Anda di halaman 1dari 54

ANALISIS KEBUTUHAN ALAT PADA KEGIATAN

PENAMBANGAN PT.IFSU JAYA


KECAMATAN KABAENA TIMUR
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LAPORAN MINGGUAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN
MELULUSI MATA KULIAH PERENCANAAN TAMBANG

DIAJUKAN OLEH :
KELOMPOK 1

NANDHA FEBRILIA A.T


TRI ELSA OKTOVIA
WA ODE YULIASTRI
MUTIA FATIKA DEWI

PROGRAM TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Laporan Mingguan Peralatan Tambang” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Perencanaan Tambang. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang peralatan tambang bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs, Firdaus
M.Si. , selaku Dosen Perencanaan Tambang yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
saya sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan ini. Kemudian, saya menyadari bahwa laporan yang saya tulis
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Kendari, oktober 2021


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan tambang adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian
sasaran kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan dalam berbagai macam kegiatan
yang harus dilaksanankan untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan. Pengkajian
tahapan penambangan merupakan salah satu bagian penting dalam perencanaan suatu
pekerjaan tambang, karena menyangkut aspek teknis dan ekonomis suatu proyek
penambangan. Aspek teknis meliputi rancangan teknis metoda penambangan,
kebutuhan alat utama dan pendukung, sedangkan aspek ekonomis meliputi biaya
produksi dan operasi. Agar proses penambangan dapat mencapai tujuan, maka perlu
dirancang suatu tahapan (sequence) penambangan untuk ditambang secara optimum.
Alat alat pertambangan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan
produksi, efisiensi serta efektifitas perusahaan. Ini akan berpengaruh langsung pada
keuntungan yang didapat dari seluruh aktivitasnya.

Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk
melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah, konstruksi jalan, konstruksi
bangunan, perkebunan, dan pertambangan. Keberadaan alat berat dalam setiap proyek
sangatlah penting guna menunjang pembangunan infrastruktur maupun dalam
mengeksplorasi hasil tambang, misalnya semen, batubara dll. Banyak keuntungan
yang didapat dalam menggunakan alat berat yaitu waktu yang sangat cepat, tenaga
yang besar, nilai-nilai ekonomis dan lainnya. Penggunaan alat berat yang kurang tepat
dengan kondisi dan situasi lapangan pekerjaan akan berpengaruh berupa kerugian,
antara lain rendahnya produksi, tidak tercapainya jadwal atau target yang telah
ditentukan atau kerugian biaya perbaikan yang tidak semestinya. Oleh karena itu,
sebelum menentukan tipe dan jumlah peralatan sebaiknya dipahami terlebih dahulu
fungsinya. Keberadaan alat berat pertambangan tidak dapat dipisahkan dari segala
aktivitasnya. Seiring berjalannya waktu akan terjadi peningkatan kebutuhan sebab
volume material juga meningkat.

Penggunaannya industri tambang baik terbuka maupun tertutup adalah untuk


memindahkan material berat, bebatuan, tanah, lumpur, dan lainnya dari suatu lokasi
ke lokasi pengolahan hingga pengangkutan kembali bahan yang siap untuk
didistribusikan.

Alat berat merupakan faktor penting dalam proyek, terutama proyek


konstruksi maupun pertambangan dan kegiatan lainnya dengan skala yang besar.
Tujuan dari penggunaan alat - alat berat tersebut adalah untuk memudahkan manusia
dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai
lebih mudah dengan waktu yang relatif lebih singkat.
1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam laporan peralatan tambang ini adalah agar peneliti
dapat mengurangi penyimpangan batasan dan sebagai acuan agar analisis ini lebih
mudah dipahami oleh pembaca. Pada laporan kali ini penulis hanya akan membahas
analisis kebutuhan alat pada PT.Ifsu Jaya.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini yaitu bagaimana kebutuhan alat pada
kegiatan penambangan di PT.Ifsu Jaya

1.4 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kebutuhan alat pada
kegiatan penambangan di PT.Ifsu Jaya.

1.5 Manfaat Praktikum

Manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan kali ini adalah untuk
menambah ilmu pengetahuan mengenai kegiatan pertambangan khususnya pada
kebutuhan alat pada kegiatan penambangan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penambangan
Penambangan merupakan kegiatan padat modal, salah satunya pertimbangan
investasi dalam kepemilikan peralatan penambangan. Pemilihan peralatan
dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah topografi, karakteristik material,
kemudahan transportasi, sasaran produksi, dan umur pakai alat. Penggunaan peralatan
tambang mempunyai risiko yang signifikan, terutama pada pekerjaan-pekerjaan yang
memerlukan sumber investasi modal untuk pembelian peralatan dalam jumlah yang
besar atau jenis yang bervariasi. Proyek-proyek pemindahan tanah seperti pembukaan
lahan di daerah tambang, pembuatan bendungan dan kanal memerlukan jenis
peralatan yang besar, sehingga memerlukan modal kapital yang besar pula Dalam
menentukan kapan harus melakukan investasi peralatan juga harus
dipertimbangkan. Alternatif pertimbangan penilaian kelayakan ekonomi dalam investasi
terdapat beberap metode, diantaranya adalah metode average cost dan incremental
cost. Analisa kelayakan dimulai dengan membuat model life cycle cost excavator
Doosan DX 340 LC-5 untuk mengetahui performa biaya yang ditimbulkan akibat
penggunaan alat tersebut (Sidiq & Mukarrom, 2019).

2.2 Peralatan Tambang


Kebutuhan peralatan tambang khususnya kebutuhan alat mekanis yang kurang
baik justru menimbulkan kesulitan dalam proses penambangan. Prosedur dan
sistematika yang baik dalam merencanakan kebutuhan alat tambang harus di
rencanakan dari awal penambangan sebagai patokan penentuan rencana produksi
penambangan. Proses penerapan kebutuhan alat tambang dilakukan berdasarkan
target produksi dan merencanakan kebutuhan alat tambang berdasarkan kemampuan
alat tambang untuk dapat memenuhi target tersebut.
Peralatan tambang merupakan suatu hal yang paling penting dalam melakukan
penambangan, dalam perhitungannya kebutuhan alat penambangan tersebut akan
menjadi patokan utama dalam mencapai target produksi yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Kebutuhan peralatan tambang khususnya kebutuhan alat mekanis yang
kurang baik justru menimbulkan kesulitan dalam proses penambangan. Prosedur dan
sistematika yang baik dalam merencanakan kebutuhan alat tambang harus di
rencanakan dari awal penambangan sebagai patokan penentuan rencana produksi
penambangan. Proses penerapan kebutuhan alat tambang dilakukan berdasarkan
target produksi dan merencanakan kebutuhan alat tambang berdasarkan kemampuan
alat tambang untuk dapat memenuhi target tersebut (Ferdian, 2017).
2.3 Alat Berat
Alat berat merupakan peralatan mesin berdesain besar yang berguna untuk
melaksanakan fungsi-fungsi kegiatan konstruksi seperti pengerjaan galian tanah,
konstruksi gedung, konstruksi jalan, dan pertambangan. Keuntungan-keuntungan
yang diperoleh dalam menggunakan alat berat antara lain : 1. Waktu pekerjaan lebih
cepat, 2. Tenaga besar, 3. Ekonomis, 4. Mutu hasil kerja yang lebih baik. Terdapat
factor-faktor yang perlu diperhatikan terkait pemilihan alat berat, sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam pemilihan alat berat tersebut, antara lain: Fungsi yang harus
dilaksanakan, cara operasi, kapasitas peralatan, lokasi proyek, jenis proyek, kontur
tanah, pembatasan dari metode kerja yang dipakai, serta volume pekerjaan yang harus
diselesaikan sesuai Time Schedule rencana.
• Excavator
Excavator merupakan alat berat yang terdiri dari lengan (arm), bahu (boom) serta alat
keruk (bucket) dan digerakkan oleh tenaga hidrolis yang dimotori dengan mesin
diesel dan berada di atas roda rantai. Komponen-komponen utama dari Excavator,
yaitu: Komponen atas bisa berputar = revolving unit, Komponen bawah berguna
untuk berjalan = travel unit, Komponen attachment yang dapat dimodifikasi. Fungsi
alat berat excavator adalah untuk pekerjaan penggalian tanah dan sebagai alat pemuat
bagi dump truck.
• Wheel Loader
Wheel loader adalah alat berat yang berguna membawa muatan ke alat angkut dengan
bantuan bucket. Gerakan bucket tersebut yaitu menurunkan sampai di atas elevasi
tanah, kemudian bergerak ke depan untuk memuat, lalu mengayunkan bucket, serta
memindahkan maupun membuang muatan. Terdapat metode-metode pemuatan antara
lain: 1. V-loading, yaitu metode pemuatan dengan llintasan berbentuk huruf V, 2. ╧
loading, yaitu posisi dump truck berada di belakang loader, selanjutnya melintas
berbentuk garis tegak lurus, 3. Cross-loading, yaitu metode pemuatan dengan dump
truck berperan aktif bergerak, 4. Overheadloading, yaitu bucket pada loader bergerak
melintas di atas kabin operator.
• Dump Truck
Dump truck merupakan alat angkut jarak jauh dari titik A ke titik B yang melintasi
jalan datar, turunan maupun tanjakan. Keterampilan operator diperlukan untuk
mengemudikan dump truck di lintasan yang sulit. Operator memiliki peranan penting
saat memposisikan dump truck saat waktu muat, karena alat pengangkutan dan
penggalian ditentukan saat pekerjaan pemuatan berlangsung (Ariadi,dkk 2021).
2.4 Waktu edar
Waktu edar (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan oleh alat untuk
menghasilkan daur kerja. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka produksinya
semakin tinggi.

