Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pekerjaan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

permukaan tanah, serta di atas permukaan air.

Jalan mempunyai peranan yang penting dalam bidang sosial, ekonomi,

politik, strategi/militer dan kebudayaan. Sehingga keadaan jalan dan jaringan-

jaringan jalan bisa dijadikan barometer tentang tingginya kebudayaan dan

kemajuan ekonomi suatu bangsa.Mengingat kondisi sarana jalan yang ada saat ini

banyak kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor alam maupun faktor manusia

dalam hal ini kendaraan,sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan guna

memenuhi kebutuhan lalu lintas yang lebih tinggi.

Desa Talang Babat-Jumantan yang termasuk Kawasan Kecamatan Muara

Sabak Barat berada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Di kawasan ini terdapat

lahan potensial yang cukup luas untuk dikembangkan di bidang agribisnis maupun

agroindustri. Jenis komoditas yang potensial untuk dikembangkan dikawasan ini

yaitu karet dan kelapa sawit.

Kegiatan Peningkatan Jalan Talang Babat-Jumantan yang dilaksanakan

oleh PT. SINAR UTAMA INDAH LESTARI ABADIselaku pemenang tender

pekerjaan tersebut. Sumber dana pekerjaaan tersebut diperoleh dari Dana Alokasi

Khusus (DAK) Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015 yang berjumlah Rp

1
2

5.331.325.000,-(Lima Milyar Tiga Ratus Tiga Puluh Satu Juta Tiga Ratus Dua

Puluh Lima Ribu Rupiah). Panjang ruas jalan yang dikerjakan sepanjang 2,5 km

dengan lebar jalan 4 m dan 4,5 m.

1.2 Tujuan Pekerjaan

Tujuan Pekerjaan ini adalah untuk melancarkan sarana dan prasarana agar

menunjang perekonomian masyarakat disekitar Desa Talang Babat-Jumantan

Kecamatan Muara Sabak Barat, mengingat akses jalan tersebut digunakan untuk

keluar masuk mobil dan truk pengangkut hasil panen karet dan kelapa sawit.

Maka dalam pelaksana pekerjaan peningkatan jalan sangat mengutamakan faktor

keamanan dan kekuatan perkerasan jalan dengan harus memperhatikan kualitas

material yang digunakan, agregat kelas B dan A sebagai lapis pondasi, asphalt

concrete - binder course (AC-BC) sebagai lapis aus.

1.3 Maksud Kerja Praktek

Maksud dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah untuk memenuhi

persyaratan kurikulum Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Batanghari Jambi. Selain itu Kerja Praktek di lapangan juga

dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan pelaksanaan pembuatan jalan di

lapangan, khususnya pekerjaan jalan dengan metode perkerasan lentur didaerah

Desa Talang Babat-Jumantan Kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung

Jabung Timur.
3

1.4 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah :

1. Untuk menambah ilmu dan pengalaman bagi Mahasiswa Teknik Sipil

sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja dibidang pembangunan jalan

aspal.

2. Untuk mengetahui pengelolaan dan pengorganisasian suatu Manajemen

Proyek Konstruksi.

3. Untuk mengetahui tata cara pekerjaan lapis perkerasan jalan.

1.5 Metodologi Kerja Praktek

Dalam Pelaksanaannya, metodologi kerja praktek yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Literatur

Penyusun memanfaatkan literatur-literatur yang berkaitan dengan tema

pelaksanaan kerja praktek lapangan. Dalam bentuk buku, laporan dan

mengambil data dari media internet.

2. Studi Lapangan

Penyusun datang langsung kelapangan/lokasi proyek untuk mengamati,

mengambil data,dan mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan dilokasi

pengerjaan proyek tersebut.


4

3. Wawancara

Untuk lebih memperjelas prosedur kegiatan yang dilakukan dilokasi

proyek, penyusun melakukan wawancara langsung dengan pengawas

lapangan, pekerja, serta kontraktor yang berada dilokasi proyek.

1.6 Batasan Masalah

Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis mengamati pekerjaan perkerasan

jalan yang berlangsung selama 3 bulan. Oleh karena keterbatasan waktu tersebut,

maka dalam penulisan laporan kerja praktek ini tidak semua proses pekerjaan

dapat ditinjau secara keseluruhan. Adapun kandungan isi laporan kerja praktek ini

dibatasi sejauh yang dapat diamati dan dipelajari selama mengikuti Kegiatan

Kerja Praktek ini yaitu meliputi pekerjaanPeningkatan Jalan Desa Talang Babat-

Jumantan :

1. Perkerasan pondasi agregat kelas B dan A.

2. Perkerasan aspal (AC-BC).

Dalam laporan kerja praktek ini penulis memfokuskan pada pelaksanaan

pekerjaan yang dilaksanakan pada waktu kerja praktek. Pelaksanaan Pekerjaan

Peningkatan Jalan Desa Talang Babat-Jumantan Kecamatan Muara Sabak Barat

Kabupaten Tanjung Jabung Timur.


BAB II

MANAJEMEN PROYEK

2.1 TinjauanUmum

Kemajuan dalam kegiatan industri pada beberapa aspek memerlukan

manajemen atau pengelolaan yang dituntut memiliki kinerja, kecermatan,

keekonomisan, keterpaduan, kecepatan, ketepatan, ketelitian serta keamanan yang

tinggi dalam rangka mendapatkan hasil akhir yang sesuai harapan.

Manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin

organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam mencapai

tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien. Manajemen bertujuan mendapatkan

metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang

terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal ketepatan, kecepatan, penghematan,

dan keselamatan kerja secara komprehensif.

Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan,

cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai

sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapat hasil yang optimal dalam

hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja.

Proyek gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material,

peralatan dan modal atau biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi

sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.

Dari semua uraian di atas, dapat diartikan bahwa manajemen proyek

adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang

5
6

terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan

yang telah ditentukan agar mendapat hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya,

mutu dan waktu, serta keselamatan kerja.

Masing-masing proyek biasanya mempunyai karakteristik tersendiri dalam

hal kegiatan yang dilakukan, tujuan dan sasaran, serta produk akhir, yang dalam

hal ini proyek yang bergerak dibidang konstruksi.

Pada proyek konstruksi, kegiatan utamanya adalah studi kelayakan, design

engineering, pengadaan dan konstruksi, hasilnya berupa pembangunan jembatan,

gedung, pelabuhan, jalan raya dan sebagainya, yang biasanya menyerap

kebutuhan sumber daya yang besar serta dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.

(Abrar Husen, 2008)

Unsur-unsur manajemen :

1. Perencanaan, kegiatan perencanaan meliputi perumusan persyaratan dari

bangunan yang akan dibangun, termasuk gambar-gambar rencana lengkap.

2. Pengorganisasian, berupa kegiatan dan penyusunan organisasi yang akan

melaksanakan pembangunan, termasuk mengatur hubungan kerja antara

unsur-unsur organisasi yang antara lain terdiri dari : Pemilik Proyek,

Konsultan Perencanaan, Konsultan Pengawas dan Kontraktor Pelaksana.

3. Pelaksanaan, kegiatan pelaksanaan meliputi pelaksanaan pekerjaan di

lapangan dalam rangka mewujudkan bangunan yang direncanakan.

4. Pengendalian,kegiatan pengendalian pekerjaan dilapangan agar tidak

terjadi penyimpangan pekerjaan, dimana dalam pengawasan bisa dibuat

laporan-laporan yang menerangkan tentang kemajuan pekerjaan.


7

2.2 Struktur Organisasi Pelaksanaan Proyek

Organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam pencapaian tujuan dengan

mengatur dan mengorganisasi sumber daya, tenaga kerja, material, peralatan dan

modal secara efektif dan efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai

kebutuhan proyek. (Abrar Husen, 2008).

Agar proses pelaksanaan pembangunan proyek dapat berlangsung dengan

baik, dibutuhkan suatu wadah dalam bentuk struktur organisasi. Struktur ini akan

menggambarkan hubungan formal, tetapi tidak melukiskan hubungan informal

yang umumnya timbul bila ada interaksi sosial. Biasanya, struktur organisasi

formal akan menunjukkan hal-hal berikut :

a. Macam pokok-pokok kegiatan organisasi.

b. Pembagian menjadi kelompok atau sub-sistem.

c. Adanya hierarki, wewenang, dan tanggung jawab bagi kelompok dan

pimpinan.

d. Pengaturan kerjasama, jalur pelaporan, dan komunikasi, meliputi jalur

vertikal dan horizontal. (Imam Soeharto,1995)

Suatu proyek adalah kegiatan terorganisir, menggunakan sumber-sumber

yang dijalankan selama jangka waktu tertentu/terbatas yang mempunyai titik awal

saat dimulai dan titik akhir saat selesai. Adapun pihak-pihak yang ikut serta dalam

struktur organisasi pelaksanaan proyek ini terdiri atas Pemilik Proyek, Konsultan

Perencana, Konsultan Pengawas, dan Kontraktor Pelaksana.


8

2.2.1 Pemilik Proyek

Pemilik Proyek adalah seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana,

memberi tugas pada seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan

pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan hasil proyek sesuai sasaran dan tujuan

yang ditetapkan. (Abrar Husen, 2008)

Pada proyek Pembangunan Jalan ini yang berkedudukan sebagai Pemilik

Proyek adalah Pemkab Tanjung Jabung Timur melalui Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang beralamat Jalan Pangeran Diponegoro

Komplek Perkotaan Pemda Bukit Menderang Muara Sabak, sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran adalah Bidang Bina Marga melalui bapak Risdiyansah,

sebagai Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yaitu bapak A. Gunawan, ST.

Hak dan kewajiban Pemilik Proyek, (Wulfram I. Ervianto, 2008).

Hak Pemilik Proyek adalah :

1. Meminta laporan-laporan secara priodik mengenai pelaksanaan pekerjaan

yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.

2. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan

caramemberitahukan secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana jika telah

terjadi hal-hal diluar kontrak yang ditetapkan.

3. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor

Pelaksana atau Penyedia Jasa.

4. Menerima hasil pekerjaan yang telah selesai sesuai kontrak kerja dari

Kontraktor Pelaksana.

5. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan.


9

Kewajiban Pemilik Proyek adalah :

1. Menunjuk penyedia jasa yaitu Konsultan dan Kontraktor.

2. Memberi fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh

Penyedia Jasa untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan

kontrak.

3. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak

yang telah ditetapkan kepada Penyedia Jasa.

4. Mengesahkan penyerahan pekerjaan.

5. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan.

6. Mengeluarkan semua perintah kepada Kontraktor.

7. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing

Kontraktor.

KPA.BINA MARGA

PPK BINA MARGA

PUMK PELAKSANA TEKNIK PELAKSANA ADMINISTRASI

PELAKSANA KORLAP PELAKSANA

Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Pemilik Proyek


Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab.Tanjung Jabung Timur
10

2.2.2 Konsultan Perencana

Konsultan Perencana adalah seseorang atau perusahaan yang memiliki

keahlian dan pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi, seperti

perencanaan arsitektur, perencanaan struktur, perencanaan mekanikal dan

elektrikal dan lain sebagainya. (Abrar Husen, 2008).

Konsultan Perencana proyek ini adalahCV. Cazero Teknik Konsultant

Hak dan kewajiban Konsultan Perencana, (Wulfram I. Ervianto, 2008).

Hak Konsultan Perencana adalah :

1. Menerima pembayaran untuk perencanaan pekerjaan sesuai dengan harga

yang telah ditentukan dalam kontrak

2. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana

bangunan yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana

3. Menentukan spesifikasi material yang akan dipakai sesuai dengan

persyaratan konstruksi yang digunakan

4. Merencanakan setiap rencana perubahan dari rencana semula.

Kewajiban Konsultan Perencana adalah :

1. Melakukan survei lapangan

2. Membuat perhitungan perencanaan

3. Membuat gambar perencanaan proyek secara keseluruhan yang meliputi

gambar struktur, dan metode pekerjaan dengan mempertimbangkan segi

kekuatan, keamanan, keindahan dan faktor ekonomis.

