Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peningkatan Pembangunan perkerasan kaku di Indonesia terus bertambah
dengan cepat, baik untuk jalan tol, jalan nasional, jalan provinsi, jalan kota bahkan
sampai ke jalan - jalan perumahan. Perencanaan dan pelaksanaan pekerasan kaku
menjadi hal yang sangat penting didalam suatu konstruksi. Tetapi didalam
kenyataannya dilapangan, masih terdapat kesalahan dalam pekerjaannya yang
berdampak pada konstruksi bangunan tersebut.
Pekerasan kaku memiliki Tingkat kekakuan cukup tinggi dibandingkan
dengan perkerasan aspal, yaitu 10 kali lipat (Ebeton semen = 40.000 MPa; Ebeton
aspal = 4.000 MPa). Pelat beton dengan flexural strength 45 kg/cm2 (kira-kira
ekivalen dengan beton mutu K-400) setebal 25 cm. Tebal keseluruhan perkerasan
jauh lebih tipis dari tebal keseluruhan perkerasan fleksibel/aspal (< 50%). Sudah
dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1985. Dengan demikian pengalaman sudah
cukup banyak, khususnya jenis “tanpa tulangan dengan sambungan.
Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap setelah tercapainya suatu
perencanaan pekerjaan, serta pelaksanaan pekerjaan ialah sebagai proses untuk
tercapainya pekerjaan dan hasil yang diperoleh dari perencanaan suatu proyek.
Pelaksanaan pekerjaan jalan untuk akses sangat diperlukan dalam Proyek
Pembangunan Bendungan Cipanas. Dalam hal ini pelaksanaan pekerjaannya
menggunakan perkerasan kaku (rigid pavement) untuk akses masuk bendungan.
Program pembangunan jalan dan jembatan merupakan salah satu usaha
pemerintah kabupaten Sumedang untuk menunjang pencapaian sasaran
pembangunan nasional dimana salah satu aspek pembangunan jalan dan jembatan
sangat terkait dengan pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya adalah
pengembangan prasarana jalan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi sesuai
dengan tingkat laju pertumbuhan lalu lintas yang diakibatkan dengan
pertumbuhan lalu lintas yang diakibatkan dengan pertumbuhan ekonomi yang
makin meningkat.
Jalan akses bendungan Cipanas merupakan jalan peningkatan dari jalan tanah
yang dibangun untuk menuju lokasi bendungan, as bendungan serta bangunan
fasilitas bendungan yang lain nantinya. Jalan akses utama menuju as dam dan
bangunan fasilitas lainnya. Oleh karena itu jalan akses menggunakan struktur
perkerasaan kaku. Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas
yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas
sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat
beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan
perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi atas dan lapis
permukaan.
1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah :

a Dengan adanya kerja praktek ini diharapkan mahasiswa tersebut dapat


membandingkan antara konsep teori dengan kejadian yang dilakukan
dilapangan dengan menggunakan Metode studi literatur.
b Memperoleh pengetahuan dan pengalaman praktis dilapangan, terutama
tentang informasi proyek, manajemen proyek, dan pelaksanaan proyek
dengan mengkaji dan meninjau jurnal terdahulu.
c Dapat belajar menganalisis kesalahan atau kegagalan struktur konstruksi yang
terjadi dilapangan apabila terjadi kesalahan, serta mampu mencarikan
alternatif solusinya.

1.3 Manfaat Kerja Praktek


Adapun manfaat yang diharapkan dari kerja praktek ini adalah:

a Mahasiswa dapat mengetahui cara pelaksanaan pekerjaan yang sesungguhnya


dilapangan dengan cara mengamati, membaca dan menganalisa dari beberapa
jurnal yang ditinjau.
b Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah dalam
laporan.
c Mahasiswa mampu menganalisa dan mencarikan solusi dari permasalahan
yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

1.4. Batasan Masalah


Adapun yang menjadi tinjauan dalam pelaksanaan pekerjaan yang ditemui
dilapangan difokuskan pada pekerjaan akses jalan masuk Bendungan Cipanas di
Kabupaten Sumedang. Yang menggunakan Pekerasan Jalan Kaku (Rijid
Pavement), Serta berpedoman pada gambar kerja dan spesifikasiumum serta
lampiran-lampiran dan dari beberapa jurnal terdahulu yang diambil dari internet.

1.5. Waktu dan Pelaksanaan


Bendungan Cipanas di Kabupaten Sumedang merupakan Proyek Strategis
Nasional yang telah dikaji oleh BBWS Cimanuk-Cisanggarung.
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1. Lokasi Proyek


Lokasi Proyek pekerjaan akses jalan masuk Bendungan Cipanas terletak di
Desa Cikawung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu dan Desa Cibuluh,
Kecamatan Ujung Jaya Kabupaten Sumedang.  Bendungan cipanas dibatasi oleh
wilayah Daerah Tingkat II, yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Indramayu, sebelah Timur dengan Kabupaten Majalengka, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Garut, dan sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Bandung.

Gambar 2.1 jalan akses masuk Bendungan Cipanas


(Sumber : jurnal dari Agam Apriliansya, Gugun Gunawan)

Gambar 2.1 Situasi Jalan Masuk Bendungan Cipanas Desa Cikawung, Kecamatan
Cikedung, Kabupaten Indramayu dan Desa Cibuluh, Kecamatan Ujung Jaya
Kabupaten Sumedang.