• Waktu Edar Alat Muat


Tm 1+Tm 2+Tm 3+Tm 4
CTm=
60

Keterangan :
CTm = waktu edar excavator, menit
𝑇𝑚1 = waktu menggali material, detik
𝑇𝑚2 = waktu berputar (swing) dengan bucket terisi muatan,detik
𝑇𝑚3 = waktu menumpahkan muatan, detik
𝑇𝑚4 = waktu berputar (swing) dengan bucket kosong, detik

• Waktu Edar Alat Angkut

Ta 1+Ta 2+ Ta 3+Ta 4+Ta 5+ Ta 6


CTa=
60

Keterangan :
CTa = waktu edar alat angkut, menit
𝑇𝑎1 = waktu mengambil posisi untuk siap dimuati, detik
𝑇𝑎2 = waktu diisi muatan, detik
𝑇𝑎3 = waktu mengangkut muatan, detik
𝑇𝑎4 = waktu mengambil posisi untuk penumpahan, detik
𝑇𝑎5 = waktu muatan ditumpahkan (dumping), detik 𝑇𝑎6 = waktu kembali
kosong, detik
(Oemati,2020).
2.5 Efesiensi Waktu Kerja
Efesiensi kerja adalah Penilaian terhadapa pelaksanaan suatu pekerjaan atau
merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu
yang tersedia. Efisiensi kerja ini akan mempengaruhi kemampuan produksi dari suatu
alat. Untuk memperoleh waktu kerja yang efektif dapat dilakukan dengan cara
memperkecil hambatan-hambatan tersebut. Waktu kerja efektif dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑊𝑒 = 𝑊𝑡 − (𝑊𝑡𝑑 + 𝑊ℎ𝑑)

Keterangan :
We = waktu kerja efektif, menit
Wt = waktu kerja tersedia, menit
Whd = waktu hambatan dapat dihindari, menit
Wtd = waktu hambatan tidak dapat di hindari, menit
Setelah menghitung waktu kerja efektif, maka diperoleh efisiensi kerja dengan rumus
sebagai berikut :
We
Ek= x 100 %
Wt
Keterangan :
Ek= efisiensi kerja, %
We = waktu kerja efektif, menit
Wt = waktu kerja tersedia, menit
(Oemati,2020).
2.6 Kebutuhan Alat Gali Muat dan Alat Angkut
Untuk mengetahui kebutuhan alat gali-muat dan alat angkut serta nilai faktor
keserasian (MF) didapatkan niali dari kapasitas bucket excavator, kapasitas bak
dumpt truck, waktu edar alat galimuat excavator, waktu edar dump truck Rumus
mencari kebutuhan alat gali-muat dan alat angkut adalah :
a. Jumlah bucket untuk pemuatan dump truck = kapasitas dumpt truck / kapasitas
bucket
b. Waktu excavator dalam pemuatan = jumlah bucket excavator dalam pengisian
dump truck x waktu edar excavator dalam sekali muat
c. Waktu minimum yang diperlukan dump truck x waktu edar excavator dalam sekali
muat
d. Jumlah Kebutuhan dumpt truck = Waktu edar dump truck / waktu edar excavator
untuk pemuatan.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Produksi Alat Gali Muat dan
Alat Angkut
Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi Produksi alat muat dan alat angkut
adalah:
a) Sifat Fisik Material
b) Kondisi Tempat Kerja
c) Keadaan Jalan Angkut
d) Kondisi Alat
e) Kemampuan Operator
f) Pengaruh Cuaca
g) Pemeliharaan Alat
(Setyawan dkk., 2020)
2.8 Rimpull
Rimpull (RP) adalah besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat
diberikan mesin atau suatu alat pada permukaan roda atau ban penggeraknya yang
menyentuh permukaan jalur jalan. Besarnya harga RP, rimpull untuk mengatasi
rolling resistance (RR), dan rimpull untuk mengatasi grade resistance (GR) dihitung
berdasarkan persamaan berikut :
HPkendaraan x 375 x Eff
Rimpull=
Kecepatan

Rimpull mengatasi RR = W X (Faktor RR + Faktor a)


Rimpull mengatasi GR = W X Faktor GR X Grade %
jarak( m)
t angkut (detik)=
kecepatan(m/ s)

(Kurniawan,dkk 2019).
2.9 Teori Antrian
2.9.1 Pengertian Teori Antrian
Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antian atau
baris penungguan. Teori antrian berkenaan dengan seluruh aspek dari situasi
pelanggan (baik orang maupun barang) harus antri untuk mendapatkan suatu layanan.
Sistem antrian adalah suatu himpunan pelanggan, pelayan, dan aturan yang mengatur
kedatangan para pelanggan. Keadaan sistem menunjuk pada jumlah pelanggan yang
berada dalam suatu fasilitas pelayanan, termasuk dalam antriannya. Tujuan
penggunaan teori antrian adalah untuk merancang fasilitas pelayanan, dalam
mengatasi permintaan pelayanan yang berfluktuasi secara random dan menjaga
keseimbangan antara biaya (waktu menganggur) pelayanan dan biaya (waktu) yang
diperlukan selama antrian.
2.9.2 Komponen Sistem Antrian
Komponen dasar sistem antrian adalah kedatangan, pelayanan dan antri.
Faktor – faktor penting dalam pengembangan model antrian yaitu :
a. Sumber masukan unit masukan dari sebuah sistem diperoleh dari beberapa
populasi. Populasi ini bisa tidak terbatas dan bisa pula terbatas ukurannya.
Kedatangan pelanggan biasanya dicirikan oleh adanya waktu edar antar kedatangan
(interarrival time), yaitu waktu antar kedatangan dari pelanggan secara berturut –
turut pada suatu fasilitas pelayanan.
b. Disiplin pelayanan Disiplin pelayanan merupakan sutau aturan dimana para
pelanggan dilayani
2.9.3 Karakteristik Sistem Antrian Putaran
Operasi antrian adalah memakai sistem antrian putaran terdiri dari kumpulan
tahap dalam suatu rangkaian tertutup. Sistem ini memakai 1 unit alat muat sebagai
pelayan sedangkan alat angkut sebagai pelanggan. Pada operasi penambangan yang
melibatkan sebuah excavator dan dump truck, pada operasi ini terdiri dari 4 tahap,
yaitu :
1) Excavator (pelayanan pemuatan dump truck)
2) Dump truck bermuatan (pengangkutan ke stockpile).
3) Lokasi stockpile (pelayanan dump truck menumpahkan muatannya).
4) Dump truck kosong (pelayanan dump truck kembali ke front penambangan)
(Hidayati dkk,2021).
2.10 Program Talpac
TALPAC merupakan suatu software sirnulasi komputer yang digunakan
untuk memperkirakan produktivitas dan ke-ekonomisan sistem pengangkutan dari
truck dan loader yang diterapkan di lapangan. TALPAC mempelajari tentang
faktor penting yang mempengaruhi produktivitas dan sensitivitas dari faktor
produktivitas tersebut. T ALPAC digunakan untuk merencanakn jalur
pengangkutan yang akan digunakan oleh truk, dirnana truk atau sejumlah truk
beroperasi dan batasan dari pengoperasiannya (misalnya batas kecepatan truk).
TALPAC merupakan program yang menggunakan database dirnana didalamnya
terdapat data tentang unjuk kerja (performance dari alat angkut yang digunakan,
profil pengangkutan, analisis produksi, analisis pengangkutan, tenaga penggerak,
pay load dan sebagainya. Hasil dari simulasi tersebut memberikan
informasi tentang waktu tempuh, jarak tempuh, konsumsi bahan bakar dan informasi
tentang biaya. Program TALPAC dapat digunakan untuk menghitung waktu tempuh
alat angkut pada suatu simulasi profil pengangkutan, memperkirakan kemampuan
produksi untuk study perencanaa2021n jangka pendek dan jangka
panjang, memperkirakan dan membandingkan produktivitas dengan
menggunakan beberapa metode pemuatan untuk menentukan Teknik pemuatan yang
optimal, memperkirakan biaya pada suatu perencanaan profil pengangkutan serta
sampai dengan memperkirakan penggunaan bahan bakar (fuel usage) (Santoso,
2017).
BAB III
METODE STUDI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Lokasi Studi