4. Membuat estimasi biaya pelaksanaan proyek.

5. Bertindak sebagai penasehat teknis bagi Pemilik Proyek.


11

2.2.3 Konsultan Pengawas

Konsultan Pengawas adalah seseorang atau perusahaan yang memiliki

keahlian dan pengalaman dalam pengawasan proyek. (Abrar Husen, 2008).

Pada proyek ini Konsultan Pengawas pembangunan adalah PT. PERAMA

CITA CONSULTANT, yang beralamat di Jln. Adityawarman Lrg. Taman Arum

RT.16 NO. 52 Kel. Thehok.

Hak dan kewajiban Konsultan Pengawas, (Abrar Husen, 2008).

HakKonsultan Pengawas adalah

1. Menerima pembayaran untuk pengawasan pekerjaan sesuai dengan harga

yang telah ditentukan dalam kontrak.

2. Menolak detail pekerjaan pelaksanaan yang tidakmemenuhi syarat.

3. Menolak bahan atau peralatan Kontraktor yang tidak memenuhi syarat.

4. Menolak personil Kontraktor yang dinilai menghambat dalam pelaksanaan

pekerjaan.

5. Memerintahkan pemeriksaan khusus terhadap bagian pekerjaan yang

meragukan kwalitasnya dengan biaya Kontraktor.

6. Menghentikansementarapekerjaankontraktorbilaterdapatpenyimpangan-

penyimpangan dari kontrak, spesifikasi dan peraturan yang berlaku.

7. Memperingatkan Kontraktor Pelaksana secara lisan dan tertulis mengenai

kelalaiannya dalam memenuhi persyaratan sesuai dengan dokumen

kontrak.

8. Mengkoordinasi,mengarahkan serta mengontrol pelaksanaan proyek yang

menyangkut aspek mutu, waktu dan biaya selaku penasehat pemberi tugas.
12

Kewajiban Konsultan Pengawas adalah :

1. Melakukan pengawasan secara periodik untuk melihat kemajuan-

kemajuan dan kualitas pekerjaan di lapangan.

2. Membuat laporan harian, mingguan dan bulanan tentang prestasi kerja

yang telah dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana kepada Pemilik

Proyek, yang nantinya menjadi dasar pembuatan berita acara pemeriksaan

kemajuan pekerjaan untuk dilakukan pembayaran.

3. Apabila terdapat permasalahan di lapangan maka Konsultan Pengawas

dapat mencarikan solusi atau pemecahan masalah di lapangan.

Ricky Syafril, ST
Supervision Engineer

Adm/Oprtr Komputer
Nurul

Alfi Fauzan, ST Yoga Guswara


CI/Quantity Engineer Operator Komputer

Alex Hilsin
Inspector

Gambar 2.2 : StrukturOrganisasi Konsultan Pengawas


Sumber : PT. PERAMA CITA CONSULTANT
2.2.4 Kontraktor Pelaksana

Kontraktor Pelaksana adalah seseorang atau perusahaan yang dipilih dan

disetujui untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi yang direncanakan sesuai


13

dengan keinginan Pemilik Proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap

pembangunan fisik proyek. Biasanya penentuan Kontrakor Pelaksana dilakukan

melalui lelang atau tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan

negosiasi penawaran harga. (Abrar Husen, 2008).

Pada proyek pembangunanjalan ini yang bertindak sebagai Kontraktor

Pelaksana adalah PT. SINAR UTAMA INDAH LESTARI ABADI.

Hak dan kewajiban Kontraktor Pelaksana, (Abrar Husen, 2008).

Hak Kontraktor Pelaksana adalah :

1. Menerima pembayaran dari Pemilik Proyek untuk pelaksanaan pekerjaan

sesuai dengan harga yang telah ditentukan dalam kontrak.

2. Menerima fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari

PemilikProyek untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai dokumen

kontrak.

3. Meminta kepada Pemilik Proyek untuk pengunduran waktu penyelesaian

pembangunan dengan memberikan penjelasan yang logis dan sesuai

dengan kenyataan di lapangan yang memerlukan tambahan waktu.

Kewajiban Kontraktor Pelaksana adalah :

1. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara priodik kepada Pemilik Proyek

yakni laporan pekerjaan harian, mingguan dan bulanan yang diketahui

oleh Konsultan Pengawas.

2. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal

pelaksanaan pekerjaan yang telah ditentukan dalam kontrak.


14

3. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan

penuh tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-

bahan peralatan, angkutan dari lapangan, dan segala pekerjaan permanen

maupun sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan, penyelesaian

dan perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam kontrak.

4. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan

pelaksanaan yang dilakukan Pemilik Proyek.

5. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan

yang telah ditetapkan dalam kontrak.

6. Mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi

lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan

kepada masyarakat akibat kegiatan Pemilik Proyek.

7. Mengindahkan petunjuk, teguran dan perintah tertulis dari Konsultan

Pengawas.
Direktur
HENDRI

Highway Engineer
UJANG ISKANDAR

Quantity Engineer Inspector Quality Engineer


FETTY Z, ST. SANTOSO MIAN GAZALI

Administrasi Surveyor Drafman


RITA ANDRIYANI CANDRA IRAWAN MARJABAN

Gambar 2.3 : Struktur organisasi Kontraktor


Sumber : PT. SINAR UTAMA INDAH LESTARI ABADI
15

2.3 Hubungan Kerja

Hubungan kerja adalah hubungan dalam pelaksanaan pekerjaan antara

unsur-unsur pelaksana pembangunan. Hubungan tersebut harus jelas dan tegas

sehingga unsur-unsur yang berperan dapat membatasi tugas dan wewenang

masing-masing.Semua pihak dalam melaksanakan pekerjaan harus mengikuti atau

berpedoman pada ketentuan dan persyaratan yang ada serta peraturan dari

pemerintah agar tujuan pembangunan tercapai.

Hubungan kerja antara unsur-unsur pengelola Proyek Pembangunan Jalan

dapat dilihat pada Gambar 2.4. berikut ini.

PEMILIK PROYEK

KONTRAK KONTRAK
PENGGUNA JASA
JASA BANGUNAN
BIAYA BIAYA
PENYEDIA JASA

PERSYARATAN TEKNIS
KONSULTAN KONTRAKTOR
REALISASI

PERATURAN PELAKSANAAN

Gambar 2.4:Hubungan kerja unsur-unsur pelaksana pembangunan


Sumber : Wulfram I.Ervianto, 2005

a. Konsultan dengan Pemilik Proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Konsultan

memberikan layanan konsultasi dimana produk yang dihasilkan berupa

gambar-gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat, sedangkan

Pemilik Proyek memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan oleh

Konsultan.
16

b. Kontraktor dengan Pemilik Proyek, ikatan berdasarkan kontrak.

Kontraktor memberikan layanan jasa profesionalnya berupa bangunan

sebagai realisasi dari keinginan Pemilik Proyek yang telah dituangkan

kedalam gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat oleh Konsultan,

sedangkan Pemilik Proyek memberikan biaya jasa profesional kontraktor.

c. Konsultan dengan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan.

Konsultan memberikan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat,

kemudian Kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan.

2.4 Jenis dan Proses Pelelangan

Sebelum masuk ketahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah

menyiapkan dokumen lelang termasuk di dalamnya seluruh kriteria dan

persyaratan yang lengkap dan jelas, dokumen kontrak hasil pelelangan, konsep

prosedur kerja dan koordinasi terhadap pihak-pihak yang terlibat.

Dalam jenis-jenis pelelangan yang dapat dilakukan untuk penentuan

Kontraktor dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang

dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media

massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga

masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi

dapat mengikutinya.

2. Pelelangan terbatas dapat dilaksanakan apabila dalam hal jumlah penyedia

barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas, yaitu untuk

pekerjaan yang kompleks, dengan cara mengumumkan secara luas melalui


17

media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan

penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi

kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi

kualifikasi.

3. Pemilihan langsung yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan

dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-

kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus

prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta

harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk

penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet. Pemilihan

langsung dapat dilaksanakan manakala metoda pelelangan umum atau

pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan.

4. Penunjukan Langsung metoda ini dapat dilaksanakan dalam keadaan

tertentu dan keadaan khusus terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa.

Pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilangsungkan dengan cara

melakukan negosiasi, baik teknis maupun biaya, sehingga diperoleh harga

yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan Perpres No. 70 tahun 2012 tentang Jasa Kontruksi

menyebutkan bahwa apabila nilai kontrak di bawah Rp. 5.000.000.000,00- (Lima

Milyar Rupiah) maka dapat dilakukan penunjukan langsung. Sedangkan untuk

nilai kontrak di atas Rp. 5.000.000.000,00- (Lima Milyar Rupiah) harus

dilakukan dengan tender,sehingga padakegiatan pembangunan jalan ini

menggunakan jenis Pelelangan Umum.


18

Pelelangan umum atau terbuka, pelelangan ini dilakukan secara terbuka

dan dapat diikuti oleh secara luas namun mempunyai kualifikasi lingkup bidang

usaha, kemampuan yang sesuai dipersyaratkan. Biasanya pengumuman lelang

dilakukan melalui Media Massa serta pengumuman resmi oleh Pemilik Proyek di

instansinya. Pemenang dipilih berdasarkan tingkat kompetitif penawaran harga

terendah. (Abrar Husen, 2008)

Pelelangan Umum dengan prakualifikasi, pelelangan terbatas atau seleksi

umum dilakukan dengan ketetapan waktu sebagai berikut. (Perpres No.70, 2012)

a. Penayangan pengumuman prakualifikasi paling kurang 7 (tujuh) hari kerja.

b. Pendaftaran dan pengambilan dokumen kualifikasi dimulai sejak tanggal

pengumuman sampai dengan 1 (satu) hari kerja sebelum batas akhir

pemasukan dokumen kualifikasi.

c. Batas akhir pemasukan dokumen kualifikasi paling kurang 3 (tiga) hari

kerja setelah berakhirnya penayangan pengumuman kualifikasi.

d. Masa sanggah terhadap hasil kualifikasi dilakukan selama 5 (lima) hari

kerja setelah pengumuman hasil kualifikasi dan tidak ada sanggahan

banding.

e. Undangan lelang/seleksi kepada peserta yang lulus kualifikasi

disampaikan 1 (satu) hari kerja setelah selesainya masalah sanggah.

f. Pengambilan dokumen pemilihan dilakukan sejak dikeluarkannya

undangan lelang/seleksi sampai dengan 1 (satu) hari kerja sebelum batas

akhir pemasukan dokumen penawaran.


19

g. Pemberian penjelasan dilaksanakan paling cepat 4 (empat) hari kerja sejak

tanggal undangan lelang/seleksi;

h. Pemasukan dokumen penawaran dimulai 1 (satu) hari kerja setelah

pemberian penjelasan sampai dengan paling kurang 7 (tujuh) hari kerja

setelah ditandatanganinya berita acara pemberian penjelasan;

i. Masa sanggah terhadap hasil lelang/seleksi selama 5 (lima) hari kerja

setelah pengumuman hasil lelang/seleksi dan masa sanggah banding

selama 5 (lima) hari kerja setelah menerima jawaban sanggahan;

j. Surat penunjukan penyedia barang/jasa (SPPBJ) diterbitkan paling lambat

6 (enam) hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang

lelang/seleksi apabila tidak ada sanggahan, atau setelah sanggahan dijawab

dalam hal tidak ada sanggahan banding;

k. Dalam hal sanggahan banding tidak diterima, Surat penunjukan penyedia

barang/jasa (SPPBJ) diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah

adanya jawaban sanggahan banding dari menteri/pimpinan lembaga/kepala

daerah/pimpinan institusi; dan

l. Kontrak ditandatangani paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah

diterbitkannya Surat penunjukan penyedia barang/jasa (SPPBJ).