2.2. Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek


Pekerjaan jalan masuk ke bendungan cipanas terbagi menjadi beberapa
bagian pekerjaan yaitu ;

a. Persiapan Lahan
b. Pekerjaan galian dan timbunan badan jalan.
c. Pekerjaan perkerasan jalan masuk.
d. Pekerjaan beton.
2.3. Manajemen Proyek
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan
mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai
sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan.
Menurut Schwalbe ( 2004, p4 ) Proyek adalah suatu usaha yang bersifat
sementara untuk menghasilkan suatu produk atau layanan yang unik. Dalam hal
proyek sistem informasi berarti proyek tersebut berupa sistem aplikasi yang terdiri
atas beberapa modul program, tetapi proyek software bervariasi cakupannya,
mulai dari membangun sistem besar sampai hanya membuat program satu modul
saja. Proyek normalnya melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan
aktivitasnya dan sponsor utama dari proyek biasanya tertarik dalam penggunaan
sumber daya yang efektif untuk menyelesaikan proyek secara secara efisien dan
tepat waktu. Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Pekerasan Kaku ( Rijid Pavement )
Untuk Akses Masuk Bendungan Cipanas di Kabupaten Sumedang.

2.4. Tahapan Kegaitan Proyek


Terdapat 5 (lima) garis besar untuk menciptakan berlangsungnya suatu
proyek, diantaranya meliputi:

a. Perencanaan ( Planning )
Untuk mencapai sebuah tujuan, suatu proyek membutuhkan suatu
perencanaan yang benar-benar matang. Yaitu dengan meletakkan dasar dari tujuan
dan sasaran dari suatu proyek sekaligus menyiapkan semua program teknis dan
menyiapkan administrasi supaya dapat diimplementasikan. Tujuannya yaitu
supaya memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan dalam batasan waktu, 6
mutu, biaya maupun keselamatan kerja. Perencanaan suatu proyek dilakukan
dengan cara studi kelayakan, rekayasa nilai, perencanaan area dari manajemen
proyek (Seperti: waktu, biaya, mutu, kesehatan, lingkungan,keselamatan kerja,
sumber daya, resiko dan sistem informasi).

b. Pengorganisasian ( Organizing )
Kegiatan pengorganisasian berupa kegitan mengatur dan menyusun
organisasi yang akan melakukan pembanguana, termasuk mangatur gubungan
kerja diataar unsur-unsur organisasi, penyusunan organisasi akan libatakan unsur-
unsur pelaksana pembanguanan yang terdiri dari : pemberi tugas (owner),
konsultan (designer, suoervisor) dan pelaksanan (contractor), yang masing-
masing memunyai tugas kewajiban dan wewenang sesui dengan
peraturan/ketentuan yang telah ditetapkan.
Didalam menjalankan fungsi organisasi diperlikan pengetahuan tentang
berbagai tipe organisasi, sehingga dapat dilakukan analisa terhadap perapan jenis
organisasi yang sesuai dengan proyek yang akan dilaksanakan. Tindakan yang
dilakukan antara lain:
a. Menetapkan daftar penugasan
b. Menyusun lingkup kegitan
c. Menyusun struktur kegitan
d. Menyusun daftar personil organisasi berikut lingkup tugasnya

Manfaat dari pengorganisasian merupakan pedoman pelaksanaan fungsi,


dimana pembagian tugas serta hubungan tanggung jawab delegasi kewenangan
terlihat jelas.

c. Penjadwalan (Schedulling)
Merupakan implamentasi dari perencanaan yang bisa memberikan informasi
mengenai jadwal rencana dan kemajuan proyek yang meliputi sumber daya
(biaya, tenaga kerja, peralatan, dan material), durasi dan juga progres waktu untuk
menyelesaikan proyek. Penjadwalan proyek yang mengikuti perkembangan
proyek dengan berbagai macam permasalahannya. Proses monitoring dan juga
updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang realistis supaya
sesuai dengan tujuan proyek tersebut. Terdapat beberapa metode untuk mengelola
penjadwalan proyek, diantaranya yaitu Kurva S (hanumm Curve), Barchart,
Penjadwalan Linear (diagram Vektor), Network Planning serta waktu dan durasi
kegiatanna. Jika terjadi penyimpangan terhadap rencana awal, maka dilakukanlah
evaluasi dan tindakan koreksi supaya proyek tetap berada dijalur yang diharapkan.
Penjadwalan proyek membantu dalam bidang :

a. Menujukan hubungan tiap kegitan lainya dan terhadap keselurahan proyek


b. Mengidentifikasi hubungan yang harus didahulukan diantara kegiatan.
c. Menunjukan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk setiap pekerjaan.
d. Membantu penggunan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya. Didalam
proyek kantor penjadwalan yang dilakukan beruapa Diagram Gantt atau
Bagan Balok (Bar Chart).

e. Pelaksanaan (Excecution)
Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan
dalam rangka mewujudkan bangunan yang akan dibangun. Dalam kegiatan
pelaksanaan ini hubungan kerja antara unsur-unsur pelaksana pekerjaan.
pembangunan perlu diatur sehingga masing-masing unsur dapat bekerja sesuai
dengan bidangnya dan selalu tunduk serta taat kepada peraturan dan ketentuan
yang telah disepakati bersama. Penyimpangan yang terjadi akibat tindakan dari
salah satu unsur akan menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan.
Tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan (Excention) antara lain :

a. Mengkoordinasikan kegiatan
b. Mendistribusiakan tugas, wewenang dan tanggung jawab
c. Memberikan pengarahan dan motifasi, Manfaat dari funggsi pelaksaan
ini adalah terciptanya keseimbangan tugas, hak dan kewajiban masing –
masing bagian dalan organisasi dan mendorong terciptanya efisiensi
serta kebersamaan dalam kerja sama untuk tujuan bersama.