Kegiatan penelitian ini di lakukan kurang lebih selama satu hari,lokasi praktikum
bertempat di laboratorium FITK, yang secara administrasi, perusahaan ini terletak pada
Kecamatan Kabaena Timur, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dimana
perjalanan dapat ditempuh dari ibu kota provinsi Sulawesi Tenggara menuju lokasi penelitian
yang berjarak 147 km dan memiliki waktu tempuh ± 3 jam 26 menit bila menggunakan
transportasi darat dan bila menggunakan transportasi kapal laut sekitar ± 2 jam 30 menit, hingga
kemudian sampai pada lokasi penelitian.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Studi


3.2 Jenis Studi Praktikum
Pada tahap ini jenis data yang digunakan adalah praktikum secara kuantitatif, proses
penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan sebelumnya dan Penelitian ini lebih
terarah ke penelitan terapan, yaitu salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk
mengaplikasikan teori yang didapat dibangku perkuliahan terhadap kondisi aktual dilapangan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini data yang diambil sebagian besar adalah data sekunder yang
didapat dari asisten praktikum.

3.3 Bahan Dan Materi Praktikum

Studi praktikum ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data

yang sudah ada, baik yang bersumber dari studi literatur, hasil studi sebelumnya

ataupun instansi yang memberikan penjelasan atau gambaran umum mengenai

lokasi studi dan informasi-informasi yang terkait dengan permasalahan dalam studi

ini.

3.4 Instrumen Studi Praktikum

Adapun instrument praktikum yang akan dipergunakan dalam praktikum dapat dilihat
pada table 3.1 sebagai berikut :

No Instrumen Fungsi
1 Laptop Sebagai perangkat pengolahan data dan sebagai
perangkat membantu pembuatan laporan lengkap

2 Software microsoft office Sebagai alat untuk pembuatan laporan dan


mengolah data curah hujan.
3 Software Talpac Sebagai alat untuk mengetahui produktivitas alat
angkut gali-muat

4 Software ArcGIS 10.8 Sebagai alat pembuatan peta


3.5 Prosedur Studi Penelitian
3.5.1 Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang dibutuhkan yaitu data curah hujan,peta
topografi dan data pit limit.

3.5.2 Pengolahan Data


Pengolahan awal yang dilakukan adalah pengolahan data curah hujan dengan menghitung curah
hujan rata-rata wilayah pada lokasi penelitian. Berdasarkan persebaran data dari curah hujan
yang didapatkan maka dapat diketahui metode yang tepat dalam perhitungan curah hujan
rencana. Selanjutnya dilakukan perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan rumus
Mononobe. Selanjutnya perhitungan luas daerah tangkapan hujan dengan menggunakan aplikasi
Arcgis maupun aplikasi lain yang sesuai. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai koefisien
limpasan dengan beberapa parameter pendukung berupa topografi, kondisi tanah dan vegetasi
dari lokasi yang akan diteliti

1.5 Diagram Alir Studi Praktikum

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Sekunder
1. Data curah hujan
2. Peta Topografi
3. Data Pit Limit

A
Pengolahan Data
1. Perhitungan nilai Cs dan Ck
dari data curah hujan
2. Perhitungan curah hujan rata-rata
wilayah
3. Perhitungan curah hujan rencana
menggunakan metode Gumbel
4. Perhitungan intensitas curah hujan
menggunakan rumus Mononobe
5. Perhitungan luas daerah tangkapan hujan dengan
software Arcgis 10.8

Analisis

Menganalisis sistem penyaliran tambang

pada PT.Ifsu Jaya

Hasil
Perancangan sistem penyaliran pada PT. Ifusu
Jaya

Selesai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Waktu Efektif Kerja


 Ketentuan waktu kerja dan waktu istirahat (“WKWI”) bagi sektor
usaha/perusahaan swasta di Indonesia diatur dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal
79 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU No.
13/2003”). Baik pengaturan secara umum (general), maupun pengaturan secara
khusus (untuk sektor usaha/pekerjaan tertentu). Ketentuan waktu kerja dan waktu
istirahat secara umum, atau sering disebut pola waktu kerja dan waktu istirahat secara
normal (pola WKWI normal), dapat memilih, 2 (dua) alternative yaitu, 7 (tujuh) jam
perhari dan 40 (empat puluh) jam per minggu, untuk pola waktu kerja 6:1, dalam arti
6 (enam) hari kerja dan 1 (satu) hari istirahat mingguan atau 8 (delapan) jam
perhari dan 40 (empat puluh) jam per minggu, untuk pola waktu kerja 5:2,
maksudnya 5 (lima) hari kerja dan 2 (dua) hari istirahat mingguan (Pasal 77 ayat (2)
UU No. 13 Th. 2003). Ketentuan WKWI sebagaimana tersebut, tidak menentukan
kapan saatnya waktu kerja dimulai dan kapan diakhiri. Dalam arti, saat
dimulainya jam kerja, adalah kapan saja, atau saat apa saja sesuai kebutuhan dan
karakteristik pekerjaan, sepanjang tidak (belum masuk) pada hari istirahat
mingguan atau hari libur resmi. Adapun hasil penentuan waktu efektif kerja
perusahaan PT. IFSU JAYA dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4. 1 Penentuan Waktu Efektif Kerja
TIMESHEET EFEKTIF KERJA
Hari Kerja Efektif/Bulan
Hari Kerja Tersedia 30 hari/bulan
Kehilangan Hari Kerja Yang Direncankan    
Hari Libur 2 hari/bulan
Hari Hujan 2 hari/bulan
Kehilangan Hari Kerja Yang Tidak Direncankan 1 hari/bulan
Total Kehilangan Hari Kerja 4 hari/bulan
Hari Kerja Efektif 25 hari/bulan
Jam Kerja Efektif
2 shift 11 jam kerja
25 hari kerja efektif 275

4.1 Penentuan Alat Berat Tambang


Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek-proyek konstruksidengan
skala besar. Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan salah satu faktor
penting dalam keberhasilansuatu proyek. Alat berat yang dipilih haruslah tepat
sehingga proyek/pekerjaan berjalan lancar. Kesalahan dalam pemilihan alat berat
dapat mengakibatkan proyek/pekerjaan tidak lancar, dengan demikian keterlambatan
penyelesaian pekerjaan dapat terjadi yang menyebabkan biaya akan membengkak.
Produktivitas yang kecil dan tenggang waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan alat
lain yang lebih sesuai merupakan hal yang menyebabkan biaya yang lebih besar.
Adapun jenis-Jenis Peralatan Tambang yaitu terdiri dari Alat Angkut - Alat Gali
Muat - Alat Dorong – dan Alat Support.
Excavator adalah salah satu alat gali muat yang arah galiannya ke belakang
(backhou). Digunakan pada saat melakukan penggalian tanah yang
permukaannya barada di bawahnya. Bagian excavator terdiri dari bucket, arm, boom,
cabin, rotation pivot dan undercarriage. Alat angkut adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan material hasil penambangan ke tempat penimbunan atau pengolahan.
Pengangkutan batuan, endapan bijih,waste, dan lain-lain merupakansuatu hal yang
sangat mempengaruhi operasi penambangan. Sedangkan ada beberapa alat bantu /
alat support yang sering digunakan dalam pertambangan yang berguna dalam tahap
persiapan atau sesudah proses penambangan selesai. Adapun alat yang akan
digunakan pada PT. IFSU JAYA adalah sebagai berikut :
4.1.1 Alat Gali Muat (Excavator Komatsu PC-300 SE-7)
Gambar 4.1.1 Alat Gali Muat Yang Digunakan
4.1.2 Alat Angkut (Dump Truck HINO 51826)
Gambar 4.1.2 Alat Angkut Yang Digunakan
4.1.3 Alat Support (Bomag dan Motor Grader 120 GC)
Gambar 4.1.3 Alat Support Yang Digunakan