2.5 Tenaga Kerja

Kunci sukses dari pelaksanaan proyek tidak luput dari kerjasama

Kontraktor Pelaksana dengan para tenaga kerja.Tenaga kerja dalam pelaksanaan

proyek ada beberapa bidang diantaranya dapat dilihat pada gambar 2.5 Struktur

tenaga kerja proyek konstruksi di bawah ini.


20

Site Manager

Site Engineer

Administrasi Logistik
Lapangan

Pelaksana

Mandor

Pekerja

Gambar 2.5 : Struktur tenaga kerja proyek konstruksi


Sumber : PT. Sinar Utama Indah Lestari Abadi

Unsur keselamatan kerja menjadi motto utama dalam bekerja, maka

disetiap pekerjaan ada badan usaha yang memakai jasa tenaga kerja harus

mengetahui, memberi tahu dan memberi fasilitas tentang keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja (K3) sehingga hak dari tenaga kerja terpenuhi dan mereka

bisa bekerja dengan lebih baik.Pada proyek ini pekerja merupakan pekerja

borongan yang sudah diatur sebelum pekerjaan dimulai.

2.6 Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan adalah suatu pembagian waktu yang terperinci dan

disesuaikan untuk masing-masing bagian pekerjaan, mulai dari bagian pekerjaan

permulaan sampai dengan pekerjaan akhir. Jadwal pelaksanaan ini berkaitan erat

dengan rencana di lapangan. Rencana di lapangan adalah suatu rencana perletakan

bangunan pembantu, bahan bangunan dan alat kerja dengan maksud agar seluruh
21

perkerjaan dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang direncanakan dan

pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.

Dalam pelaksanaan di lapangan Kontraktor Pelaksana harus membuat

jadwal pelaksanaan, yaitu rencana waktu pelaksanaan pekerjaan. Melakukan

pekerjaan dengan menggunakan jadwal pelaksanaandapat membantu diketahuinya

apakah pelaksanaan proyek berjalan lebih cepat, tepat waktu atau lebih lambat

dari yang direncanakan. Pada Proyek Pembangunan Jalan ini jenis jadwal

pelaksanaan yang digunakan adalah diagram batang dan s-curve.

2.6.1 Penyusunan Jadwal Pelaksanaan

Dalam penyusunan jadwal pelaksanaan ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan antara lain :

1. Situasi dan kondisi lapangan yang bertujuan untuk mengetahuihambatan

dan kemudahan yang akan ditemui pada saat pekerjaan di lapangan.

2. Jangka waktu yang disediakan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai

dengan perjanjian dan kemampuan tenagakerja.

3. Keadaan cuaca yang akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.

4. Macam dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.

2.6.2 Manfaat Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan,

antara lain :

1. Dengan menggunakan jadwal pelaksanaan, pemimpinpelaksana pekerjaan

dapat mengadakan koordinasi semua kegiatanyang ada dilapangan mulai


22

dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian bagian-

bagianpekerjaan.

2. Dengan menggunakan jadwal pelaksanaansebagai pedoman kerja,

terutama dalam kaitannya dengan batas waktu yang telah ditetapkan untuk

masing-masingpekerjaan.

3. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan untuk setiap bagian pekerjaan dapat

dinilai dengan ketetapan dengan perantara jadwal pelaksanaan dalam

hubungannya jangka waktu pelaksanaan.

4. Hasil pekerjaan dari masing-masing bagian pekerjaan perludievaluasi

berdasarkan jadwal pelaksanaan. Hasil evaluasidapatdigunakansebagai

pedoman untuk melaksanakan bagianpekerjaan yang sejenis.

Dalam pelaksanaanpekerjaan dilapangan, sering terjadi jadwal

pelaksanaan yang tidaksesuaidengankemajuanpekerjaanyangdihasilkan. Hal

inidisebabkankarena keadaan yang sulit dipastikan, misalnya:

1. Keadaan cuacayangtidakmemungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan.

2. Perubahan perencanaan karena permintaan Pemilik Proyek.

3. Material yang tidak tersedia

4. Kerusakan alat saat masa pelaksanaan di lapangan.


BAB III

METODE PELAKSANAAN LAPANGAN

3.1 Data Umum Kegiatan

Sebagai gambaran umum untuk proyek peningkatan Jalan Desa Talang

Babat-Jumantan adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan : Pembangunan Jalan Bidang Bina Marga


Dinas Pekerjaan Umum

2. Paket : Peningkatan Jalan Talang Babat-Jumantan

3. Nomor Kontrak : 55/SPK/BM/PU-TJJ/APBD/2015

4. Tanggal Kontrak : 28 Agustus 2015

5. Sumber Dana : APBD (DAK) KAB. TANJABTIM.

6. Nilai Kontrak : Rp. 5.331.324.000,-

7. Lokasi Proyek : Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

8. Waktu Pelaksanaan : 110 hari kalender (28 agustus s/d 15


Desember 2015)

9. Masa Pemeliharaan : 180 hari kalender

10. Kontraktor Pelaksana : PT. SINAR


: UTAMA INDAH LESTARI
ABADI
11. Konsultan Pengawas : PT. PERAMA CIPTA CONSULTANT

12. Data Jalan

1) Panjang Jalan : 2,5 Km

2) Lebar Jalan : 4 m dan 4,5 m

3) Tipe Jalan : 1/2 UD

23
24

4) Kelas fungsi Jalan : Lokal

5) Pekerjaan Tanah : Penyiapan Badan Jalan

6) Lapisan Perkerasam

- Lapisan Pondasi Atas : Agregat Kelas A

- Lapisan Pondasi Bawah : Agregat Kelas B

- Lap. Permukaan (Base Course) : AC-BC

3.2 Mobilisasi dan Demobilisasi

Mobilisasi terdiri dari pekerjaan dan pelaksanaan, termasuk, tapi tidak

terbatas pada kebutuhan-kebutuhan untuk mobilisasi personil, peralatan,

pemasokan, dan lainnya yang diperlukan ke lokasi pekerjaan. Mobilisasi dianggap

selesai bila kontraktor dapat melaksanakan dan diterima oleh konsultan mengenai

pemenuhan masing-masing persyaratan yang terkait yang disebutkan dalam

kontrak.

Mobilisasi alat sangat penting peranannya dalam mendukung pengendalian

waktu pelaksanaan suatu proyek. Keterlambatan memobilisasi alat, dapat

menyebabkan terhambatnya pelaksanaan pekerjaan, karena jadwal pengadaan alat

terkait erat dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Demobilisasi akan dianggap

selesai jika seluruh peralatan, bahan, personil, atau lainnya milik kontraktor telah

dikeluarkan dari lokasi pekerjaan, dan persyaratan-persyaratan penyelesaian

pekerjaan sebagaimana diatur dalam kontrak telah terpenuhi. Demobilisasi

mencakup penyiapan pengajuan yang diperlukan sebelum pengakhiran pekerja.


25

Tabel 3.1 : Daftar alat berat yang digunakan

NO PERALATAN JUMLAH ( UNIT )

1 Asphalt Finisher 1

2 Compressor 4000-6500 L/M 1

3 Dump Truck 3,5 TON 6

5 Generator Set 1

7 Motor Grader > 100 HP 1

8 Wheel Loader 1,0 - 1,6 M3 1

9 Tandem Roller 8 - 10 TON 1

10 Pneumatic Tire Roller 8 - 10 TON 1

11 Vibratory Roller 5 - 8 TON 1

12 Water Tanker 3000 - 4500 L 1

13 Stamper 1

14 Sprayer 1
Sumber : PT. SINAR UTAMA INDAH LESTARI ABADI

a. Pekerjaan Tanah

i. Galian

Pekerjaan galian pada proyek ini mencakup gajian bahu jalan, galian

pembongkaran dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama,

untuk pembentukan profil dan penampang badan jalan sesuai dengan spesifikasi.

Peralatan-peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Excavator, sebagai alat untuk menggali, memuat dan mengangkat

material.
26

b. Motor Grader, adalah alat besar yang dapat digunakan sebagai pembentuk

permukaan.

c. Dump Truck, adalah alat yang digunakan sebagai alat angkut jarak sedang

maupun jauh. Dalam hal ini Dump Truck digunakan untuk mengangkut

bahan hasil galian dan bahan pekerjaan jalan lainnya.

Langkah-langkah Pelaksanaan :

a. Penggalian dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi garis ketinggian atau

elevasi yang ditentukan atau disyaratkan dalam gambar. Penggalian

dilakukan dengan menggunakan alat berat excavator yang kemudian

dilanjutkan dengan motor grader. Penggalian mencakup pembuangan

tanah, batu, dan juga mencakup pembuangan seluruh bahan perkerasan

beraspal lama.

b. Hasil penggalian di angkat oleh excavator dan di teruskan ke dump truck

ii. Timbunan/Urugan

Pekerjaan timbunan/urugan merupakan pekerjaan menimbun tanah sesuai

dengan ketinggian yang telah ditentukan oleh gambar kerja dan membentuk suatu

bentuk permukaan yang di inginkan.

Langkah-langkah pelaksanaan :

a. Persiapan bahan/material timbunan dibawa dengan dump truck dan di

letakkan di atas penampang jalan yang telah di gali.

b. Bahan/material tersebut dihampar dengan motor grader kemudian

diratakan dan diatur menurut tinggi timbunan yang ditentukan.


27

c. Setelah diratakan, timbunan tersebut dipadatkan dengan Vibrator Roller

mulai dari tepi luar hingga ke arah sumbu jalan.

b. Perkerasan Berbutir

Perkerasan berbutir terdiri dari bahan agregat yang telah dipilih dan

disesuaikan dengan spesifikasi teknik. Pada proyek ini, perkerasan berbutir terdiri

dari :

a. Lapis pondasi agregat kelas A

b. Lapis pondasi agregat kelas B

Lapis pondasi agregat kelas A digunakan sebagai lapis pondasi atas (Base

Course) yaitu bagian lapis perkerasan yang terletak antara lapis permukaan

dengan lapis pondasi bawah.

A. Fungsi lapis pondasi atas adalah :

1. Bahan perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan

menyebarkan beban ke lapisan di bawahnnya.

2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.

3. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

4. Lapis pondasi agregat kelas B digunakan sebagai lapis pondasi bawah

(Subbase Course) yaitu lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi

atas dengan tanah dasar.

B. Fungsi lapis pondasi bawah :

1. Menyebarkan beban roda ke tanah dasar.

2. Lapis peresapan agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.


28

3. Lapisan partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan pondasi

atas.

C. Peralatan :

1. Dump Truck, digunakan untuk mengangkut agregat.

2. Motor Grader, motor grader digunakan untuk meratakan lapis pondasi.

3. Vibratory Roller, digunakan untuk memadatkan lapis pondasi.

D. Langkah-langkah Pelaksanaan :

Setelah permukaan tanah dasar diratakan menurut yang telah ditentukan

atau disyaratkan kemudian dipadatkan, maka lapis pondasi dihamparkan oleh

dump truck kemudian diratakan oleh motor grader, dan dipadatkan oleh vibratory

roller.

E. Tabel perhitungan tebal perkerasan

Tabel 3.2 Tebal Lapis Pondasi Atas

Sumber : Petunjuk Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode


Analisa Komponen, Departemen Pekerjaan Umum (1987)
29

Tabel 3.3 Tebal Lapis Permukaan

3.5 Prime Coat dan Take Coat

Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) adalah peleburan aspal cair yang

berviskositas rendah di atas lapisan pondasi yang belum beraspal. Lapis pondasi

harus benar memenuhi syarat yang ditentukan, baik ketinggian maupun

kepadatannya.

Setelah jalan dilapis oleh Prime Coat dan telah kering, kotoran-kotoran

dan debu harus dibersihkan.

1. Fungsi Prime Coat adalah :


30

1. Memperkuat lapisan pondasi dan melindungi gradasi dalam lapisan

perkerasan tersebut.