e. Pengendalian Proyek ( Controlling )


Pengendalian mempengaruhi hasil akhir dari suatu proyek. Tujuan
utamanya yaitu untuk meminimalisasi segala penyimpangan yang mungkin terjadi
selama berlangsungnya proyek. Tujuan dari pengendalian proyek ialah optimasi
kinerja biaya, waktu, mutu dan juga keselamatan kerja harus memiliki kriteria
sebagai tolak ukur. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian
ialah berupa pengawasan, pemeriksaan, dan juga koreksi yang dilakukan selama
proses implementasi. Kegiatan pengendalian dilakukan dalam bentuk antara lain :

a. Pelaksanaan tes/uji terhadap meterial untuk majaga kulitas dari material


yang akan diguanakan tersebut.
b. Pembuatan master schedule (daily/weekly/monthly reprt). ‘S’ curva astual
dan sebagainya untuk pengedalian waktu serta cost control untuk
pengedalian .
c. Mengevulasi penyiapan yang terjadi.
d. Meberiakan saran – saran perbaiakn.
e. Menyusun laporan kegaiatan

Fungsi pengendalian adalah memperkecil kemungkinan kesalahan yang


terjadi dasi segala segi kulitas, kuantitas, biaya maupun waktu.

2.6. Organisasi Pelaksana Proyek


Organisasi pelaksana proyek /organisasi lapangan adalah suatu kumpulan
tim organisasi yang bertugas khusus untuk menjamin kelancaran kegiatan
lapangan, yang fungsi pokoknya adalah pengawasan, pelaksanaan, dan
administrasi. Bentuk organisasi ini disesuaikan dengan jenis konstruksi pekerjaan
akaan dilaksanakan. Oleh karena ada beberapa hal yang dipertimbangkan dalam
menentukan bentuk organisasi yang akan digunakan antara lain :

1. Perbedaan ragam kerja.


2. Kekhususan bidang kerja.
3. Kondisi tenaga kerja.
4. Persoalan-persoalan yang dihadapi.
5. Mobilitas kerja di lapangan.
6. Faktor lain sebagai bahan pertimbangan rujukan.
a. Pemberi Tugas / Pemilik / Owner 
Pemberi tugas atau lebih dikenal dengan istilah bouwheer adalah badan
hukum/instansi atau perseorangan yang berkeinginan mewujudkan suatu proyek
dan memberikan pekerjaan bangunan serta membayar biaya pekerjaan
bangunan. Adapun tugas dan wewenang dari owner/pemilik proyek adalah
sebagai berikut:

a. Mempunyai ide/gagasan sesuai denagn rencana-rencananya.


b. Menyediakan dana dan lahannya.
c. Mengambil keputusan terakhir yang mengikat mengenai pembangunan
proyek.
d. Mempunyai wewenang mutlak dalam menentukan dan mengangkat
manajemen konstruksi, perencana serta pelaksana proyek.
e. Menangani dan menandatangani surat perintah kerja dan surat perjanjian
dengan pelaksana proyek.
f. Bersama-sama manajemen konstruksi ikut mengawasi pelaksanaan
pekerjaan, berhak memberi instruksi-instruksi kepada pelaksana proyek
secara langsung maupun tidak langsung (melalui manajemen konstruksi).
g. Mengesahkan semua dokumen pembayaran atas pembayaran yang harus
diberikan kepada pelaksana proyek.
h. Mempunyai wewenang penuh terhadap proyek sehingga berhak
menerima/menolak perubahan-perubahan pekerjaan serta pekerjaan tambah
dan pekerjaan kurang.
i. Berhak menolak pekerjaan-pekerjaan bila tidak sesuai dengan gambar
rencana, bilamana perlu mencabut tugas pelaksana proyek tersebut bila
dianggap tidak mampu melaksanakan pekerjaan.
j. Meminta pertanggung jawaban pada semua unsur terkait sebelum masa
pemeliharaan habis bila terjadi kerusakan, sebagaimana ditetapkan bersama.

Sedangkan tanggung jawab owner/pemilik proyek adalah sebagai berikut:

1. Memelihara hubungan kerja secara professional.


2. Membuat keputusan yang tepat sesuai dengan waktunya.
3. Memberikan dana yang dibutuhkan proyek.

b. Konsultan Pengawas
Divisi Pengawas adalah suatu organisasi atau perorangan yang bersifat
multi disiplin yang bekerja untuk dan atas nama pemilik bangunan, dan harus
mampu bekerja sama dengan perencana untuk mencapai hasil yang optimum dari
suatu proyek. Sebagai pihak yang mewakili owner dalam pelaksanaan proyek,
divisi pengawas mempunyai fungsi sebagai berikut :
a Menjalankan pengawasan dan pengendalian dalam melaksanakan proyek di
lapangan serta mengontrol kualitas dan kuantitas dari alat-alat dan bahan
bangunan yang digunakan apakah sudah sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS).
b Memberikan persetujuan mengenai laporan harian, laporan mingguan, dan
laporan bulanan, dan menyusun Berita Acara Kemajuan Pekerjaan (BAKP)
yang merupakan laporan penelitian pengawas atas kemajuan pekerjaan serta
mempertanggung jawabkan hasil-hasil tersebut kepada pemilik proyek.