4. 3 Penentuan Target Produksi berdasarkan Jumlah Alat


Dalam menentukan target produksi berdasarkan jumlah kebutuhan alat yang
dignakan perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana nilai perbandingan swell
factor, ,fill factor dan factor koreksinya sehingga penentuan alat dapat sesuai dengan
keadaan material yang akan ditambang . Cara perhitungan swell factor dapat
menggunakan persamaan volume insitu/volume loose x 100 %. Sedangkan untuk fill
factornya dapat ditentukan dengan pengamatan pada persentase pengisian bucket alat
muat dijelaskan pada gambar 4.3 berikut.
Gambar 4.3 Bucket Fill Factor
Sehingga Pada PT. IFSU JAYA dapat ditentukan Swell Faktor = 90% ,Powder Faktor
= 80% dan Faktor Koreksi nya sebesar 80%.
Target produksi pada alat muat harus disesuaikan dengan plan dan kebutuhan
di lapangan. Dalam upaya mencapai target produksi yang optimal dapat di pengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah Usage. Usage adalah pemakaian alat muat
yang sedang melakukan pemuatan, penggalian atau pembuatan drainase. Adapun
hasil perhitungan target produksi PT. IFSU JAYA dihitung berdasarkan waktu efektif
kerja dalam satu bulan kerja selama 25 hari dan dikerjakan selama 10 bulan dengan
total sepuluh sequence penambangan, atau dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Target Produksi Berdasarkan Alat yang Digunakan

Target Produksi
Sequence 82,
1 Target produksi/Bulan 746.97 Ton
20,
Target Produksi/Minggu 686.74 Ton
waste
3,
Target Produksi/Hari 309.88 Ton

Target Produksi/Jam 300.90 Ton


Ore 148,
Target produksi/Bulan 733.75 Ton
37,
Target Produksi/Minggu 183.44 Ton
Target Produksi/Hari 5, Ton
949.35
Target Produksi/Jam 540.85 Ton
55,
Target produksi/Bulan 786.55 Ton
13,
Target Produksi/Minggu 946.64 Ton
waste
2,
Target Produksi/Hari 231.46 Ton

Sequence Target Produksi/Jam 202.86 Ton


2 246,
Target produksi/Bulan 101.25 Ton
61,
Target Produksi/Minggu 525.31 Ton
Ore
9,
Target Produksi/Hari 844.05 Ton

Target Produksi/Jam 894.91 Ton


Sequence 38,
3 Target produksi/Bulan 191.55 Ton
9,
Target Produksi/Minggu 547.89 Ton
waste
1,
Target Produksi/Hari 527.66 Ton

Target Produksi/Jam 138.88 Ton


Ore Target produksi/Bulan 149, Ton
241.25
37,
Target Produksi/Minggu 310.31 Ton
5,
Target Produksi/Hari 969.65 Ton

Target Produksi/Jam 542.70 Ton


70,
Target produksi/Bulan 395.13 Ton
17,
Target Produksi/Minggu 598.78 Ton
waste
2,
Target Produksi/Hari 815.81 Ton

Sequence Target Produksi/Jam 255.98 Ton


4 146,
Target produksi/Bulan 848.75 Ton
36,
Target Produksi/Minggu 712.19 Ton
Ore
5,
Target Produksi/Hari 873.95 Ton

Target Produksi/Jam 534.00 Ton


Sequence waste 80,
5 Target produksi/Bulan 263.53 Ton
20,
Target Produksi/Minggu 065.88 Ton
Target Produksi/Hari 3, Ton
210.54
Target Produksi/Jam 291.87 Ton
148,
Target produksi/Bulan 588.75 Ton
37,
Target Produksi/Minggu 147.19 Ton
Ore
5,
Target Produksi/Hari 943.55 Ton

Target Produksi/Jam 540.32 Ton


111,
Target produksi/Bulan 680.36 Ton
27,
Target Produksi/Minggu 920.09 Ton
waste
4,
Target Produksi/Hari 467.21 Ton

Sequence Target Produksi/Jam 406.11 Ton


6 142,
Target produksi/Bulan 643.75 Ton
35,
Target Produksi/Minggu 660.94 Ton
Ore
5,
Target Produksi/Hari 705.75 Ton

Target Produksi/Jam 518.70 Ton


Sequence waste Target produksi/Bulan 178, Ton
7 160.31
44,
Target Produksi/Minggu 540.08 Ton
7,
Target Produksi/Hari 126.41 Ton

Target Produksi/Jam 647.86 Ton


152,
Target produksi/Bulan 793.75 Ton
38,
Target Produksi/Minggu 198.44 Ton
Ore
6,
Target Produksi/Hari 111.75 Ton

Target Produksi/Jam 555.61 Ton


Sequence 277,
8 Target produksi/Bulan 366.15 Ton
69,
Target Produksi/Minggu 341.54 Ton
waste
11,
Target Produksi/Hari 094.65 Ton
1,
Target Produksi/Jam 008.60 Ton
Ore 159,
Target produksi/Bulan 246.25 Ton
39,
Target Produksi/Minggu 811.56 Ton
Target Produksi/Hari 6, Ton
369.85
Target Produksi/Jam 579.08 Ton
239,
Target produksi/Bulan 407.83 Ton
59,
Target Produksi/Minggu 851.96 Ton
waste
9,
Target Produksi/Hari 576.31 Ton

Sequence Target Produksi/Jam 870.57 Ton


9 145,
Target produksi/Bulan 435.00 Ton
48,
Target Produksi/Minggu 478.33 Ton
Ore
5,
Target Produksi/Hari 817.40 Ton

Target Produksi/Jam 528.85 Ton


Sequence 110,
10 Target produksi/Bulan 618.71 Ton
27,
Target Produksi/Minggu 654.68 Ton
waste
4,
Target Produksi/Hari 424.75 Ton

Target Produksi/Jam 402.25 Ton


Ore Target produksi/Bulan 147, Ton
610.00
36,
Target Produksi/Minggu 902.50 Ton
5,
Target Produksi/Hari 904.40 Ton

Target Produksi/Jam 536.76 Ton

4.4 Geometri Jalan


Analisis perencanaan geometri jalan yang mengahasilkan infrastruktur yang
aman harus memaksimalkan rasio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan.Ruang,
yang meliputi beberapa hal yaitu, panjang  jalan angkut, suprelevasi, dan kemiringan.
Untuk itu perlu dilakukan penentuan profil jalan terlebih dahulu. Adapun hasil profil
jalan pada PT. IFSU JAYA sebagai berikut:
4.4.1 Profil Jalan Angkut dari Pit ke Disposal
Tabel 4.1.1 Profil Jalan Angkut dari Pit Ke Disposal
Elevasi
Panjang
Segmen Awal Keterangan
(m) Akhir (m)
(m)
A B 118 290 315 Mendaki
B C 215 315 325 Mendaki
C D 160 325 330 Mendaki

4.4.2 Profil Jalan Angkut dari Pit ke Stockpile


Tabel 4.4.2 Profil Jalan Angkut dari Pit ke Stockpile
Elevasi
Panjang
Segmen Awal Keterangan
(m) Akhir (m)
(m)
A B 340 265 240 Menurun
B C 244 240 195 Menurun
C D 487 195 125 Menurun
D E 374 125 20 Menurun
4.4.3 Profil Jalan Angkut dari Stockpile ke Jetty
Tabel 4.4.3 Profil Jalan Angkut dari Stockpile ke Jetty
Elevasi
Panjang
Segmen Awal Akhir Keterangan
(m)
(m) (m)
A B 82 20 15 Menurun
B C 123 15 1 Menurun
C D 122 1 1 mendatar