2. Memberikan ikatan antara lapisan pondasi dengan lapis permukaan.

3. Memberikan lapis kedap air pada permukaan pondasi.

2. Langkah-langkah Pelaksanaan :

1. Permukaan lapis pondasi dibersihkan.

2. Siram Prime Coat dengan alat asphalt distributor.

Lapis Perekat (Take Coat) adalah lapisan aspal cair di atas lapis

permukaan jalan yang masih beraspal sebelum lapis permukaan perkerasan yang

baru (dalam rangka perkuatan/Overlay) dihampar di atasnya. Fungsi Take Coat

adalah Pengikat antara aspal lama dengan aspal baru.

3. Pelaksanaan :

1. Permukaan aspal lama dibersihkan.

2. Siram Take Coat dengan asphalt distributor

3.6 Perkerasan Aspal

Yang dimaksud dengan campuran beraspal panas adalah campuran yang

terdiri dari kombinasi agregat yang dicampur dengan aspal. Pencampuran

dilakukan di unit produksi campuran beraspal (AMP) sedemikian rupa sehingga

permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan

agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan
31

mengerjakannya, maka kedua-keduanya dipanaskan masing-masing pada

temperatur tertentu.

Perencanaan campuran diperlukan untuk mendapatkan campuran yang

memenuhi spesifikasi. Proyek ini merupakan perkerasan lentur dimana perkerasan

yang dipakai yaitu Laston Lapis Permukaan Antara (AC-BC). Berdasarkan Job

Mix Formula (JMF), komposisi yang dipakai pada proyek ini adalah :

Tabel 3.4 : Komposisi Campuran Agregat

COLD BIN (DMF) HOT BIN (JMF)

Agg. Kasar : 33,04 % Hot Bin I : 20,81 %

Medium Agregat : 22,66 % Hot Bin II : 32,16 %

Abu Batu : 22,66 % Hot Bin III : 39,73%

Pasir : 14,15% Hot Bin IV : %

Filler (Semen) : 1,89 % Filler (Semen) : 1,89 %

Aspal : 5,60 % Aspal : 5,40 %

Aditif : 0,25 % dari K. Aspal

Jumlah : 100 % Jumlah : 100 %

Sumber : Balai Pengujian, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi


Setelah dihasilkan campuran aspal tersebut, dump truck disemprot dengan

sedikit air sabun dan minyak yang telah diencerkan kemudian campuran aspal

tersebut diangkut oleh dump truck. Dump truck diberi air sabun dan minyak agar

campuran tidak melekat ke bak dump truck.

3.6.1 Penyiapan Lapangan

a. Pemasangan di atas lapisan pondasi atas


32

1) Jika memasang aspal di atas pondasi atas, maka pondasi tersebut bentuk

dan profilnya harus sama benar dengan yang diperlukan untuk

penampang melintang dan dipadatkan sepenuhnya sampai mendapat

persetujuan Pengawas Lapangan.

2) Sebelum memasang aspal hotmix, pondasi lapangan tersebut harus

dilapisi dengan Prime Coat pada tingkat pemakaian ± 1,21/m2.

b. Pemasangan di atas satu permukaan aspal yang ada

1) Bilamana pemasangan tersebut sebagai satu lapis ulang terhadap satu

permukaan aspal yang ada setiap kerusakan pada permukaan perkerasan

yang ada, termasuk lubang-lubang, bagian amblas, pinggiran hancur dan

cacat permukaan lainnya harus dibetulkan dan diperbaiki sampai

disetujui Pengawas Lapangan.

2) Sebelum pemasangan aspal hotmix, permukaan yang ada harus kering

dan dibersihkan dari semua batu lepas dan bahan lain yang harus dibuang

dan akan dilabur dengan Take Coat yang di semprotkan pada tingkat

pemakaian ±0,35L/m2.

3.6.2 Penyebaran

1) Sebelum operasi pengerasan dimulai, asphalt finisher harus dipanaskan

dan campuran aspal harus dimasukkan/dituang ke dalam hopper.

2) Selama pengoperasian asphalt finisher, campuran aspal tersebut harus

disebarkan dan diturunkan sampai ketingkat, ketinggian dan bentuk


33

penampang melintang yang diperlukan di atas seluruh lebar perkerasan

yang sepantasnya. Pada proyek ini tebal penghamparan aspal yaitu 5 cm.

3) Asphalt finisher tersebut harus beroperasi pada satu kecepatan yang tidak

menimbulkan retak-retak pada permukaan, atau ketidakteraturan lainnya

dalam permukaan. Tingkat penyebaran harus sebagaimana yang disetujui

oleh Pengawas Lapangan memenuhi tebal rencana.

4) Campuran aspal tersebut dibantu disebarkan dengan sekop untuk

merapikan permukaan secara final.

3.6.3 Pemadatan

Pemadatan tahap pertama (break down rolling) dapat dilakukan setelah

agregat aspal yang telah dihamparkan temperaturnya turun antara 125ºC-145ºC.

Saat pemadatan pertama dilihat bagian penghamparan yang tidak rata atau

kekurangan aspal, jika ada maka aspal dapat ditambah dengan menggunakan

sekrop. Pemadatan tahap pertama dilakukan dengan tandem roller sebanyak 1

passing dengan kecepatan tidak boleh melebihi 4 km/jam.

Pemadatan tahap kedua (secondary rolling) dilaksanakan setelah

pemadatan tahap pertama selesai. Pemadatan tahap kedua dimulai pada

temperatur hamparan yang sudah digilas pada tahap pertama telah menurun antara

95ºC-125ºC. Penggilasan tahap kedua dengan TR, dengan kecepatan tidak boleh

melebihi 10 km/jam, sebanyak 16 passing. Untuk pemadatan pertama dan tujuan

dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan, dimulai pada bagian tepi dan

akhirnya ke bagian tengah.


34

Pemadatan tahap ketiga (finisher rolling) dilakukan setelah pemadatan

tahap kedua selesai. Temperatur hamparan > 90ºC. Penghamparan tahap ketiga

dilakukan dengan tandem roller sebanyak 2 passing dengan kecepatan tidak boleh

melebihi 4 km/jam.

Ketika pemadatan berlangsung roda alat gilas harus selalu basah agar tidak

terjadi lekatan antara aspal dengan kendaraan. Dalam hal ini yang perlu

diperhatikan adalah temperatur penggilasan yang kira-kira dapat menutup keadaan

cuaca, sebab harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan maka kekuatan yang

diinginkan.

Pada pelaksanaan pekerjaan lapisan AC-BC ini ada beberapa hal yang

perlu di kontrol yaitu :

1) Tebal penghamparan Aspal, ketebalan penghamparan 6 cm. Pemeriksaan

ketebalan pada saat dilakukan dengan cara menusuk-nusuk aspal segera

setelah penghamparan oleh asphalt finisher, dengan tongkat besi yang di

stel ujungnya 6 cm.

Kemiringan tranversal (kemiringan Melintang Jalan), kemiringan tranversal diatur

melalui alat penyetel yang berada pada bagian samping belakang asphalt finisher.
BAB IV

TINJAUAN KHUSUS PENGASPALAN JALAN DENGAN AC-BC


(Asphalt Concrete - Binder Course)

4.1 UMUM

Lapisan perkerasan Asphalt Concrete - Binder Course (AC-BC) adalah

bahagian perkerasan jalan yang terletak diatas lapisan perkerasan Kelas A dengan

lapisan yang terdiri dari campuran agregat dengan gradasi menerus dan aspal

dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan dalam kondisi panas pada

suhu tertentu.

Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC) digunakan pada jalan yang

akan menerima beban lalu lintas berat, daerah tanjakan, pertemuan jalan, juga

daerah-daerah yang nantinya menanggung beban roda kendaraan yang berat,

sebagaimana kita ketahui bahwa jalan Desa Talang Babat-Jumantan termasuk

diantara kriteria yang telah disebutkan :

Lapisan Binder Course berfungsi sebagai :

a. Bagian perkerasan yang menahan gaya vertikal beban lalu lintas.

b. Sebagai lapisan pendukung/landasan kerja lapis Surface Course.

c. Mendistribusikan beban lalu lintas kelapisan dibawahnya dalam hal ini

adalah Agregat Kelas A dan Agregat Kelas B.

Ketebalan Binder Course pada proyek peningkatan jalan Desa Talang

Babat-Jumantanini adalah 5 cm padat, dengan persent kepadatan yang ingin

dicapai 97 %.

35
36

Gambar 4.1 Spesifikasi Penyebaran Beban

4.2 Jenis–Jenis Campuran

Jenis campuran dan ketebalan harus seperti yang ditentukan pada gambar

rencana atau yang diperintahkan oleh direksi teknis.

a. Latasir (HRSS) kelas A dan B.

Campuran–campuran ini ditunjukkan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas

ringan, khususnya pada daerah dimana agregat kasar tidak tersedia. Pemilihan

kelas A atau B akan tergantung pada gradasi pasir yang digunakan. Campuran

latasir biasanya memerlukan penambahan filter agar memenuhi kebutuhan sifat-

sifat yang disaratkan.

b. Lataston (HRS).

Hot Rolled Sheet setara dengan lataston (spesifikasi Bina Marga

12/PT/B/2010) dan ditunjukkan untuk digunakan pada jalan-jalan yang memikul

beban lalu lintas ringan atau sedang. Hal-hal karakteristik yang paling penting

adalah keawetan, fleksibilitas dan ketahanan kelelahan yang tinggi, sedangkan


37

pertimbangan kekuatan hanya kepentingan kedua, asal batas-batas terendah dari

spesifikasi.

c. Laston ( AC )

Laston yang direncanakan menurut spesifikasi setara dengan laston

(Spesifikasi Bina Marga 13/PT/B/2010) yang digunakan untuk jalan-jalan lalu

lintas berat, tanjakan, pertemuan jalan dan daerah-daerah lainnya dimana

permukaan menanggung beban roda yang berat kadar bitumen campuran ini lebih

tinggi dari pada umumnya yang digunakan untuk aspal beton pada negara–negara

yang beriklim dingin, tetapi untuk menjamin tingkat keawetan dan ketahanan

kelelahan.

d. Asphalt Concrete - Binder Course (AC-BC)

Asphalt Concrete - Binder Course (AC-BC) adalah khusus diformulasikan

untuk meningkatkan keawetan dan ketahanan kelelahan. AC-BC adalah

menggunakan bahan campuran beton aspal. Campuran ini digunakan untuk

menghasilkan lapisan Base Course yang mampu meneruskan gaya-gaya dari

Surface Course secara lebih baik dibandingkan dengan Base Course yang tidak

menggunakan bahan perekat. Kadar aspal dalam campuran tersebut akan

meningkatkan kohesi sehingga akan meningkatkan stabilitas. Pada lapisan AC-BC

penggunaan kadar aspal yang rendah tidak membawa perubahan yang signipikan

terhadap aspek durabilitas akibat rendahnya oksidasi oleh udara hal ini karena

lapisan AC-BC berada di lapisan Surface Course yang relatif kadar air yang akan

mempersulit terjadinya oksidasi pada lapisan dibawahnya, sehingga aspek

durabilitasnya relatif lebih kecil.


38

Penting diketahui bahwa setiap penyimpangan dari spesifikasi yang telah

ditentukan, khususnya dalam kadar bitumen yang rendah memungkinkan tidak

berlakunya rancangan perkerasan dan memerlukan pelapisan ulang yang lebih

tebal.

4.3 Spesifikasi Campuran.

Untuk dapat memenuhi kualitas keseragaman jenis lapisan yang telah

dipilih dalam perencanaan perlu dibuat spesifikasi campuran yang menjadi dasar

pelaksanaan dilapangan. Dengan spesifikasi campuran diharapkan dapat diperoleh

sifat campuran yang memenuhi syarat teknis dan keawetan yang Spesifikasi

campuran berbeda-beda dipengaruhi oleh :

1. Perencanaan tebal perkerasan yang dipengaruhi oleh metode apa yang

dipergunakan

2. Ekspresi gradasi Agregat, yang dinyatakan dalam nomor saringan.

3. Kadar aspal yang umum dinyatakan dalam persentase terhadap berat

campuran keseluruhannya

4. Komposisi dari campuran, meliputi Agregat dengan gradasi sebagaimana

yang digunakan

5. Sifat campuran yang akan digunakan, dinyatakan dalam nilai stabilitas,

flow, VIM, VMA, dan tebal Film aspal.