c. Konsultan Perencana
Perencana adalah suatu pihak yang ditunjuk oleh owner sebagai pihak
yang bertindak selaku perencana dalam pekerjaan pembuatan gedung ini dalam
batas-batas yang telah ditentukan baik secara teknis maupun administratif.
Konsultan Perencana mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Membuat rencana pelaksanaan dan gambar kerja, merencanakan alat dan


bahan yang digunakan serta metode pelaksanaan, dan membuat Rencana
Anggaran Biaya (RAB) sesuai ide dan gagasan dari owner, baik untuk
perancangan struktur, arsitektir, maupun mekanikal elektrikal berdasarkan
peraturan-peraturan dan syarat-syarat kerja yang telah ada di Indonesia.
2. Merencanakan setiap rencana perubahan dari rencana semula akibat adanya
kendala-kendala fisik di lokasi proyek dan mempertanggung- jawabkan hasil
rencana perubahan kepada Pemilik Proyek (owner).
3. Kontraktor Pelaksana

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pelaksana Proyek


a. Project Manager
Project Manager adalah penanggung jawab pada organisasi kontraktor
pelaksana.

b. Site Manager
Site Manager merupakan wakil dari Project Manager yang bertugas
membantu Project Manager dalam mengendalikan jalannya proyek di
lapangan.

c. Site Engineer (Koordinator Pelaksana Proyek)


Koordinator pelaksana proyek adalah seorang tenaga ahli yang
mengkoordinir berbagai pekerjaan di lapangan dan bertanggung jawab kepada
Ketua tim teknis pembangunan atas kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

d. Keuangan dan Administrasi


Bagian Keuangan dan Administrasi adalah seorang tenaga ahli yang
bertanggung jawab dan mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan
pengadaan barang, peralatan dan material untuk pelaksanaan proyek.

e. Logistik
Tugas dan kewajiban dari bagian logistik adalah :

1. Mengatur dan mengawasi keluar masuknya barang dari gudang.


2. Membuat pembukuan untuk semua barang yang keluar masuk gudang serta
mencatat semua barang di dalam gudang untuk selanjutnya dilaporkan
kepada kepala pelaksana proyek.
3. Mengatur tempat penyimpanan material dan merawat barang-barang di
dalam gudang.
4. Membuat pembukuan pembelian dan persewaan alat-alat.
5. Mencari informasi sumber dan harga bahan dan mengatur jumlah uang yang
digunakan dalam pembelian bahan.

f. Pelaksana
Pelaksana adalah seorang tenaga ahli yang membantu kepala pelaksana
dalam mengerjakan fisik secara keseluruhan.

g. Surveyor
Surveyor adalah tenaga ahli yang membantu kepala pelaksana dalam masalah
pengukuran.
h. Opperator
Opperator adalah tenaga ahli yang bertanggung jawab atas operasi dan
pemeliharaan peralatan di dalam proyek agar seluruh peralatan selalu siap pakai
dalam mendukung pelaksanaan pekerjaan.

i. Keamanan
Keamanan proyek sangat dibutuhkan sekali karena pada suatu proyek
kemungkinan besar terjadi gangguan-gangguan yang tidak diinginkan.

j. Mandor/ Pembantu Pelaksana


Mandor adalah orang yang membantu pelaksana dan memimpin beberapa
pekerja untuk menyelesaikan suatu bagian pekerjaan dalam proyek.

k. Pekerja
Pekerja adalah tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan proyek sesuai
dengan perencanaan dan dibawah mandor.

2.7. Organisasi Dalam Proyek


Strktur organisi proyek merupakan perwujudan dari suatu sistem oganisasi
dalam pelaksanan suatu proyek pembangangna, atau dengan kata lain merupakan
suatu kerangka penjabaran dari keseluarahan tugas dan tangguang jawab masing-
masing pihak yang terkait, sehingga jelas batasan wewenang dan tangguang
jawabnya. Struktur organisasi terdiri dari bebrapa unsur yang salaing terkait dan
berteraksi satu dengan yang lain tanpa bisa terpisahkan ratai hubungan
kegiatannya. Dalam pelaksanaan pembangunan akan dibentuk unit usaha dengan
kepengurusan yang terdiri dari Pimpinan Proyek, beberapa Manajer dan Staf yang
membidangi:

a. Pimpinan Proyek
Menyelenggarakan kordinasi, pengarahan, monitoring dan pengendalian semua
komponen terkait bagi jalanya kegiatan pengadaan tanah, proyek dan persiapan
pengoprasian serta pembinaan lingkungan proyek sesuai sasaran yang telah
diterapkan baik dari segi mutu, biaya dan waktu.

b. Unit khusus pengendalian lahan


Menyelenggarakan kegiatan pengendalian dan adminitrasi pembebasan lahan
sesuai dengan tata laksana, peraturan dan perundang-undang yang berlaku.

c . Manajer pengendalian dan pelaksanaan kontruksi


Menyelenggarakan kegiatan pengendalian dan elevasi pelaksanaan proyek
dilapangan antara lain meliputi pelaksanaan pembangunan jalan, jembatan,
drainase, manajemen lalu lintas, bangunan pelengkap dan utilitas serta analisa
dampak lingkungan sesuai dengan target standar mutu yang ditentukan.

d. Manajer Adminitrasi Teknik


Melaksanakan kegiatan adminitrasi pelaksanaan proyek sesuai dokumen
kontrak, tata laksana, peraturan dan tingkat kewenangan yang tealh diterapkan
serta kegiatan pemantauan, elevasi dan penyusunan laporan guna terciptanya
kelancaran dan ketertiban administrasi proyek.