4.5 Rimpul Alat Angkut yang digunakan


Rimpull yaitu besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan
oleh mesin kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh
permukaan jalur jalan. Perhitungan rimpull dilakukan yaitu alat angkut dump truck
HINO 51826. Tenaga yang dibutuhkan dan kecepatan dump truck yang tersedia pada
setiap gigi, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Rimpull dan kecepatan alat agkut yang tersedia
DATA DUMP TRUCK
MODEL/SERIES :
Berat DT (GVW) = 18 ton
Daya (Horse Power) DT = 260 HP
meni
Waktu Membongkar Muatan = 0.3 t
Rimpull
Gear -1 = 12,637 lb
Gear -2 = 8,806 lb
Gear -3 = 6,550 lb
Gear -4 = 4,768 lb
Gear -5 = 3,548 lb
Gear -6 = 2,481 lb
Gear -7 = 1,845 lb
Gear -8 = 1,343 lb
Gear -9 = 1,000 lb

4.6 Waktu Tempuh Alat Angkut


4.6.1 Waktu Tempuh Alat Angkut dari Pit Ke Disposal

Waktu tempuh alat angkut diperoleh dari total kecepatan tempuh masing-
masing segmen. Kecepatan tempuh diperoleh dari gear yang digunakan pada setiap
segment. Dari hasil perhitungan, waktu tempuh alat angkut pada saat hauling (kondisi
bermuatan) dipeoleh selama 1.20 menit. Waktu tempuh alat angkut pada saat
hauling dapat dilihat pada tabel 4.6.1berikut.

Tabel 4.6.1 Waktu tempuh waktu alat saat hauling

Waktu per
Panjang Kecepatan Kecepatan Kecepatan
Segmen segmen
(m) (mph) (km/jam) (m/menit)
(menit)
A B 118       0.22
B C 215 385.47 620.21 10,336.89 0.63
C D 160 517.97 833.41 13,890.20 0.34

Hasil perhitungan waktu tempuh alat angkut pada saat return (kondisi kosong)
diperoleh selama 0,22 menit waktu tempuh alat angkut pada saat return dapat dilihat
pada tabel 4.6.1 berikut.

Tabel 4.6.1 Waktu tempuh alat angkut pada saat return

Waktu per
Panjang Kecepatan Kecepatan
Segmen segmen
(m) (km/jam) (m/menit)
(menit)
D C 160 257.44 4,290.67 0.07
C B 215 345.94 5,765.58 0.10
B A 118 189.86 3,164.37 0.05

4.6.2 Waktu Tempuh Alat Angkut dari Pit Ke Stockpile

Waktu tempuh alat angkut diperoleh dari total kecepatan tempuh masing-
masing segmen. Kecepatan tempuh diperoleh dari gear yang digunakan pada setiap
segment. Dari hasil perhitungan, Waktu tempuh alat angkut pada saat hauling dapat
dilihat pada tabel 4.6.2 berikut.
Tabel 4.6.2 Waktu Tempuh angkut saat Hauling

Kecepata Kecepata Waktu per


Panjan Kecepata
Segmen n n segmen
g (m) n (mph)
(km/jam) (m/menit) (menit)
A B 340 243.75 392.19 6,536.56 0.15
B C 244 339.65 546.50 9,108.32 0.11
C D 487 170.17 273.81 4,563.51 0.22
D E 374 221.59 356.54 5,942.33 0.17

Hasil perhitungan waktu tempuh alat angkut pada saat return (kondisi
kosong) diperoleh selama 5.07 menit waktu tempuh alat angkut pada saat return
dapat dilihat pada tabel 4.6.2 berikut.

Tabel 4.6.1 Waktu tempuh alat angkut pada saat return

Waktu per
Panjan Kecepatan Kecepatan Kecepatan
Segmen segmen
g (m) (mph) (km/jam) (m/menit)
(menit)

E D 374 221.59 356.54 5,942.33 2.13


D C 487 170.17 273.81 4,563.51 1.44
C B 244 339.65 546.50 9,108.32 0.97
B A 340 243.75 392.19 6,536.56 0.54

4.6.3 Waktu Tempuh Alat Angkut dari Stockpile ke Jetty

Waktu tempuh alat angkut diperoleh dari total kecepatan tempuh masing-
masing segmen. Kecepatan tempuh diperoleh dari gear yang digunakan pada setiap
segment. Dari hasil perhitungan, Waktu tempuh alat angkut pada saat hauling dapat
dilihat pada tabel 4.6.3 berikut

Tabel 4.6.3 Waktu Tempuh Alat Angkut Saat Hauling

Panjang Kecepat Kecepatan Kecepatan Waktu


Segmen
(m) an (km/jam) (m/menit) per
(mph) segmen
A B 82 1,010.67 1,626.17 27,102.82 0.04
B C 123 673.78 1,084.11 18,068.55 0.06
C D 122 679.30 1,093.00 18,216.65 0.10

Hasil perhitungan waktu tempuh alat angkut pada saat return (kondisi
kosong) diperoleh selama 0.55 menit waktu tempuh alat angkut pada saat return
dapat dilihat pada tabel 4.6.2 berikut.

Waktu
Panjang Kecepata Kecepatan Kecepatan per
Segmen
(m) n (mph) (km/jam) (m/menit) segmen
(menit)
D C 122 679.30 1,093.00 18,216.65 0.05
C B 123 673.78 1,084.11 18,068.55 0.36
B A 82 1,010.67 1,626.17 27,102.82 0.13

4.7 Teori Antrian dari Pit ke Disposal

4.7.1 Waktu pelayanan

Tingkat pelayanan (µ) merupakan jumlah rata-rata dump truck yang


dilayani persatuan waktu. Pada antrian putaran dalam 1 siklus dibagi menjadi 4 tahap
yang masing-masing tahap punya tingkat pelayanan. Adapun hasil perhitungan
tingkat pelayanan dump truck dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7.1 Tingkat Pelayanan


Waktu Tingkat
Tahap
Pelayanan Pelayanan
(menit) (µ)
1 (µ1) 1.667 0.600
2 (µ2) 0.22 4.508
3 (µ3) 0.51 1.961
4 (µ4) 2.01 0.497
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa rata-rata tingkat pelayanan
dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap pemuatan yaitu 1.667 menit, rata-rata
tingkat pelayanan dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap pengangkutan
material menuju ke disposal yaitu 0.22 menit, rata-rata tingkat pelayanan dump truck
tiap satuan waktu yaitu pada tahap pembongkaran material yaitu 0,51 menit, serta
rata-rata tingkat pelayanan dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap kembali
kosong menuju pit yaitu 2.01 menit.

4.7.2 Probabilitas keadaan antrian

Untuk jumlah keadaan antrian dimana alat gali muat melayani alat angkut sebanyak 5
unit yaitu sebanyak 56 kemungkinan, yang artinya ada 56 bentuk atau cara keadaan
sistem alat angkut pada saat mengantri. Perhitungan probabilitas keadaan sistem
antrian dapat dilihat pada Lampiran. Berdasarkan Lampiran dimana apabila yang
mengantri di tahap satu sebanyak 5 unit jadi untuk tahap 2, 3 dan 4 tidak ada dump
truck yang mengantri. Untuk jumlah dump truck yang berada di tahap 1 ada 4 unit
maka di mungkinkan bahwa jumlah dump truck yang berada di tahap 2, 3 dan 4 ada 1
unit dan seterusnya sehingga diperoleh banyaknya peluang kemungkinan terjadinya
antrian putaran dari distribusi 5 unit dump truck pada kasus 4 tahap yaitu sebanyak 56
kemungkinan. Dimana dasar dari ketentuan jumlah probabilitas-probabilitas sama
dengan 1 yaitu probabilitas keadaaan (5,0,0,0).

