Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses pelaksanaan suatu proyek jalan biasanya akan mendapatkan

masalah atau kendala yang tidak direncanakan. Keterlambatan tersebut akan

membuat durasi pelaksanaan proyek yang telah direncanakan tidak akan sama

dengan waktu pelaksaanaan dalam kontrak proyek. Penyebab keterlambatan

proyek bermacam-macam, karena setiap pelaksanaan proyek memiliki

kendala yang berbeda, keterlambatan yang sering terjadi yaitu: terjadinya

perbedaan kondisi lokasi, perubahan disain, pengaruh cuaca, kurang

terpenuhinya kebutuhan pekerja, material atau peralatan, kurangnya

pengawasan terhadap pekerja sehingga terjadi kesalahan dalam pekerjaan, dan

pengaruh keterlibatan pemilik proyek (Owner). Keterlambatan pada proyek

akan menjadi hal yang sangat rumit, sebab keterlambatan akan membuat

biaya proyek akan menjadi semakin besar atau membengkak dan akan

menyebabkan tuntutan dari pemilik proyek yang menginginkan penyelesaian

tepat waktu.

Secara garis besar keterlambatan terjadi karena kurang baiknya manajerial

dalam pelaksanaan yang kurang baik. Metode yang biasa digunakan untuk

mengatasi keterlambatan yaitu dengan analisis Fast Track dan Crash

Program. Analisis metode fast track merupakan studi untuk mempercepat

waktu proyek dan dalam penerapanya memberi keuntungan percepatan waktu

penyelesaian lebih cepat dengan mengatur sistem manajeman yang sistemik


dan efektif sedangkan di dalam analisa crash program merupakan metode

untuk mempercepat durasi proyek dengan mengurangi durasi suatu pekerjaan

yang berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Dalam penelitian ini,

akan dibahas tentang pengendalian waktu dan biaya suatu proyek dengan

menggunakan metode fast track dan metode crash program. Dalam hal ini

mengambil kasus disalah satu daerah Sulawesi Tenggara tepatnya di

Kabupaten Konawe Selatan/Lalonggambu-Anggokoti.

Proyek ini dibagi menjadi dua bagian pekerjaan yaitu pengaspalan pada

ruas segmen satu sepanjang ± 10 km dan segmen dua sepanjang ± 2

kmdengan kondisi jalan awal (eksisting) berupa jalan tanah biasa dengan

lebar badan jalan 5 meter. Pada proyek ini direncanakan akan menggunakan

lapis permukaan aspal dengan tebal untuk lapis pondasi bawah (LPB) 20 cm

lapis pondasi atas (LPA) 20 cm dan lapis permukaan 6 cm dengan kemiringan

badan jalan sebesar 3% dan bahu jalan 5%, titik awal proyek ini di mulai pada

Sta 0+000 yang berada di Desa Lalonggombu dan berakhir pada Sta 10+750

yang berada di Desa Aggokoti.

Pada proyek ini dimulai dari Bulan Januari 2021 – Bulan September 2019.

Proyek Jalan Ruas Lalongambu-Anggokoti dengan No. Kontrak HK.02.01-

Bp-Sultra/PJNW II Sultra/PPK 2.4/60 dengan anggaran sebesar Rp.

15.163.237.000,00 Pada pekerjaan sampai bulan Juli 2018 bobot tercapai

27.304 % dari rencana 51.100 % Untuk mencapai tentu hal ini akan

berakibat tidak tercapainya target penyelesaian proyek seperti perencanaan

awal. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan manajeman ulang demi
mengejar keterlambatan pada proyek dan tercapainya target yang

direncanakan berdasarkan latar Tinjauan Durasi Waktu Menggunakan Metode

Fast Track Dan Metode Crash Program

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penyusunan tugas akhir ini, permasalahan yang perlu di perhatikan

adalah :

1. Bagaimana optimalisasi biaya dan waktu proyek setelah dilakukan

durasi waktu penyelesaian menggunakan metode Fast track dan Crash

Program?

2. Bagaimana perbandingan biaya dan waktu proyek sesudah durasi

waktu?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah :

1. Dapat menganalisis biaya dan waktu optimum pelaksaan proyek

setelah dilakukan durasi waktu penyelesaian menggunakan metode

Fast track dan Crash Program

2. Mengetahui perbandingan biaya dan waktu proyek sebelum dan

sesudah durasi waktu penyelesaian dengan mengguna kan metode Fast

track dan Crash Program

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan adanya penelitian ini,dapat mengurangi keterlambatan

proyek dan dapat bermanfaat sebagai data dan alat analisa bagi perusahaan

untuk terus meningkatkan performa kedepanya.


1.5 Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini,dibuat beberapa batasan masalah sebagai

berikut :

1. Penelitian ini dilakukan pada pekerjaan proyek pengaspalan jalan ruas

Lalonggambu –Anggkoti yang dibawahi oleh PT.Aneka Bangunan Cipta

selaku kontraktor pelaksana

2. Studi kelayakan proyek dan aspek hukum tidak dibahas.

3. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian menggunakan data-data proyek seperti rincian anggaran biaya

(RAB), kurva s,analisa harga satuan,laporan harian/ laporan mingguan.