2.8. Hubungan Kerja Organisasi Proyek


Hubungan kerja adalah hubungan antar pengololah yang punyai tanggung
jawab terhadap pelaksanan pembanguan proyek. Oleh karena itu dibuat hubunga
kerja agar dapat mencapai tergaet dari pelaksanan proyek. Hubungan kerja antar
unsur pengololah terhadap penyelangara proyek dapat di lihat dalam organisasi
proyek.

a. Hubungan Kerja Antara Owner dengan Manajemen Konstruksi


1. Owner memberikan tugas kepada Manajemen Konstruksi untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor.
2. Manajemen Konstruksi menerima tugas dari owner dan dalam pelaksanaan
tugasnya senantiasa berkoordinasi dengan owner.
3. Segala hal-hal mengenai hubungan kerja antara owner dengan manajemen
konstruksi diatur dalam suatu kontrak kerja yang di sepakatioleh kedua
belah pihak.
4. Pemberi tuaga (owner) memberikan tugas kepada kontrktor untuk
dilaksanakan oleh kontraktor harus melewati manejemen kontruksi.

b. Hubungan Kerja Antara Manajemen Konstruksi dengan Kontraktor


1. Manejemen kostruksi membrikan pengarahan dan teguran kepeda
konteraktor agar pelakansanan pekerjan dapat dilaksakan dengan lancar,
baiksesui dengan sepesifikasi yang telah ditetapkan.
2. Sebaliknya kotraktor memintak penjelasan kepada menejemn kostruksi
apabila ada hal-hal yang kuarang jelas.
3. Kontraktor dan menejem kostruksi dapat bersama – sama memecahakan
masalah – masalh yang dihdapai dilapangan dan distujui terlebih dahuli oleh
owner.
4. Antara manjamen kostruksi dan traktor tidak ada hubungan kontrak secara
langsung.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Pengertian Rigid Pavement
Perkerasan kaku adalah lapisan beton, dimana lapisan tersebut berfungsi
sebagai base course sekaligus sebagai surface course. Perkerasan kaku adalah
perkerasan yang menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan
pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar
dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul
oleh pelat beton. Perkerasan kaku terdiri dari 3 lapisan yaitu, tanah dasar
(subgrade), lapis pondasi bawah (subbase course ), pelat beton (concrete slab).

Gambar 3.1. Jenis Rigid Pavement


(Sumber : jurnal dari Agam Apriliansya, Gugun Gunawan)

c.2. Jenis Rigid Pavement

a. Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed


Unreinforced/Plain Concrete Pavement / JPCP);
b. Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed
Reinforced Concrete Pavement / JRCP);
c. Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan
(Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP);
d. Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement / PCP).

(
Gambar Jenis Rigid Pavement)
a. Lapis Pondasi
Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen
mutu tinggi yang kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K-400. Dalam
perkembangan terakhir, plat beton ini dapat juga terdiri atas beton pratekan. Lapis
pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi utama dari
perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan roda lalu lintas (berfungsi
sebagai lapis permukaan / surface course), maka permukaannya harus rata, tidak
mudah aus dan tidak licin. Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan
lapis pondasi bawah (sub base course).

b. Lapis Pondasi Bawah


Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) :

1. sebagai lantai kerja (working platform),


2. mencegah pumping (pemompaan), dan
3. menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis pondasi
bawah ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalu lintas (bersifat non-
struktural).

3.3. Prinsip Penyebaran Beban


Perkerasan beton semen sebagai perkerasan kaku bersifat sebagai single layer
system, terdiri atas Plat Beton Mutu Tinggi sebagai lapis pondasi, yang berfungsi
memikul seluruh beban lalu lintas di atasnya untuk diteruskan ke tanah dasar pada
daerah yang relatif jauh lebih luas dibandingkan dengan perkerasan lentur,
sehingga tegangan maksimum yang diterima oleh tanah dasar sangat kecil (0,2 –
0,3 kg/cm2). Lapis pondasi bawah (lean concrete atau batu pecah) di sini pada
umumnyat idak diperhitungkan memikul beban (berfungsi non-struktural).

Gambar 3.3. Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan
Tanah Dasar (Subgrade) oleh Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).
(Sumber : jurnal dari Agam Apriliansya, Gugun Gunawan)

BAB 4
TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1 Pengaturan Tenaga Kerja
Mutu suatu pekerjaan banyak tergantung dari keahlian dan keterampilan
tenaga kerja, jumlah pekerja dan pengaturan waktu. Untuk itu perlu adanya
penjadwalan dan penempatan tenaga kerja sesuai dengan keahlian masing –
masing. Pada pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan kaku (rigid pavement) akses
masuk bendungan cipanas, tenaga kerja yang terlibat meliputi :
a. Tenaga Kerja Pusat
b. Tenaga Kerja Kontrak
c. Tenaga Kerja Harian

4.2. Jadwal Peralatan


Jadwal peralatan, mengatur penggunaan peralatan yang akan dipakai pada
setiap bagian pekerjaan. Hal ini terutama diperlukan untuk penghematan biaya.
Dalam pengadaan alat terutama alat berat yang disewa harus dijadwalkan sesuai
dengan schedule penggunaan alat, sehingga waktu mengaggur alat bisa seminimal
mungkin. Berikut adalah peralatan yang digunakan khusus pekerjaan perkerasan
jalan kaku (rigid pavement) akses masuk bendungan cipanas :