4.7.3 Tingkat penggunaan dump truck dan jumlah dump truck pada tahap 1
dan tahap 3

Adapun hasil perhitungan tingkat penggunaan dump truck ηn dan jumlah dump
truck yang terlayani pada tahap 1 dan tahap 3 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7.3 Hasil perhitungan tahap 1 dan tahap 3

Waktu Pelayanan Tingkat Pelayanan


Tahap
(menit) (µ)
1 (µ1) 1.667 0.600
2 (µ2) 0.22 4.508
3 (µ3) 0.51 1.961
4 (µ4) 2.01 0.497

4.7.4 Jumlah dump truck yang antri dan waktu tunggu pada tahap 1 dan 3

Adapun jumlah dump truck yang antri ( Lq 1) dan waktu tunggu (W q 1 ) pada tahap
1 dan tahap 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7.4 Hasil perhitungan Truck Yang antri tahap 1 dan tahap 3
Tahap 1 Tahap 3
Lq1 (unit) Wq1 (menit) Lq3 (unit) Wq3 (menit)
0.251302 3.979 5.278149 0.189

4.7.5 Analisis Waktu Edar (cycle time) dan Produktivitas Berdasarkan Teori
Antrian

Hasil perhitungan nilai waktu edar dan tingkat kedatangan dump truck dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7.5 Waktu edar berdasarkan teori antrian

Tingkat Wq1 Wq2 Total CT


Tahap 1/ µ (menit)
Pelayanan (Menit) (Menit) (Menit)
1 (µ1) 1.950 0.513 3.979 0.189 8.875
2 (µ2) 4.508 0.222
3 (µ3) 0.51 1.961
4 (µ4) 0.497 2.011

4.7.6 Analisis Produktivitas Alat Angkut


Hasil perhitungan produktivitas alat angkut dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.7.6 Produktivitas Alat Angkut

No Uraian Nilai Satuan


1 Kapasitas bucket excavator 3,255 ton
2 Faktor pengisian 80 %
Jumlah pengisian excavator
3 5 kali
ke dumptruck
4 Efisiensi 80 %
5 Jumlah Truck (K) 5 unit
Produktivitas DT Ton/
jam
67.336
Ton/
Produktivitas seluruh DT 336.68 jam

4.8 Teori Antrian dari Pit ke Stockpile

4.8.1 Waktu pelayanan

Tingkat pelayanan (µ) merupakan jumlah rata-rata dump truck yang


dilayani persatuan waktu. Pada antrian putaran dalam 1 siklus dibagi menjadi 4 tahap
yang masing-masing tahap punya tingkat pelayanan. Adapun hasil perhitungan
tingkat pelayanan dump truck dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8.1 Tingkat Pelayanan

Waktu Pelayanan Tingkat Pelayanan


Tahap
(menit) (µ)
1 (µ1) 1.667 0.600
2 (µ2) 0.65 1.538
3 (µ3) 0.51 1.961
4 (µ4) 5.07 0.197
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa rata-rata tingkat pelayanan
dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap pemuatan yaitu 1.667 menit, rata-rata
tingkat pelayanan dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap pengangkutan
material menuju ke stockpile yaitu 0.65 menit, rata-rata tingkat pelayanan dump truck
tiap satuan waktu yaitu pada tahap pembongkaran material yaitu 0,51 menit, serta
rata-rata tingkat pelayanan dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap kembali
kosong menuju pit yaitu 5.07 menit.

4.8.2 Probabilitas keadaan antrian

Untuk jumlah keadaan antrian dimana alat gali muat melayani alat angkut
sebanyak 5 unit yaitu sebanyak 56 kemungkinan, yang artinya ada 56 bentuk atau
cara keadaan sistem alat angkut pada saat mengantri. Perhitungan probabilitas
keadaan sistem antrian dapat dilihat pada Lampiran. Berdasarkan Lampiran dimana
apabila yang mengantri di tahap satu sebanyak 5 unit jadi untuk tahap 2, 3 dan 4 tidak
ada dump truck yang mengantri. Untuk jumlah dump truck yang berada di tahap 1
ada 4 unit maka di mungkinkan bahwa jumlah dump truck yang berada di tahap 2, 3
dan 4 ada 1 unit dan seterusnya sehingga diperoleh banyaknya peluang kemungkinan
terjadinya antrian putaran dari distribusi 5 unit dump truck pada kasus 4 tahap yaitu
sebanyak 56 kemungkinan. Dimana dasar dari ketentuan jumlah probabilitas-
probabilitas sama dengan 1 yaitu probabilitas keadaaan (5,0,0,0).

4.8.3 Probabilitas keadaan antrian

Adapun hasil perhitungan tingkat penggunaan dump truck ηn dan jumlah dump
truck yang terlayani pada tahap 1 dan tahap 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8.3 Hasil perhitungan tahap 1 dan tahap 3

Tahap 1 Tahap 3
η1 η1µ1 η3 η3µ3 (unit/menit)
(unit/menit)
0.816 0.490 0.250 0.490

4.8.4 Jumlah dump truck yang antri dan waktu tunggu pada tahap 1 dan 3

Adapun jumlah dump truck yang antri ( Lq 1) dan waktu tunggu (W q 1 ) pada tahap
1 dan tahap 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8.4 Hasil perhitungan Truck Yang antri tahap 1 dan tahap 3
Tahap 1 Tahap 3
Lq1 (unit) Wq1 (menit) Lq3 (unit) Wq3 (menit)
0.458513 2.181 7.555844 0.132

4.8.5 Analisis Waktu Edar (cycle time) dan Produktivitas Berdasarkan Teori
Antrian

Hasil perhitungan nilai waktu edar dan tingkat kedatangan dump truck dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8.5 Waktu edar berdasarkan teori antrian

Tingkat Wq1 Wq2 Total CT


Tahap 1/ µ (menit)
Pelayanan (Menit) (Menit) (Menit)
1 (µ1) 1.950 0.513 2.181 0.132 10.509
2 (µ2) 1.538 0.650
3 (µ3) 0.51 1.961
4 (µ4) 0.197 5.072

4.8.6 Analisis Produktivitas Alat Angkut

Hasil perhitungan produktivitas alat angkut dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.8.6 Produktivitas Alat Angkut

No Uraian Nilai Satuan


1 Kapasitas bucket excavator 3,255 ton
2 Faktor pengisian 80 %
Jumlah pengisian excavator ke
3 5 kali
dumptruck
4 Efisiensi 80 %
5 Jumlah Truck (K) 5 unit

56.869 Ton/jam
Produktivitas DT

Produktivitas seluruh DT 284.3468 Ton/jam

4.9 Teori Antrian dari Stockpile ke Jetty

4.9.1 Waktu pelayanan

Tingkat pelayanan (µ) merupakan jumlah rata-rata dump truck yang


dilayani persatuan waktu. Pada antrian putaran dalam 1 siklus dibagi menjadi 4 tahap
yang masing-masing tahap punya tingkat pelayanan. Adapun hasil perhitungan
tingkat pelayanan dump truck dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9.1 Tingkat Pelayanan


Waktu Pelayanan Tingkat Pelayanan
Tahap
(menit) (µ)
1 (µ1) 1.950 0.513
2 (µ2) 0.19 5.167
3 (µ3) 0.51 1.961
4 (µ4) 0.55 1.824

4.9.2 Probabilitas keadaan antrian

Untuk jumlah keadaan antrian dimana alat gali muat melayani alat angkut
sebanyak 5 unit yaitu sebanyak 56 kemungkinan, yang artinya ada 56 bentuk atau
cara keadaan sistem alat angkut pada saat mengantri. Perhitungan probabilitas
keadaan sistem antrian dapat dilihat pada Lampiran. Berdasarkan Lampiran dimana
apabila yang mengantri di tahap satu sebanyak 5 unit jadi untuk tahap 2, 3 dan 4 tidak
ada dump truck yang mengantri. Untuk jumlah dump truck yang berada di tahap 1
ada 4 unit maka di mungkinkan bahwa jumlah dump truck yang berada di tahap 2, 3
dan 4 ada 1 unit dan seterusnya sehingga diperoleh banyaknya peluang kemungkinan
terjadinya antrian putaran dari distribusi 5 unit dump truck pada kasus 4 tahap yaitu
sebanyak 56 kemungkinan. Dimana dasar dari ketentuan jumlah probabilitas-
probabilitas sama dengan 1 yaitu probabilitas keadaaan (5,0,0,0).