4.4 Karakteristik Campuran

Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh campuran aspal beton

campuran panas adalah :


39

a. Stabilitas

b. Durabilitas (Keawetan/daya tahan)

c. Fleksibilitas (Kelenturan)

d. Skid Resistence (Tahanan Geser)

e. Workability (Kemudahan Pekerjaan)

f. Fatique Resistence (Ketahanan Kelelahan)

a. Stabilitas

Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan

menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti

gelombang alur ataupun bleeding kebutuhan akan stabilitas setingkat dengan

jumlah lalu lintas dan beban kendaraan yang akan memakai jalan tersebut. Jalan

dengan volume lalu lintas tinggi dan sebagian besar merupakan kendaraan berat

menuntut stabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan jalan dengan volume

lalu lintas yang hanya terdiri dari kendaraan penumpang saja.

Stabilitas yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan itu menjadi kaku dan

cepat mengalami retak, disamping itu karena volume antar agregat kurang,

mengakibatkan kadar aspal yang dibutuhkan rendah. Hal ini menghasilkan film

aspal tipis dan mengakibatkan ikatan aspal mudah lepas sehingga durabilitasnya

rendah.

Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir, penguncian antar pertikel

dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Dengan demikian stabilitas yang tinggi

dapat diperoleh dengan mengusahakan penggunaan.

a. Agregat dengan gradasi yang rapat (dense graded)


40

b. Agregat dengan permukaan yang kasar

c. Agregat yang berbentuk halus

d. Aspal dengan penetrasi rendah

e. Aspal dengan jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir

Agregat yang bergradasi baik, bergradasi rapat memberikan rongga antar

butiran agregat (Voids in mineral agregat=VMA) yang kecil. Keadaan ini

menghasilkan stabilitas yang tinggi, tetapi membutuhkan kadar aspal yang rendah

untuk mengikat agregat. VMA yang kecil mengakibatkan aspal yang dapat

menyelimuti agregat terbatas dan menghasilkan film aspal yang tipis . film aspal

yang tipis mudah lepas yang mengakibatkan lapis tidak lagi kedap air, oksidasi

mudah terjadi, dan lapisan perkerasan menjadi rusak. Pemakaian aspal yang

banyak mengakibatkan aspal dapat menyelimuti agregat dengan baik (karena

VMA kecil) dan juga menghasilkan rongga antar campuran (voids in mix = VIM)

yang kecil. Adanya beban lalu lintas yang menambah pemadatan lapisan

mengakibatkan lapisan aspal meleleh keluar yang dinamakan “ bleeding” .

b. Durabilitas (Keawetan/daya tahan)

Durabilitas diperlukan pada lapisan permukaan sehingga lapisan dapat

mampu menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu ataupun

keausan akibat gesekan kendaraan.

Faktor yang mempengaruhi durabilitas adalah :

1. Film aspal atau selimut aspal, Film yang tebal dapat menghasilkan lapis

aspal beton yang berdurabilitas tinggi, tetapi kemungkinan terjadinya

bleeding menjadi tinggi.


41

2. VIM kecil, sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk kedalam

campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi dan aspal menjadi

rapuh/getas.

3. VMA besar, sehingga film aspal dapat dibuat tebal jika VMA dan VIM

kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan terjadi bleeding besar, untuk

mencapai VMA yang besar, digunakan agregat bergradasi senjang.

c. Fleksibilitas (Kelenturan)

Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk

dapat megikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa

timbunannya dan perubahan volume.

Fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan :

1. Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA yang

besar.

2. Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi yang tinggi)

3. Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM kecil.

d. Skid Resistence (Ketahanan Geser)

Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkersaan sehingga

kendaraan tidak mengalami slip baik diwaktu hujan atau basah maupun diwaktu

kering. Kekesatan dinyatakan dengan koefisien gesek antar permukaan jalan dan

ban kendaraan.

Tahap geser tinggi jika :

1. Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tak terjadi bleeding.

2. Penggunaan agregat dengan permukaan kasar.


42

3. Penggunaan agregat berbentuk kubus.

4. Penggunaan agregat kasar yang cukup.

e. Workability (Kemudahan pekerjaan)

Yang dimaksud dengan kemudahan pekerjaan adalah mudahnya suatu

campuran untuk dihampar dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang

memenuhi kepadatan yang diharapkan.

Faktor yang mempengaruhi kemudahan dalam pekerjaan adalah :

1. Gradasi agregat, Agregat bergradasi baik lebih mudah dilaksanakan dari

pada agregat bergradasi lain.

2. Temperatur campuran, yang ikut mempengaruhi

3. Kekerasan bahan pengikat yang bersifat termoplastis

4. Kandungan bahan pengisi (Filter) yang tinggi menyebabkan pelaksanaan

lebih sukar.

f. Fatique Resistence (Ketahanan Kelelahan)

Ketahanan kelelahan adalah ketahanan dari lapis aspal beton dalam

menerima beban tanpa terjadinya kelelahan yang berupa alur (ruting) dan retak.

Faktor yang mempengaruhi ketahanan kelelahan adalah :

1. VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan

kelelahan yang lebih cepat.

2. VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis

perkerasan menjadi fleksibel.


43

4.5 Bahan dan persyaratannya.

Pada pekerjaan Asphalt Concrete - Binder Course (AC-BC) agregat yang

digunakan terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang merupakan agregat

kasar, untuk agregat halus terdiri dari salah satu atau lebih pasir alam.

Persyaratan bahannya yaitu :

1. Bahan lapisan resap pengikat

a. Bahan aspal untuk lapis resap pengikat harus dari jenis aspal semen AS-10

(yang lebih ekivalen aspal pen 80/100) atau jenis AC-20 (yang kurang

lebih ekivalen aspal pen 60/70) mematuhi AASHTO M226-80, dicairkan

dengan minyak tanah, perbandingan pemakaian minyak tanah pada

percobaan pertama harus dari 90 bagian minyak tanah per 100 bagian

aspal semen (80 pph-kurang lebih ekivalen dengan viskositas aspal cut

back hasil kilang jenis MC-30).

b. Agregat penutup untuk lapisan resap pengikat harus dari penyaringan

kerikil atau batu pecah, terbatas dari butiran-butiran lemah atau lunak,

bahan kohesi atau bahan organik.

Tabel4.1 : Takaran pemakaian lapisan perekat

Takaran pada permukaan Takaran pada


Jenis bahan baru atau pada permukaan permukaan yang
perekat yang sudah tua dan licin berpori, permukaan
(Ltr/M2) yang lapuk (Ltr/M2)
Cut back 25 pph 0,15 0,15 – 0,35
Aspal emulsi 0,20 0,20 – 0,50
Aspal emulsi encer
0,40 0,40 – 1,00
(1:1)
Sumber : Bina Marga Tahun 2010, Revisi 3
44

Tabel4.2 : Suhu penyemprotan

Jenis bahan pengikat Batas – batas suhu penyemprotan

Cut back 25 pph minyak tanah 110 lebih kurang 10’C

Cut back, 50 pph minyak tanah (jenis 70 lebih kurang 10’C


cut back MC 70)
Cut back, 75 pph minyak tanah (jenis 45 lebih kurang 10’C
cut back MC 30)
Cut back, 100 pph minyak tanah 30 lebih kurang 10’C

Cut back lebih dari 100 pph minyak Tidak di panaskan


tanah
Aspal emulsi atau aspal emulsi 20 lebih kurang 70’C
diencerkan
Sumber : Balai Pengujian, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi JAMBI

Tidak kurang dari 98% harus lolos saringan ASTM 9,5 mm dan tidak

lebih dari 2% harus lolos saringan ASTM 2, 36 mm (No, 8)

2. Bahan untuk lapis perekat.

a. Salah satu jenis aspal semen As-10 atau Ac-20 yang memenuhi AASHTO

226 80, direncanakan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 180

bagian aspal.

b. Aspal emulasi yang cepat waktu mengerasnya memenuhi ketentuan

AASHTO M140 atau M280 bisa juga dengan mengencerkan emulasi yang

komposisinya 1 bagian air bersih per 1 bagian emulasi (Tabel 1).

3. Agregat kasar untuk “ Campuran Aspal ”.


45

a. Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang diisyaratkan

seperti dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah.

Agregat yang digunakan harus memenuhi syarat table4.3 dan persen berat

yang lolos sebagai berikut :

Tabel4.3 : Persen berat yang lolos

Ukuran Saringan Persen Berat yang Lolos

Campuran Lapis
(mm) ASTM Campuran Normal
Perata
20 ¾ 100 100

12,7 ½ 30-100 95-100

9,5 3/8 0-55 50-100

4,75 #4 0-10 0-50

0,075 # 200 0-1 0-5

Sumber : Balai Pengujian, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi JAMBI


Dalam keadaan apapun, Agregat kasar yang kotor dan berdebu

mengandung partikel harus lolos ayakan No.200 lebih besar dari 1% tidak

lebih digunakan bahan-bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi

persyaratan bila dilakukan pencucian dengan alat pencuci yang memadai.

b. Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, kersa, awet, yang

bebas dari kotoran atau bahan yang tidak lebih dari 40 pada 500 putaran

seperti yang ditetapkan oleh AASHTO T-96. Bila diuji sebanyak 5 putaran

dengan penguji keausan dengan sodium silfat menurut AASHTO T-140

kehilangan berat badan pada agregat kasar tidak boleh besar dari 12%.
46

c. Bila diuji dengan pengujian-pengujian penyelaputan dan pengelupasan

(couting and stripping test) AASHTO T-182, agregat tersebut harus

memiliki luas yang terselaput tidak kurang dari 95%.

4. Agregat halus untuk campuran Aspal.

a. Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah

(Crusher Dust) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan

memenuhi persyaratan.

Abu-abu harus diproduksi melalui pemecahan batu yang bersih dan

tidak mengandung lempung atau lanau yang harus disimpan secara

terpisah dari pasir alam yang akan digunakan dalam campuran. Pembuatan

komponen abu batu dan pasir alam ke dalam mesin pencampur harus

dipisahkan melalui “Cold-bin feed” yang terpisah sehingga perbandingan

pasir terhadap abu batu dikendalikan.

Tabel4.4 : Jenis campuran

Ukuran Saringan Jenis Campuran

(mm) (ASTM) (AC-BC)


9,5 3/8 100

4,75 #4 90-100

2,36 #8 80-100

600 micron # 30 25-100

75 micron # 200 3-11


47

Sumber : Bina Marga Tahun 2010, Revisi 3

b. Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan

mengandung pertikel harus lolos ayakan 200 lebih besar 8% dan atau

mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut AASHTO T-176,

tidak boleh digunakan dalam campuran.

5. Bahan pengisi untuk campuran aspal (AASHTO M- 17).

a. Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu mineral non plastis lainnya dari

sumber yang sesuai dengan perjanjian kontrak.

b. Harus kering bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan

pengayakan bahan yang lolos saringan 75 micron tidak kurang dari 75%

beratnya.

c. Penggunaan kapur tohor sebagai bahan penguji dapat memperbaiki daya

tahan campuran, membantu penyeliputan dari pertikel agregat dan

membantu mencegah pengelupasan. Akan tetapi banyaknya variasi

kualitas dari sumber-sumber kapur dan kecenderungan dari kapur tersebut,

untuk membentuk gumpalan-gumpalan terbukti dapat menimbulkan

masalah sewaktu penakaran. Pengembangan kapur karena hidrasi dapat


48

menyebabkan keretakan campuran apabila kadar kapur tersebut terlalu

tinggi. Apabila kapur yang dipergunakan maka proporsi maksimum yang

diizinkan adalah 1% dari berat keseluruhan campuran Aspal.