1. Dump Truck
2. BullDozer
3. Excavator
4. Vibro Roller
5. Motor Grader
6. Concrete Mixer Truck
7. Jidar (Besi Hollow)
8. Sikat besi/kayu modifikasi kawat

Gambar bisa dilihat di lampiran

4.3. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Pekerjaan Persiapan
1) Pekerjaan dimulai dari kegiatan setting lokasi (staking out) bersama lokasi
pekerjaan oleh tim survey penyedia jasa kontruksi bersama tim konsultan
supervise dan pihak pengguna jasa.
2) Untuk selanjutnya pekerjaan dilanjutkan dengan pembersihan (clearing),
pencabutanakar (grubbing), danpengupasan(stripping) selesai dikerjakan
dilanjutkan dengan pekerjaan pembersihan.
(Gambar a. Situasi Jalan Masuk Bendungan Cipanas
(Sumber : jurnal dari Agam Apriliansya, Gugun Gunawan)

Pekerjaan clearing, grubbing, dan stripping dilakukan dengan


menggunakan komposisi alat 1 excavator PC 200, 1 bulldozer D.65, dan 3 dump
truck kapasitas 6 ton. Sedangakan pekerjaan grubbing dilakukan mengunakan
chain shaw dan excavator PC 200.

3. Hasil clearing, grubbing, dan stripping dibuang ke disposal area di sta 1+700
sisi kanan dengan menggunakan dump truck, ilustrasi pekerjaan disajikan pada
gambar berikut.

(Gambar b. Ilustrasi Clearing, Grubbing, dan Stripping)


(Sumber : jurnal dari Agam Apriliansya, Gugun Gunawan)

b. Pekerjaan Galian dan Timbunan


a. Pekerjaan Galian

1. Setelah pekerjaan persiapan selesai, untuk selanjutnya pekerjaan dilanjutkan


dengan pekerjaan galian dan timbunan.
2. Pekerjaan galian dilakukan dari sta 1+430 menuju sta 2+389 kemudian
dilanjutkan galian dari sta 1+430 menuju 0±00, hasil galian dibuang ke
disposal di sta 1+700 sisi kanan dengan menggunakan dump truck kapasitas 6
ton.
Gambar c. pekerjaan penggalian menggunakanalat berat
(Sumber : jurnal dari Agam Apriliansya, Gugun Gunawan)

Untuk pekerjaan galian tahapan pekerjaannya adalah sebagai berikut:

b. Pekerjaan Timbunan
1. Pekerjaan timbunan yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan
timbunan dipadatkan dengan material hasil galian tanah setempat.
2. Pekerjaan timbunan dimulai dari sta 1+430 menuju 2+389 kemudian
dilanjutkan galian dari sta 1+430 menuju 0±00.
3. Pekerjaan timbunan dimulai setelah dilakukan inspeksi bersama terhadap
pondasi badan jalan bersama tim dari direksi pekerjaan dan konsultan
supervisi.
4. Setelah pondasi dinyatakan dapat digunakan sebagai pondasi badan jalan
maka dilakukan penimbunan lapis perlapis.
5. Ketebalan lapis timbunan tidak boleh lebih dari 30 cm (mengacu pada
spesifikasi teknis).
6. Jumlah lintasan pemadatan harus sesuai dengan trial timbunan yang telah
disepakati.
7. Untuk membentuk kemiringan badan jalan sesuai dengan desain digunakan
motor grader.

Gambar d. pekerjaan penimbunan menggunakanalat berat


(Sumber : jurnal dari Agam Apriliansya, Gugun Gunawan)
Berikut tahapan pekerjaan timbunan:

c. Pekerjaan Perkerasan Jalan


a. Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (t = 20 cm)

1. Spesifikasi material lapis pondasi bawah mengacu pada spesifikasi teknis


2. Pekerjaan lapis pondasi bawah dimulai dari sta 1+430 menuju 2+389
kemudian dilanjutkan galian dari sta 1+430 menuju 0±00. Pekerjaan LPB
dilaksanakan separuh bagian jalan dengan lebar ± 6.00 m.
3. Pekerjaan LPB dimulai setelah dilakukan inspeksi bersama terkait kepadatan
timbunan tanah badan jalan di lapis paling atas (di bawah LPB) bersama tim
dari direksi pekerjaan dan konsultan supervisi.
4. Setelah timbunan tanah kepadatannya dinyatakan memenuhi spesifikasi maka
selanjutnya dilakukan penghamparan LPB sesuai desain.
5. Ketebalan lapis LPB tidak boleh kurang lebih dari desain.
6. Jumlah lintasan pemadatan harus sesuai dengan trial LPB yang telah
disepakati.
7. Setelah penghamparan dan pemadatan maka dilakukan uji kepadatan LPB
yang mengacu pada spesifikasi teknis.
8. Untuk membentuk kemiringan badan jalan sesuai dengan desain digunakan
motor grader.
b. Pekerjaan Lapis Atas (t = 15 cm)