4. Untuk analisis data akan menggunakan analisis lintasan kritis dengan

bantuan program Microsoft project 2016

5. Proyek mengalami keterlambatan sehingga dilakukan durasi waktu

penyelesaian dengan metode Fast Track dan Crash Program

6. Durasi waktu penyelesaian proyek dilakukan dengan penambahan jam

kerja dan penambahan tenaga kerja

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan adalah membagi kerangka

penelitian dalam bab dan sub bab. Secara garis besarnya, terdiri dari (lima)

bab, pendahuluan, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian. Gambaran

umum mengenai isi tulisan ini dapat dirinci dengan mengguraikan inti tiap

bab sabagai berikut :


BAB 1 – PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan kumpulan pustaka dan studi literature yang mendukung

penulisan ini

BAB III – METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang desain penelitian, populasi dan teknik penarikan

sampel, pengumpulan data, alur tahapan penelitian, serta jadwal kegiatan.

BAB IV – PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang hasil dari penelitian beserta dengan penjabaran

pengelolahan datanya.

BAB V – PENUTUP

Bab ini merupakan hasil dari penulisan yang berisi tentang kesimpulan

pengelolahan data serta saran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek

Proyek didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang berlangsung dalam

waktu tertentu. Proyek dapat dibagi dalam sub-sub pekerjaan yang harus

diselesaikan untuk mencapai tujuan proyek secara keseluruhan. (Santoso,

1996)

Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan

terdapat batasan–batasan dalam suatu proyek yaitu Triple Constraint atau tiga

kendala yang terdiri dari biaya/anggaran (Cost), waktu/jadwal (Time) dan

mutu. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan sejauh mana

ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan

yang baik, sehingga perpaduan antara ketiganya sesuai dengan yang

diinginkan, yaitu dengan manajeman proyek. (Soeharto, 1997)

Kegiatan proyek dalam proses mencapai hasil akhirnya dibatasi oleh

anggaran, jadwal, dan mutu yang harus dipenuhi dibedahkan dari kegiatan

operasional, hal tersebut karena karena sifatnya yang dinamis, non–rutin,

multi kegiatan dengan insensitas yang berubah–ubah, serta memiliki siklus

yang pendek.

Dari sejumlah organisasi yang terlibat dalam penyelenggaraan proyek

konstruksi, peran memilik dalam proyek sangat menentukan dalam

mengambil keputusan, menyusun pemilik dalam proyek sangat menentukan

dalam mengambil keputusan, menyusun strategis penyelengaraan, dan


memantau kemajuan implementasi pekerjaan. Sementara itu, konsultan

memberikan pelayanan dalam bentuk keahlian. Manakala pemilik proyek

menganggap keahlian tersebut tidak cukup tersedia dalam organisasinya.

Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan

terdapat batasan-batasan masalah dalam suatu proyek Triple Constrain atau

tiga kendala yang terdiri dari :

1. Biaya/Anggaran (cost)

Proyek harus diselesaikan dengan biaya tidak melebihi anggaran

yang telah direncanakan. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana

dalam jumlah besar dan jadwal yang bertahun–tahun, anggaranya

bukan hanya ditentukan untuk total proyek dipecah dan dibagi

komponen-komponenya, atau per periode tertentu yang jumlahnya

disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian

bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran

perperiode.

2. Waktu /Jadwal (Time)

Proyek harus dikerjakan dalam kurun waktu dan tanggal akhir

penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah

ditentukan.

3. Mutu (Quality)

Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesipikasi dan

kriteria yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti


mampu memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut

sebagai fit for theintended use.

Dilihat dari segi teknis, keberhasilan suatu proyek diukur dan

dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran dapat terpenuhi.

Sehingga membutuhkan pengaturan yang baik, agar ketiga sasaran

tersebut sesuai yang diinginkan, itulah disebut manajemen proyek

(Soeharto, 1997).

2.2 Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah usaha pada suatu kegiatan agar tujuan adanya

kegiatan tersebut dapat tercapai secara efisien dan efektif. Efektif dalam hal

ini adalah dimana hasil penggunaan sumber daya dan kegiatan sesuai dengan

sasarannya yang meliputi kualitas, biaya, waktu dan lain-lainnya. Sedangkan

efisien diartikan penggunaan sumber daya dan pemilihan sub kegiatan secara

tepat yang meliputi jumlah, jenis, saat penggunaan sumber lain dan lain-lain.

Oleh sebab itu manajemen proyek merupakan suatu hal yang tidak dapat

diabaikan begitu saja, karena tanpa manajemen suatu proyek, akan sulit

berjalan sesuai dengan harapan baik berupa biaya, waktu maupun kualitas.

Manajemen proyek meliputi proses perencanaan (planning) kegiatan,

pengaturan (organizing), pelaksanaan dan pengendalian (controlling). Proses

perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian tersebut dikenal

dengan proses manajemen.

Tujuan dari proses manajemen adalah untuk mengusahakan agar semua

rangkaian kegiatan tersebut:


1. Tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian

suatu proyek

2. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan dari

perencanaan biaya yang telah dianggarkan

3. Kualitas yang sesuai dengan persyaratan

4. Proses kegiatan dapat berjalan dengan lancer

Proses perencanaan (planning) proyek dapat dikelompokkan menjadi

dua tahap, yaitu yang pertama planning dalam garis manajemen konsultan

dan yang kedua dalam garis manajemen kontraktor.

Perencanaan yang ditangani oleh konsultan mencakup perencanaan

fisik struktur secara terperinci sampai pada perencanaan anggaran biaya

dan durasi pekerjaan. Perencanaan yang ditangani oleh kontraktor

mencakup perencanaan metode kontraktor, rencana anggaran dalam

pelaksanaan dan perencanaan administrasi lapangan maupun perusahaan.