6. Material aspal untuk campuran Aspal

Material aspal harus dari AC-10 aspal semen yang memenuhi persyaratan-

persyaratan dalam ASSTHO M-226-78. Tabel 2 untuk mencapai kekuatan

campuran yang ditetapkan, lebih cenderung digunakan aspal yang lebih

lemah AC-10.

Persyaratan Teknis yang ditentukan

1. Persyaratan sifat campuran

Campuran aspal harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam tabel

4.5

Tabel 4.5: Sifat campuran

Sifat campuran

Kadar bitumen efektif Maximum 5,5


Kadar penyerapan aspal Maximum 1,7
Kadar aspal total minimum (terhadap berat total Maximum 6,8
campuran)
Kadar rongga udara dari campuran pada (% Maximum 4
terhadap volume total campuran Maximum 6

Quotient marshall. Maximum 1,8


(AASHTO T-245 (Kg)) Maximum 5,0
Stabilitas marshall Maximum 750
(AASHTO T-245 (Kg)) Maximum -
Stabilitas marshall tersisa setelah perendaman 24
49

jam pada 60’C (% stabilitas semula) Maximum 75

Sumber : Bina Marga Tahun 2010, Revisi 3

a. Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada ampuran kerja

mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70% terhadap penetrasi aspal

sebelum pencampuran dan nilai duktilitas tidak kurang dari 40 cm bila

diperiksa dengan AASTHO T-50 dan T-5.

b. Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan AASTHO T-

164 setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstaksi mencapai 200 mm,

pertikal yang terkandung harus dipindah ke dalam suatu sentripugal.

2. Proporsi komponen Agregat.

a. Komponen-komponen Agregat campuran harus ditetapkan menurut

“Fraksi Rancangan” yang diisyaratkan, yang didefenisikan sebagai berikut:

 Fraksi Agregat Kasar : Persentase berat dari campuran keseluruhan dari

metrial yang tertahan pada sarigan 2,36 mm.

 Fraksi Agregat halus : Persentase berat dari campuran keseluruhan dari

material yang lolos saringan 2,36 mm tetap tertahan pada saringan.

 Fraksi bahan pengisi : Persentase berat dari campuran keseluruhan dari

metrial yang lolos saringan 75 micron.

b. Yang perlu diperhatikan bahwa rancangan tersebut pada umumnya tidak

sama dengan proporsi tekanan yang diperlukan untuk agregat kasar, pasir

dan bahan pengisi tambahan.


50

Dalam penetapan pencampuran yang benar/tepat dari beberapa agregat

yang ada dan bahan pengisi untuk menghasilkan fraksi rancangan yang diperlukan

maka gradasi dari masing-masing agregat yang ada dan bahan harus ditetapkan

dengan penyaringan basah untuk menjamin pengukuran yang teliti dari material

yang lolos 2,36 mm dan 75 micron.

Tabel 4.6 : Fraksi rancangan campuran

PERSENTASE BERAT TOTAL CAMPURAN ASPAL

Fraksi rancangan campuran AC-BC


Fraksi agregat kasar (CA) terhadap ayakan # 40 – 60
Fraksi agregat halus (FA) lolos #8, terhadap #200 26 – 49,5
Fraksi bahan pengisi (FF) lolos #200 4,5 – 7,5
Sumber : Bina Marga Tahun 2010, Revisi 3

Tabel 4.7 : Proporsi campuran nominal

Proporsi campuran nominal persen


Komponen Campuran berat total campuran aspal
AC-BC
Agregat kasar (CA) (saringan # 8) 50
Agregat halus (FA) (# 8 s/d #200) 50 – FF - b
bahan pengisi (FF) (# 200) 4,5
Total kadar aspal dalam campuran (b) 6,5
Total 100
Sumber : Bina Marga Tahun 2010, Revisi 3

3. Persyaratan Kepadatan.
51

a. Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan seperti yang ditentukan

dalam AASHTO T-166, harus tidak kurang dari 98% untuk jenis

campuran lainnya dari kerapatan uji yang dipadatkan di laboratorium dari

material dan dengan proporsi uang sama.

b. Pengambilan contoh material dan pemadatan dari benda uji harus masing-

masing sesuai dengan AASHTO T- 168 dan AASHTO T-245.

4.6 JMF (Job Mix Formula) untuk AC-BC di Lapangan

Tabel 4.8Nilai Agregat Halus (Pasir)

Macam
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
Bobot Isi Lepas 1,535
Bobot Isi Padat 1,644
Berat Jenis 2,474
Penyerapan 2,438
Sand Eqivalent ─

Tabel 4.9Nilai Agregat Kasar (1”)

Macam
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
Butiran Maksimum 1"
Berat Jenis 2,548
Bobot Isi Padat 1,571
Indek Kepipihan 1,72
Keausan ─
Penyerapan 2,07

Tabel 4.10Nilai Bahan Pengisi (Filler)

Macam Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


Berat Jenis 2,611
Bobot Isi 1,548
Kadar Air ─
52

Sumber : Balai Pengujian, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi JAMBI

Tabel 4.11Nilai Agregat Kasar (1/2”)

Macam
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
Butiran Maksimum 1/2"
Berat Jenis 2,548
Bobot Isi Padat 1,571
Indek Kepipihan 1,72
Keausan ─
Penyerapan 2,07

Tabel 4.12Nilai Asphalt

Macam
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
Penetrasi 60-70
Titik Lembek ─
Titik Nyala ─
Viscositas ─
Duktilitas ─
Berat Jenis 1,03

Dari hasil analisa, maka didapat perbandingan Agregat untuk campuran :

Agregat Kasar (1") 29%


Medium Agregat
27%
(1/2")
Bahan Pengisi 22%
Agregat Halus 22%
Asphalt 6,30%
53

Sumber : Balai Pengujian, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi JAMBI


4.7 Proses Pencampuran di AMP (Asphalt Mixing Plant)

Proses pencampuran aspal beton campuran panas yang dilakukan pada

temperatur sekitar 110 - 140 ºC sehingga siap dihampar dilokasi, dilakukan pada

alat pencampuran aspal panas yang umum dikenal sebagai AMP.

Jenis AMP sesuai dengan komponen-komponen yang dimiliki AMP dapat

dibagi atas 2 jenis utama, yaitu :

1. Alat pencampuran dengan penakaran (tipe batch = batch plant)

2. Alat pencampuran tipe menerus (continous plant)

4.7.1 Alat Pencampur dengan Penakar (Batch Plant)

Alat pencampur tipe ini memiliki komponen-komponen yang dapat

mengatur pemasukan masing-masing bahan mentah dengan kualitas yang benar

pada suatu takaran yang dicampur pada suatu saat.

4.7.2 Alat Pencampursistem Menerus (Continous Plant)

Dilihat dari komponen yang dimiliki dan sistem pencampuran jenis ini

dapat dibedakan atas :

a. Alat Pencampur sistem menerus dengan bin panas

b. Alat Pencampur sistem menerus tanpa bin panas

c. Drum Mix
54

a. Alat pencampur sistem menerus dengan bin panas (continous plant with

hot bin), jenis ini hampir sama dengan jenis alat pencampur dengan

penakar (Batch plant), hanya saja bin panas tidak mempunyai penutup dan

tidak terdapat konta penimbang, sehingga agregat yang telah dipanaskan

dan diayak oleh pengendali gradasi langsung masuk bin panas dan

selanjutnya dengan proporsinya yang diatur berdasarkan, buka bin

langsung masuk ke pugmill melalui elevoto panas secara terus menerus

selama proses pencampuran.

b. Alat pencampur sistem menerus tanpa bin panas (continous plant hot bin),

jenis ini tidak mempunyai bak panas, sehingga agregat yang dipanaskan

langsung masuk ke pugmill. Pengontrolan gradasi sangat ditentukan dari

pengontrolan yang dilakukan di bak dingin.

c. Drum Mix, Jenis ini hampir sama dengan alat pencampur tipe menerus

tanpa bin panas, hanya saja pemasukan agregat panas dengan aspal

seluruhnya dilakukan didalam drum.

Komponen-komponen dari Drum Mix adalah :

1. Bak dingin

2. Elevator dingin

3. Kolektor debu

4. Elevator Hox Mix

5. Silo penyimpan campuran

6. Penyimpanan aspal

7. Stasiun pengontrol.
55

4.8 Alat dan Persyaratan

Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan Asphalt Concrete-

Binder Course ini adalah :

a. Dumptruck

Dumptruck yang digunakan untuk mengangkut campuran aspal panas

mempunyai bak yang terbuat dari logam yang rapat, bersih dan rata yang telah

disemprot air sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah atau larutan

kapur untuk mencegah melekatnya campuran ke bak, jika ada genangan minyak

pada bak truck setelah penyemprotan harus dibuang sebelum campuran aspal

panas dimasukan dalam truck.

Gambar 4.2 : Mobil Dumptruck


Sumber : Hasil pengamatan, 2015

b. Mesin Penghampar

Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang

mampu menghampar dan membentuk Campuran sampai sesuai dengan garis,

permukaan serta penampang melintang yang diperlukan.


56

Mesin penghampar dilengkapi dengan penahan (Hopper) serta ulir pembagi

dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata dimuka

screed (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini dilengkapi dengan perangkat kemudi

yang cepat dan efisiensi dan dapat bergerak mundur.

Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti

penyeimbang (equealizing Runners), pisau (Straight edge runners) lengan perata

(Evener Arms) atau perlengkapan lainnya untuk mempertahankan kelurusan

permukaan dan kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan

pembentuk tepi yang tetap.

Mesin penghampar dilengkapi juga dengan screed (sepatu) yang akan

digerakkan dan perangkat untuk pemanas screed pada temperatur yang diperlukan

untuk penghampar campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.

Gambar 4.3 : Mobil Finisher


Sumber : Hasil pengamatan, 2015

c. Peralatan Pemadat
57

Pemadatan dilakukan dengan menggunakan dua jenis alat pemadat, yaitu :

mesin gilas ban bertekanan (Pneumatic Tired Rollar, Tire Roller) dan mesin gilas

roda baja (Stell Wheel Roller).

 Mesin gilas dan bertekanan (Pneumatic Tired Rollar, Tire Roller)

terdiri dari tujuh roda dengan ban halus dengan ukuran dan konstruksi

yang sama mampu beroperasi pada tekanan 8,5 Kg/Cm2. Roda-roda

berjarak sama satu dengan yang lainnya pada kedua garis sumbu dan

diatur sedemikian rupa sehingga roda yang lainnya (Tumpang Tindih).

Masing-masing ban harus dipertahankan tekanan pada tekanan operasi

yang dipersyratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak melebihi

350 gram/Cm2 dan selalu diperiksa dan disetel tekanan ban dilapangan

setiap saat. Masing-masing mesin gilas dilengkapi dengan suatu

penyetelan berat keseluruhannya dengan pengaturan beban (Ballasting)

sehingga beban perlebar roda dapat diubah dari 1500 kg sampai 2500 kg.

Mesin gilas harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda

belakang tidak kurang dari 400 kg per 0,1 m selebar minimum roda 0,5

paling sedikit satu dari mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan gilas

sedikit satu dari mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan gilas

sebesar 600 kg per 0,1 m lebar, mesin gilas harus bebas dari permukaan

yang datar, penyok, robek-robek atau tonjolan yang akan merusak

permukaan perkerasan.

Kecepatan dari Pneumatic Tired Rollar danTire Roller ini adalah 5

km/jam atau 85 m/menit dan mempunyai berat 12 ton.


58

Gambar 4.4 : Mobil Pneumatic Tire Roller


Sumber : Hasil pengamatan, 2015

 Mesin gilas baja (Steel Whell Roller)

Mesin gilas ini mempunyai berat 8 ton dan kecepatannya adalah 5 km/jam

atau 85 m/menit, dengan tekanan roda antara 400-600 kg/0,1 m lebar roda.