1. Spesifikasi material lapisn pondasi atas mengacu pada spesifikasi teknis.


2. Pekerjaan lapis pondasi atas dimulai dari sta 1+430 menuju 2+389 kemudian
dilanjutkan galian dari sta 1+430 menuju 0±00. Pekerjaan LPA dilaksanakan
separuh bagian jalan dengan lebar ± 6.00 m.
3. Pekerjaan LPA dimulai setelah dilakukan inspeksi bersama terkait kepadatan
lapis pondasi bawah (LPB) bersama tim dari direksi pekerjaan dan konsultan
supervisi.
4. Setelah LPB kepadatannya dinyatakan memenuhi spesifikasi maka
selanjutnya dilakukan penghamparan LPA sesuai desain.Ketebalan lapis LPA
tidah boleh lebih kurang dari desain.Jumlah lintasan pemadatan harus sesuai
dengan trial LPA yang telah disepakati.Setelah penghamparan dan pemadatan
maka dilakukan uji kepadatan LPA yang mengacu pada spesifikasi teknis.
5. Untuk membentuk kemiringan badan jalan sesuai dengan desain digunakan
motor grader. Gambar Tahapan Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (LPB)

Gambar Tahapan Pekerjaan Lapis Pondasi Atas (LPA)


D. Pekerjaan Beton
a. LC (Lean Concrete)

1) Pekerjaan lean concrete dikerjakan setelah lapis pondasi kepadatannya


dinyatakan sesuai dengan yang disyaratkan dalam spesifikasi.
2) Sebelum pekerjaan lean concrete komposisi campurannya harus terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan pihak penggunan jasa.Tebal lean concrete
sesuai desain adalah 5 cm, dengan lebar 7.0 m, akan tetapi dalam pelaksanaan
lebar lean concrete ditambah 5 cm sisi kanan dan kiri yang digunakan sebagai
dudukan bekisting perkerasan jalan beton.
4) Pekerjaan lean concrete dimulai dari sta 1+430 menuju 2+389 kemudian
dilanjutkan dari sta 1+430 menuju 0±00. Pekerjaan lean concrete
dilaksanakan separuh bagian jalan dengan lebar ±4.50 m.
5) Setelah dilakukan staking out leancontrete kemudian dipasang bekisting
expose di sisi kanan dan kiri bagian jalan yang akan di cor.
6) Lean concrete kemudian diratakan menggunakan besi hollow (jidar) 5 cm
dan dirapikan menggunakan cetok besi.
Gambar 8 Potongan Melintang Tahapan Perkerasan Lean Concrete

Gambar 9 Tahapan Pengecoran Lean Concrete

Gambara Ilustrasi Pekerjaan Lean Concrete Pekerjaan Jalan


Gambar Ilustrasi Pekerjaan Lean Concrete Pekerjaan Jalan

b. Pemasangan Tulangan Jalan

1. Baja tulangan untuk jalan beton adalah Ø 8 mm dengan jarak penulangan 15


× 15 cm.
2. Sebelum digunakan untuk pekerjaan jalan terlebih dahulu material baja harus
mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.
3. Baja tulangan bisa di rakit di tempat pabrikasi besi untuk lokasi yang
segmennya tipikal/lurus (3.50 × 6.00 m). Akan tetapi jika segmen terletak di
tikungan jalan atau persimpangan maka perakitan baja bisa dilakukan di
tempat.
4. Oleh karena letak baja tulangan di sisi dangan penampang beton, maka
diperlukan besi tulangan penopang (cakar ayam) yang dipasang sedemikian
hingga baja tulangan tepat berada i tengah dan tidak menyentuh/menempel
LC.
5. Pemasangan baja tulangan di mulai dari sta 1+430 menuju 2+389 kemudian
dilanjutkan galian dari sta 1+430 menuju 0±00.

c. Pekerjaan Bekisting Ekspose

1. Setelah lean concrete selesai dikerjakan, pekerjaan selanjutnya adalah


pemasangan bekisting ekspose.
2. Bekisting ekspose pekerjaan perkerasan jalan beton dapat berupa bekisting
yang terbuat dari pelat baja yang dipakai berulang – ulang dan juga bisa
berupa bekisting kayu yang dipasang pada bagian tikungan dan persimpangan
jalan.
3. Pekerjaan pemasangan bekisting dimulai dari staking out posisi perkerasan
jalan.
4. Selanjutnya bekisting dipasang sesuai hasil staking out tim surveyor.
5. Setelah bekisting terpasang dilakukan joint survey terhadap posisi dari
bekisting, pelaksanaan joint survey harus dihadiri oleh pihak direksi dan
konsultan supervise.
d. Pemasangan Dowel Bar Memanjang Dan Melintang

1. Pemasangan dowel bar memanjang dan melintang dilakukan bersamaan


dengan pemasangan besi Ø 8 mm dan pemasangan bekisting.
2. Mengacu pada gambar pelaksanaan, dowel untuk pekerjaan jalan berupa besi
tulangan ulir D22.
3. Dowel bar memanjang atau dipasang memanjang jalan dan diletakan di as
tengah (center line) kontruksi jalan beton dengan jarak 25 cm. Sedangkan
dowel bar melintang dipasang dengan penambahan pipa PVC Ø 1.25 dengan
jarak 25 cm.