Metode manajemen proyek yang digunakan oleh pelaksana proyek

(kontraktor) baik manajemen pelaksana, manajemen pengawasan, serta

manajemen dari organisasi pemilik proyek pada umumnya adalah sama

yaitu dengan berpatokan pada laporan–laporan tertulis yang disesuaikan

dengan keadaan nyata dilapangan. Laporan–laporan tertulis tersebut bisa

berupa laporan harian, laporan mingguan dan lain-lain.

Sebuah proyek dapat didefenisikan sebagai suatu usaha dalam jangka

waktu yang ditentukan dengan sasaran yang jelas yaitu mencapai hasil

yang telah dirumuskan pada waktu awal pembangunan proyek akan


dimulai. Bertitik tolak dari pemikiran ini, maka maksud dan tujuan

manajemen proyek adalah usaha kegiatan untuk meraih sasaran yang telah

didefenisikan dan ditentukan dengan jelas seefisien dan seefektif mungkin.

Dalam rangka meraih sasaran yang telah disepakati dan diperlukan

sumber–sumber daya (resources) termasuk sumber daya manusia yang

merupakan kunci segalanya.

Sasaran utama dalam manajemen proyek dapat dikategorikan sebagai

berikut:

1. Pengembangan dan penyelesaian sebuah proyek dalam budget yang telah

ditentukan, jangka waktu yang telah ditetapkan dan kualitas bangunan

proyek sesuai dengan spesifikasi teknik yang telah dirumuskan.

2. Bagi kontraktor yang bonafide yaitu untuk mengembangkan reputasi akan

kualitas pekerjaannya (workmanship) serta mempertahankannya.

3. Menciptakan organisasi di kantor pusat maupun di lapangan yang

menjamin beroperasinya pekerjaan proyek secara kelompok (team work),

4. Menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi sarana,kondisi

kerja, keselamatan kerja dan komunikasi timbal balik yang terbuka antara

atasan dan bawahan

5. Menjaga keselarasan hubungan antara sesamanya sehingga orang yang

bekerja akan didorong untuk memberikan yang terbaik dari kemampuan

dan keahlian mereka.

Manajemen proyek meliputi proses perencanaan (planning) kegiatan,

pengaturan (organizing), pelaksanaan dan pengendalian (controlling).


Proses perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian tersebut

dikenal proses manajemen.

Perencanaan (planning) adalah peramalan masa yang akan datang dan

perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan berdasarkan peramalan tersebut. Bentuk dari perencanaan

dapat berupa: perencanaan prosedur, perencanaan metode kerja,

perencanaan standar pengukuran hasil, perencanaan anggaran biaya,

perencanaan program (rencana kegiatan beserta jadwal).

Pengaturan (organizing) bertujuan melakukan pengaturan dan

pengelompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan

sesuai dengan yang diharapkan. Tahap ini menjadi sangat penting karena

jika terjadi ketidaktepatan pengaturan dan pengelompokan kegiatan, bisa

berakibat langsung terhadap tujuan proyek.

Pengendalian (controlling) adalah proses penetapan apa yang telah

dicapai, evaluasi kerja, dan langkah perbaikan bila diperlukan.

Menurut A.D Austen dan R.H Neale (1994) yang dimaksud dengan

proses manajemen adalah suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan tertentu.

Manajemen tergantung pada komunikasi yang jelas, dan kemampuan

untuk melontorkan pemikiran, gagasan, informasi serta instruksi dengan

cepat dan efektif diantara orang–orang yang keterampilan teknis dan

minatnya berbeda–beda. Proses manajemen atau sering juga di sebut

fungsi manajemen, dalam satu kesatuan sebagai berikut dibawah ini :


1. Penetapan tujuan (goal setting).

Penetapan tujuan merupakan tahapan awal dari proses manajemen.

Tujuan merupakan misi sasaran yang akan tercapai.

2. Perencanaan (planning).

Perencanaan merupakan proses pemilihan informasi dan pembuatan

asumsi–asumsi mengenai keadaan dimasa yang akan datang untuk

merumuskan kegiatan–kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Staffing.

Staffing adalah proses manajemen yang berkenaan dengan pengerahan

(recruitment), penempatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja

dalam organisasi. Pada dasarnya prinsip dari tahapan proses manajemen

itu adalah menempatkan orang yang sesuai pada tempat yang sesuai dan

pas pada saat yang tepat (right people, right position, right time).

4. Directing.

Directing adalah usaha untuk memobilisasi sumber – sumber daya

yang dimiliki oleh organisasi agar dapat bergerak dalam satu kesatuan

yang sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Dalam tahapan proses ini

terkandung usaha–usaha bagaimana memotivasi orang – orang agar dapat

bekerja.
5. Supervising.

Supervising didefinisikan sebagai interaksi langsung antara individu –

individu dalam suatu organisasi untuk mencapai kinerja kerja serta tujuan

organisasi tersebut.

6. Pengendalikan (Controlling).

Controlling yaitu panduan atau aturan untuk melaksanakan aktifitas

suatu usaha atau bagian–bagian lain dari usaha tersebut untuk tercapainya

tujuan yang telah disepakati.

Konsep manajemen proyek mengandung hal-hal pokok sebagai berikut

(Soeharto, 1999):

1. Menggunakan pengertian manajeman berdasarkan fungsinya, yaitu

merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber

daya perusahaan yang berupa manusia dan material.

2. Kegiatan yang dikelolah berjangka pendek,dengan sasaran yang telah

digariskan secara spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode pengelolaan

yang khusus, terutama aspek perencanaa dan pengendalian.