Gambar 4.5 : Mobil Steel Whell Roller


Sumber : Hasil pengamatan, 2015

d. Pabrik Pembukaan Aspal Panas (Asphalt Mixing Plant = AMP)


59

Proses pencampuran aspal panas yang dilakukan pada temperatur sekitar

140°C sehingga setiap dihampar dilokasi, dilakukan pada alat pencampuran aspal

panas yang dikenal sebagai AMP (Asphalt Mixing Plant).

Sesuai dengan komponen-komponen yang dimilikinya AMP dapat dibagi

atas 2 jenis utama yaitu :

 Alat pencampur dengan penakaran (batch plant)

 Alat pencampuran tipe menerus (continous plant).

Perbedaan antara kedua jenis alat tersebut adalah antara lain :

 Pada Asphalt Batch Mix Plant :

Agregat panas yang telah ditimbang termasuk mineral filler dimasukkan

kedalam tempat pencampuran (Pugmill), dimasukkan pula aspal panas

dengan berat yang tepat, kemudian terjadi proses pencampuran dan

hasilnya dimuatkan kedalam Dumptruck.

 Pada Asphalt continous Plant :

Agregat panas dimasukkan kedalam salah satu sisi tempat pencampuran

(Pugmill) dengan proporsi yang benar dalam aliran menerus diatas ban

berjalan, sedangkan aspal panas disemprotkan kedalamnya dengan volume

yang tepat. Pada saat pencampuran bergerak dengan lambat dan hasil

pencampuran terjadi setelah sampai pada satu sisi lainnya dari pugmill,

kemudian hasilnya dimuatkan kedalam Dumptruck.

Adapun jenis alat yang digunakan untuk pencampuran aspal panas pada

proyek ini adalah jenis Asphalt Batch Mix Plant. Alat pencampuran jenis Asphalt

Batch Mix Plant ini memiliki komponen-komponen yang dapat mengatur


60

pemasukan masing-masing bahan mentah dengan kuantitas yang benar pada suatu

takaran dicampur pada suatu saat. Dengan demikian kontrol yang baik lebih muda

dilakukan.

Empat belas komponen utama Batch Mix Plant dapat dilihat pada gambar

berikut :

Masing-masing bahan mentah dengan kuantitas yang benar pada suatu

takaran yang dicampur pada suatu saat. Dengan demikian kontrol yang

baik lebih muda dilakukan.

Empat belas komponen utama Batch Mix Plant dapat dilihat pada gambar

berikut :

Gambar 4.6 : Asphalt Mixing Plant (AMP)


Keterangan :

1. Bin dingin.

Merupakan tempat dimana agregat kasar, agregat sedang, agregat halus

dan pasir dimasukkan sesuai dengan proporsi dari perencanaan campuran

(Mix design).
61

2. Mulut pengeluaran dingin

Yaitu tempat keluarnya agregat dingin menuju elevator dingin.

3. Elevator dingin

Elevator dingin mengangkut agregat dingin dan bin dingin ke pengering.

4. Pengering

Pada bagian ini agregat dikeringkan dengan cara dipanaskan (api

disemburkan melalui mulut pengering dengan alat pembakar minyak atau

gas) dan pengering dalam keadaan berputar.

Pengering berbentuk silinder yang dilengkapi dengan alur-alur

memanjang yang mengangkat dan menjatuhkan agregat melalui nyala api

diletakkan dengan kelandaian tertentu. Kelandaian silinder, kecepatan

putar, diameter, panjang silinder dan susunan alur menentukan lamanya

proses pengeringan disamping kondisi dan jenis agregat itu sendiri.

Temperatur pemanasan dapat diukur/dilihat dari pyrometer yang tersedia.

5. Pengumpul Debu

Debu dari agregat yang dipanaskan dikumpulkan kedalam kolektor debu

untuk kemudian dipergunakan kembali jika dibutuhkan atau dibuang jika

tidak dibutuhkan.

6. Cerobong Asap

Dipergunakan sebagai pembuangan gas yang didapat dari proses

pengeringan.

7. Elevator panas
62

Elevator panas mengangkut agregat yang telah dipanaskan kebagian

pengendalian gradasi.

8. Pengendalian Gradasi

Pengendalian Gradasi ini berupa saringan yang akan menyaring agregat,

yaitu partikel agregat dengan ukuran lebih besar dari yang diisyaratkan

akan dibuang akan agregat yang lain akan disimpan setelah disaring

sesuai dengan saringan yang ditentukan pada pengendali gradasi ini

kedalam bin panas yang diletakkan dibawah pengendali gardasi.

9. Bina panas

Bin panas adalah tempat menyimpan sementara agregat panas sebelum

dicampur kedalam pugmill.

10. Kotak timbangan

Agregat dan bahan pengisi (filler) ditumpukan kedalam pugmill sesuai

proporsi yang telah ditentukan dalam campuran rencana (Mix design)

dengan mempergunakan kotak timbangan.

11. Unit pencampur atau pugmill

Agregat dari masing-masing bin pada bak panas dengan berat sesuai

proporsinya dimasukkan kedalam unit pencampur (pugmill) dimulai dari

fraksi yang paling kasar ke yang lebih halus dan yang paling akhir filler

(bahan pengisi).

12. Penyimpanan mineral filler


63

Adalah tempat menyimpan mineral filler sebelum filler dimasukkan

kedalam pugmill.

13. Penyiapan bitumen semen panas

Merupakan tempat penyimpanan bitumen semen panas sebelum

disemprotkan kedalam pugmill yaitu setelah tidak kurang dari 4 detik

agregat tadi dicampur kering.

14. Ember penimbang aspal

Campuran aspal panas ini ditimbang dulu didalam ember penimbang

aspal, setelah itu barulah dimasukkan kedalam Dumptruck untuk dibawa

ke lokasi.
64

4.9 Pelaksanaan Penggelaran Asphalt Concrete - Binder Course (AC-BC)

4.9.1 Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang memiliki peranan yang sangat

penting pada proyek ini karena segala sesuatu dalam kegitan ini harus

dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar didapat hasil kerja yang optimal.

Adapun pekerjaan persiapan antara lain :

a. Mempersiapkan penyediaan campuran aspal untuk penggelaran yang akan

dilakukan.

b. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pelaksanaan

pekerjaan dalam kondisi baik.

c. Mempersiapkan rambu-rambu lalu lintas yang digunakan agar tidak

menghambat arus lalu lintas.

d. Mempersiapkan lahan yaitu memeriksa permukaan jalan sebagai persiapan

untuk operasi penghamparan.

4.9.2 Pengangkutan Asphalt Panas Ke Lokasi.

Untuk mengangkut campuran aspal panas dari AMP ke lokasi digunakan

alat angkut Dump Truck. Setiap Dump Truck yang bermuatan campuran aspal

panas harus ditutup dengan kanvas/terpal atau lainnya yang cocok dengan

sedemikian rupa agar dapat melindungi campuran terhadap cuaca yang dimiliki

tujuan agar temperatur campuran aspal panas yang dapat dipertahankan hingga

mencapai lokasi, sedangkan suhu yang disyaratkan adalah 110 oC–130oC. Bila

dianggap perlu, agar campuran aspal panas yang dikirim ketempat pekerjaan pada
65

temperatur yang diisyaratkan, bak Truck hendaknya diisolasi untuk memperoleh

temperatur dimana campuran mudah dikerjakan dan seluruh penutup harus diikat

dengan kencang.

Kapasitas Dump Truck maksimum 4 ton dan jarak antara AMP dan jalan

yang akan diaspal sejauh ±15 km. AMP dapat memproduksi aspal sebanyak 21

ton/jam. Dalam melayani AMP. Jumah Dump Truck dipakai sebanyak 6 buah.

4.9.3 Penyemprotan Prime Coat (Lapis Resap Pengikat)

Supaya lapisan pondasi atas campuran aspal AC-BC dapat melekat dengan

baik, di semprotan terlebih dahulu aspal untuk lapisan perekat (Prime Coat).

Penyemprotan aspal lapisan perekat ini menggunakan alat yang dinamakan

sprayer(sprayer Aprication).Sprayer tersebut dipasang pada kendaraan beroda

karet (DumpTruck), diikat pada bagian belakang Dumptruck tersebut dan di

belakang sprayer ada pekerja yang menyemprotkan aspal itu ke jalan yang akan

dikerjakan. Syarat penyemprotan aspal lapis perekat +0,25–0,35 1/m2. Sedangkan

jenis lapis perekat yang digunakan adalah MC–70. Dalam pelaksanaan

penyemprotan harus diukur dan ditandai diatas permukaan pondasi yang ada.

Kalau digunakan lapis perekat, batas-batas dari daerah yang akan disemprot harus

ditandai, misalnya dengan benang sebagai pembatas.

Bahan aspal yang disemprotkan harus merata diseluruh permukaan.

Pemakaian aspal (Prime Coat) secara merata sesuai, jumlah takaran yang telah

ditetapkan 0,4–1,5 1/m2, harus dilaksanakan memakai sprayer dengan batang

semprot. Alat penyemprotan aspal dioperasikan sesuai dengan diagram semprot.

Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan


66

penempatan sprayer harus dipasang sesuai ketentuan, sebelum dan selama

pelaksanaan.

Dalam keadaan tertentu, penyemprotan aspal (Prime Coat) sekali jalan

harus setengah atau lebih kecil setengah lebar dari permukaan yang akan

diselesaikan. Lebar bidang penyemprotan harus dilebihkan 20 cm sebagai bidang

tumpang tindih sambungan sisi-sisi jalur. Bidang sambungan memanjang ini harus

dibiarkan terbuka dan hanya dapat diberi agregat penutup setelah penyemprotan

sekali jalan pada jalur sebelahnya telah selesai dilaksanakan. Hal ini juga berlaku

untuk pemakaian lapisan pengikat, yaitu lebar yang telah disemprotkan harus

lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan pada tepi permukaan atau tepi dari

bahu jalan, dengan maksud untuk memberi tempat bagi takaran pemakaian aspal

pada tempat dimana tidak terjadi tumpang tindih pengaspalan.

Alur ini ditutup dengan kertas semen atau bahan sejenisnya yang tidak

panas dan dihampar pada daerah permulaan dan akhir dari permukaan yang akan

di aspal. Lebar kertas tersebut diatas dicapai Alat Sprayer harus mulai bergerak

tidak boleh. Kurang dari 5 meter dimuka daerah yang akan disemprot, dengan

demikian kecepatan jelajahnya tepat sesuai dengan ketentuan. Bila batang semprot

mencapai lembaran kertas dari kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai

melalui titik akhir dari pemakaian bahan perekat dan lembaran kertas harus

dibuang dari tempat tersebut.

Dalam pelaksanaan disiapkan cadangan aspal perekat sebesar 10 %, dalam

teknik sprayer untuk setiap semprotan lari. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
67

udara terperangkap dalam sistim penyemprotan dan sebagai cadangan untuk

pemakaian aspal.

Jumlah pemakaian aspal (Prime Coat) pada setiap semprotan lari harus

segera diukur memakai meteran tongkat celup ke dalam tangki sprayer dan

dilaksanakan sebelum dan sesudah pemakaian.

Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidak

sempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi dan penyemprotan ulang tidak

diperkenankan sama sekali.

Setelah pelaksanaan penyemprotan aspal ini, setiap daerah yang tergenangi

aspal berlebihan, harus secara terus menerus didistribusikan ulang melintang

diatas permukaan yang telah disemprot. Untuk tujuan tersebut digunakan mesin

giling roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet.

4.9.4 Penggelaran Asphalt Concrete - Binder Course dengan Finisher

Setelah lapisan diberi lapis perekat dan campuran AC-BC sudah dilokasi

maka kegiatan selanjutnya adalah menggelar campuran AC-BC dilokasi yang

telah ditentukan dengan menggunakan alat Finisher.

Adapun untuk pelaksanaan penggelaran dilakukan sebagai berikut :

 Sebelum pekerjaan penggelaran data AC-BC dilaksanakan, maka harus

diperhitungkan luas lokasi rencana penggelaran dan juga temperatur,

homogenitas serta segregasi AC-BC yang tiba dilokasi penggelaran. Sistim

yang dilaksanakan untuk penggelaran AC-BC dilakukan setengah jalur,

dengna lintas. Sedangkan jarak antara jalur yang satu dengan jalur yang
68

lain sudah digelar AC-BC ini maksimal 1 Km. Ini dilakukan agar AC-BC

mudah Menyatu.