e. Pengecoran Beton Perkerasan Jalan


Setelah pekerjaan lean concrete, bekisting ekspose, pemasangan baja
tulangan Ø8 mm, tulangan penyangga, dan dowel bar selesai dikerjakan maka
pekerjaan selanjutnya adalah pengecoran beton perkerasan jalan.Campuran beton
perkerasan jalan sebelumnya sudah harus dilakukan trial mix dan sudah harus
disetujui direksi pekerjaan. Pekerjaan pengecoran jalan beton dilaksanakan
separuh bagian jalan (sisi kanan atau kiri) dengan lebar 3.50 m.
Sebelummemulaipengecoran lakukan opname/perhitungan bersama item
pekerjaan baja tulangan, besi cakar ayam, dowel bar memanjang, melintang dan
bekisting ekspose bersama tim konsultan supervise dan direksi pekerjaan.
Sebelum memulai pengecoran bekisting ekspose diolesi pelumas, hal ini
dilakukan agar permukaan bekisting dapat lebih mudah dikerjakan. Setelah
bekisting diolesi pelumas, maka dimulai pekerjaan pengecoran jalan beton.
Setelah beton dituang dari truck mixer, selanjutnya dilakukan perataan beton
menggunakan besi hollow (jidar). Hal ini dilakukan dengan meletakan besi
hollow tepat di top bekisting kemudian mulai meratakan permukaan jalan beton
sesuai kemiringan melintang jalan. Setelah dilakukan perataan selanjutnya
dilakukan finishing dengan menggunakan cetok agar permukaan beton terlihat
rapi.
Pekerjaan selanjutnya adalah tahap akhir pekerjaan beton perkerasan jalan
yaitu membuat pola garis – garis pada permukaan jalan beton. Pekerjaan ini
dilakukan setelah beton cukup keras untuk di garis (±15 menit setelah
pengecoran). Pembuatan garis – garis permukaan ini dilakukan dengan
menggunakan sikat besi atau kayu yang dimodifikasi dengan menggunakan
kawat. Pembuatan garis permukaan ini bertujuan agar permukaan jalan tidak licin
pada saat dilalui kendaraan. Sehari setelah pengecoran, dilakukan pembagian
segmen yang dilakukan dengan memotong bagian jalan sesuai segmen dengan
menggunakan mesin cutter concrete dan garis potongan antar segmen diisi dengan
aspal sealent. Bagian jalan yang telah dicor dilakukan pemeliharaan (curing)
menggunakan karung goni basah selama 7 hari dan pembukaan bekisting selama 3
hari setelah pengecoran.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

6.2 SARAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK


PELAKSANAAN RIGID PAVEMENT PADA JALAN BETON
BENDUNGAN CIPANAS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syaratdalam memperoleh gelar Sarjana


pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Disusun Oleh :

DWIMEI KURNIAWAN
NPM.16100075

PROGRAM STUDITEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH BENGKULU
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN

PELAKSANAAN RIGID PAVEMENT PADA JALAN BETON


BENDUNGAN CIPANAS

Bengkulu, Juli 2020

Diperiksa dan disetujui Oleh: Disusun Oleh:

Dr. TrI Sefrus, ST,MT Dwimei Kurniawan


Dosen Pembimbing Kerja Praktek NPM:16100075

Diketahui Oleh,

Dr. Tri Sefrus, ST,MT


Ketua Jurusan Teknik Sipil

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr,Wb
Puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelsaikan laporan
Kerja Praktek (KP) pada Tinjauan Pelaksanaan Rijid Pavement pada jalan beton
Bendungan Cipanas.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan hasil Kerja
Praktek dalam bentuk laporan.Untuk melengkapi salah satu syarat dalam
menempuh ujian sarjana (Strata 1) pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Prof. Dr.
Hazairin, SH Bengkulu
Terlaksananya Kerja Praktek dan penyusunan laporan ini tidak terlepas
dari bantuan, baik moril maupun materil serta bimbingan dan kerja sama dari
berbagai pihak yang telah membantu penulis.
Setelah menyelsaikan Kerja Praktek (KP) serta penyusunan laporan ini,
maka penulis mengucapkan rasa syukur dan terimakasih yang setulus-tulusnya
kepada:
1. Bapak Ir. Narlis Nasir, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Teknik Mesin Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH.
2. Ibu Dr. Tri Sefrus, ST,MT selaku Ketua Jurusan dan Dosen Pembimbing
Kerja Praktek Teknik Sipil Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH.
3. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah ikut serta memberikan motivasi, inspirasi, dan bantuan,
terutama rekan-rekan mahasiswa teknik sipil angkatan 2016 UNIHAZ.
Semoga bantuan dan kerjasama nya mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT.
Akhir kata penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan,Maka dengan senang hati penulis menerima keritik dan saran yang
bersifat membangun, demi kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga
laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membaca
laporan ini pada umumnya.

Bengkulu, November 2020


Penulis

DWIMEI KURNIAWAN
16100075

ii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN ISI................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................................1
1.3 Batasan Masalah........................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ROYEK.........................................................3


2.1 Latar Belakang Proyek..............................................................................3
2.2 Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek.............................................................5

BAB 3 ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK...........................6


3.1 Manajemen Proyek....................................................................................6
3.2 Tahapan Kegaitan Proyek..........................................................................6
3.3 Organisasi Pelaksana Proyek.....................................................................10
3.4 Organisasi Dalam Proyek..........................................................................14
3.5 Hubungan Kerja Organisasi Proyek .........................................................15

BAB 4 TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN..............................17


4.1. Tinjauan Umum.......................................................................................17
4.2. Tahap Pekerjaan Masa Prakontruksi.......................................................17
4.3. Alat Yang Digunakan .............................................................................20
4.4. Bahan – Bahan Yang Digunakan ...........................................................20
4.5. Tahap Pekerjaan Tetrapod ......................................................................20

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN..............................................................25


1.1 Simpulan ...................................................................................................25
1.2 Saran..........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv
v

Anda mungkin juga menyukai