4.9.3 Probabilitas keadaan antrian

Adapun hasil perhitungan tingkat penggunaan dump truck ηn dan jumlah dump
truck yang terlayani pada tahap 1 dan tahap 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9.3 Hasil perhitungan tahap 1 dan tahap 3

Tahap 1 Tahap 3
η1 η1µ1 η3 η3µ3 (unit/menit)
(unit/menit)
0.997 0.511 0.261 0.511

4.9.4 Jumlah dump truck yang antri dan waktu tunggu pada tahap 1 dan 3

Adapun jumlah dump truck yang antri ( Lq 1) dan waktu tunggu (W q 1 ) pada tahap
1 dan tahap 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9.4 Hasil perhitungan Truck Yang antri tahap 1 dan tahap 3
Tahap 1 Tahap 3
Lq1 (unit) Wq1 (menit) Lq3 (unit) Wq3 (menit)
0.156254 6.400 5.743317 0.174
4.9.5 Analisis Waktu Edar (cycle time) dan Produktivitas Berdasarkan Teori
Antrian

Hasil perhitungan nilai waktu edar dan tingkat kedatangan dump truck dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9.5 Waktu edar berdasarkan teori antrian

Wq1 Wq2 Total


Tingkat 1/ µ
Tahap (Menit) (Menit) CT
Pelayanan (menit) (Menit)
1 (µ1) 1.950 0.513 6.400 0.174 9.789
2 (µ2) 5.167 0.194
3 (µ3) 0.51 1.961
4 (µ4) 1.824 0.548

4.9.6 Analisis Produktivitas Alat Angkut

Hasil perhitungan produktivitas alat angkut dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.9.6 Produktivitas Alat Angkut

No Uraian Nilai Satuan


1 Kapasitas bucket excavator 3,255 ton
2 Faktor pengisian 80 %
Jumlah pengisian excavator
3 5 kali
ke dumptruck
4 Efisiensi 80 %
5 Jumlah Truck (K) 5 unit

57.456 Ton/
Produktivitas DT
jam

287.28243 Ton/
Produktivitas seluruh
jam
DT
4.10 Analisis Kebutuhan Alat Pengupasan Overburden dan Waste

4.10.1 Produktivitas Alat

Hasil perhitungan produktivitas alat angkut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10.1 Produktivitas Alat

Jenis Alat Merk Produktivitas Produktivitas Produktivitas


Alat Alat Alat Alat
(ton/jam) (ton/hari) (ton/bulan)
Alat Gali Excavator 132.598 132.598 26519.59
Muat Komatsu
PC-300
SE-7
Alat Gusur

4.10.2 Kebutuhan Alat Per-Sequence

Hasil perhitungan kebutuhan alat angkut per-squence dapat dilihat pada tabel
berikut.

Sequence Target Produktivitas (Ton/Jam) Kebutuhan (Unit


Produksi Alat Gali Alat Gusur Alat Gali Alat Gusur
(Bulan) Muat Muat
Sequence 1 300.9 132.598 3
Sequence 2 202.86 132.598 2
Sequence 3 138.88 132.598 2
Sequence 4 255.98 132.598 2
Sequence 5 291.87 132.598 3
Sequence 6 406.11 132.598 4
Sequence 7 647.86 132.598 5
Sequence 8 1,008.60 132.598 8
Sequence 9 870.57 132.598 7
Sequence
402.25 132.598 4
10
4.11 Analisis Kebutuhan Alat Setting Disposal
Material OB/Waste Produktivitas Alat

4.11.1 Produktivitas Alat

Hasil perhitungan produktivitas alat angkut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10.1 Produktivitas Alat

Jenis Alat Merk Produktivitas Produktivitas Produktivitas


Alat Alat Alat Alat
(ton/jam) (ton/hari) (ton/bulan)
Alat Gali Excavator 132.598 132.598 26519.59
Muat Komatsu
PC-300
SE-7
Alat Gusur

4.10.2 Kebutuhan Alat Per-Sequence

Hasil perhitungan kebutuhan alat angkut per-squence dapat dilihat pada tabel
berikut.

Sequence Target Produktivitas (Ton/Jam) Kebutuhan (Unit


Produksi Alat Gali Alat Gusur Alat Gali Alat Gusur
(Bulan) Muat Muat
Sequence 1 300.9 132.598 3
Sequence 2 202.86 132.598 2
Sequence 3 138.88 132.598 2
Sequence 4 255.98 132.598 2
Sequence 5 291.87 132.598 3
Sequence 6 406.11 132.598 4
Sequence 7 647.86 132.598 5
Sequence 8 1,008.60 132.598 8
Sequence 9 870.57 132.598 7
Sequence
402.25 132.598 4
10
4.12 Analisis Kebutuhan Alat Setting Stockpile Material Ore

4.12.1 Produktivitas Alat

Hasil perhitungan produktivitas alat angkut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10.1 Produktivitas Alat

Jenis Alat Merk Produktivitas Produktivitas Produktivitas


Alat Alat Alat Alat
(ton/jam) (ton/hari) (ton/bulan)
Alat Gali Komatsu 132.598
Muat HD255-5 1060.784 26519.59

4.12.2 Kebutuhan Alat Per-Sequence

Hasil perhitungan kebutuhan alat angkut per-squence dapat dilihat pada tabel
berikut.

Sequence Target Produktivitas Kebutuhan


Produksi (Ton/Jam) (Unit)
(Bulan)
Sequence 1 540.85 132.598 5
Sequence 2 894.91 132.598 6
Sequence 3 542.7 132.598 5
Sequence 4 534 132.598 5
Sequence 5 540.32 132.598 5
Sequence 6 518.7 132.598 5
Sequence 7 555.61 132.598 5
Sequence 8 579.08 132.598 5
Sequence 9 528.85 132.598 4
Sequence 10 536.76 132.598 5

4.13 Analisis Kebutuhan Alat Setting Jetty Material Ore

4.13.1 Produktivitas Alat

Hasil perhitungan produktivitas alat angkut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.13.1 Produktivitas Alat

Jenis Alat Merk Produktivitas Produktivitas Produktivitas


Alat Alat Alat Alat
(ton/jam) (ton/hari) (ton/bulan)
Alat Gali Komatsu 132.598
Muat HD255-5 1060.784 26519.59

4.12.2 Kebutuhan Alat Per-Sequence

Hasil perhitungan kebutuhan alat angkut per-squence dapat dilihat pada tabel
berikut.

Sequence Target Produktivitas Kebutuhan


Produksi (Ton/Jam) (Unit)
(Bulan)
Sequence 1 540.85 132.598 5
Sequence 2 894.91 132.598 6
Sequence 3 542.7 132.598 5
Sequence 4 534 132.598 5
Sequence 5 540.32 132.598 5
Sequence 6 518.7 132.598 5
Sequence 7 555.61 132.598 5
Sequence 8 579.08 132.598 5
Sequence 9 528.85 132.598 4
Sequence
536.76 132.598 5
10

4.12.3 Total Kebutuhan Alat

Hasil perhitungan kebutuhan alat angkut per-squence dapat dilihat pada tabel
berikut.

Sequen hauling DT dari


ore ob
ce stokpile KE JETTY
    hauling
hha
DT dari
EXCA PC uling DT dari pit
DT pit KE
300 ORE ke stokpile Oob disposal
GETTI GETTI
  NG   NG    
LODING
EXCA EXCA
POIN EXC
PC 300 PC 300
PENGISI D A
KP DT AN EXCA PC 300
T PC
300
Sequen 574.564
4 5 8 3 5 2
ce 1 85
Sequen 1149.12
6 6 12 2 5 2
ce 2 97
Sequen 574.564
4 5 8 2 5 2
ce 3 85
Sequen 574.564
4 5 8 2 5 2
ce 4 85
Sequen 574.564
4 5 8 3 5 2
ce 5 85
Sequen 574.564 1
4 5 8 4 4
ce 6 85 0
Sequen 574.564 1
4 5 8 5 4
ce 7 85 0
Sequen 574.564 2
4 5 8 8 8
ce 8 85 0
Sequen 574.564 1
4 4 8 7 6
ce 9 85 5
             
Sequen
574.564 1
ce 10 4 5 8 4 4
85 0

4.13 Analisis Produktivitas Pengangkutan Menggunakan Teori Antrian

Hasil perhitungan produktivitas alat angkut per-squence dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.13 Produktivitas Alat per-squence

Sequence 1
Hauling Stockpile -
4 10 114912.97
Ore Jetty

Sequence 2

    Jumlah Alat Produktivitas


Alat Gali Alat
Kegiatan Lokasi (Ton/Bulan)
Muat Angkut
Hauling Pit -
2 5 67336
OB/Waste Disposal
Hauling Pit -
8 20 310265.02
Ore Stockpile
Hauling Stockpile
8 20 229825.94
Ore - Jetty