 Sebelum AC-BC dituangkan pada penadah (Hopper), screed pada finisher

dipanaskan terlebih dahulu supaya AC-BC tidak melekat pada pelat,

sedangkan fungsi dari screed adalah meratakan campuran yang teah

digelar. Penyetelan pada screed disesuaikan dengan tebal gelaran dan pada

finisher dilengkapi juga dengan waterpass yang digunakan untuk

mengetahui kemiringan jalan. Untuk pelaksanaan ini kemiring jalan 2%,

tebal perkerasan 5 cm dan lebar penggelaran 5,5 m dan 6 m atau ½ lebar

jalan.

 Dump truck hendakya diletakkan berdampingan atau dibelakang mesin

penghampar (Finisher) disesuaikan dengan kapasitas AC-BC yang

datang, memperhatikan ketinggian lapis permukaan yang telah ditentukan,

sedangkan suhu AC-BC pada saat penggelaran harus berkisar antara 120-

1400C.

 Pemeriksaan tebal gelaran dibelakang finisher segera dilakukan pada arah

memanjang dan melintang sehingga didapat data tebal gelaran sesuai

dengan yang ditentukan. Bila ternyata tebal gelar tersebut terlalu tipis atau

terlalu tebal, maka dilakukan penyeteran pada unit screed sampai dicapai

ketebalan yang diinginkan.

 Pada sambungan melintang dilaksanakan dimana suatu gelaran telah

selesai dan akan diteruskan lagi, dilakukan dengan memotong ujung

gelaran yang bentuknya meruncing, dibuat menjadi bentuk tegak lurus dan
69

rata. Kemudian dioleskan aspal perekat pada sisi tegak dari potongan

gelaran tersebut lalu AC-BC digelar pada sambungan melintang tadi.

 Pada sambungan memanjang dilakukan apabila penggelaran dan

pemadatan pada satu jalur selesai dikerjakan, maka pada jalur kedua harus

dilaksanakan penyambung pada arah memanjang jalan. Sisi tegak jalur

dari bahan-bahan yang tidak diperlukan/berguna, kemudian oleskan aspal

perekat untuk menjamin agar terjadi perekat yang sempurna diantara

kedua jalur tersebut.

 Sebelum penghamparan jalan kedua dilaksanakan screed diletakkan

sedemikian rupa sehingga membuat berlapis dengan gelaran yang telah

didapatkan untuk menjamin agar sambungan benar-benar sempurna dan

saling mengunci sehingga terjadi benjolan.

 Pada pekerjaan penggelaran ini yang sangat diperhatikan yaitu

penggelaran yang terjadi antara sambung baik sambungan melintang

maupun memanjang harus benar-benar mengikat dengan baik dan setelah

pekerjaan penggelaran maka dilakukan pemadatan.

4.9.5 Pemadatan

Pemadatan adalah bagian akhir dari pekerjaan pengaspalan agar diperoleh

harga stabilitas yang tinggi guna memikul beban lalu lintas yang melaluinya.

Alat pemadat yang digunakan adalah Tandem Roller untuk pemadatan

pertama, Pneumatic Tire Roller untuk pemadatan kedua dan kembali tandem

Roller untuk pemadatan kedua dan kembali Tandem Roller untuk pemadatan

terakhir.
70

Cara pemadatan yang baik dan jumlah lintasan yang tepat akan

menghasilkan stabilitas yang maksimum. Cara pelaksanaan pemadatan yang

dilaksanakan untuk AC-BC ini adalah sebagai berikut :

I. Pemadatan dengan Tandem Roller.

Keterangan :

1. Dipadatkan pertama dibagian yang terluar, sebagai sebaiknya bagian tepi

terluar.

2. Dipadatkan kedua adalah bagian yang terpinggir bagian dalam.

3. Dipadatkan keempat adalah bagian tengah disebelah bagian yang

terpinggir bagian dalam.

4. Didapatkan kelima adalah bagian tengah antara kedua tepi yang

merupakan bagian yang terakhir dipadatkan.

 Jumlah lintasan pemadatan dengan Tandem Rolleer ini hanya dua lintasan

(passing) yaitu 1 x mundur + 1 x maju.

 Yang bergerak menginjak hamparan pertama kali harus roda belakang dari

Tandem Roller (Roda Penggerak), jika roda depan yang bergerak

menginjak terlebih dahulu akan mengakibatkan pemadatan tidak rata (akan

bergelombang).

 Agar aspal tidak menempel diroda besi, maka sambil berjalan

disemprotkan air pada roda tersebut dan perlu diingat penyemprotan air

tersebut tidak boleh berlebihan.

 Pada waktu pemadatan ini temperatur adalah 110oC-125oC.


71

 Untuk perbubahan lintasan dapat dilakukan diluar hamparan yang sedang

dikerjakan dan dijalur yang digilas.

II. Pemadatan dengan Pneumatik Tire Roller (Ban Karet).

Setelah didapatkan dengan Tandem Roller 2 kali lintasan maka pemadatan

selanjutnya pneumatic tire roller (PTR) yang menggunakan ban karet.Jumlah

lintasan (passing) dengan maksud agar dapat diperoleh pemadatan yang

maksimum. Cara menjalankan PTR ini dapat maju atau mundur dahulu, tapi

sebaiknya dilaksanakan mundur dahulu.

Pelaksanaan penggilingan dengan PTR ini dimulai dari bagian tengah jalan

sebanyak 10 kali lintasan, kemudian bagian pinggir juga 10 kali lintasan.

Temperatur pemadatan ini adalah 90oC–110oC. Agar campuran aspal yang

digelar tadi menempel pada roda, maka roda PTR dibasahi dengan air, diusahakan

jangan terlalu basah agar temperatur tidak terlalu cepat menurun karena

penggilingan dengan temperatur rendah dapat mengakibatkan berkurangnya daya

ikat antara batuan.

III. Penggilasan Terakhir

Penggilasan dengan PTR menimbulkan permukaan yang ada garis-garis

bekas roda ban karet. Ini diperhalus dengan menggunakan mesin gilas roda besi

(Tandem Roller). Penggilasan dilakukan 1 kali lintasan dengan temperatur 60 oC–

80oC.

4.10. Perhitungan Tebal Perkerasan Jalan

Dalam perhitungan tebal perkerasan ini terbagi menjadi tiga perhitungan

yaitu : Perhitungan tebal lapis pondasi atas, Perhitungan tebal lapis pondasi
72

bawah, dan Perhitungan tebal lapis permukaan. Data LHR dan CBR tanah tidak

kami dapatkan maka, kami menggunakan perhitungan dengan mencari ITP

berdasarkan Tebal lapis di lapangan dan kami bandingkan dengan perhitungan

ulang nilai ITP berdasarkan tabel-tabel, Berikut Tabel Variabel-variabel untuk

menetapkan tebal lapis perkerasan dibawah ini :


73

Dari tabel diatas maka koefisien kekuatan relatif yaitu :

Jenis bahan lapis permukaan berdasarkan proyek peningkatan jalan Talang

Babat-Jumantan yaitu Laston, maka di ambil koefisien a1 yaitu 0,40 Lapis

Pondasi Kelas B berdasarkan kombinasi agregat menggunakan batu pecah kelas b

dengan koefisien (a3) yaitu 0,13, sedangkan Lapis Pondasi Kelas A diambil

koefisien (a2) yaitu 0,14.

i. Menetapkan ketebalan

Berdasarkan Tebal Lapis Berdasarkan Lapangan yaitu :

- Lapis Permukaan (Laston) D1 : 5 cm

- Lapis Pondasi Kelas B D3 : 20 cm

- Lapis Pondasi Kelas A D2 : 15 cm

• Menentukan nilai Indeks Permukaan pada Awal Umur Rencana(ITP)

ITP = a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3

= (0.40 x 5) + (0.14 x 15) + (0.13 x 20)

= 2+2.1+2.6

= 6.70

• Perhitungan Ketebalan Lapis Perkerasan berdasarakan dari nilai ITP

Dari nilai ITP dapat kita tentukan tebal lapis perkerasan pada tabel 3.2 dan

3.3, yaitu :

- Lapis Permukaan (Laston) D1 :- cm

- Lapis Pondasi Kelas A D2 : 15 cm

- Lapis Pondasi Kelas B D3 : 20 cm


74

Mencari nilai tebal Lapis Pondasi Kelas B dari nilai ITP :

ITP = a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3

D1 = ITP-(a2 x D2)-(a3 x D3) / a1

D1 = 6,70-(0.14 x 15)-(0,13 x 20) / 0.40

D1 = 5 cm Jadi, Nilai D1 yaitu 5 cm


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada akhir penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, penyusun dapat

mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) pada awal pelaksanaan

pengaspalan jalan bertujuan agar AC-BC dan lapis pondasi dapat terikat

secara maksimal.

2. Proses penghamparan Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC)

dilakukan dengan dengan menggunakan Asphalt Finisher lalu diratakan

dengan bantuan manusia agar jalan aspal yang dibuat maksimal.

3. Proses Pemadatan jalan dilakukan 3 kali, dimana 2 kali dilakukan dengan

Tandem Roller (Ban Baja) dan 1 kali dengan Tire Roller (Ban Karet) untuk

mendapatkan kemiringan jalan yang sesuai syarat.

4. Pelaksanaan Pengaspalan Jalan dengan AC-BC dalam satu hari mencapai

volume ±36m3 dengan lebar pada gambar rencana 4m dan 3.5 m artinya

pada panjang jalan keseluruhan yaitu 2.5 km dapat dikerjakan selama 15

hari dengan perhari bongkar material sebanyak 9 kali. Satu dump truck

memuat 4 m³ dan mendapat hamparan jadi sepanjang 20m.


76

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan untuk meningkatkan dari

keberhasilan proyek Peningkatan Jalan Desa Talang Babat-Jumantan yang

termasuk Kawasan KecamatanMuara Sabak Barat berada di Kabupaten Tanjung

Jabung Timur Provinsi Jambi sebagai berikut :

1. Menjalin hubungan sistem koordinasi yang baik antara pimpinan proyek

serta staf-staf, kontraktor dan konsultan.

2. Tersedianya fasilitas dan peralatan yang lengkap untuk melaksankan

pekerjaan lapangan

3. Dalam pemilihan dan pemakaian peralatan disesuaikan dengan jenis

pekerjaan dan ketepatan waktu, agar membantu kelancaran pelaksanaan

pekerjaan yang bersangkutan.

4. Dalam melaksanakan Asphalt Concrete-Binder Course(AC-BC) agar

diperhatikan faktor-faktor kendaraan yang melintas pada saat

melaksanakan pekerjaan, supaya hasil penghamparan bisa maksimal pada

pekerjaan pengaspalan.

Sebaiknya selalu menjaga proses pengeringan Asphalt Concrete-

Binder Course (AC-BC) terhadap faktor-faktor cuaca.


77

DAFTAR PUSTAKA

Djojowirono S. Manajemen Konstruksi. Yogyakarta. Biro Penerbit Fakultas

Teknik UGM.

Husen Abrar, (2008), Manajemen Kontruksi Proyek Perencanaan, Penjadwalan

dan Pengendalian Proyek. Serpong. Andi.

Ir. Abrar Husen, MT, (2008), Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan, dan

Pengendalian Proyek, ANDI, Yogyakarta.

Soeharto Iman, (1995), Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional.

Jakarta. Erlangga.

Silvia Sukirman, Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur, Nova

Bandung2010.

Wulfram I, Manajemen Proyek Kontruksi. Yogyakarta: Andi Offset. 2005.

Yasin, H. Nazarkhan. (2003), Mengenal Kontrak Kontruksi di Indonesia. Buku

Pertama Seri Konstruksi. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai