dan kembali kosong.

1) Waktu edar alat gali dan muat (Excavator)

a) Loading Time

Yaitu gerakan menurunkan dan mengisi bucket.

b) Swing Time Loaded

Yaitu gerakan memutar bucket berisi menuju alat angkut.

c) Dumping Time

Yaitu gerakan menumpahkan isi bucket kedalam alat angkut.

d) Swing Time Empty

Yaitu gerakan memutar bucket kosong menuju tempat material.

Waktu edar alat gali-muat dapat di hitung dengan rumus:

𝐶𝑚𝑠 = 𝑡𝑙 + 𝑡𝑠𝑖 + 𝑡𝑑 + 𝑡𝑠𝑘

Sumber: Rochmanhadi (1993: 22)

Keterangan:

Cms : Cycle time


tl : Waktu gali
tsi : Waktu putar bermuatan
td : Waktu buang
tsk : Waktu putar kosong
2) Waktu edar alat angkut(Dump truck)

Alat angkut yang digunakan adalah dumptruck, adapun kegiatan yang

dilakukan oleh dumptruck sehingga dapat mempengaruhi besarnya cycle time, yaitu:

a) Mengisi (load), yaitu pemuatan material kedalam dump truck.

b) Mengangkut (hauling), yaitu gerakan membawa material dari lokasi

pengambilan menuju dumping area.

c) Manuver, yaitu gerakan untuk menetapkan posisi dumptruck pada posisi yang

tapat untuk menumpahkan material.

d) Dumping, yaitu gerakan yang dilakukan untuk menumpahkan material.

e) Return, yaitu gerakan kembali ke tempat pemuatan.

𝐷 𝐷
𝐶𝑡 = 𝑛 𝑥 𝐶𝑚 + + 𝑡1 + + 𝑡2
𝑉1 𝑉2

Sumber: Rochmanhadi (1983: 24)


Keterangan:

Ct : Cycle time alat angkut


n : Jumlah bucket
Cm : Waktu edar alat gali
D : Jarak angkut
V : Kecepatan rata-rata DT bermuatan
t1 : Waktu dumping
t2 : Waktu spot (waktu menunggu mengisi)

Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6

Sumber: Specification and Aplication Handbook Edisi 30


Keterangan:

Cta = Waktu edar alat angkut (menit)

Ta1 = Waktu mengambil posisiuntuk dimuati (menit)

Ta2 = Waktu diisi muatan (menit)

Ta3 = Waktu mengangkut muatan (menit)

Ta4 = Waktu mengambil posisi untuk penumpahan (menit)

Ta5 = Waktu pengosongan muatan (menit)

Ta6 = Waktu kembali kosong (menit)

5. Perkiraan kebutuhan alat angkut

Perkiraan kebutuhan alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut:

M=

Cmt.n
CmsIndonesianto
Sumber :Yanto

Keterangan:
M = Perkiraan jumlah dumptruck
Cmt = Waktu siklus dumptruck
n = Jumlah siklus yang diperlukan oleh excavator
Cms = Waktu siklus excavator untuk mengisi dump truck

6. Keserasian kerja (Match Factor)

Keserasian kerja adalah pola gerak alat-alat yang terpadu, dimana tidaksaling tunggu

menunggu antara alat muat dan alat angkut.Untuk menilai keserasian alat muat dan alat

angkut dapat digunakan rumus Match Factor sebagai berikut:

𝒏 𝒙 𝑵𝒂 𝒙𝑪𝒎
MF =
𝑵𝒎 𝒙 𝑪𝒎𝒕
Sumber: Yanto Indonesianto (2010:86)

Keterangan:
MF = Faktor keserasian kerja

Cm = Waktu edar alat muat

Cmt = Waktu edar alat angkut

Na = Jumlah alat angkut

Nm = Jumlah alat muat

n = banyak pengisisan bucket alat muat ke alat angkut

Dari persamaan di atas akan muncul tiga kemungkinan, yaitu:

a. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100 % sedangkan alat angkut

bekerja 100 %. Sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat.

b. MF = 1, artinya alat muat dan alat angkut bekerja 100 %.

c. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100 %, sedangkan alat angkut bekerja kurang

dari 100 %. Sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dilihat grafik match factor pada

gambar 1 berikut ini.

Sumber: Yanto Indonesianto (2010: 91)

Gambar 1. Grafik Match Factor


I. METODE PENELITIAN
1. Teknik Pengambilan data

Data yang diambil harus akurat dan relevan dengan permasalahan yang ada.

Pengumpulan data penelitian dilakungan dengan dua cara yaitu pengumpulan data yang

diperoleh dari studi literatur (data sekunder) dan pengumpulan data yang diperoleh dari

pengamatan lapangan. Adapun data yang akan diambil yang berkaitan dengan penelitian

antara lain:

a. Data primer

1) Melakukan pengukuran cycle time pada masing-masing alat Excavator dan alat

Dump Truck pada kegiatan penambangan batu kapur di PT Semen Baturaja

dengan menggunakan stopwatch.

2) Mengetahui jumlah alat Excavator dan Dump Truck yang beroperasi

b. Data sekunder

1) Spesifikasi alat Excavator dan alat Dump Truck

Untuk data spesifikasi alat baik itu Dump truck komatsu HD 785-7 dan

Excavator PC 200-8 berdasarkan Manual Book Komatsu dan yang penulis

peroleh langsung dari vendor penyedia alat.

2) Target produksi penambangan batu kapur yang didapatkan melalui data pada PT

Semen Baturaja

3) Data jam kerja operasional, spesifikasi alat Excavator dan alat Dump Truck serta

target produksi yang didapat dari PT Semen Baturaja


2. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dengan beberapa perhitungan, selanjutnya disajikan dalam

bentuk rangkaian perhitungan. Data yang didapat dikelompokkan sesuai pengerjaannya.

Adapun tahapan pada pengolahan data ini adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan waktu cycle time rata-rata alat Excavator dan alat Dump Truck

b. Perhitungan produktivitas alat Excavator dan alat Dump Truck

Data-data cycle time alat angkut, efisiensi kerja alat dan lainnya dikumpulkan

dan dihitung sehingga diperoleh produktivitas masing-masing alat.

c. Hasil perhitungan produktivitas yang diperoleh dikorelasikan dengan produksi Batu

Kapur yang dapat tercapai dengan alat yang ada dan dengan jumlah jam kerja yang

diterapkan sebelumnya.

d. Analisa Hasil Pengolahan Data

Setelah semua data yang ada diolah selanjutnya dilakukan analisis data yang sudah

diolah. Dari data produksi yang didapat kemudian dianalisis apakah hasil produksi sudah

mencapai target atau tidak.

Setelah itu kemudian hasil perhitungan tersebut menjadi acuan apakah harus menambahkan

alat atau memperpanjang jumlah jam kerja.

Anda mungkin juga menyukai