3. Memakai pendekatan system (System Approch Management)

4. Mempunyai hierarki (arus kegiatan) horizontal disamping hierarki vertical

Dalam pendefinisikan manajeman proyek selalu terdapat unsur–unsur

(Soeharto,1999)

1. Dilaksanakan dalam waktu tertentu


2. Mempunyai tujuan yang jelas

3. Manajeman proyek mengelola kegiatan yang tidak biasa dan tidak rutin

serta terasa asing.

2.3 Perencanaan Proyek

Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan

keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas,

untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan

hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta keselamatan

kerja. (Husen, 2009)

Sebelum pelaksanaan kegiatan proyek dimulai, biasanya didahului dengan

penyusunan rencana kerja yang disesuaikan dengan metode yang akan

digunakan. Pihak pengelola proyek melakukan pendataan lokasi proyek guna

mendapatkan informasi detail untuk keperluan penyusunan rencana kerja

Dalam menyusun rencana, perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai

berikut (Ervianto, 2005) :

1. Keadaan Lapangan Lokasi Proyek

Hal ini dilakukan untuk memperkirakan hambatan yang mungkin

timbul selama pelaksanaan pekerjaan.

2. Kemampuan Tenaga Kerja.

Informasi detail tentang jenis dan macam kegiatan yang berguna

untuk memperkirakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang harus

disediakan.
3. Pengadaan Material

4. Pengadaan Alat

Kegiatan yang memerlukan peralatan pendukung pembangunan

harus dapat dideteksi secara jelas karena berkaitan dengan pengadaan

peralatan. Jenis, kapasitas, kemampuan dan kondisi peralatan harus

disesuaikan dengan kegiatannya.

5. Gambar Kerja.

6. Kontinuitas Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam penyusunan rencana kerja faktor penting yang harus

dijamin oleh pengelola proyek adalah kelangsungan dari susunan

rencana kegiatan setiap item pekerjaan

2.4 Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek meliputi urutan dan membagi waktu untuk seluruh

kegiatan proyek. Pendekatan yang dapat digunakan diantaranya adalah

Diagram Gantt.

Penggunaan computer memungkinkan penjadwalan dapat dilakukansecara

terpadu (waktu,material, tenaga kerja, serta biaya) cepat dan tepat. Salah satu

aplikasi yang handal dan mampu menjawab tantangan dalam penjadwalan

proyek tersebut adalah Microsoft project 2016 (Luthan,L.A,Syafiadin 2006)

Sebagai manajer project, sering kali banyak yang harus dilakukan dengan

cermat, tepat,dan benar. Untuk itu sebuah perangkat lunak dapat digunakan

untuk membantu, yaitu Microsoft project atau biasa yang disingkat dengan
MS. Project. Versi terakhir dari Ms.Project adalah Microsoft Project 2016

yang merupakan bagian dari Microsoft office professional 2016

Microsoft project merupakan program yang sangat baik untuk menyusun

sebuah perencanaan proyek, selain itu didalamnya terdapat berbagai aplikasi

yang dapat digunakan untuk proses pengendalian maupun menyusun sebuah

proyek (Andi,2008)

Selain itu Microsoft project memberi kemudahan dalam membuat suatu

laporan, karna didalam program ini tersedia beberapa format dasar sebuah

laporan yang terdapat dalam beberapa kelompok besar diantaranya:

a. Over View, menurut beberapa bentuk laporan umum proyek secara

keseluruhan, berupa kegiatan-kegiatan utama. Kegiatan-kegiatan kritis dan

sebagainya

b. Current Activity, membuat laporan mengenai kegiatan proyek baik yang

akan dikerjakan maupun yang sudah dikerjakan.

c. Cost, memuat beberapa laporan mengenai beberapa proyek.

d. Assigment, membuat beberapa jenis laporan menganai pemakaian sumber

daya

e. Word Load, membuat laporan mengenai beban yang ditanggung oleh

sumber daya proyek yang bersangkutan

f. Custom, membuat laporan–laporan yang ingin ditambahkan serta

ditemukan oleh pembuat laporan.


Adapun kemampuan lain dari Ms.project 2016 antara lain sebagai berikut :

a. Menyimpan detail mengenai proyek didalam data base yang meliputi

detail tugas tugas serta hubungan yang satu dengan yang lain, sumber

daya yang dipakai, biaya, jalur kritis dan lain sebagainya.

b. Menggunakan infortmasi tersebut untuk menghitung dan memelihara

jadwal, biaya dan elemen–elemen lain, termasuk juga menciptakan

suatu rencana proyek semakin banyak informasi yang disediakan

semakin akurat rencana anda.

c. Melakukan pelacakan selama proyek berjalan untuk menentukan

apakah proyek dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai anggaran yang

direncanakan atau tidak. Apabila proyek berjalan terlambat atau

anggaran sekarang telah melibihi dari seharusnya maka seorang

manager proyek bias melakukan beberapa langkah umtuk

mengembalikan proyek sesuai jalurnya.

Yang dimaksud dengan kegiatan kritis adalah pekerjaan yang tidak

mempunyai waktu tenggang (Float) pekerjaan yang termasuk dalam kegiatan

kritis inilah yang selanjutnya akan dilakukan percepatan, karena dengan

melakukan percepatan pada kegiatan kritis dapat mempengaruhi item

pekerjaan yang mengikutinya sehingga berpengaruh juga pada durasi proyek

secara keseluruhan.