Sequence 3

    Jumlah Alat Produktivitas


Alat Gali Alat
Kegiatan Lokasi (Ton/Bulan)
Muat Angkut
Hauling Pit -
2 5 67336
OB/Waste Disposal
Hauling Pit -
4 10 155132.51
Ore Stockpile
Hauling Stockpile
4 10 114912.97
Ore - Jetty

Sequence 4

    Jumlah Alat Produktivitas


Alat Gali Alat
Kegiatan Lokasi (Ton/Bulan)
Muat Angkut
Hauling Pit -
2 5 67336
OB/Waste Disposal
Hauling Pit -
4 10 155132.51
Ore Stockpile
Hauling Stockpile
4 10 114912.97
Ore - Jetty

Sequence 5

    Jumlah Alat Produktivitas


Alat Gali Alat
Kegiatan Lokasi (Ton/Bulan)
Muat Angkut
Hauling Pit -
2 5 67336
OB/Waste Disposal
Hauling Pit -
4 10 155132.51
Ore Stockpile
Hauling Stockpile
4 10 114912.97
Ore - Jetty

Sequence 6

    Jumlah Alat Produktivitas


Alat Gali Alat
Kegiatan Lokasi (Ton/Bulan)
Muat Angkut
Hauling Pit -
4 10 134672
OB/Waste Disposal
Hauling Pit -
4 10 155132.51
Ore Stockpile
Hauling Stockpile
4 10 114912.97
Ore - Jetty

Sequence 7

    Jumlah Alat Produktivitas


Alat Gali Alat
Kegiatan Lokasi (Ton/Bulan)
Muat Angkut
Hauling Pit -
4 10 134672
OB/Waste Disposal
Hauling Pit -
4 10 155132.51
Ore Stockpile
Hauling Stockpile
4 10 114912.97
Ore - Jetty

Sequence 8

    Jumlah Alat Produktivitas


Alat Gali Alat
Kegiatan Lokasi (Ton/Bulan)
Muat Angkut
Hauling Pit -
8 20 269344
OB/Waste Disposal
Hauling Pit -
4 10 155132.51
Ore Stockpile
Hauling Stockpile
4 10 114912.97
Ore - Jetty

Sequence 9

    Jumlah Alat Produktivitas


Alat Gali Alat
Kegiatan Lokasi (Ton/Bulan)
Muat Angkut
Hauling Pit -
6 15 202008
OB/Waste Disposal
Hauling Pit -
4 10 155132.51
Ore Stockpile
Hauling Stockpile
4 10 114912.97
Ore - Jetty

Sequence 10

    Jumlah Alat Produktivitas


Alat Gali Alat
Kegiatan Lokasi (Ton/Bulan)
Muat Angkut
Hauling Pit -
4 10 134672
OB/Waste Disposal
Hauling Pit -
4 10 155132.51
Ore Stockpile
Hauling Stockpile
4 10 114912.97
Ore - Jetty

4.14 Analisis Produktivitas Pengangkutan Menggunakan Software Runge


Talpac

Hasil perhitungan produktivitas alat angkut per-squence dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4.14 Analisis Pengangkutan Menggunakan Software Runge Talpac

    Jumlah Alat

Kegiatan Lokasi Alat Gali Muat

Hauling
Pit - Disposal 2
OB/Waste
Hauling
Pit - Stockpile 4
Ore
Hauling
Stockpile - Jetty 4
Ore

4.15 Perbandingan Produktivitas Pengangkutan Menggunakan Teori Antrian


&

Menggunakan Software Runge Talpac

Tabel 4.15 Perbandingan teori antrian dan Runge Talpac


Teori Software Runge Talpac
Antrian
Jumlah Alat Produktivitas Jumlah Alat
Kegiatan Lokasi Alat Alat (Ton/Bulan) Kegiatan Lokasi Alat Alat Produktivitas
Gali Gali
Muat Angk Mua Angk (Ton/Bulan)
ut t ut
Hauling Pit - Hauling Pit -
OB/Waste Dispos 2 5 90,903.60 OB/ Dispos 2 5 71855
al Waste al
Hauling Pit - Hauling Pit -
Ore Stockpi 4 10 155132.51 Ore Stockpi 4 10 143710
le le
Hauling Stockpi Hauling Stockpi
le le
Ore 4 10 114912.97 Ore 4 10 143710
- Jetty - Jetty

Berdasarkan data tersebut Dt yang di gunakan untuk satu loading poin pengisian
adalah 5 unit dengan exca 2 unit untuk pengisian dan pembongkaran. Kapasitas
produksi mengguanakan teori antrian yaitu 67336 ton/bulan dan untuk kapasitas
produksi menggunakan talpac yaitu 71855 ton/ bulan. Target produksi setiap
bulannya disesuaikan dengan cara menambahkan loading poin pengisian agar
tercapai nya target produksi perbulan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah :


1. Peralatan tambang merupakan suatu hal yang paling penting dalam melakukan
penambangan, dalam perhitungannya kebutuhan alat penambangan tersebut
akan menjadi patokan utama dalam mencapai target produksi yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
2. Alat berat merupakan peralatan mesin berdesain besar yang berguna untuk
melaksanakan fungsi-fungsi kegiatan konstruksi seperti pengerjaan galian
tanah, konstruksi gedung, konstruksi jalan, dan pertambangan . Yang dimana
alat berat ini terbagi menjadi tiga yaitu excavator, wheel loader, dan dump truck.
3. Waktu edar (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan oleh alat untuk
menghasilkan daur kerja. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka
produksinya semakin tinggi.
4. Efesiensi kerja adalah Penilaian terhadapa pelaksanaan suatu pekerjaan atau
merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan
waktu yang tersedia.
5. Rimpull (RP) adalah besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat
diberikan mesin atau suatu alat pada permukaan roda atau ban penggeraknya
yang menyentuh permukaan jalur jalan. Teori antrian adalah teori yang
menyangkut studi matematis dari antian atau baris penungguan . Tujuan
penggunaan teori antrian adalah untuk merancang fasilitas pelayanan, dalam
mengatasi permintaan pelayanan yang berfluktuasi secara random dan
menjaga keseimbangan antara biaya (waktu menganggur) pelayanan dan
biaya (waktu) yang diperlukan selama antrian.
6. TALPAC merupakan suatu software sirnulasi komputer yang digunakan
untuk memperkirakan produktivitas dan ke-ekonomisan sistem
pengangkutan dari truck dan loader yang diterapkan di lapangan.

5.2 Saran

Saran kami agar perlengkapan lab di perbanyak dan diperlengkap lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Andi K .,dkk (2019). Pengaruh Geometri Jalan Sebelum Dan Setelah Perbaikan Jalan
Terhadap Produktivitas Dan Konsumsi Bahan Bakar Serta Rasio Bahan
Bakar. Jurnal Pertambangan.

Anggun Putri Dwi H .,dkk (2021). Optimasi Alat Gali Muat Dan Alat Angkut
Menggunakan Metode Teori Antrian Dan Kapasitas Produksi Pada
Kegiatan Coal Di Pit Natural Artha Resource.

Hidayatullah S .,dkk (2019). Penilaian Kelayakan Ekonomi Investasi Peralatan


Tambang Menggunakan Metode Incremental Cost (Studi Kasus:
Excavator Doosan DX 340 LC-5).

I Ketut A .,dkk (2021). Optimasi Kombinasi Alat Berat Pada Proyek Pembangunan
Gedung RSUD Sanjiwani Gianyar. Jurnal Spektran.

Nurnilam O .,dkk (2020). Analisis Produktivitas Alat Gali Muat Dan Alat Angkut
Pada Pengupasan Lapisan Tanah Penutup (Overburden).

Sabar S .,dkk (2020). Kajian Teknis Kebutuhan Alat Gali-Muat Dan Alat Angkut
Pada Tambang Batu Andesit PT. Rangga Eka Pratama, Kabupaten
Dompu. Jurnal Ulul Albab.

Yonal F .,dkk (2017). Estimasi Kebutuhan Peralatan Tambang Batubara Untuk


Mencapai Target Produksi Pada Tahun 2017 PT. Partner Resource
Indonesia Jobsite Sungai Lilin, Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Bina
Tambang.

Anda mungkin juga menyukai