Microsoft Project 2016 akan memperlihatkan hasil perhitungan secara

langsung. Tapi, rencana proyek tidak akan selesai sebelum informasi kritis

mengenai proyek dan kegiatan–kegiatannya dimasukan. Selain itu, dapat


melihat kapan proyek akan selesai dan kapan jadwal keseluruhan dari semua

aktivitas dapat terlihat. Microsoft Project 2016 menyimpan data yang

dimasukan oleh pengguna dan menggunakannya untuk menghasilkan

informasi spesifik seperti deskripsi kegiatan, jalur kritis proyek atau lamanya

proyek

Penjadwalan proyek membantu dalam bidang:

1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan

proyek.

2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.

3. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.

4. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya

dengan cara hal–hal kritis pada proyek.

Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah

perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan

dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah

dibuat, karena kondisi kenyataan yang tidak sesuai dengan kondisi saat

jadwal tersebut dibuat (Proboyo, 1999)

Penjadwalan adalah kegiatan untuk menentukan waktu proyek dapat

diselesaikan. Penjadwalan mereflesikan dari perencanaan, karena itu

perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu (Ervianto, 2005).

Proses perencanaan dan penjadwalan proyek dengan demikian perlu

memahami semua faktor yang melatarbelakangi pembuatan jadwal


proyek.Pemahaman faktor–faktor tersebut dilakukan dengan mengkaji 6

tahapan yang ada dalam proses menjadwal tersebut yakni (Proboyo, 1999) :

a. Identifikasi aktivitas–aktivitas proyek

Identifikasi aktivitas bertujuan untuk mengetahui secara rinci

kegiatankegiatan yang akan ada dalam pelaksanaan proyek.

Pengidentifikasian aktivitas yang baik dan lengkap diperoleh dari

peninjauan, pemahaman dan analisa cermat atas semua dokumen kontrak

proyek yang ada, karena itu dokumen kontrak proyek benar–benar lengkap

menginformasikan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan.

b. Estimasi durasi aktivitas

Estimasi durasi aktivitas adalah memperkirakan panjang waktu yang

perlu untuk menyelesaikan aktivitas tersebut. Durasi aktivitas adalah

fungsi dari jumlah (kuantitas) pekerjaan yang harus diselesaikan dan

produk kerja tiap satuan waktu (production rate). Kuantitas pekerjaan

dapat diketahui dari lingkup/dokumen kontrak, sedangkan produk kerja

tiap satuan waktu diperoleh dari data dan pengalaman dengan

memperhatikan ketersediaan semua sumber daya (bahan, alat, tenaga

kerja) dan kendala – kendala yang mungkin mempengaruhi produktivitas.

c. Penyusunan rencana kerja proyek

Penyusunan rencana kerja proyek dimaksudkan untuk menentukan

tahapan/urutan aktivitas kerja dalam melaksanakan proyek. Urutan

aktivitas ini diperlukan untuk menggambarkan hubungan antar berbagai

aktivitas yang ada dalam proses pelaksanaan proyek.


d. Penjadwalan aktivitas – aktivitas proyek

Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek pada dasarnya adalah

menentukan pada saat kapan suatu aktivitas harus mulai dan berakhir.

Rangkaian aktivitas – aktivitas dengan durasinya masing-masing yang

telah diurutkan akan membentuk rangkaian penjadwalan aktivitas, yang

menjadi jadwal pelaksanaan proyek. Pembentukan jadwal proyek ini pada

prinsipnya perlu memenuhi total waktu yang disediakan untuk

menyelesaikan proyek tersebut.

e. Peninjauan kembali dan analisa terhadap jadwal yang telah dibuat

Peninjauan kembali jadwal bertujuan menjamin bahwa jadwal proyek

adalah masuk akal dan lengkap, sedangkan analisa jadwal bermaksud

menjamin bahwa jadwal tersebut merupakan rencana yang dapat

dikerjakan dengan telah mempertimbangkan sumber daya produksi dan

manajerial yang ada.

f. Penerapan jadwal Penerapan

Jadwal merupakan tahap akhir proses perencanaan dan pejadwalan

proyek, dimana jadwal telah cukup lengkap dan akurat untuk dipakai

melaksanakan dan memonitor pelaksanaan proyek.

2.5 Analisa Jalur Kritis

Jalur kritis adalah jalur yang terdiri dari kegiatan kritis. Jika dilihat dari

prosedur menghitung umur proyek, maka total waktu jalur kritis sama dengan

umur proyek. Oleh karena itu jalur kritis dapat pula didefinisikan sebagai
jalur yang memiliki waktu terpanjang dari semua jalur yang dimulai dari

peristiwa awal sampai peristiwa yang terakhir.

Keterlambatan pada jalur ini akan memperlambat penyelesaian waktu

proyek secara keseluruhan, meskipun kegiatan lain tidak mengalami

keterlambatan. Kita dapat  mempercepat penyelesaian proyek secara

keseluruhan dengan mempercepat waktu penyelesaian kegiatan kritis. Jalur

kritis dapat saja berubah sebagai akibat dari keterlambatan atau percepatan

penyelesaian kegiatan.

Kegunaan jalur kritis adalah untuk mengetahui kegiatan yang memiliki

kepekaan sangat tinggi atas keterlambatan penyelesaian keterlambatan, maka

akan memperlambat penyelesaian waktu proyek secara keseluruhan,

meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan. Demikian pula

halnya jika diinginkan percepatan penyelesaian proyek secara keseluruhan,

maka percepatlah waktu penyelesaian kegiatan kritis. Oleh karena itu selama

jangka waktu penyelesaian proyek jalur kritis dapat berubah sebagai akibat

dari keterlambatan atau percepatan penyelesaian kegiatan.

2.6 Tim Schedule

Menurut Husen (2009), kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan

oleh Weren T. Hanum atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek

sejak awal hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek

berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang dipresentasekan

sebagai presentase kumulatif dari seluruh kegiatan. Visualisasi kurva S dapat

memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkan


terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan

atau percepatan jadwal proyek.

Penyelesaian Kemajuan

Waktu Penyelesaian

Gambar 2.1 Kurva S

Menurut Barrie (1995), bentuk kurva S berasal dari pemaduan kemajuan

setiap waktu untuk mendapatkan kemajuan titik beratkan pada presentase

kerja dan biaya. Sumbu X menunjukan skala waktu, sedangkan pada sumbu

Y merupakan skala biaya atau presentase kerja. Pada sebagian besar proyek,

pengeluaran dari sumber daya untuk setiap satuan waktu condong berjalan

lambat, berkembang ke puncak, kemudian berangsur–angsur berkurang bila

mendekati ujung akhir. Karena itulah kemajuan sering tergambar seperti

huruf S.

Bentuk kemudian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal

biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan makin meningkat dalam

jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan mengecil.

(Husen, 2009)
2.7 Biaya Proyek

Perkiraan biaya memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan

suatu proyek. Segala sesuatu mengenai penyelenggaraan kegiatan proyek

mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian akan dihitung

dalam nilai uang. Maka pengalaman dan ketelitian akan sangat penting dalam

perhitungan penyusunan perkiraan biaya proyek (Soeharto,1999). Ada

beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek

dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

A. Biaya langsung (Direct Cost)

Biaya langsung adalah semua biaya yang berlangsung berhubungan

dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Biaya langsung dapat

diperoleh dengan mengalikan volume / kuantitas suatu pekerjaan dengan

harga satuan (unit cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan terdiri

atas harga upah, upah buruh dan biaya peralatan.

Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah

sebagai berikut :

1. Biaya bahan/material

Biaya bahan atau material terdiri dari biaya pembelian material,

biaya transportasi, biaya penyimpanan material dan kerugian akibat

kehilangan atau kerusakan material.


2. Biaya pekerja atau upah (labor/man power)

Biaya pekerja atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk

menggaji para pekerja yang melaksanakan proyek. Biaya pekerja ini

dibedakan atas :

1. Upah Harian Upah yang dibayar per satuan waktu. Sementara

untuk menentukan besarnya upah dipengaruhi oleh jenis keahlian

pekerja, lokasi pekerjaan, jenis pekerjaan dan lain-lain.

2. Upah borongan Upah ini dibayar tergantung pada hasil negosiasi

atau kesepakatan bersama antara kontraktor dengan pekerja atau

kelompok kerja atas satu atau lebih item pekerjaan. Besarnya upah

ini tergantung dari besarnya volume pekerjaan yang dikerjakan.

3. Upah berdasarkan produktivitas Besarnya upah ini tergantung

banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh pekerja dalam

satuan waktu tertentu. Upaya mengejar banyaknya pekerjaan ini

tentunya harus tetap memenuhi kualitas pekerjaan yang

disyaratkan.

4. Biaya peralatan terdiri dari biaya pembelian peralatan, biaya sewa

(bila menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator,

biaya mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan.

B. Biaya tidak langsung (Indirect Cost).

Biaya tidak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara

langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini

harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut.


Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tidak langsung adalah :

1. Biaya Overhead Biaya yang termasuk

overhead adalah komponen biaya yang meliputi pengeluaran

operasi perusahaan yang dibebankan pada proyek (menyewa

kantor, rekening listrik, air, telepon, biaya pemasaran, gaji

karyawan) dan pengeluaran untuk pajak, asuransi, jaminan dan

ijin-ijin usaha serta biaya rapat lapangan (site meeting).

2. Biaya tak terduga (contingence)

Kontingensi adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya

atau anggaran untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum

ditentukan, yang menurut pengalaman dan statistik menunjukkan

selalu diperlukan. Makin jauh proyek berjalan, makin banyak

masukan data dan informasi, sehingga masalah yang belum

menentu pun akan banyak, demikian halnya dengan kontingensi.

Pada umumnya biaya ini diperlukan antara 0,5%-5% dari total

proyek

3. Keuntungan/Profit Keuntungan disini adalah keuntungan yang

diterima kontraktor yang telah dimasukkan dalam biaya proyek

keseluruhan.

2.8 Durasi Dipercepat Proyek (Akseleransi Project)

Umur rencana proyek biasanya lebih pendek dari pada umur perkiraan

proyek. Umur perkiraan proyek ditentukan oleh lintasan kritis yang terlama

waktu pelaksanaanya dan waktu pelaksaan tersebut merupakan jumlah lama


kegiatan perkiraan dari kegiatan–kegiatan kritis yang membentuk lintasan

tersebut. Sedangkan umur rencana proyek ditentukan berdasarkan kebutuhan

management atau sebab–sebab lain. Supaya proyek dapat diselesaikan sesuai

dengan rencana, umur perkiraan proyek harus disamakan dengan umur

rencana proyek.

2.8.1 Metode Fast Track

Metode fast track adalah suatu metode penjadwalan yang waktu

penyelesaian proyek lebih cepat dari waktu normalnya. (Gerry

Easthan, 2002)

Metode fast track merupakan metode percepatan dalam

pembangunan dengan melakukan pelaksanaan aktivitas–aktivitas

secara paraller tumpeng tindih dengan waktu pelaksanaan lebih cepat

dan biaya lebih efisien (Mora dan Li,2001)

Percepatan dilakukan dengan menerapkan strategi yang berbeda,

inovatif dan waktu pelaksaan yang efektif dari semua kegiatan proyek

normal (Easthan,2002)

Metode fast track dalam pelaksaan proyek memberikan

keuntungan yang banyak yaitu dengan waktu penyelesaian proyek

yang menjadi lebih cepat, dan meningkatkan reputasi pemilik

sehingga menawarkan peluang lebih lanjut dalam pasar yang

kompetitif. Percepatan metode ini dilakukan dengan melakukan

penarikan pada lintasan kritis terpanjang.


Langkah–langkah atau ketentuan yang harus dilakukan dalam

penerapan metode fast track terhadap aktivitas–aktivitas pada lintasan

kritis (Tjaturono,2004) adalah sebagai berikut :

1. Penjadwalan harus logis antara aktivitas yang satu dengan aktivitas

lainnya sehingga cukup realistis untuk dilaksanakan (meliputi

tenaga kerja, produktivitas bahan dan alat, teknis dan dana)

2. Melakukan fast track hanya pada aktivitas lintasan kritis saja,

terutama pada aktivitas–aktivitas yang memiliki durasi yang

panjang.

3. Waktu terpendek yang dapat dilakukan fast track ≥ 2 hari

4. Hubungan antara aktivitas kritis yang akan di fast track

a. Apabila durasi I < durasi j, maka aktivitas kritis j dapat

dilakukan percepatan setelah aktivitas I telah ≥ 1 hari dan

aktivitas I harus selesai lebih dulu atau bersama–sama.

b. Apabila durasi i > durasi j, maka aktivitas j dapat dimulai bila

sisa durasi aktivitas i < 1 hari dari aktivitas j. kedua aktivitas

tersebut selayaknya dapat selesai bersama–sama.

5. Periksa float yang ada pada aktivitas yang tidak kritis, apakah

masih memenuhi syarat dan tidak kritis setelah fast track

dilakukan.

6. Apabila setelah dilakukan fast track tahap awal, lintasan kritis

bergeser, lakukan langkah – langkah yang sama pada aktivitas–

aktivitas dilintasan kritis yang baru.


7. Percepatan dilakukan tidak lebih dari 50% dari waktu normal

Perlu diperhatiakan bahwa pada pembiayaan proyek dengan

penerapan metode fast track, yang dihitung adalah pembiayaan

pelaksanaan aktivitas–aktivitas pada lintasan kritis maupun aktivitas

pada lintasan yang tidak kritis seperti halnya pada pembiayaan

normal. Tidak ada penambahan jumlah tenaga kerja dan biaya pada

masing–masing aktivitas baik pada aktivitas lintasan kritis maupun

aktivitas tidak kritis (Tjaturono,2008)

Untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan pada pembangunan

yang di fast track, sebelum pelaksanaan perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

1. Perencanaan yang dibuat harus sistematik dan efektif.

2. Kemampuan manajemen yang menangani pekerjaan, terutama

manajemen logistiknya menerapkan metode Just In Time, agar

tidak terjadi keterlambatan bahan.

3. Penggunanan tenaga kerja untuk merealisasi percepatan waktu

dituntut tenaga kerja yang memiliki produktifitas stabil serta

tenaga kerja tersebut memiliki kemampuan multi skill

4. Koordinasi antar site manager, pengawas lapangan dan

pelaksana perlu dilakukan sepanjang waktu pembangunan agar

bisa menekan hal-hal yang bersifat ketidakpastian waktu yang

mungkin timbul.
Keunggulan fast track adalah waktu pelaksanaan proyek dapat

dipercepat tanpa menambah biaya. Dan kerugiannya adalah harus

menyediakan terlebih dahulu material dan tenaga kerja dilapangan

baru bisa dilaksanakan fast track

Pada pembiayaan proyek dengan penerapan metode fast track,

yang dihitung adalah pembiayaan pelaksanaan aktifitas–aktifitas pada

lintasan kritis maupun aktifitas pada lintasan yang tidak kritis seperti

halnya pada pembiayaan normal. Pelaksanaan aktifitas–aktifitas kritis

dilakukan secara paralel/tumpang tindih. Tidak ada penambahan

jumlah tenaga kerja dan biaya pada masing–masing aktifitas baik

aktifitas pada lintasan kritis maupun pada aktifitas tidak kritis.

2.8.2 Metode Crash Program

Crash program merupakan salah satu cara mempercepat durasi

proyek dengan mengurangi durasi suatu pekerjaan yang berpengaruh

terhadap waktu penyelesaian proyek dengan menambahkan jam kerja

ataupun pekerja Project crashing akan mengakibatkan meningkatnya

biaya langsung (direct cost) dan sumber daya yang berada dilintasan

kritis. Pada lintasan tidak kritis dapat dioptimalkan dengan

memindahkannya ke lintasan kritis. Untuk memperbaiki jadwal pada

network planning di lintasan kritis digunakan cost slope terkecil

dengan rumusan sebagai berikut:


Dengan adanya percepatan durasi pelaksanaan pada aktivitas

tertentu, maka akan terjadi pertambahan biaya akibat percepatan

durasi tersebut. Pertambahan biaya percepatan tersebut tergantung

besarnya durasi percepatan yang direncanakan serta total biaya

setelah percepatan.

Cost slope (slope biaya) adalah pertambahan biaya

langsung untuk mempercepat suatu aktivitas persatuan waktu.

(Soeharto, 1995).

Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah durasi

tersingkat untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis

masih mungkin dengan asumsi sumber daya bukan merupakan

hambatan (Soeharto, 1995). Durasi percepatan maksimum dibatasi

oleh luas proyek atau lokasi kerja, namun ada empat faktor yang

dapat dioptimalkan untuk melaksanakan percepatan suatu aktivitas

yaitu meliputi penambahan tenaga kerja, penjadwalan kerja lembur,

penggunaan alat berat dan pengubahan metode konstruksi di

lapangan.

Untuk mempercepat suatu proyek, tidak perlu kita mempercepat

semua kegiatan melainkan hanya kegiatan yang kritis saja. Jadi

percepatannya waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan kritislah yang

dapat mempengaruhi percepatan waktu pelaksanaan proyek. Berikut

adalah langkah-langkah untuk mengoptimalkan waktu dan biaya

dengan crash program (Soeharto, 1995):


1. Kegiatan-kegiatan dibuat tabel tabulasi dengan diberi tanda kegiatan-

kegiatan yang harus dilalui lintasan kritis. Crash program hanya

dilakukan pada kegiatan-kegiatan kritis.

2. Menghitung biaya dan waktu tiap-tiap kegiatan normal dan crash.

3. Tambahan biaya (cost slope) tiap-tiap kegiatan dihitung perhari.

4. Dibuatkan diagram untuk mempermudah perhitungan

5. Teknik mengerjakan perhitungan dimulai dari kegiatan kritis dengan

cost slope terkecil bertingkat-tingkat menuju cost slope terbesar.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Data Umum Proyek

Adapun data – data umum dalam proyek Pengaspalan Jalan Ruas

Lalonggombu-Anggokoti Kabupaten Konawe Selatan, yaitu :

Nama Proyek : Pengaspalan Jalan Ruas Lalonggombu-Anggokoti

Nomor Proyek : 600/03/KONTRAK/BM-PUTRA/IC/2017

Biaya Proyek : Rp. 47,985,700,907.68,-.

Waktu Pelaksanaan : 7 September 2017 s/d 29 September 2019

Kontraktor : PT. ANEKA BANGUNAN CIPTA

Konsultan : PT. TAKEN ARTA PRATAMA

Panjang Jalan : ± 10.750 KM

Lebar Badan Jalan : 5.00 Meter

Kemiringan Badan Jalan : 3 %

Lebar Bahu Jalan : 2.00 Meter

Kemiringan Bahu Jalan :5%


Gambar : 3.1

Sumber :Google Maps

3.2 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini terdapat beberapa tahapan yaitu antara lain

sebagai berikut :

1. Survey pendahuluan, dilakukan untuk lebih mengetahui masalah

dilapangan dan untuk mengidentifikasi secara langsung masalah–

masalah yang dihadapi dilapangan.

2. Pengumpulan data, dalam penelitian ini adalah dengan pengamatan

langsung dilapangan dan wawancara dengan pihak yang terkait dalam

pelaksanaan proyek dan mencari data yang berkaitan dengan proyek

seperti :

a. Data Primer : Schedule proyek, RAB, Laporan Harian/Laporan

Mingguan sebelum dilakukan percepatan


b. Data Sakunder: Jumlah Pekerja dilapangan, Data sumber daya

alam yang digunakan (material) dan Studi literature

diperpustakaan, konsep-konsep, buku, internet dan lain sebagainya

guna memperkuat dan mendukung studi ini.

c. Pengumpulan Dokumentasi

3.3 Teknik Analisa Data

1. Dalam penelitian ini dilakukan analisis fast track dan Crash Program

dengan langkah–langkah sebagai berikut :

2. Metode Fast Track

a. Membuat urutan aktivitas dan hubungan yang logis antara aktivitas

yang ada dan cukup realistis untuk dilaksanakan.

b. Menentukan lintasan kritis dengan bantuan Microsoft project

c. Setelah itu dilakukan aktivitas dilintasan kritis dengan program

Microsoft project, selanjutnya dilakukan penjadwalan fast track

pada aktivitas lintasan kritis.

d. Kemudian menentukan waktu yang akan dipercepat dan melakukan

percepatan yang diinginkan untuk mempercepat waktu

pelaksanaan.

e. Setelah mendapatkan waktu yang tercepat, kemudian melakukan

perbandingan biaya awal dengan biaya setelah fast – track.


3. Metode Crash Program

Tahapan dalam melakukan percepatan crash program adalah

sebagai berikut :

a. Data kemajuan proyek dimasukan dalam progress yang telah

dilaksanakan.

b. Mencari lintasan kritis terpanjang dari progress kemajuan

pekerjaan.

c. Melakakukan penambahan pekerjaan pada lintasan kritis

terpanjang.

d. Melakukan perhitungan cost slope.

3.4 Hipotesis Penelitian

1. Terjadi perubahan biaya dan waktu proyek setelah dilakukan durasi waktu

penyelesaian dan nilainya akan berkurang.


3.5 Alur Tahapan Penelitian

Mulai

Pengumpulan Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder

Studi Awal :
1. Jenis Pekerjaan
2. Durasi
3. Biaya

Menentukan Lintasan Kritis Dengan


Menggunakan Microsoft Project

Analisa Data

Metode Fast Track Metode Crash Program

1. Menentukan 1. Menetukan estimasi


percepatan waktu pada durasi
lintasan kritis 2. Menentukan jam kerja
2. Analisa waktu dan
3. Analisa biaya setelah
biaya setelah di Fast
crash program
Track

Output Metode Output Metode Crash


Fast Track Program

Hasil :
Perbandingan waktu dan biaya antara metode fast
track dan crash program

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai